Anda di halaman 1dari 15

Upaya Mengatasi Krisis Daya Saing

Ketenagakerjaan di Indonesia

Kelompok 2:
Annisa Rafiana (181071015)
Marshadia Naufal Figo (181071021)
Ashabi Alfian (181071022)
Hasna Nur Asiah (181071023)
Pengertian Ketenagakerjaan
Dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2013 tentang
ketenagakerjaan disebutkan bahwa:

“Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang


berkaitan dengan tenaga kerja baik pada waktu
sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
Ketenagakerjaan tidak selalu berhubungan dengan
subjek melainkan berbagai faktor yang
membuktikan bahwa ketenagakerjaan menyangkut
hal yang kompleks.”
Pengelompokan Tenaga Kerja
1. Tenaga Kerja Terdidik
Seseorang yang memiliki pengetahuan dan keahlian pada suatu bidang
tertentu yang umumnya diperoleh melalui pendidikan formal yang
mereka tempuh. Contoh: dokter, pengacara, notaris.

2. Tenaga Kerja Terlatih


Tenaga kerja yang umumnya memperoleh keahlian melalui pendidikan
non-formal seperti pelatihan keterampilan atau kursus. Contoh: tukang
las (welder), terutama tukang las bawah air, mekanik, juru masak (chef)
Namun tenaga kerja terlatih juga bisa melalui pendidikan formal seperti
ahli bedah, ahli forensik, dan ahli autopsi.

3. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih


Pekerjaan yang dilakukan tidak mengharuskan seseorang memiliki
keahlian atau kewajiban tertentu. Contoh: pembantu rumah tangga,
buruh panggul barang.
Sistem Upah Ketenagakerjaan di Indonesia
• Upah diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan
atas pekerjaan, yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan. Upah juga meliputi tunjangan bagi pekerja dan
keluarganya yang dibayarkan terkait pekerjaan atau jasa.
• Dalam PP Pengupahan No 78 Tahun 2015, disebutkan secara tegas
mengenai ketentuan tersebut, di antaranya:
1. Pembayaran upah harus dilakukan dengan mata uang rupiah
(Pasal 21)
2. Upah dapat dibayarkan secara langsung atau melalui bank (Pasal
22)
3. Dalam hal upah dibayarkan melalui bank, maka upah harus dapat
diuangkan oleh pekerja pada tanggal pembayaran upah yang
disepakati kedua pihak. (Pasal 22)
• Peraturan perundang-undangan di Indonesia mengenal 3 sistem
upah ketenagakerjaan, yaitu:

1. Upah Berdasarkan Satuan Waktu


Pekerja dibayar berdasarkan waktu kerja, misalnya harian,
mingguan, atau bulanan. Besarnya upah juga dapat ditetapkan atas
jumlah waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan sebuah
pekerjaan.
2. Upah Berdasarkan Satuan Hasil
Karyawan dibayar berdasarkan kuantitas hasil pekerjaan yang
ditetapkan dari satuan hitung, misalnya per potong, per biji, per kilo,
per lusin, per kodi, dan sebagainya
3. Upah Borongan
Didasarkan pada volume pekerjaan tertentu yang disepakati oleh
pemberi kerja dan pekerja di awal. Upah yang dibayarkan
merupakan upah keseluruhan, dari awal hingga selesainya pekerjaan
yang diperjanjikan, sehingga tidak ada tambahan pembayaran di
luar itu
Unsur Hukum Ketenagakerjaan
1. Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis
dan tidak tertulis.
2. Mengatur tentang kejadian hubungan kerja
antara pekerja dan pengusaha.
3. Adanya orang bekerja pada dan dibawah orang
lain dengan mendapat upah sebagai balas jasa.
4. Mengatur perlindungan pekerja/buruh, meliputi
masalah keadaan sakit, haid, hamil, melahirkan,
keberadaan organisasi pekerja dan sebagainya
Tujuan Ketenagakerjaan
Berdasarkan ketentuan pasal 4 UU Nomor 13 tahun
2003, pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk:
1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja
secara optimal dan manusiawi.
2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan
penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan nasional dan daerah.
3. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam
mewujudkan kesejahteraan.
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan
keluarganya.
Permasalahan Ketenagakerjaan
Hampir disemua Negara saat ini, problematika
ketenagakerjaan atau perburuhan selalu tumbuh dan
berkembang.
Salah satu problem adalah rendahnya atau tidak sesuai
pendapatan (gaji) yang diperoleh dengan tuntutan untuk
memenuhi kebutuhan hidup beserta tanggungannya. Faktor
ini karena kebutuhan hidup semakin meningkat, sementara
gaji yang diterima rekatif tetap, menjadi salah satu pemicu
gerak protes para kaum buruh di berbagai daerah.
Adapun dalam sistem kapitalis, rendahnya gaji buruh justru
menjadi penarik bagi para investor asing. Termasuk
pemerintah, kondisi ini menyebabkan pihak pemerintah
justru lebih sering memihak sang investor dibanding dengan
buruh yang sudah jelas adalah rakyatnya sendiri
Penelitian Institute for Management Development (IMD)
menunjukkan, daya saing tenaga kerja Indonesia masih tertinggal
dibandingkan sejumlah negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia,
dan Singapura.
Secara global, Indonesia berada di peringkat 47 dari 63 negara.
Sejumlah persoalan masih dihadapi Indonesia seperti
rendahnya pendidikan pekerja serta ketidaksesuaian
(mismatch) antara pendidikan dengan pekerjaan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2019,
pendidikan pekerja Indonesia didominasi oleh lulusan SD ke
bawah sebanyak 52,40 juta pekerja. Sedangkan menurut
Survei Angkatan Kerja Nasional 2015, ketidaksesuaian antara
pekerjaan dengan latar pendidikan masih cukup tinggi yakni
sebesar 60,52%.
Demi mengatasi daya saing tenaga kerja Indonesia yang masih
tertinggal, pemerintah mengupayakan berbagai program
seperti pelatihan vokasi, pemagangan berbasis kompetensi di
perusahaan, dan sertifikasi kompetensi. Program tersebut
dicanangkan dalam rangka pemenuhan tenaga kerja sesuai
kebutuhan industri serta meningkatkan nilai terhadap kualitas
setiap tenaga kerja dalam ketenagakerjaan.
Upaya dalam mengatasi krisis daya saing
ketenagakerjaaan di Indonesia
• Perencanaan tenaga kerja dilakukan untuk rencana
ketenagakerjaan secara sistematis yang nantinya
dapat dijadikan acuan dalam menyusun kebijakan,
strategi, dan program pembangunan
ketenagakerjaan lainnya secara berkesinambungan.
• Perencanaan tenaga kerja adalah suatu proses untuk
membuat rencana kebutuhan tenaga kerja dimulai
dari perekrutan, pengembangan, pengendalian
dalam rangka untuk mencapai cita-cita perusahaan
dengan cara saling berintegrasi dengan baik.
• Berikut adalah tujuan dari perencanaan tenaga kerja:

1.  Untuk menentukan kualitas dan kuantitas karyawan yang akan mengisi semua
jabatan dalam perusahaan.
2. Untuk menjamin tersedianya tenaga kerja di masa sekarang maupun di masa
yang akan datang sehingga tidak ada pekerjaan yang tidak diisi oleh karyawan.
3.  Agar dapat menghindari kelebihan dan kekurangan karyawan.
4. Untuk menghindari mismanajemen dan tumpang tindih dalam pelaksanaan
tugas.
5. Untuk mempermudah koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sehingga
produktivitas kerja meningkat.
6.  Menjadi pedoman dalam menetapkan program pengadaan, penyeleksian,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan dan
pemberhentian karyawan.
7.  Menjadi pedoman dalam melaksanakan mutasi (vertikal dan horisontal) dan
pensiun karyawan.
8. Untuk menjadi dasar dalam melakukan penilaian kinerja karyawan
• Pemerintah Indonesia dalam hal penetapan kebijakan dan penyusunan
program perencanaan tenaga kerja melakukan pengelompokan menjadi
dua kelompok. Perencanaan pekerja makro dan perencanaan pekerja
mikro.
Hal ini disusun berdasarkan analisa dan rangkaian data yang relevan dan
dihimpun dalam informasi ketenagakerjaan. Informasi ketenagakerjan
sendiri dihimpun baik itu berasal dari pemerintah maupun swasta yang
memiliki unsur-unsur penting dalam perencanaan tenaga kerja.
• Unsur-unsur perencanaan tenaga kerja antara lain
1. penduduk dan tenaga kerja
2. kesempatan kerja
3. pelatihan kerja termasuk kompetensi kerja
4. produktivitas tenaga kerja
5. hubungan industrial
6. kondisi lingkungan kerja
7. pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja; dan
8. jaminan sosial tenaga kerja.
• Perencanaan Tenaga Kerja Makro
Perencanaan ketenagakerjaan yang sistematis dengan
menggunakan tenaga kerja secara optimal dan produktif guna
merangsang pertumbuhan ekonomi dan sosial baik yang
berskala nasional, daerah, dan juga sektoral yang dapat
membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya, sehingga dapat
meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan para pekerja.

• Perencanaan Tenaga Kerja Mikro


Perencanaan ketenagakerjaan yang sistematis dalam suatu
instansi, pemerintah ataupun swasta. Bertujuan dengan
penggunaan tenaga kerja yang optimal dan produktif untuk
mencapai kinerja yang lebih tinggi dalam instansi terkait.
Ruang lingkup hanya sebatas lingkup instansinya saja, baik itu
pemerintah ataupun perusahaan swasta.
Strategi yang dilakukan pemerintah dalam upaya
mengatasi daya saing ketenagakerjaan
- Peningkatan kualitas SDM angkatan kerja melalui pengembangan
kompetensi pada balai-balai latihan kerja (BLK) yang tersedia
untuk menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan berdaya
saing tinggi, serta percepatan sertifikasi, kompetensi.
- Pemberdayaan penganggur dan setengah penganggur melalui
pelatihan dan penerapan program perluasan kesempatan kerja
sektor informal, seperti padat karya, terapan teknologi tepat
guna, tenaga kerja mandiri serta pendampingan usaha.
- Pengembangan program kewirausahaan, khususnya yang
ditujukan kepada kaum muda melalui pemanfaatan potensi
sumber daya lokal yang tersedia serta didukung pula oleh
fasilitasi pelatihan, permodalan, promosi serta pengembangan
manajemen usaha melalui inkubasi bisnis.

Anda mungkin juga menyukai