Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah tenaga kerja adalah masalah yang sangat kompleks dan besar. Kompleks karena masalahnya
mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi dengan pola yang tidak
selalu mudah dipahami menjadi besar karena menyangkut jutaan jiwa. Untuk menggambarkan masalah
tenaga kerja di masa yang akan datang tidaklah gampang karena disamping mendasarkan pada angka
tenaga kerja di masa lampau, harus juga diketahui prospek produksi di masa mendatang.

Kondisi kerja yang baik, kualitas output yang tinggi, upah yang layak serta kualitas sumber daya manusia
adalah persoalan yang selalu muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping masalah
hubungan industrial antara pekerja dengan dunia usaha2. Bahasan mengenai tenaga kerja ini menjadi
bagian dari kajian ekonomi makro, yaitu mengenai pengangguran dan kesempatan kerja. Ekonomi
makro merupakan studi tentang perilaku perekonomian secara keseluruhan. Permasalahan pokok dalam
ekonomi makro dapat digolongkan ke dalam dua macam 3 :

a) Masalah jangka pendek atau masalah stabilisasi. Masalah ini berkaitan dengan bagaimana
mengarahkan perekonomian nasional dari bulan ke bulan, dari triwulan ke triwulan atau dari tahun ke
tahun, agar terhindar dari tiga penyakit makro, yaitu inflasi, pengangguran, dan ketimpangan dalam
neraca pembayaran.

b) Masalah jangka panjang atau masalah pertumbuhan. Masalah ini adalah bagaimana kita menyetir
perekonomian agar ada keserasian antara pertumbuhan penduduk, pertambahan kapasitas produksi,
dan tersedianya dana untuk investasi. Pada dasarnya masalahnya juga berkisar pada bagaimana
menghindari ketiga penyakit makro di atas, tetapi perspektif waktunya lebih panjang ( lima tahun,
sepuluh tahun, atau bahkan dua puluh lima tahun).

Dalam hubungannya dengan tenaga kerja, permintaan tenaga kerja adalah hubungan antara tingkat
upah dan jumlah pekerja yang dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan. Hubungan permintaan
dan permintaan tenaga kerja ini akan memberi pengaruh terhadap tingkat pengangguran dan
kesempatan kerja.

Pasar tenaga kerja dapat digolongkan menjadi pasar tenaga kerja terdidik dan pasar tenaga kerja tidak
terdidik. Menurut Simanjuntak (1998), kedua bentuk pasartenaga kerja tersebut berbeda dalam
beberapa hal. Pertama, tenaga terdidik padaumumnya mempunyai produktivitas kerja lebih tinggi
daripada yang tidak terdidik.Produktivitas pekerja pada dasarnya tercermin dalam tingkat upah dan
penghasilan pekerja, yaitu berbanding lurus dengan tingkat pendidikannya. Kedua, dari segi waktu,
ketersediaan tenaga kerja terdidik haruslah melalui proses pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu,
elastisitas ketersediaan tenaga kerja terdidik Ketiga, dalam proses pengisian lowongan, pengusaha
memerlukan lebih banyak waktu untuk menyeleksi tenaga kerja terdidik daripada tenaga kerja tidak
terdidik.
Seperti halnya penawaran, permintaan tenaga kerja juga merupakan suatu hubungan antara upah dan
jumlah tenaga kerja. Motif perusahaan mempekerjakan seseorang adalah untuk membantu
memproduksi barang atau jasa yang akan dijual kepada konsumennya. Besaran permintaan perusahaan
terhadap tenaga kerja tergantung pada besaran permintaan masyarakat terhadap barang yang
diproduksi perusahaan itu.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tenaga kerja dalam ekonomi?

2. Bagaimana Ketenagakerjaan Dalam Perspektif Ekonomi Makro?

3. Apa Permasalahan Ketenagakerjaan Dalam Pembangunan Ekonomi?

5. Bagaimana Upaya Untuk Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari ini adalah:

1. Untuk menjelaskan bagaimana pengertian tenaga kerja dalam ekonomi.

2. Mengetahui Bagaimana Ketenagakerjaan Dalam Perspektif Ekonomi Makro.

3. Mengetahui Permasalahan Ketenagakerjaan Dalam Pembangunan Ekonomi.

4. Mengetahui Upaya Untuk Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Tenaga Kerja dalam Ekonomi

Badan Pusat Statistik mendefinisikan tenaga kerja (manpower) sebagai seluruh penduduk dalam
usia kerja (15 tahun keatas) yang berpotensi memproduksi barang dan jasa. BPS (Badan Pusat Statistik)
membagi tenaga kerja (employed), yaitu:

1. tenaga kerja penuh (full employed), adalah tenaga kerja yang mempunyai jumlah jam kerja > 35 jam
dalam seminggu dengan hasil kerja tertentu sesuai dengan uraian tugas.

2. tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran (under employed), adalah tenaga kerja dengan
jam kerja < 35 jam seminggu.

3. tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja (unemployed), adalah tenaga kerja
dengan jam kerja 0 > 1 jam perminggu.

Menurut undang-undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1, tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna
menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Undang-Undang No.
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 8 mengenai perencanaan tenaga kerja dan informasi
ketenagakerjaan meliputi: Kesempatan kerja, Pelatihan kerja, Produktivitas tenaga kerja, Hubungan
industrial, Kondisi lingkungan kerja, Pengupahan dan Kesejahteraan tenaga kerja. Masalah
ketenagakerjaan terus menerus mendapat perhatian dari berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga
pendidikan, masyarakat dan keluarga. Pemerintah melihat masalah ketenagakerjaan sebagai salah satu
bahkan sentral pembangunan nasional, karena ketenagakerjaan itu pada hakikatnya adalah tenaga
pembangunan yang banyak sumbangannya terhadap keberhasilan pembangunan bangsa termasuk
pembangunan di sektor ketenagaan itu sendiri. Dimana pembangunan ketenagakerjaan bertujuan
untuk:

1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimum,

2. Menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja

yang sesuai dengan pembangunan nasional,

3. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan

kesejahteraannya, dan

4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

Dalam pembangunan ketenagakerjaan, pemerintah diharapkan dapat menyusun dan menetapkan


perencanaan tenaga kerja. Perencanaan tenaga kerja dimaksudkan agar dapat dijadikan dasar dan
acuan dalam penyusunan kebijakan. Strategi dan implementasi program pembangunan ketenagakerjaan
yang berkesinambungan. Sebagian besar manusia di muka bumi Indonesia menyadari bahwa dalam
pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting
sebagai pelaku (actor) dalam mencapai tujuan pembangunan. Sejalan dengan itu, pembangunan
ketenagakerjaan diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kontribusinya dalam pembangunan serta
melindungi hak dan kepentingannya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Pembangunan
ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan dan kemitraan. Tenaga kerja adalah orang yang
bekerja atau mengerjakan sesuatu, orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di
luar hubungan

kerja.

Sumarsono menyatakan tenaga kerja sebagai semua orang yang bersedia untuk bekerja. Pengertian
tenaga kerja tersebut meliputi mereka yang bekerja untuk dirinya sendiri ataupun keluarga yang tidak
menerima bayaran berupa upah atau mereka yang bersedia bekerja dan mampu untuk bekerja namun
tidak ada kesempatan kerja sehingga terpaksa menganggur. Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.

Tenaga kerja juga dapat diartikan, bahwa tenaga kerja adalah orang yang bersedia atau sanggup bekerja
untuk diri sendiri atau anggota keluarga yang tidak menerima upah serta mereka yang bekerja untuk
upah. Sedangkan menurut pendapat Simanjuntak, bahwa tenaga kerja adalah kelompok penduduk
dalam usia kerja, dimana ia mampu bekerja atau melakukan kegiatan ekonomis dalam menghasilkan
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari definisi di tersebut, dapat dipahami
bahwa tenaga kerja merupakan kelompok orang-orang dari masyarakat yang mampu melakukan
kegiatan serta mampu menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara
fisik, kemampuan diukur dengan usia dengan kata lain orang yang dalam usia kerja disebut sebagai
penduduk dalam usia kerja (working age population).

Tenaga kerja juga berarti tenaga kerja manusia, baik jasmani maupun rohani, yang digunakan dalam
proses produksi, yang disebut juga sebagai sumber daya manusia. Tenaga kerja inilah yang menggarap
sumber daya produksi alam. Manusia tidak hanya menggunakan tenaga jasmani, melainkan juga tenaga
rohani. Tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang mengandalkan fisik atau jasmani dalam proses
produksi. Sedangkan tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang memerlukan pikiran untuk
melakukan kegiatan proses produksi.

Sitanggang dan Nachrowi, memberikan ciri-ciri tenaga kerja yang antara lain:

1. Tenaga kerja umumnya tersedia di pasar tenaga kerja dan biasanya siap untuk digunakan dalam suatu
proses produksi barang dan jasa. Kemudian perusahaan atau penerima tenaga kerja meminta tenaga
kerja dari pasar tenaga kerja. Apabila tenaga kerja tersebut telah bekerja, maka mereka akan menerima
imbalan berupa upah atau gaji.

2. Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) yang sangat dibutuhkan
pada setiap perusahaan untuk mencapai tujuan.
Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja
adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau yang mempunyai pekerjaan
namun untuk sementara sedang tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Angkatan kerja terdiri dari
dua golongan, yaitu: 1). golongan yang bekerja, yaitu mereka yang melakukan pekerjaan dengan maksud
memperoleh upah, atau memperoleh pendapatan atau keuntungan, baik mereka yang bekerja penuh
maupun tidak bekerja penuh; 2). golongan yang menganggur, yaitu mereka yang tidak bekerja dan
sedang aktif mencari pekerjaan menurut waktu tertentu atau mereka yang sudah pernah bekerja tetapi
sudah menganggur dan mencari pekerjaan.

Golongan yang termasuk bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang
tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, yakni orang-orang yang
kegiatannya bersekolah (pelajar, mahasiswa), mengurus rumah tangga (maksudnya Ibu-Ibu yang bukan
wanita karir), serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung dan jasa kerjanya
(pensiun, penderita cacat yang mendapat sumbangan). Kedua golongan dalam kelompok angkatan kerja
sewaktu-waktu dapat menawarkan jasa untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering juga
dinamakan sebagai potential labor force. Kenyataan juga menunjukkan bahwa tidak semua tenaga kerja
atau penduduk dalam usia kerja siap untuk bekerja, karena sebagian mereka masih bersekolah,
mengurus rumah tangga dan golangan lain-lain sebagai penerima pendapatan. Dengan kata lain,
semakin besar jumlah orang yang oleh kondisi masing-masing keluarga, kondisi ekonomi dan sosial
secara umum, dan kondisi pasar kerja itu sendiri. Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa tenaga kerja di Indonesia adalah penduduk yang telah berusia 15 tahun ke atas yang ikut
berpartisipasi dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai