Anda di halaman 1dari 60

BAB 2.

KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA
Oleh : TRIWAHONO
KOMPETENSI INTI :
Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab

fenomena

dan

kejadian,

serta

menerapkan

pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
KOMPETENSI DASAR :
3.2. Menganalisis permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia
4.2. Menyajikan hasil analisis masalah ketenagakerjaan di Indonesia
PETA KONSEP

KATA KUNCI
1
2
3
4
5
6
7

Ketenagakerjaan
Usia Kerja
Jumlah penduduk
Angkatan Kerja
Tingkat Partisipasi Angkatan kerja
Kesempatan Kerja.
Pasar Tenaga Kerja.

8
9
10
11
12
13
14

Jenis-jenis Tenaga Kerja


Peningkatan Kualitas Kerja
Pemagangan
Sistem Upah
Penetapan UMR
Pengangguran
Tingkat Pengangguran

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat:
1. Mendeskripsikan Pengertian ketenagakerjaan, kesempatan kerja, tenaga
kerja dan angkatan kerja
2. Mendeskripsikan Pasar Tenaga Kerja.
3. Mendeskripsikan Jenis-jenis Tenaga Kerja
4. Mendeskripsikan Upaya Peningkatan Kualitas Kerja
5. Mendeskripsikan Sistem Upah Yang Berlaku Di Indonesia
6. Mendeskripsikan Pengangguran

7. Berbagai Permasalahan Ketenagakerjaan di Indonesia


8. Upaya Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia

PENDAHULUAN

suasana mencari kerja


Sumber gambar: http://mas-bhen.do.am

Tampak pencari kerja di sedang antri di melamar pekerjaan. Data


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sampai Februari 2013, jumlah
total pengangguran di Indonesia mencapai 7,17 juta orang dan 360 ribu
orang diantaranya merupakan lulusan perguruan tinggi.
Setelah mengamati gambar dan ilustrasi diatas. Pertanyaanpertanyaan apakah yang akan muncul dari diri anda. Dari pertanyaanpertanyaan yang muncul cobalah dijawab menurut anda sendiri. Jika
anda ingin mengetahui lebih banyak tentang jawabannya bacalah
pengembangan konsep di bawah ini.

PENGEMBANGAN KONSEP
Salah satu persoalan sulit sebagaimana sering dihadapi oleh
pemerintah di berbagai negara adalah penyediaan kesempatan kerja bagi
penduduknya. Itulah mengapa keberhasilan pemerintah dari suatu negara
sering diukur dari kemampuannya dalam menyediakan lapangan kerja atau
menekan

tingkat

penggangguran

bagi

penduduknya.

Tenaga

kerja

merupakan salah satu faktor produksi yang penting, bukan hanya karena
peranannya

pada

proses

produksi,

tetapi

juga

karena

menyangkut

kesejahteraan masyarakat. Selain itu, untuk menciptakan hasil produksi perlu


keterpaduan antara tenaga kerja atau angkatan kerja dan kesempatan kerja.
Pada bab ini kita akan membahas tentang Pengertian penduduk,
ketenaga kerjaan, kesempatan kerja, tenaga kerja dan angkatan kerja, Upaya
meningkatkan kualitas tenaga kerja, Sistem upah dan Pengangguran di
Indonesia.

A. Pengertian ketenagakerjaan, kesempatan kerja, tenaga kerja dan


angkatan kerja
Ketenagakerjaan berasal dari kata tenaga kerja, yang dalam
Pasal 1 angka 2 UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Sedangkan pengertian
dari ketenagakerjaan sesuai dengan Pasal 1 angka 1 UU No. 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan adalah Ketenagakerjaan adalah segala
hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,
selama, dan sesudah masa kerja.

Apabila

kita

cermati

semua

permasalahan

dalam

ketenagakerjaan, maka kita akan menemukan hubungan yang saling


berkaitan antara jumlah penduduk, angkatan kerja, kesempatan kerja,
dan pengangguran, hubungan tersebut tampak seperti pada peraga 2.1.

Peraga 2.1. Hubungan antara Penduduk, Tenaga Kerja,


Angkatan Kerja dan Pengangguran

Tenaga Kerja. Tenaga Kerja (manpower) adalah penduduk dalam


usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara lain mereka yang
sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang
bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga. Penduduk yang
bersekolah dan mereka yang mengurus rumah tangga termasuk tenaga
kerja, karena secara fisik golongan ini mampu dan sewaktu-waktu dapat
ikut bekerja.
Usia Kerja. Usia Kerja merupakan tingkat umur seseorang yang
diharapkan dapat bekerja dan memperoleh pendapatan. Usia kerja ini
sejak Sensus Penduduk 2000 (SP2010) dan sesuai dengan ketentuan
internasional, dan Undang-Undang Wajib Belajar 9 Tahun diberlakukan,
adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih. Di luar batas tingkat
umur ini disebut sebagai penduduk di luar usia kerja, seperti anak-anak
dan penduduk usia lanjut. Usia kerja di Indonesia semula berkisar antara
10 sampai 55 tahun. Mungkin ini disebabkan karena anak anak di

Indonesia, terutama di pedesaan, sudah bekerja pada umur yang sangat


muda. Meskipun demikian,
Lalu berapa banyak jumlah tenaga kerja Indonesia saat ini? Untuk
menghitung besarnya jumlah tenaga kerja dapat dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh penduduk usia kerja (15 tahun keatas) dalam
suatu negara. Angka tersebut biasanya didapatkan dari Sensus
Penduduk (terakhir sensus penduduk tahun 2010), Survei Sosial dan
Ekonomi Nasional (Susenas), dan Survei Ketenagakerjaan Nasional
(Sakernas), Berdasarkan data pada tabel 3.1 kita dapat mengetahui
bahwa jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut jenis
kegiatan dari tahun 2011 terus mengalami kenaikan hingga bulan
Februari 2013 tercatat sebesar 175,10 juta jiwa.
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 menurut hasil
Sensus

Penduduk

penduduk Indonesia

2010
pada

(SP2010) menunjukkan bahwa jumlah


Mei

2010

sebanyak 237.641.326 jiwa,

yang terdiri dari laki- laki sebanyak 119.630.913 orang dan perempuan
sebanyak 118.010.413 orang (Tabel 5.1). Jumlah itu tersebar di 33
provinsi dimana sekitar 57 persen dari jumlah penduduk tersebut
tinggal

di

Pulau

Jawa.

Adapun

laju

pertumbuhan

penduduk

diproyeksikan sebesar 1,49 persen per tahun. Artinya, setiap tahun


jumlah populasi membengkak 3,5 juta hingga 4 juta orang,, dan tahun
2013 jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 242,013.80
jiwa
Piramida

penduduk

Indonesia

tahun

2010

termasuk

tipe

expansive, dimana sebagian besar penduduk berada pada kelompok


umur muda. Bagian tengah piramida cembung dan bagian atas
cenderung meruncing (lihat Grafik 2.1).

Grafik 2.1
Piramida Penduduk Indonesia 2010

Sumber: Sensus Penduduk 2010

Beban

ketergantungan

merupakan

perbandingan

antara

penduduk tidak produktif (umur kurang dari 15 tahun dan lebih dari 64
tahun) terhadap penduduk produktif (umur 15-64 tahun) tahun 2010
sebesar 51,3. Setiap 100 orang umur produktif menanggung beban
sekitar 51 orang umur tidak produktif. Angka

ketergantungan

terus

turun dibandingkan angka hasil sensus penduduk sebelumnya (lihat


Grafik 2.2). Ketika tahun 1971 sebesar 86,8 lalu kondisi terakhir tahun
2010 sebesar 51,3. Artinya beban besar yg harus ditanggung tiap pelaku
ekonomi (pengusaha, profesional, pedagang dll) atau pembayar pajak di
negeri ini untuk membantu mereka yg dibawah garis kemiskinan untuk
meningkatkan kualitas hidupnya.
Grafik 2.2
Rasio Ketergantungan Penduduk Indonesia, 19712010

Selanjutnya dari jumlah penduduk sebanyak itu , berapakah yang


termasuk tenaga kerja? Untuk itu kita dapat menghitung tingkat
persentase tenaga kerja dengan cara membandingkan antara jumlah
penduduk usia kerja dengan total jumlah penduduk seperti rumus berikut
ini:

% Tenaga Kerja

Jumlah Penduduk usia 15 tahun atau lebih


x 100
Jumlah penduduk

% Tenaga Kerja

175,10
x 100 72,35%
242,01

Tabel 2.1
Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan tahun, 2011
2013 (Juta orang)
Jenis Kegiatan

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas


Angkatan Kerja
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

2011
Februar Agustu
i
170,66
119,40

s
171,76
117,37

2012
Februar Agustu
i
172,87
120,42

s
173,93
118,05

2013
Februar
i
175,10
121,19

(%)
69,96%
68,34%
69,66%
67,88%
69,21%
b. Bekerja
111,282 109,670
112,803
110,808
114,021
c. Penganguran Terbuka *)
8,118
7,700
7,614
7,245
7,171
d. Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
6,80%
6,56%
6,32%
6,14%
5,92%
Bukan Angkatan Kerja
51 257
54 386
52 449
55 874
53 907
a. Sekolah
13,944
13,104
14,308
14,085
14,972
b. Mengurus Rumah Tangga
30,006
32,890
31,448
33,629
32,186
c. Lainnya
7,307
8,391
6,693
8,160
6,749
*) Pengangguran Terbuka : Mencari Pekerjaan, Mempersiapkan Usaha, Merasa Tidak Mungkin
Mendapat Pekerjaan, Sudah Punya Pekerjaan tetapi belum dimulai
Sumber :BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) dimodifikasi

Angkatan Kerja. Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai


pekerjaan, baik sedang bekerja maupun yang sementara tidak sedang
bekerja karena suatu sebab, seperti petani yang sedang menunggu
panen/hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya. Di
samping itu, mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang
mencari pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan atau bekerja secara
tidak optimal disebut pengangguran.
Bukan Angkatan Kerja. Bukan angkatan kerja adalah mereka
yang sedang bersekolah, pengurus rumah tangga tanpa mendapat

upah, lanjut usia, cacat jasmani dan sebagainya, dan tidak melakukan
suatu kegiatan yang dapat dimasukkan ke dalam kategori bekerja,
sementara tidak bekerja, atau mencari pekerjaan. Untuk bulan Februari
2013 tercatat sebesar 53.9 juta jiwa yang terdiri atas penduduk yang
masih sekolah 14,9 juta jiwa, Mengurus rumah tangga 32,2 juta jiwa dan
lainnya sebesar 6,7 juta jiwa.
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2013 mencapai
121,2 juta orang, bertambah sebanyak 3,1 juta orang dibanding
angkatan kerja Agustus 2012 sebanyak 118,1 juta orang atau bertambah
sebanyak 780 ribu orang dibanding Februari 2012. Adapun jumlah
penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2013 mencapai
114,0 juta orang, bertambah sebanyak 3,2 juta orang dibanding keadaan
pada Agustus 2012 sebanyak 110,8 juta orang, atau bertambah 1,2 juta
orang dibanding keadaan Februari 2012. Keadaan ketenagakerjaan
terus membaik ditandai oleh penurunan jumlah penganggur. Pada
Februari 2013 jumlah penganggur mencapai 7,17 juta orang, mengalami
penurunan sebanyak 70 ribu orang jika dibanding keadaan Agustus
2012, dan mengalami penurunan sebanyak 440 ribu orang jika
dibanding keadaan Februari 2012.
Gambar 2.1 Pelamar kerja

Sumber : Tribunnews.com

Tingkat Angka Partisipasi Angkatan kerja (TPAK). TPAK


adalah

Indikator

ketenagakerjaan

yang

sering

digunakan

untuk

mengukur besarnya jumlah angkatan kerja (bekerja dan mencari kerja)


berbanding dengan penduduk usia kerja (15 tahun keatas) atau disebut
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) atau Angka Partisipasi
Angkatan Kerja (APAK). Indikator ini bermanfaat untuk mengetahui
bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha
untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan
jasa, dalam kurun waktu tertentu.
Penghitungan APAK dapat dilakukan dengan membandingkan
antara jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja dengan
jumlah penduduk yang termasuk dalam usia kerja.

TPAK

Jumlah Angkatan Kerja (bekera mencari pekerjaan)


x 100
Jumlah penduduk 15 tahun atau lebih

TPAK Tahun 2013

121,19
x 100 69,21%
175,10

Berdasarkan data pada tabel 3.1, pada kondisi Februari 2013


diamana jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 121,19 dan jumlah
penduduk berumur 15 tahun ke atas sebesar 175,10, maka besarnya
TPAK adalah 69,21%. Semakin tinggi TPAK menunjukkan semakin
besar bagian dari penduduk usia kerja yang sesungguhnya terlibat, atau
berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi
barang dan jasa, dalam kurun waktu tertentu.
Gambar 2.2 Pelamar kerja

Kesempatan

Kerja.

Kegiatan

ekonomi

di

masyarakat

membutuhkan tenaga kerja. Sementara itu, kebutuhan akan tenaga kerja


itu dapat disebut sebagai kesempatan kerja (demand for labor). Selain
itu, kesempatan kerja juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan
yang menggambarkan tersedianya lapangan kerja (pekerjaan) untuk diisi
pencari kerja.
Dari kedua definisi tersebut maka kesempatan kerja dapat juga
diartikan sebagai permintaan akan tenaga kerja atau seberapa banyak
tenaga kerja yang terserap ke dalam dunia kerja. Semakin meningkat
pembangunan, semakin besar pula kesempatan kerja yang tersedia. Hal
ini berarti semakin besar pula permintaan akan tenaga kerja. Sebaliknya,
semakin besar jumlah penduduk, semakin besar pula kebutuhan akan
lowongan
kesempatan

pekerjaan
kerja

(kesempatan

bagi

kerja).

Untuk

masyarakat, pemerintah

menciptakan

terus berupaya

meningkatkan perluasan kesempatan kerja melalui berbagai kebijakan.


Salah satu kebijakan di bidang kesempatan kerja adalah pemerataan
kesempatan kerja.
Gambar 2.3 Pelamar kerja

Ilustrasi : penerbit

B. Pasar Tenaga Kerja.


Pasar

tenaga

kerja

adalah

keseluruhan

aktivitas

yang

mempertemukan penawaran tenaga kerja pencari kerja) dengan


permintaan tenaga kerja (lowongan kerja). Penawaran tenaga kerja
datang dari sektor rumah tangga. Sementara itu, permintaan tenaga
kerja datang dari perusahaan atau unit-unit usaha dan kantor- kantor
pemerintah
Proses mempertemukan pencari kerja dan lowongan pekerjaan
ternyata memerlukan waktu lama. Ini terjadi antara lain karena baik
pengusaha maupun pencari kerja sama-sama mempunyai informasi
yang tidak lengkap mengenai kondisi pencari kerja dan kondisi
perusahaan. Semakin terbatas informasi yang diketahui oleh masingmasing pihak, semakin lama proses mempertemukan pencari kerja dan
lowongan kerja. Sebelum seseorang memutuskan untuk menerima atau
tidak

menerima

suatu

lowongan

pekerjaan,

seseorang

tersebut

seringkali berusaha memperoleh informasi yang benar-benar perlu.


Berikut adalah sejumlah informasi sebagaimana dibutuhkan oleh pencari
kerja.
a. Jenis usaha dan gambaran umum dari perusahaan di mana
lowongan pekerjaan itu berada.

b. Kecocokan pekerjaan tersebut dengan pendidikan atau latar


belakang si pencari kerja.
c. Tingkat upah atau gaji dan lingkungan pekerjaan.
d. Keuntungan-keuntungan lain di luar gaji fringe benefits), seperti
tunjangan kesehatan, hari tua, libur, dan lain-lain.
e. Prospek

masa

depan

seperti

kemungkinan

naik

pangkat,

kesempatan menjadi anggota pimpinan, kesempatan latihan di


dalam dan luar negeri.
Begitu pula dengan perusahaan. Setiap perusahaan tentu
mencari sejumlah calon yang paling tepat untuk mengisi lowongan yang
ada. Sebelum memutuskan untuk erekrut pegawai atau karyawan baru,
perusahaan seringkali mempertimbangkan dan memerlukan sejumlah
berkaitan dengan kondisi si pelamar tersebut. Informasi itu antara lain
sebagai berikut.
1. jenis dan tingkat pendidikan calon.
2. keahlian khusus yang dimiliki calon.
3. kejujuran, sikap, dan penampilan.
4. pengalaman kerja.
5. kesehatan.
Di Indonesia, penyelenggaraan bursa tenaga kerja ditangani oleh
Departemen Tenaga Kerja (Depnaker). Orang-orang atau lembagalembaga yang membutuhkan tenaga kerja dapat melapor ke Depnaker
dengan menyampaikan jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang
dibutuhkan

beserta

mengumumkan

persyaratannya.

kepada

masyarakat

permintaan tenaga kerja tersebut.


Gambar 2.3 Pasar Tenaga Kerja

Kemudian

Depnaker

umumnya

tentang

akan
adanya

Gambar pasar tenaga kerja

Fungsi dan Manfaat Pasar Tenaga Kerja. Bursa tenaga kerja


mempunyai fungsi yang sangat luas, baik dalam sektor ekonomi maupun
sektor-sektor yang lain. Fungsi Pasar Tenaga Kerja yaitu :

Sebagai Sarana Penyaluran Tenaga Kerja,

Sebagai sarana untuk mendapatkan informasi tentang ketenagakerjaan,

Sebagai sarana untuk mempertemukan pencari kerja dan orang atau


lembaga yang membutuhkan tenaga kerja,

Manfaat adanya bursa tenaga kerja yaitu :

Dapat membantu para pencari kerja dalam memperoleh pekerjaan


sehingga dapat mengurangi penggangguran,

Dapat membantu orang-orang atau lembaga-lembaga yang memerlukan


tenaga kerja untuk mendapatkan tenaga kerja,

Dapat

membantu

pemerintah

ketenagakerjaan,

C. Jenis-jenis Tenaga Kerja

dalam

mengatasi

permasalahan

Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara


langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor
produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli.
Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta
kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga
kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan
keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya.
Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja terbagi atas 4 (empat)
golongan, antara lain sebagai berikut :
1. Tenaga Kerja Terdidik. Yaitu tenaga kerja yang memiliki kelebihan
dengan mengikuti pendidikan formal yang diselenggarakan oleh negara
maupun swasta. Golongan tenaga kerja seperti ini biasanya memiliki
surat / ijazah yang telah diakui. Contohnya pekerjaan guru harus
memiliki ijazah pendidikan kuliah di perguruan tinggi keguruan.
Pekerjaan dokter harus memiliki ijazah pendidikan kedokteran dari
perguruan tinggi resmi.
2. Tenaga Kerja Terlatih. Yaitu tenaga kerja yang memiliki kelebihan
dengan mengikuti kepelatihan-kepelatihan yang diselenggarakan oleh
negara maupun swasta atau lembaga-lembaga tenaga kerja. Contohnya
pekerjaan baby sister, pekerjaan mekanik bengkel dan tukang potong
rambut profesional. Mereka mendapatkan pekerjaan setelah memiliki
ketrampilan yang terlatih dengan baik.
3. Tenaga Kerja Terdidik dan Terlatih. Yaitu tenaga kerja yang memiliki
kelebihan selain mengikuti pendidikan resmi juga memiliki ketrampilan
lain yang menunjang dalam pekerjaan. Sebagai contoh seorang calon
tenaga kerja yang memiliki ijazah dari perguruan tinggi namun juga
memiliki keahlian menguasai komputer dan perakitannya. jenis tenaga
kerja seperti inilah yang paling banyak dibutuhkan dalam suatu
perusahaan.
4. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih. Yaitu tenaga kerja yang
tidak memiliki ketrampilan maupun pendidikan, akan sangat sulit
mendapatkan pekerjaan. Selain kurang berpengalaman, tenaga kerja
golongan ini juga membebani perusahaan apabila dipekerjakan.

Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga


kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja rohani adalah
tenaga kerja yang menggunakan pikiran, rasa, dan karsa. yang produktif
dalam proses produksi. Misalnya manajer, guru, editor, konsultan, dan
pengacara. Sementara itu, tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja
yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi. Misalnya
tukang las, pengayuh becak, dan sopir.

D. Upaya Peningkatan Kualitas Kerja


Terdapat kecenderungan pada lapangan kerja sektor modern
untuk hanya menerima angkatan kerja yang siap kerja atau siap pakai
dan berpengalaman untuk menjadi karyawannya. Sementara itu,
angkatan kerja muda tamatan sekolah menengah ataupun perguruan
tinggi pada umumnya belum mempunyai kesiapan dan pengalaman.
Situasi semacam ini mengakibatkan sejumlah angkatan kerja muda
tamatan

sekolah

menengah

ataupun

perguruan

tinggi

menjadi

pengangguran. Perhatikan pengangguran terbuka menurut pendidikan


dan jenis kelamin tahun 2011-2013 pada Tabel 3.2.

Tabel 2.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut


Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 20112013 (persen)
2011
2012
Februari
Agustus
Februari
Agustus
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1. SD kebawah
3,37
3,56
3,69
3,64
2. Sekolah Menengah Pertama
7,83
8,37
7,80
7,76
3. Sekolah Menengah Atas
12,17
10,66
10,34
9,60
4. Sekolah Menengah Kejuruan
10,00
10,43
9,51
9,87
5. Diploma I/II/III
11,59
7,16
7,50
6,21
6. Universitas
9,95
8,02
6,95
5,91
Jumlah
6,80
6,56
6,32
6,14
Sumber :BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) dimodifikasi
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

2013
Februari
(6)
3,61
8,24
9,39
7,68
5,65
5,04
5,92

Selain masalah kesiapan dan pengalaman di atas, rendahnya


mutu kerja tidak hanya mengakibatkan rendahnya produktivitas kerja
dan penghasilan, tetapi juga menyulitkan pengolahan sumber daya alam
yang melimpah. Indonesia sebenarnya memiliki keunggulan komparatif
di bidang sumber daya alam, baik sumber daya yang berada di darat
maupun di laut dan jumlah tenaga kerja. Sayangnya, mutu tenaga kerja
Indonesia secara umum belum memadai, sehingga perlu ditingkatkan
supaya jumlah tenaga kerja yang besar itu benarbenar dapat menjadi
kekuatan efektif dalam pembangunan.
Upaya untuk meningkatkan mutu dan kemampuan tenaga kerja
tidak hanya berkaitan dengan umlah angkatan kerja yang perlu dididik
dan dilatih, akan tetapi juga berkaitan dengan kesesuaian antara hasil
pendidikan dan latihan dengan permintaan lapangan kerja dan
persyaratan kerja. Pendidikan formal, baik yang bersifat umum maupun
kejuruan, merupakan jalur yang sangat penting untuk membangun dan
mengembangkan pengetahuan, bakat, kepribadian, sikap mental,
kreativitas, penalaran, dan kecerdasan seseorang. Pendidikan formal itu
merupakan pondasi penting untuk membangun mutu sumber daya
manusia di masa yang akan datang. Selain melalui pendidikan formal,
peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat juga dilakukan melalui
pendidikan nonformal. Upaya-upaya untuk meningkatkan mutu tenaga
kerja melalui pendidikan nonformal antara sebagai berikut.
1. Latihan Kerja.
Latihan kerja merupakan proses pengembangan keahlian dan
keterampilan kerja yang langsung dikaitkan dengan pekerjaan dan
persyaratan kerja. Dengan kata lain, latihan kerja berkaitan erat dengan
pengembangan

profesionalisme

tenaga

kerja.

Terkait

dengan

peningkatan mutu tenaga kerja, latihan kerja dapat berfungsi sebagai


suplemen ataupun komplemen terhadap pendidikan formal. Sistem
Latihan Kerja Nasional sebagaimana telah ditetapkan oleh Menteri
Tenaga Kerja memberikan pedoman dan arahan untuk pengembangan
jalur latihan kerja, baik yang dilakukan oleh lembaga latihan kerja
maupun

oleh

perusahaan.

Upaya-upaya

pemerintah

dalam

melaksanakan latihan keterampilan antara lain dilakukan melalui Balai


Latihan Kerja (BLK). Kursus dan Balai Latihan Kerja ini bertujuan untuk
memberikan keterampilan dan emampuan kepada pengikut kursus, baik
untuk mengisi berbagai macam lowongan kerja di masyarakat yang
menuntut berbagai macam kemampuan dan keterampilan tertentu,
maupun kemampuan dan keterampilan untuk kerja mandiri, seperti
usaha

kerajinan,

perbengkelan,

dan

lain

sebagainya.

Begitu

keterampilan tersebut diperoleh, para pencari kerja dapat memenuhi


persyaratan- ersyaratan khusus sebagaimana dituntut oleh dunia kerja.
Selain itu, latihan keterampilan juga dapat dilakukan melalui kursuskursus

keterampilan

sebagaimana

banyak

diselenggarakan

oleh

masyarakat.
2. Pemagangan.
Pemagangan adalah latihan kerja langsung di tempat kerja. Jalur
pemagangan ini bertujuan untuk memantapkan profesionalisme yang
dibentuk melalui latihan kerja. Dengan bimbingan dan pengalaman yang
terus-menerus dalam dunia kerja maka profesionalisme tenaga kerja
akan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan keterampilan yang
dipelajari selama magang pada suatu perusahaan.
3. Perbaikan Gizi dan Kesehatan.
Perbaikan

gizi

dan

kesehatan

perlu

dilaksanakan

untuk

mendukung ketahanan kerja dan kemampuan belajar (kecerdasan) alam


menerima pengetahuan baru dan meningkatkan semangat kerja. Selain
itu, peningkatan kemampuan teknis melalui jalur-jalur pengembangan
sumber daya manusia perlu diupayakan agar tercipta manusia
berkualitas dengan ciri taat menjalankan agama, toleran dan saling
menghargai sesama manusia, berwawasan kepentingan nasional,
berbudi luhur, ulet, tangguh, cerdas dan terampil, produktif, disiplin dan
bertanggung jawab, inovatif, dan berpandangan jauh ke depan.

E. Sistem Upah Yang Berlaku Di Indonesia

Sistem Penentuan Upah (pengupahan) yang berlaku di Indonesia


adalah sistem yang berbasis indeks biaya hidup dan Pendapatan
Domestik Bruto (PDB) per Kapita sebagai proksi (tingkat pencapaian)
dari tingkat kemakmuran, dengan kata lain berbasiskan angka
Kehidupan hidup layak (KHL) dan tingkat inflasi.
Sistem

pengupahan

di

Indonesia

juga

mendasarkan

penentuannya melalui mekanisme konsultasi tripartit dalam menetapkan


upah minimum antara wakil pengusaha, wakil pekerja dan wakil dari
pemerintahan. Wakil pemerintahan selain dalam fungsinya sebagai
fasilitator dan mediator bila diperlukan pada akhirnya akan juga berperan
sebagai pengambil kebijakan sekaligus mengesahkannya secara hukum.
Upah bagi pekerja merupakan hak yang harus diperoleh karena
nilai sumbangsihnya dalam proses produksi menciptakan nilai tambah.
Upah harus mencerminkan nilai jabatan yang dipangku seseorang di
suatu organisasi perusahaan dan organisasi-organisasi pada umumnya
dalam suatu industri. Nilai jabatan yang lebih tinggi akan memberikan
besaran upah yang lebih tinggi. Besarnya upah yang diterima seseorang
atau perbedaan nilai jabatan harus mencerminkan rasa keadilan dalam
organisasi itu (equity) dan nilai jabatan yang ada di pasar (kompetitif).
Tidak ada kenaikan upah tanpa kenaikan nilai jabatan kecuali bagi
perusahaan

yang

mampu

dapat

melakukan

penyesuaian

atau

pemberian insentif untuk mempertahankan karyawan yang baik.


Mekanisme penyesuaian diatur dalam ketentuan perusahaan dengan
mempertimbangkan prestasi kerja yang telah dicapai secara individu
Tujuan pengupahan. Peningkatan kesejahteraan tenaga kerja,
produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan produksi, khususnya bagi
tenaga kerja penerima upah dan gaji rendah merupakan sasaran bagi
pelaksanaan

kebijaksanaan

di

bidang

pengupahan.

Dengan

kebijaksanaan tersebut diharapkan akan mempersempit perbedaan


upah untuk jabatan yang sama, baik antar wilayah, antar sektor maupun
antar perusahaan.
Dalam rangka itu ketentuan upah minimum diberlakukan agar
penetapan upah berada di atas kebutuhan hidup minimum. Penetapan
upah minimum mencakup upah minimum regional, sektoral dan sub-

sektoral yang sekaligus diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan


tenaga

kerja,

meningkatkan

produktivitas

serta

mengupayakan

pemerataan pendapatan dalam rangka menciptakan keadilan sosial.


Penetapan UMR. Pemerintah telah resmi menandatangani Surat
Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri mengenai penetapan Upah
Minimum Regional (UMR). SKB ini intinya akan mengatur penetapan
upah minimum berdasarkan negosiasi bipartit antara manajemen dan
buruh. Pemerintah kini tidak lagi ikut campur dalam negosiasi UMR
terutama dalam masa krisis global karena kalau kondisi normal
melakukan negosiasi tripartit.
Pemerintah, dalam rangka mewujudkan penghasilan yang layak
bagi pekerja, perlu menetapkan upah minimum. Penetapan upah
minimum

itu

antara

lain

dilakukan

dengan

mempertimbangkan

peningkatan kesejahteraan pekerja, tanpa mengabaikan meningkatan


produktivitas

dan

kemajuan

perusahaan,

serta

perkembangan

perekonomian pada umumnya.


Sebelum tahun 2000, Indonesia menganut sistem pengupahan
berdasarkan kawasan (regional) atau sering kita kenal sebagai Upah
Minimum Regional (UMR). Artinya, untuk kawasan yang berbeda, upah
minimum

yang

harus diterima

oleh pekerja

juga

berbeda. Ini

berdasarkan pada perbedaan biaya hidup pekerja di setiap daerah. Akan


tetapi, penentuan upah berdasarkan kawasan ini masih dirasakan belum
cukup untuk mewakili angka biaya hidup di setiap daerah. Untuk itu
pemerintah melakukan perubahan peraturan tentang upah minimum.
Dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000
tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai
daerah otonom, maka pemberlakuan Upah Minimum Regional (UMR)
berubah menjadi Upah Minimum Provinsi (UMP) atau upah minimum
kabupaten/kota. Dengan adanya peraturan baru ini, provinsi-provinsi di
Indonesia mulai menyeuaikan upah minimum regional di daerah mereka.
Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang
panjang. Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari
birokrat,

akademisi,

buruh

dan

pengusaha

mengadakan

rapat,

membentuk tim survei dan turun ke lapangan mencari tahu harga

sejumlah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan


buruh. Setelah survei di sejumlah kota dalam provinsi tersebut yang
dianggap representatif, diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dulu disebut Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Berdasarkan KHL, DPD
mengusulkan upah minimum regional (UMR) kepada Gubernur untuk
disahkan. Komponen kebutuhan hidup layak digunakan sebagai dasar
penentuan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup pekerja lajang
(belum menikah).
Saat ini UMR juga dikenal dengan istilah Upah Minimum Provinsi
(UMP) karena ruang cakupnya biasanya hanya meliputi suatu provinsi.
Selain itu setelah otonomi daerah berlaku penuh, dikenal juga istilah
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK).
Berikut Daftar Provinsi yang telah menetapkan Upah Minimum
Provisini UMP Tahun 2014 Terbaru berdasarkan data Kemenakertrans,
antara lain:
Tabel 2.3. Upah Minimum Provisini UMP Tahun 2014
Propinsi

2014

Kenaikan

2013

1. Kalimantan Tengah

Rp 1,723,970.00

11 %

Rp 1,553,127.00

2. Kalimantan Barat

Rp 1,380,000.00

30 %

Rp 1,060,000.00

3. Jambi

Rp 1,502,300.00

15,56 %

Rp 1,300,000.00

4. Sulawesi Tenggara

Rp 1,400,000.00

24,42 %

Rp 1,125,207.00

5. Sumatera Barat

Rp 1,490,000.00

10,37 %

Rp 1,350,000.00

6. Bangka-Belitung

Rp 1,640,000.00

29,64 %

Rp 1,265,000.00

7. Papua

Rp 1,900,000.00

11,11 %

Rp 1,710,000.00

8. Bengkulu

Rp 1,350,000.00

45 %

Rp 930,000.00

9. NTB

Rp 1,210,000.00

10 %

Rp 1,100,000.00

10. DKI Jakarta

Rp 2,441,301.00

9%

Rp 2,200,000.00

Sumber:http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/viewpdf.php?id=294

Sanksi bagi pelanggar. Sesuai dengan Undang-Undang No. 13


tahun

2003

tentang

Ketenagakerjaan,

pegusaha

yang

tidak

membayarkan upah sesuai ketentuan UMP dianggap sebagai pelaku


kejahatan dengan ancaman sanksi penjara dari satu hingga empat tahun
dan denda minimal Rp100 juta dan maksimal Rp400 juta.

UMP yang ditetapkan merupakan gaji pokok bagi pekerja yang


masih belum menikah dan punya masa kerja 0-12 bulan. Dalam hal
komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap maka
besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh lima perseratus)
dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.
Apakah Anda mengetahui apa saja yang termasuk dalam
komponen upah?
Berikut adalah pengertian dari gaji pokok, tunjangan tetap dan
tunjangan tidak tetap menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.
SE-07/Men/1990 tentang Pengelompokan Upah dan Pendapatan Non
Upah :
a. Gaji Pokok
Gaji pokok adalah adalah imbalan dasar (basic salary) yang
dibayarkan kepada pekerja menurut tingkat atau jenis pekerjaan
yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
b. Tunjangan Tetap
Tunjangan tetap adalah pembayaran kepada pekerja yang
dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran
pekerja atau pencapaian prestasi kerja tertentu (penjelasan pasal
94 UU No. 13/2003). Tunjangan tetap tersebut dibayarkan dalam
satuan waktu yang sama dengan pembayaran upah pokok, seperti
tunjangan isteri dan/atau tunjangan anak, tunjangan perumahan,
tunjangan daerah tertentu.
c. Tunjangan Tidak Tetap
Tunjangan Tidak Tetap adalah pembayaran yang secara langsung
atau tidak langsung berkaitan dengan pekerja yang diberikan
secara tidak tetap dan dibayarkan menurut satuan waktu yang tidak
sama dengan waktu pembayaran upah pokok, seperti tunjangan
transpor dan/atau tunjangan makan yang didasarkan pada
kehadiran.

F. Pengangguran

Pada keadaan ideal, besarnya kesempatan kerja sama dengan


besarnya angkatan kerja, sehingga semua angkatan kerja akan
mendapatkan pekerjaan. Meskipun demikian, keadaan tersebut pada
kenyataannya sulit untuk dicapai. Secara umum, kesempatan kerja lebih
kecil daripada angkatan kerja, sehingga tidak semua angkatan kerja
akan mendapatkan pekerjaan. Itulah mengapa timbul penggangguran.
Pengangguran tidak hanya disebabkan oleh kurangnya lowongan
pekerjaan, tetapi juga disebabkan oleh kurangnya keterampilan yang
dimiliki pencari kerja. Selain itu, persyaratan persyaratan yang
dibutuhkan oleh dunia kerja juga tidak dapat dipenuhi oleh pencari kerja.

1. Jumlah dan Tingkat Pengangguran


Jumlah pengangguran menurut BPS, Survei Angkatan Kerja
Nasional (Sakernas) tahun 2011-2013 pada Tabel 3.1. menunjukkan
jumlah pengangguran terbuka pada

Agustus tahun 2012 mencapai

7,245 juta jiwa dan terus menurun di bulan Februari 2013 sebesar Rp
7,171 juta jiwa dari angkatan kerja sebanyak 121,19 juta orang.
Tingkat Pengangguran adalah hubungan jumlah penduduk
berusia 15 tahun atau lebih yang sedang mencari pekerjaan, dengan
jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja yang yang
dinyatakan dalam persen yaitu :

Tingkat Penganggur an Terbuka

Penganggur an terbuka
X 100
Angkatan Kerja

Berdasarkan data pada tabel 3.1 maka tingkat atau angka


pengangguran terbuka tahun 2013 dapat kita hitung :

Tingkat Penganggur an Tahun 2013

7.171
x 100% 5,92%
121,19

Tingkat Penganggur an Tahun 2013

7.245
x 100% 6,14%
118,05

Besarnya angka pengangguran terbuka mempunyai implikasi


sosial yang luas karena mereka yang tidak bekerja tidak mempunyai
pendapatan. Semakin tinggi angka pengangguran terbuka maka
semakin besar potensi kerawanan sosial yang ditimbulkannya contohnya
kriminalitas. Sebaliknya semakin rendah angka pengangguran terbuka
maka semakin stabil kondisi sosial dalam masyarakat. Sangatlah tepat
jika pemerintah seringkali menjadikan indikator ini sebagai tolok ukur
keberhasilan

pembangunan.

Selain

itu

Proporsi

atau

jumlah

pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna sebagai acuan


pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru. Disamping itu, trend
indikator ini akan menunjukkan keberhasilan progam ketenagakerjaan
dari tahun ke tahun.
2. Jenis Pengangguran
Secara garis besar, pengangguran dapat dibedakan menjadi dua
golongan, menurut lama waktu kerja dan menurut penyebabnya.
a. Jenis Pengangguran menurut Lama Waktu Kerja
Seseorang dapat dianggap bekerja penuh atau full employed
apabila dia bekerja 39-48 jam per minggu. Petani seringkali bekerja lebih
dari 40 jam seminggu, dan seringkali tidak mengenal hari libur.
Sebaliknya, banyak orang yang bekerja sepenggal waktu, ada juga
orang yang tidak bekerja sama sekali. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas
yang bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja tahun 2013 dapat dilihat pada
Tabel 2.4 .
Tabel 2.4. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang bekerja
Menurut Jumlah Jam Kerja Seluruhnya, 2011-2013 (juta orang)
Jumlah jam ker per minggu
(1)
1-7

2011
(2)
(3)
1.37
1.44

2012
(4)
(5)
1.55
1.46

2013
(6)
1.61

8-14
15-24
25-34
1-35
35+ *)
*) termasuk sementara tidak bekerja

4.79
12.63
15.4
34.19
77.09

5.2
12.89
15.06
34.59
75.08

5.31
12.67
16.02
35.55
77.25

5.16
12.79
14.89
34.3
76.51

5.43
13.02
15.65
35.71
78.31

Sumber : Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI, 6 Mei 2013

Pengangguran jika dilihat dari tolok ukur berdasarkan lama waktu


kerja maka dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut.

1)

Pengangguran Terbuka (Open Unemployment).


Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang betul-betul tidak
mempunyai pekerjaan, meskipun mereka sedang mencari pekerjaan.
Pengangguran ini terjadi apabila seseorang belum mendapat pekerjaan
padahal telah berusaha secara maksimal, sementara lapangan kerja
yang tersedia tidak cocok dengan latar belakang pendidikannya, atau
ada juga yang karena malas mencari pekerjaan atau malas bekerja.
Tabel

1.5

memperlihatkan

jumlah

penganggur

terbuka

Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut


Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Tabel 2.5.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2011-2013 (persen)

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan


1. SD ke bawah
2. Sekolah Menengah Pertama
3. Sekolah Menengah Atas
4. Sekolah Menengah Kejuruan
5. Diploma I / II / III
6. Universitas

2012
Februari
Agustus
3.69
3.64
7.80
7.76
10.34
9.60
9.51
9.87
7.50
6.21
6.95
5.91
6.32
6.14

Sumber : Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI, 6 Mei 2013

2013
Februari
Agustus
3.61
3.51
8.24
7.60
9.39
9.74
7.68
11.19
5.65
6.01
5.04
5.50
5.92
6.25

2)

Setengah Menganggur (Underemployment).


Setengah menganggur terjadi apabila tenaga kerja tidak bekerja
secara optimum karena ketiadaan lapangan kerja atau pekerjaan.
Sejumlah

pendapat

mengatakan

bahwa

tenaga

kerja

setengah

menganggur ini adalah tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam
selama seminggu. Sebagai contoh, seorang petani setelah musim tanam
biasanya tidak bekerja secara optimum. Mereka hanya menunggu
musim penyiangan dan setelah musim penyiangan lewat mereka
kembali menganggur sampai ke musim panen. Contoh lain lagi adalah
seorang buruh bangunan yang telah menyelesaikan pekerjaan di suatu
proyek untuk sementara menganggur sambil menunggu proyek
berikutnya.
3)

Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment).


Pengangguran terselubung terjadi apabila tenaga kerja tidak
bekerja secara optimum karena tidak memperoleh pekerjaan yang
sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Sebagai contoh, suatu kantor
memperkerjakan sepuluh orang karyawan padahal pekerjaan dalam
kantor itu dapat dikerjakan dengan baik walau hanya dengan delapan
orang karyawan saja, sehingga terdapat kelebihan dua orang tenaga
kerja. Orang-orang semacam itu disebut sebagai pengangguran
terselubung. Keadaan ini nampak jelas di pedesaan. Orang yang tidak
memperoleh pekerjaan sering membantu di sawah, di mana sebidang
sawah yang sempit dikerjakan oleh banyak orang. Mereka itu
kelihatannya bekerja, tetapi sebenarnya tidak memberikan tambahan
hasil apa-apa. Barangkali dalam konteks perekonomian Indonesia,
orang yang menganggur itu sama sekali tidak ada, karena mereka yang
tidak bekerja ini boleh menumpang membantu seadanya pada
keluarganya
b. Jenis Pengangguran menurut Penyebab
Pengangguran

jika

dilihat

dari

penyebabnya

maka

dapat

digolongkan menjadi pengangguran struktural, siklikal, musiman, dan

friksional. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut dari masing-masing


jenis pengangguran tersebut (lihat Tabel 1.6).
1)

Pengangguran Struktural.
Pengangguran struktural disebabkan oleh ketidakcocokan antara
keterampilan

(kualifikasi)

tenaga

kerja

yang

dibutuhkan

dan

keterampilan tenaga kerja yang tersedia. Latar belakang ketidakcocokan


itu karena perubahan struktur ekonomi yang berasal dari beberapa
faktor, seperti perubahan teknologi atau adanya perubahan komposisi
angkatan kerja, antara lain berupa perubahan truktur permintaanpenawaran dalam jangka panjang sebagai dampak kemajuan teknologi,
perubahan selera, dan persaingan antarperusahaan. Sebagai contoh,
karena ingin transportasi yang lebih cepat, permintaan terhadap jasa
kendaraan bermotor meningkat, sementara permintaan terhadap jasa
tukang becak menurun. Padahal jumlah tukang becak lebih banyak
daripada jumlah pengemudi kendaraan. Perubahan permintaan itu
menimbulkan ketidakcocokan antara keterampilan yang dibutuhkan
(mengemudi kendaraan) dan keterampilan yang tersedia (mengemudi
becak).

Sebaliknya

akibatnya,

sejumlah

tukang

becak

terpaksa

menganggur.
2)

Pengangguran Siklikal.
Pengangguran siklikal berkaitan dengan naik-turunnya aktivitas
atau keadaan perekonomian suatu negara (business cycle). Suatu
ketika, perekonomian mengalami masa pertumbuhan (menaik). Di saat
lain, mengalami resesi (menurun) atau bahkan depresi. Pada saat
krisis ekonomi, daya beli masyarakat mengalami penurunan sehingga
tingkat permintaan terhadap barang dan jasa juga menurun. Turunnya
permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa memaksa produsen
untuk menurunkan kegiatan produksi. Produsen melakukan ini antara
lain dengan cara mengurangi pemakaian faktor produksi, termasuk
tenaga kerja. Itulah mengapa, pada saat krisis ekonomi, kita
menyaksikan banyaknya pegawai atau buruh terkena PHK sehingga
menganggur. Oleh karena itu, pengangguran yang diakibatkan oleh

menurunnya aktivitas perekonomian ini sering dinamakan pengang


guran siklikal (siklus).
3)

Pengangguran Musiman.
Pengangguran
permintaan

musiman

terhadap

tenaga

disebabkan
kerja

yang

oleh

perubahan

sifatnya

berkala.

Pengangguran seperti ini biasa terjadi pada tenaga kerja paruh waktu
(part time). Mereka ini irekrut saat ada pekerjaan (proyek) yang
membutuhkan banyak tenaga. Setelah proyek selesai, mereka tidak
lagi dibutuhkan dan kembali menganggur. Contoh penganggur
musiman adalah para tukang bangunan. Mereka bekerja selama ada
proyek bangunan, entah berupa gedung atau perumahan. Setelah
proyek selesai, tukang itu kembali menganggur sampai ada pekerjaan
yang sesuai dengan keahlian mereka. Contoh lain lagi adalah penjaga
stand pameran. Mereka bekerja selama pameran berlangsung. Setelah
pameran selesai, mereka menunggu proyek berikutnya.
4)

Pengangguran Friksional.
Pengangguran friksional disebabkan oleh pergantian pekerjaan
atau pergeseran tenaga kerja. Sering kita jumpai tenaga kerja yang
berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain, atau berpindah
dari jenis pekerjaan tertentu ke jenis pekerjaan lain. Perpindahan itu
tidak

terjadi

begitu

saja.

Tenaga

kerja

yang

bersangkutan

membutuhkan sementara waktu untuk mencari pekerjaan atau


perusahaan yang cocok. Selama waktu pencarian itu, tenaga kerja
tersebut

menganggur.

Pengangguran

friksional

disebut

juga

pengangguran sukarela (voluntary unemployment) yaitu pengangguran


secara sukarela tidak mau bekerja dengan alasan sudah mampu dan
berkecukupan. Berbeda dengan tiga jenis pengangguran sebelumnya,
pengangguran

ini

muncul

dari

kemauan

tenaga

kerja

yang

bersangkutan. Ia menganggur untuk sementara aktu dalam rangka


mencari pekerjaan yang lebih baik, menantang, dan menunjang
karirnya.

3. Dampak Negatif Pengangguran Terhadap Lingkungan Sosial


Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah
mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan, antara lain ditandai oleh
jumlah pengangguran dan setengah pengangguran yang besar,
pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya
pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan
pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban
keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong
peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat menghambat
pembangunan dalam jangka panjang. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pengangguran adalah merugikan baik bagi yang bersangkutan maupun
bagi

masyarakat

itu

sendiri.

Berikut

adalah

kerugian-kerugian

sebagaimana ditimbulkan oleh pengangguran.


a. Produktivitas.
Tenaga

kerja

akan

menurun

produktivitasnya

jika

tidak

dimanfaatkan. Peningkatan rasa frustasi, patah semangat, dan perasaan


tidak berdaya, yang terjadi pada pengangguran, dalam jangka panjang
akan menumbuhkan sikap masa bodoh. Para penganggur tidak mampu
lagi mengelola dirinya sendiri dan tidak mampu menangkap peluang
yang ada secepatnya. Mereka tidak siap bekerja. Jadi, pengalaman dan
pelatihan yang telah diperoleh sebelumnya, apalagi dengan biaya yang
besar pula, menjadi sia-sia. Jika pengalaman dan pelatihan tersebut
diperoleh dari perusahaan atau pemerintah (misalnya BLK), maka
berapa rupiah uang negara yang hilang percuma? Biaya yang besar
harus dikeluarkan lagi karena pemerintah arus menyediakan berbagai
sarana/prasarana kesehatan jiwa bagi para penganggur.
b. Standar Kehidupan.
Jika pekerja menganggur, maka pendapatannya anjlok dan
standar kehidupannya menurun. Sebagian pekerja mungkin dapat
meminta bantuan kepada pasangannya atau pihak lain untuk membuka
usaha, tetapi kebanyakan dari mereka terpaksa harus melakukan
penghematan besar-besaran. Jika banyak orang menganggur maka

akan mengakibatkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa


turun. Lebih jauh, pengeluaran masyarakat akan turun, sehingga akan
mengakibatkan pengangguran berikutnya di perusahaan lain.
c. Penerimaan Negara.
Semakin
pendapatan

besar

negara

jumlah

dari

pajak

pengangguran,
penghasilan.

semakin
Begitu

menurun

pendapatan

menurun, semakin menurun pula kemampuan pemerintah melayani


kebutuhan warganya.

d. Aktivitas Ekonomi Keseluruhan.


Pengangguran akan menurunkan daya beli masyarakat, sehingga
permintaan terhadap barang-barang hasil produksi berkurang. Hal ini
akan menurunkan para penanam modal atau para pengusaha untuk
memperluas usahanya. Sebagai akibatnya, aktivitas perekonomian dan
pertumbuhan ekonomi akan terhambat.
e. Biaya Sosial.
Pengangguran mengakibatkan masyarakat harus menanggung
sejumlah biaya sosial, antara lain ada kaitan erat antara peningkatan
pengangguran dan kejahatan. Selain itu, masyarakat harus menanggung
biaya pengangguran melalui peningkatan tugas-tugas medis yang
berkaitan

dengan

perawatan

psikologis,

peningkatan

kualitas

pengamanan wilayah, dan peningkatan volume proses peradilan karena


meningkatnya tindak kejahatan.
4. Cara-Cara Mengatasi Pengangguran
Cara paling utama untuk mengatasi pengangguran adalah
melakukan perluasan kesempatan kerja. Itulah mengapa perluasan
kesempatan kerja sangat penting untuk tenaga kerja karena menyangkut
pemenuhan kesejahteraan hidup. Bagi tenaga kerja yang bekerja,
pemenuhan kesejahteraan hidup itu antara lain dipenuhi melalui balas
jasa berupa upah atau gaji. Jadi, kesempatan kerja merupakan

kesempatan untuk memperoleh penghasilan bagi tenaga kerja. Sejumlah


upaya dapat dilakukan untuk mengatasi pengangguran. Meskipun
demikian,

upaya

pengangguran

itu.

itu

juga
Berikut

berbeda-beda
ini

akan

tergantung

dibahas

pada

cara

jenis

mengatasi

pengangguran pada beberapa jenis pengangguran.

Gambar 2.4 Aktivitas Tenaga Kerja pada suatu perusahaan

Sumber : penerbit
a. Peningkatan Mobilitas Tenaga Kerja dan Modal.
Peningkatan

mobilitas

tenaga

kerja

dilakukan

dengan

memindahkan pekerja ke kesempatan kerja yang lowong dan melatih


ulang keterampilannya sehingga dapat memenuhi tuntutan kualifikasi di
tempat

baru.

Peningkatan

mobilitas

modal

dilakukan

dengan

memindahkan industri (padat karya) ke wilayah yang mengalami

masalah pengangguran parah. Cara ini baik digunakan untuk mengatasi


masalah pengangguran struktural. Untuk cara ini, harus ditingkatkan
pembangunan yang dapat menyerap banyak tenaga kerja (padat karya)
di wilayah yang mengalami masalah pengangguran parah, seperti
pembangunan berbagai macam proyek pengairan, pembangkit listrik,
pembangunan jalan raya, dan lainnya.
b. Pengelolaan Permintaan Masyarakat.
Pemerintah dapat mengurangi pengangguran dengan cara
melakukan pengelolaan permintaan masyarakat dengan cara membuka
proyek yang bersifat umum, seperti membangun jalan, jembatan, irigasi,
dan kegiatan lainnya. Cara lain adalah dengan mengarahkan permintaan
masyarakat untuk membeli barang dan jasa, serta memperluas pasar
barang dan jasa.
Cara ini paling cocok untuk, mengatasi pengangguran siklikal
(siklis)

dimana

Penurunan

kegiatan

kegiatan

perekonomian

perekonomian

menurun

umumnya

karena
dimulai

resesi.
dengan

melemahnya permintaan akan barang. Akibat penurunan permintaan,


produksi barang juga akan berkurang. Dampak pengurangan produksi
adalah terjadinya penurunan investasi.
c. Penyediaan Informasi Tentang Kebutuhan Tenaga Kerja.
Untuk mengatasi pengangguran musiman, perlu ada pemberian
informasi yang cepat mengenai empat-tempat mana yang sedang
memerlukan tenaga kerja. Masalah pengangguran dapat muncul karena
orang tidak tahu perusahaan apa saja yang membuka lowongan kerja,
atau perusahaan seperti apa yang cocok dengan keterampilan yang
dimiliki. Masalah tersebut dalah persoalan informasi. Untuk mengatasi
masalah tersebut, perlu diadakan sistem informasi yang memudahkan
orang mencari pekerjaan yang cocok. Sistem seperti itu antara lain dapat
berupa pengumuman lowongan kerja di kampus dan media massa. Bisa
juga berupa pengenalan profil perusahaan di sekolah-sekolah kejuruan,
kampus, dan balai latihan kerja.

d. Pertumbuhan Ekonomi.
Kesempatan kerja juga berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi
dan pendapatan nasional. Pendapatan nasional merupakan jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan penduduk suatu negara dalam satu
tahun (Gross Domestic roduct). Semakin banyak barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu negara, semakin tinggi pendapatan nasional.
Pendapatan nasional tinggi memungkinkan pembentukan modal menjadi
Iebih besar melalui tabungan perorangan maupun tabungan perusahaan
serta tabungan pemerintah. Tabungan-tabungan tersebut memberikan
kesempatan membentuk investasi yang menyebabkan perluasan usaha,
yang berarti menciptakan kesempatan kerja baru.
e. Program Pendidikan dan Pelatihan Kerja.
Pengangguran terutama disebabkan oleh masalah tenaga kerja
yang tidak terampil dan ahli. Perusahaan lebih menyukai calon pegawai
yang sudah memiliki keterampilan atau keahlian tertentu. Masalah
tersebut amat relevan di negara kita, mengingat sejumlah besar
penganggur adalah orang yang belum memiliki keterampilan atau
keahlian ertentu. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu digalakkan
lembaga yang mendidik tenaga kerja menjadi siap pakai. Yang paling
penting dalam pendidikan dan latihan kerja itu adalah kesesuaian
program dengan kualifikasi yang dituntut oleh kebanyakan perusahaan.
f. Pengiriman Tenaga Kerja ke Luar Negeri.
Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri merupakan salah satu
pilihan dalam usaha memperluas kesempatan kerja sekaligus dapat
menghasilkan devisa bagi negara.
g. Wiraswasta.
Selama orang masih tergantung pada upaya mencari kerja di
perusahaan tertentu, pengangguran akan tetap menjadi masalah pelik.
Masalah menjadi gak terpecahkan apabila muncul keinginan untuk
menciptakan lapangan usaha sendiri atau berwiraswasta. Fakta
memperlihatkan cukup banyak wiraswasta yang berhasil. Meskipun

demikian, wiraswasta pun bukanlah hal yang mudah. Kendala utama


wiraswasta adalah modal dan peluang. Seseorang dengan keterampilan
dan keahlian tertentu tidak sanggup berbuat apapun apabila seseorang
ersebut tidak memiliki modal dan peluang usaha, karena bidang usaha
yang menguntungkan hampir pasti telah dikuasai oleh perusahaan
raksasa. Itulah mengapa upaya menggerakkan wiraswasta perlu disertai
keleluasan memperoleh modal dan peluang bisnis.

EKONOMIKA

Suasana UI Career & Scholarship Expo XIV. (Foto:


Marieska/Okezone)
Empat Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia
Kamis, 20 September 2012 15:37
wib | Marieska Harya Virdhani Okezone
DEPOK - Sekretaris Direktorat
Jenderal Bina Pembinaan Penempatan
Tenaga Kerja Kemenekertrans Firdaus
Badrun mengungkap, ada empat
permasalahan
ketenagakerjaan
di
Indonesia. Permasalahan pertama
yakni terbatasnya kesempatan kerja.
Menurut
Firdaus,
situasi
perekonomian Indonesia pada tahun
yang akan datang dipenuhi dengan
tantangan yang cukup berat dengan
adanya krisis ekonomi yang melanda
negara Eropa saat ini. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia dalam beberapa
tahun terakhir diklaim meningkat,
terlihat pada triwulan kedua 2012
mencapai 6,4 persen.
"Namun tingkat pertumbuhan
ekonomi tersebut tidak dapat menyerap
angkatan kerja yang masuk ke dalam
pasar kerja dan jumlah penganggur
yang telah ada," ujarnya saat
membacakan sambutan Menakertrans

Muhaimin Iskandar dalam acara UI


Career and Scholarship Expo XIV di
Balairung, Kampus Depok, Kamis
(20/9/2012).
Permasalahan kedua, kata dia,
yakni rendahnya kualitas angkatan
kerja. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS), Februari 2012,
rendahnya kualitas angkatan kerja
terindikasi dari perkiraan komposisi
angkatan kerja yang sebagian besar
berpendidikan SD ke bawah yaitu
47,87 persen, SMP 18,28 persen dan
yang berpendidikan lebih tinggi
termasuk perguruan tinggi hanya 9,72
persen.
"Hal ini berdampak kepada daya
saing
dan
kompetensi
dalam
memperoleh kesempatan kerja baik di
dalam maupun di luar negeri,"
paparnya.
Permasalahan selanjutnya, imbuh
Firdaus, yakni besarnya pengangguran.
Pada Februari 2012, angkatan kerja
Indonesia berjumlah 120,41 juta orang.
Dari jumlah itu, pengangguran terbuka
mencapai 7,61 juta orang atau 6,32
persen.

"Permasalahan keempat yakni


globalisasi arus barang dan jasa,
permasalahan ini dangat terkait dengan
bidang
ketenagakerjaan.
Sebagai
contoh dalam sistem perdagangan
bebas baik dalam kerangka WTO,
APEC, dan AFTA mempengaruhi
perpindahan manusia untuk bekerja
dari suatu negara ke negara lain yang
telah menjadi salah satu modalitas

perdagangan jasa yang harus ditaati


oleh setiap anggota," ungkapnya.
Karena itu, kata dia, untuk
mengantisipasinya maka pemerintah
harus meningkatkan daya saing tenaga
kerja Indonesia. "Dengan banyaknya
bursa tenaga kerja bisa membantu
percepatan pertemuan antara pencari
kerja dan lowongan kerja yang
tersedia," tandasnya. (rfa)

RANGKUMAN
1. Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, yaitu mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang
mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang
mengurus rumah tangga.
2. Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang
bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu
sebab, seperti petani yang sedang menunggu panen/ hujan, pegawai
yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya.
3. Pengangguran adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi
sedang

mencari

pekerjaan/mengharapkan

dapat

pekerjaan,

juga

termasuk dalam kelompok angkatan kerja.


4. Bukan Angkatan adalah mereka yang sedang bersekolah, mengurus
rumah tangga tanpa mendapat upah, lanjut usia, cacat jasmani dan
sebagainya,

dan

tidak

melakukan

suatu

kegiatan

yang

dapat

dimasukkan ke dalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja, atau


mencari pekerjaan.
5. Usia Kerja, umur angkatan kerja di Indonesia ditetapkan menjadi
maksimum 15 sampai 16 tahun.
6. Kesempatan Kerja (demand for labor) adalah suatu keadaan yang
menggambarkan tersedianya lapangan kerja (pekerjaan) untuk diisi
pencari kerja.
7. Pasar Tenaga Kerja adalah keseluruhan aktivitas yang mempertemukan
penawaran tenaga kerja (pencari kerja) dengan permintaan tenaga kerja
(lowongan kerja).
8. Upaya

peningkatan

kualitas

kerja

dapat

melalui

latihan

kerja,

pemagangan, perbaikan gizi dan kesehatan.


9. Jenis pengangguran menurut lama waktu kerja dibagi menjadi
pengangguran terbuka, setengah menganggur, dan pengangguran
terselubung.
10. Jenis pengangguran menurut penyebab yaitu pengangguran struktural,
pengangguran siklikal, pengangguran musiman, dan pengangguran
friksional.

11. Cara mengatasi pengangguran dapat melalui peningkatan mobilitas


tenaga

kerja

dan

modal,

pengelolaan

permintaan

masyarakat,

penyediaan informasi tentang kebutuhan tenaga kerja, pertumbuhan


ekonomi, program pendidikan dan pelatihan kerja, wiraswasta.
12. Tenaga Kerja (manpower) adalah penduduk dalam usia kerja yang siap
melakukan pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka
yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka
yang mengurus rumah tangga.
13. Usia Kerja. Usia Kerja merupakan tingkat umur seseorang yang
diharapkan dapat bekerja dan memperoleh pendapatan, yaitu penduduk
yang berusia 15 tahun atau lebih.
14. Tingkat Angka Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) adalah besarnya
jumlah angkatan kerja (bekerja dan mencari kerja) berbanding dengan
penduduk usia kerja (15 tahun keatas)
15. Kesempatan Kerja. adalah kebutuhan akan tenaga kerja, suatu keadaan
yang menggambarkan tersedianya lapangan kerja (pekerjaan) untuk diisi
pencari kerja.
16. Pasar tenaga kerja adalah keseluruhan aktivitas yang mempertemukan
penawaran tenaga kerja pencari kerja) dengan permintaan tenaga kerja
(lowongan kerja).
17. Jenis tenaga kerja meliputi Tenaga Kerja Terdidik, Tenaga Kerja Terlatih,
Tenaga Kerja Terdidik dan Terlatih, Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan
Tidak Terlatih.
18. Latihan

kerja

merupakan

proses

pengembangan

keahlian

dan

keterampilan kerja yang langsung dikaitkan dengan pekerjaan dan


persyaratan kerja.
19. Pemagangan adalah latihan kerja langsung di tempat kerja. Jalur
pemagangan ini bertujuan untuk memantapkan profesionalisme yang
dibentuk melalui latihan kerja.
20. Sistem Penentuan Upah (pengupahan) yang berlaku di Indonesia adalah
sistem yang berbasis indeks biaya hidup dan Pendapatan Domestik
Bruto (PDB) per Kapita
21. Upah Minimum Regional (UMR) adalah sistem upah ini ditetapkan
berdasarkan biaya hidup pekerja di setiap daerah.

22. Tingkat Pengangguran adalah jumlah penduduk berusia 15 tahun atau


lebih yang sedang mencari pekerjaan dibagi angkatan kerja
23. Pengangguran

menurut

lamanya

meliputi

pengangguran

terbuka

Setengah menganggur dan pengangguran terselubung


24. Pengangguran menurut penyebabnya meliputi pengangguran struktural
Pengangguran

siklikal,

Pengangguran

musiman,

Pengangguran

friksional
SOAL PG
1. Penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, yaitu
mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan,
mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga
adalah ,,,,
A. Tenaga kerja
B. Angkatan kerja
C. Kesempatan kerja
D. Bukan angkatan kerja
E. Pasar tenaga kerja
2. Mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari
pekerjaan/ mengharapkan dapat pekerjaan adalah.
A. Tenaga kerja
B. Angkatan kerja
C. Pengangguran
D. Bukan angkatan kerja
E. Pasar tenaga kerja
3. suatu keadaan yang menggambarkan tersedianya lapangan kerja
(pekerjaan) untuk diisi pencari kerja. Adalah .
A. Tenaga kerja
B. Angkatan kerja
C. Kesempatan kerja
D. Bukan angkatan kerja
E. Pasar tenaga kerja

4. Keseluruhan aktivitas yang mempertemukan penawaran tenaga kerja


(pencari kerja) dengan permintaan tenaga kerja (lowongan kerja).
A. Tenaga kerja
B. Angkatan kerja
C. Kesempatan kerja
D. Bukan angkatan kerja
E. Pasar tenaga kerja
5. Mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun yang
sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti petani yang
sedang menunggu panen/hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan
sebagainya adalah .
A.

Tenaga kerja

B.

Angkatan kerja

C.

Kesempatan kerja

D.

Bukan angkatan kerja

E.

Pasar tenaga kerja

6. Mereka yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga tanpa


mendapat upah, lanjut usia, cacat jasmani dan sebagainya, dan tidak
melakukan suatu kegiatan termasuk
A.

Tenaga kerja

B.

Angkatan kerja

C.

Pengangguran

D.

Bukan angkatan kerja

E.

Pasar tenaga kerja

7. Penduduk dalam usia kerja (Working age populatioan ) adalah .


A.

tenaga kerja

B.

angkatan kerja

C.

kesempatan kerja

D.

pengangguran

E.

ketenagakerjaan

8. Perhatikan tabel ketenagakerjaan berikut ini!


Jenis Kegiatan

2013
Februari

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas

175,10

Angkatan Kerja

121,19

Penganguran Terbuka

7,171

Bukan Angkatan Kerja

53 907

Berdasarkan data pada tabel tersebut, maka besarnya Tingkat


Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah .
A.

144.48 %

B.

69.21 %

C.

59.17 %

D.

44.48 %

E.

40.95 %

9. Baru-baru ini beberapa perusahaan melakukan efisiensi di segala


bidang termasuk ketenagakerjaan. Perusahaan mengadakan pemutusan
hubungan kerja pada sebagian karyawannya. Akibat langsung dari
peristiwa tersebut adalah .
A.

Menurunnya kualitas produk dalam negeri

B.

pendapatan perkapita menjadi menurun

C.

meningkatnya kuota impor

D.

menurunnya angkatan kerja

E.

meningkatnya jumlah pengangguran

10. Kesempatan kerja adalah......


A.

Kesempatan bekerja bagi warga negara yang telah lulus pelatihan


di bidang ketenagakerjaan

B.

tersedianya

lapangan

kerja

bagi

angkatan

kerja

yang

membutuhkan pekerjaan
C.

adanya lapangan kerja bagi tenaga kerja yang membutuhkan


pekerjaan

D.

penyediaan

pekerjan

bagi

kelompok

tenaga

kerja

yang

membutuhkan
E.

tersedianya pekerjaan bagi semua warganegara dari semua umur


untuk

bekerja

11. Pengangguran adalah ..


A.

pekerja yang belum memiliki keahlian

B.

pekerja yang mendapat pekerjaan tidak sesuai

C.

angkatan kerja yang belum termasuk kelompok usia kerja

D.

tenaga kerja yang belum termasuk ke dalam kelompok angkatan


kerja

E.

pekerja yang sedang mengikuti pendidikan dan latihan kerja

12. Jenis pengangguran terbuka, setengah menganggur, dan pengangguran


terselubung adalah pembagian jenis pengangguran menurut.
A.

lama waktu kerja

B.

tempat bekerja

C.

volume kerja

D.

upah kerja

E.

penyebabnya

13. Tiara yang baru lulus SMA memiliki keahlian mengoperasikan komputer.
Ia memutuskan untuk bekerja, namun tidak segera menemukan
pekerjaan yang diinginkan karena ia tidak tahu perusahaan mana yang
membutuhkan tenaga kerja sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.
Kasus Tiara dapat digolongkan sebagai pengangguran
A.

Pengangguran normal

B.

Pengangguran friksional

C.

Pengangguran struktural

D.

Pengangguran teknologi

E.

Pengangguran musiman

14. Pengangguran yang terjadi akibat tidak sesuainya jenis pekerjaan yang
diminta dengan yang ditawarkan disebut pengangguran:

A.

Pengangguran Siklis

B.

Pengangguran Musiman

C.

Pengangguran Struktural

D.

Pengangguran Friksional

E.

Pengangguran Teknologi

15. Pak Hasan di PHK oleh perusahaan tempat ia bekerja, karena


perusahaan mengurangi kapasitas produksi akibat permintaan pasar
terus menurun. Jenis pengangguran yang dialami Pak Hasan adalah.
A.

pengangguran siklis

B.

pengangguran sukarela

C.

pengangguran musiman

D.

pengangguran friksional

E.

pengangguran structural

16. Berikut ini yang menyebabkan terjadinya pengangguran struktural


adalah .
A.

Terjadinya karena berhentinya PMA

B.

Timbul karena adanya perputaran usaha

C.

Timbul karena lesunya ekspor

D.

Karena adanya pergantian pekerjaan atau pergeseran tenaga


kerja

E.

ketidak sesuaian jenis pekerjaan dengan keahlian pekerja

17. Pengangguran yang terjadi karena adanya perubahan komposisi


perekonomian, agraris menjadi perekonomian yang bersifat Industri,
adalah ...
A.

Pengangguran friksional

B.

Pengangguran musiman

C.

Pengangguran struktural

D.

Pengangguran siklus

E.

Pengangguran teknologi

18. Cara-cara mengatasi pengangguran antara lain:

1.

Peningkatan mobilitas modal

2.

Menggalakkan pengembangan sektor informal seperti home


industri.

3.

Mengadakan pelatihan tenaga kerja

4.

Mendirikan pusat-pusat latihan kerja

5.

Kebijakan padat karya.

Yang tergolong cara mengatasi pengangguran siklis adalah....


A.

1, 2 dan 3

B.

1, 2 dan 5

C.

2, 3 dan 4

D.

2, 4 dan 5

E.

3, 4 dan 5

19. Perhatikan table berikut !


Jenis pengangguran
(A)
1. Pengangguran
friksional
2. Pengangguran
teknologi
3. Pengangguran
siklus
4. Pengangguran
musiman
5. Pengangguran
struktural

Cara mengatasi pengangguran


(B)
1. Membuka lapangan kerja baik baru maupun
yang sudah ditutup
2. Memberikan informasi dan pelatihaan yang
tepat guna sesuai dengan perubahan struktur
perekonomian
3. Memberikan

informasi yang

cepat tentang

kriteria-kriteria penting yang dikehendaki baik


dari si pemberi maupun si pencari kerja
4. Harus selektif memilih teknologi yang tepat
guna
5. Memanfaatkan

waktu

dengan

keterampilan

sampai panen tiba

Berdasarkan tabel di atas cara mengatasi pengangguran yang benar


adalah ...
A. A1 dan B3
B.

A2 dan B2

C.

A3 dan B5

D.

A4 dan B1

E.

A5 dan B4

20. Berikut ini yang merupakan usaha meningkatkan mutu tenaga kerja
adalah .
A.

penambahan jam kerja dan penambahan alat produksi

B.

penambahan upah dan penambahan jam kerja

C.

perbaikan jaminan sosial dan penggantian alat produksi

D.

pengawasan pelaksanaan kerja dan penambahan jam kerja

E.

penyelenggaraan latihan kerja dan pemeliharaan kesehatan


karyawan

Untuk soal No 21 s/d 25 pilihlah:


A.

Jika pernyataan 1 benar dan pernyataan 2 benar dan keduanya


mempunyai hubungan sebab akibat.

B.

Jika pernyataan 1 benar dan pernyataan 2 benar tetapi keduanya tidak


mempunyai hubungan sebab akibat.

C.

Jika pernyataan 1 salah dan pernyataan 2 benar

D.

Jika pernyataan pertama benar dan pernyataan 2 salah

E.

Jika pernyataan 1 salah dan pernyataan 2 salah

21. Tidak semua tenaga kerja adalah angkatan kerja


Sebab
Seorang pelajar dan mahasiswa tidak tergolong angkatan kerja
22. Pengangguran yang terjadi pada sektor agraris (petani) disebut
pengangguran musiman.
Sebab
Pengangguran yang terjadi pada sektor agraris (petani) waktu
menganggurnya tidak terbatas
23. Pengangguran siklikal dapat diatasi dengan memberikan pembinaan
sektor informal.

Sebab
Pengangguran siklikal terjadi akibat tidak bertemunya antara faktor
permintaan dan penawaran terhadap tenaga kerja
24. Antara jumlah pengangguran dengan pendapatan nasional mempunyai
hubungan yang bersifat positif.
Sebab
Jika pengangguran naik maka pendapatan nasional menurun, demikian
sebaliknya.
25. Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang betul-betul tidak
mempunyai pekerjaan.
Sebab
Pengangguran ini terjadi apabila seseorang belum mendapat pekerjaan
padahal telah berusaha secara maksimal.
Untuk soal No 26 s/d 30 pilihlah:
A.

Jika 1, 2, dan 3 Benar

B.

Jika 1 dan 3 Benar

C.

Jika 2 dan 4 Benar

D.

Jika hanya 4 Benar

E.

Jika semua Benar

26. Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang
bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu
sebab, seperti petani yang sedang menunggu panen/hujan, pegawai
yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya. Di bawah ini yang tidak
termasuk angkatan kerja adalah:
1.

Andi yang sedang duduk di kelas X suatu SMA

2.

Ibu Marina yang hanya berjualan sayuran keliling

3.

Armani seorang mahasiswi semester terakhir suatu Perguruan Tinggi


swasta.

4.

Pak Bondan seorang pemilik tambal ban di bawah pohon besar di


pinggir jalan.

27. Banyak

sekali

cara-cara

mengatasi

pengangguran

agar

jumlah

pengangguran menurun, cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi


pengangguran musiman adalah:
1.

Memberikan bantuan modal usaha bagi pengusaha menengah dan kecil

2.

Membuka proyek padat karya terutama di daerah pedesaan

3.

Memberikan informasi yang seluas-luasnya tentang lapangan kerja yang


tersedia.

4.

Memberikan pelatihan dibidang ketrampilan seperti anyaman

28. Pasar tenaga kerja termasuk dalam pasar input, yang mempunyai
fungsi:
1.

Sebagai sarana penyaluran tenaga kerja

2.

Sebagai sarana untuk mendapatkan informasi tentang ketenagakerjaan

3.

Sebagai

tempat

untuk

mempertemukan

antara

permintaan

dan

penawaran tenaga kerja.


4.

sebagai tempat untuk mengadu para buruh dalam menuntut upah

29. Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung
maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi, berdasarkan
kualitasnya tenaga kerja dapat digolongkan menjadi:
1.

Tenaga kerja terdidik

2.

Tenaga kerja terlatih

3.

Tenaga kerja terdidik dan terlatih

4.

Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih

30. Banyak

sekali

cara-cara

mengatasi

pengangguran

agar

jumlah

pengangguran menurun, cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi


pengangguran siklikal adalah:
1.

Memberikan informasi yang seluas-luasnya tentang lapangan kerja yang


tersedia.

2.

Membuka usaha baru terutama di daerah yang banyak pengangguran

3.

Memberikan pelatihan dibidang ketrampilan seperti anyaman

4.

Memberikan bantuan modal usaha bagi pengusaha menengah dan kecil

REFLEKSI DIRI :
Setelah anda mempelajari Ketenagakerjaan di Indonesia diharapkan
dapat terbentuk karakter:
1. Religius. Dengan mempelajari Ketenagakerjaan di Indonesia diharapkan
dapat terbentuk rasa syukur karena memperoleh ilmu pengetahuan
tentang Ketenagakerjaan di Indonesia
2. Jujur. Dengan mempelajari tentang Ketenagakerjaan di Indonesia
diharapkan dapat terbentuk sikap jujur, tidak menipu, tidak memalsukan
dan tidak berbuat curang dalam menjalankan tugas pembelajaran
disekolah
3. Tanggung jawab, dengan mempelajari Ketenagakerjaan di Indonesia
diharapkan dapat terbentuk sikap tanggung jawab dalam bekerja dan
belajar sesuai standar pembelajaran
4. Kreatif, dengan mempelajari Ketenagakerjaan di Indonesia diharapkan
dapat terbentuk sikap kreatif siswa, sehingga siswa dapat menemukan
cara-cara baru dalam melakukan pembelajaran
5. Kerjasama,

dengan

mempelajari

Ketenagakerjaan

di

Indonesia

diharapkan dapat terbentuk sikap kerjasama mematuhi ketentuan yang


telah disepakati dalam proses belajar mengajar.

PENILAIAN DIRI.
Setelah mempelajari masalah Ketenagakerjaan di Indonesia lakukanlah
penilaian diri tentang sikap anda dengan memberikan checklis pada
pernyataan di bawah dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bacalah pernyataan-pernyataan dalam kolom secara teliti.
b. Berilah tanda (v) sesuai dengan kondisi dan keadaan anda sehari-hari
secara jujur dengan kriteria sebagai berikut:

4 =

Selalu, apabila secara terus menerus melakukan aspek yang


diamati.

3 =

Sering, apabila cenderung lebih banyak melakukan aspek yang


diamati

2 =

Kadang-kadang, , apabila cenderung lebih

melakukan aspek

yang diamati
1 =

Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan aspek yang


diamati

c. Jika anda mendapatkan jumlah skor dari masing-masing aspek yang


diamati/dinilai maka disimpulkan sebagai berikut:
1. Kurang
2. Sedang
3. Baik
4. Amat baik

Nama Peserta Didik :..........................................................


Kelas

: X (.......)

Materi Pokok

: Refleksi diri tentang Ketenagakerjaan

Tanggal Penilaian

: ......................................

No

PERNYATAAN

NILAI

JUMLA
H
SKOR

1 2 3 4
Saya bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa telah memahami tentang Ketenagakerjaan
di Indonesia
Saya akan bersikap jujur tidak menipu, tidak
memalsukan dan tidak berbuat curang dalam

menjalankan pekerjaan sehari-hari


Saya akan bertanggung jawab dalam bekerja
dan belajar sesuai standar pembelajaran
Saya akan bersikap responsif sehingga
dapat menemukan cara-cara baru dalam
melakukan pembelajaran
Saya akan bekerjasama dan mematuhi
ketentuan yang telah disepakati dalam proses
belajar mengajar

REFERENSI
Berbagai Permasalahan Ketenagakerjaan di Indonesia
Ada banyak faktor yang mempengaruhi terhadap munculnya berbagai permasalahan
angkatan kerja dan tenaga kerja di Indonesia, antara lain sebagai berikut.
1.
Jumlah angkatan kerja yang tidak seimbang dengan kesempatan kerja;
2.
Kualitas tenaga kerja yang relatif rendah;
3.
Penyebaran tenaga kerja yang tidak merata;
4.
Pengangguran;
5.
Adanya ketidaksesuaian antara kemampuan tenaga kerja dengan pekerjaannya;
6.
Rendahnya tingkat upah;
7.
Masih minimnya perlindungan terhadap tenaga kerja;
8.
Membanirnya tenaga kerja asing.
1.

Jumlah Angkatan Kerja


Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di
dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang besar di satu sisi
bisa merupakan dijadikan modal dasar yang sangat menguntungkan, karena tersedianya
tenaga kerja untuk berbagai sektor usaha. Namun demikian, jika jumlah penduduk yang
besar tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang memadai dapat menimbulkan
permasalahan. Indonesia merupakan salah satu negara yang menghadapi masalah
tersebut.
Salah satu tujuan negara Indonesia yang tercantum di dalam pembukaan UUD
1945 adalah mencerdasakan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah telah berupaya menerapkan program
wajib belajar 9 tahun, pemberian dana BOS (bantuan operaisonal sekolah), pemberian
bea siswa, dan lain-lain. Program tersebut setidaknya telah memberikan hasil yang
cukup menggembirakan.
Hal tersebut ditandai dengan semakin banyaknya penduduk Indonesia yang bisa
sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi dan mendapat gelar sarjana. Sayangnya
keberhasilan di bidang pendidikan tersebut belum bisa diikuti oleh kerbehasilan di
bidang lapang kerja. Jumlah lapangan kerja yang tersedia masih sangat kecil jika
dibandingkan dengan jumlah lulusan tenaga terdidik.
Akibat adanya ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan lapangan
kerja, angka pengangguran di Indonesia semakin tinggi. Tentu saja hal tersebut menjadi

pekerjaan rumah yang harus segera dituntaskan agar cita-cita pembangunan seperti
yang diamanatkan oleh UUD 1945 tersebut dapat segera tercapai.
2.

Kualitas Tenaga Kerja


Semakin banyaknya lulusan tenaga terdidik dari jenjang pendidikan perguruan
tinggi, tidak menjadikan otomatis para lulusan dapat memenuhi kriteria yang
ditawarkan oleh perusahaan. Tidak bisa dipungkiri bahwa kualitas para lulusan
perguruan tinggi di Indonesia masih rendah. Sehingga para perusahaan lebih suka
mengisi kekosongan lowongan di perusahaannya dengan tenaga kerja yang sudah
berpengalaman. Meskipun demikian, tentu ada para lulusan yang berkualitas dan dapat
memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan namun jumlahnya relatif lebih
sedikit.

3.

Penyebaran Tenaga Kerja


Salah satu sebab terjadinya ketidamerataan tenaga kerja adalah adanya
keberatan dari para orang tua untuk melepaskan putra-putrinya pergi merantau. Mereka
lebih merelakan putra-putrinya berkerja di daerahnya meskipun dengan kompensasi
yang kecil, atau bahkan berkeja pada lapangan kerja yang tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikannya. Falsafah makan tidak makan yang penting ngumpul telah
menghambat aliran tenaga kerja secara merata.
Padahal jika saja mereka mau merantau maka kompensasi upah atau gaji yang
diterima akan jauh lebih besar sehingga tingkat kesejahteraanpun akan meningkat.
Selain itu, dengan adanya keberanian untuk meninggalkan kampung halaman akan
menambah wawasan dan pengalaman yang sangat baik bagi putra-putrinya.

4.

Ketidaksesuaian Tenaga Kerja


Salah satu fungsi manajemen adalah ketepatan perusahaan untuk menempatkan
pekerja agar sesuai dengan pekerjaannya. Hal tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh F.W. Taylor the right man in the right place atau seseorang
seharusnya bekerja sesuai dengan kemampuannya. Seorang tenaga kerja yang dapat
bekerja sesuai dengan keahliannya, maka ia akan dapat bekerja dengan efektif, efisien,
dan merasa nyaman, sehingga ia dapat memberikan kualitas dan kuantitas yang baik
bagi perusahaan. Namun faktanya di Indonesia, masih banyak sekali ditemukan orangorang yang bekerja tidak sesuai dengan keahliannya. Hal ini terjadi karena adanya
permasalahan seperti kurangnya lapangan kerja, sehingga seorang tenaga kerja
mengorbankan pengetahuan dan keterampilannya hanya dengan alasan untuk mengisi
waktu daripada menganggur.

5.

Upah Tenaga Kerja


Indonesia sebagai negara dengan penduduk yang sangat tinggi, mempunyai
jumlah angkatan kerja yang melimpah. Namun sayangnya hal tersebut tidak diimbangi
dengan ketersediaan lapangan kerja yang memadai. Hal tersebut telah mengakibatnya
tingginya tingkat penawaran tenaga kerja dan menurunkan tingkat permintaan tenaga
kerja. Berdasarkan hukum penawaran dan permintaan, jika jumlah penawaran lebih
besar daripada permintaan maka harga yang diberikan akan turun. Begitu juga dengan
kondisi ketenagakerjaan di Indonesia. Upah yang diterima oleh para pegawai di
Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan upah para pegawai di
negara-negara lain.

6.

Perlindungan Tenaga Kerja


Seorang tenaga kerja, ketika bekerja tentunya berhadapan dengan berbagai
resiko yang harus dihadapi dan diterimanya. Baik itu resiko kecelakaan kerja maupun
resiko pemutusan hubungan kerja (PHK). Negara Indonesia masih terkatagori sebagai
negara yang belum baik dalam memberikan perlindungan kepada para pekerja, baik
pekerja yang berkerja di dalam negeri maupun di dalam negeri. Biasanya, pemerintah

baru akan memberikan reaksi setelah resiko kerja yang dialami oleh para pekerja tersiar
melalui media massa.
7.

Tenaga Kerja Asing


Benarkah Indonesia dibanjiri tenaga asing? Bukankah justru sebaliknya
Indonesia banyak mengirimkan tenaga kerjanya ke luar negeri untuk menjadi TKI atau
TKW? Globalisasi telah memungkinkan apapun di dunia ini, termasuk masuknya
tenaga kerja asing ke Indonesia. Biasanya, masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia
bersamaan dengan masuknya perusahaan asing ke Indonesia. Jika Indonesia banyak
mengirimkan tenaga kerjanya ke luar negeri untuk menempati posisi sopir atau
pembantu rumah tangga, maka tenaga kerja asing yang datang ke Indonesia untuk
menempati posisi jabatan tenaga ahli. Ironis, bukan?
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, semoga kita dapat mengambil
hikmah. Setidaknya tumbuh motivasi di dalam hati kita untuk menjadi tenaga ahli di
negeri sendiri. Setuju?

Upaya Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia

Telah banyak cara dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mengurai berbagai
permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia. Beberapa kebijakan tersebut, antara lain sebagai
berikut.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Membuat Perundangan-undangan
Kebijakan Bidang Pendidikan
Kebijakan Perluasan Lapangan Kerja
Kebijakan Pengupahan
Pelayanan Informasi Kerja
Pemerataan Lapangan Kerja
Mengurangi Tingkat Pengangguran

1. Membuat berbagai kebijakan perundang-undangan ketenagakerjaan;


2. kebijakan di bidang pendidikan;
3. kebijakan perluasan lapangan kerja;
4. kebijakan pengupahan;
5. pelayanan informasi kerja dan penempatan kerja;
6. memperluas pemerataan lapangan kerja;
7. menciptakan program padat karya;

8. pengiriman tenaga kerja ke luar negeri;


9. melakukan pembinaan kewirausahaan; dan
10. mengurangi tingkat pengangguran.
1. Membuat Perundangan-undangan
Beberapa perundang-undangan telah digulirkan oleh pemerintah
memperbaiki masalah ketenagakerjaan di Indonesia, di antaranya sebagai berikut.

untuk

1. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan;


2. Undang-undang Nomor 21 tahun 1999 tentang diskriminasi dalam pekerjaan dan
jabatan; dan
3. Undang-undang Nomor 20 tahun 1999 tentang usia minimum untuk diperbolehkan
bekerja.

2. Kebijakan Bidang Pendidikan


Kebijakan di bidang pendidikan merupakan salah satu kebijakan yang paling
strategis untuk meningkatkan produktivitas kerja dan mengatasi pengangguran. Kebijakan
yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah dengan mengadakan pendidikan dan latihan.
Melalui pendidikan dan pelatihan diharapkan mampu melahirkan tenaga kerja-tenaga
kerja terdidik yang berkualitas baik dari segi penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
Salah satu tujuan yang paling penting dari kebijakan di bidang pendidikan dan
pelatihan adalah kemampuan angkatan kerja untuk meciptakan lapangan kerja sendiri
dengan berwiraswasta. Dengan berwiraswasta seorang angkatan kerja tidak hanya bisa
menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk orang lain. Dengan
demikian, angka penganguran dapat berkurang.
Upaya lain yang telah dilakukan pemerintah di bidang pendidikan dan pelatihan
adalah sebagai berikut.
1. Mendirikan dan mengembangkan sekolah-sekolah kejuruan yang diharapkan mampu
melahirkan kualitas lulusan yang diharapkan oleh dunia kerja.
2. Menyelenggarakan pelatihan untuk para pencari kerja. Penulis pernah menulis kasus
Nirmala Bonet pada artikel tenaga kerja jasmani. Pelatihan-pelatihan yang diberikan
kepada para pencari kerja terutama para TKI atau TKW yang akan bekerja di luar
negeri, agar kasus yang menimpa Nirmala Bonet tidak terulang kembali.
3. Menyelenggarakan pelatihan manajerial di daerah-daerah, terutama daerah-daerah
terpencil, agar memiliki kesejajaran dengan daerah-daerah lain dalam melakukan
pembangunan.
4. Meningkatkan prasarana pelatihan untuk para pencari kerja dan para pegawai
pengawas ketenagakerjaan.

3. Kebijakan Perluasan Lapangan Kerja


Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperluas lapangan
pekerjaan terdiri dari dua cara, yaitu:
1. Kebijakan Langsung
Kebijakan langsung adalah kebijakan yang secara langsung dilakukan oleh
pemerintah dengan menciptakan lapangan kerja baru, diantaranya dengan melakukan
pengangkatan pegawai negeri.
2. Kebijakan Tidak Langsung
Kebijakan tidak langsung dilakukan oleh pemerintah dengan cara mendorong pihak
swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru. Pemerintah menetapkan kebijakan
fiskan dan moneter. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah untuk
mengatur anggararan baik itu APBN maupun APBN.
Adapun tujuan utama dengan diterapkannya kebijakan fiskal adalah mendorong
terciptanya lapangan kerja baru melalui berbagai proyek-proyek pembangunan
pemerintah yang mampu menyerap lapangan pekerjaan. Beberapa contoh proyek
tersebut antara lain pembangunan jalan raya, jembatan, bandara, pasar tradisional,
dan lain-lain.
Sedangkan kebijakan moneter merupakan kebijakan yang mendasarkan pada
pengelolaan jumlah uang beredar. Salah satu kebijakan moneter yang diterapkan oleh
pemerintah adalah dengan memberikan kredit berbunga rendah. Dengan pemberian
kredit tersebut diharapkan dapat mendorong sektor swasta untuk memperluas
lapangan kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran.

4. Kebijakan Pengupahan
Kebijakan pengupahan perlu diambil oleh pemerintah untuk melindungi para
pekerja dari pemberian upah yang terlalu kecil oleh para pengusaha. Pendapatan yang
kecil akan memberi dampak yang buruk bagi perkerja, seperti buruknya kesehatan,
rendahnya tingkat pendidikan, bahkan menurunkan produktivitas kerja. Para pekerja
dikhawatirkan tidak memiliki sarana lagi untuk dapat mengembangkan diri, adanya
ketidakmampuan untuk memperoleh bahan makanan dengan kandungan gizi yang cukup
dan seimbang, serta kondisi keluarga yang tidak harmonis. Melihat dampaknya yang
sangat negatif baik bagi tenaga kerja itu sendiri maupun kepada perusahaan, maka
pemerintah perlu melakukan kebijakan dan pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan
dalam memberikan upah kepada para tenaga kerja.
Beberapa upaya lain yang dapat memperbaiki kesejahteraan para tenaga kerja
adalah:
1. Menetapkan upah minimum regional (UMR);
2. Mewajibkan setiap pengusaha untuk mengikutsertakan pegawainya dalam asuransi
jaminan sosial;
3. Mewajibkan setiap perusahaan untuk memberikan pelayanan kesehatan dan
keselamatan kerja kepada para pegawainya.

4. Mewajibkan setiap perusahaan untuk memenuhi hak-hak ketenagakerjaan selain gaji


seperti hak untuk cuti, hak untuk istirahat, hak untuk menjalankan ibadah, dan lainlain.
5. Pelayanan Informasi Kerja
Salah satu masalah ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah kesenjangan
informasi. Salah satu akibat yang ditimbulkannya adalah menyebabkan terjadinya
pengangguran friksional. Dalam artikel bertema Pengangguran Menulis telah menuliskan
sebagai berikut:
Pengangguran friksional adalah merupakan jenis pengangguran yang terjadi karena
adanya ketidaksinkronan informasi adanya kesempatan dengan pencari kerja.
Pengangguran friksional bukan terjadi akibat ketidakmampuan pencari kerja untuk
mengisi suatu posisi di perusahaan, melainkan karena adanya kesenjangan informasi
tentang berbagai informasi kesempatan kerja yang lebih baik. Kesenjangan tersebut
terjadi dikarenakan adanya beberapa faktor berikut.

1. Kondisi Geografis
Seorang pencari kerja yang tingga di daerah terpencil ataupun letak lapangan kerja di
daerah pelosok yang bergunung-gunung atau diseberang lautan, dapat menjadi salah
satu penyebab ketidaksamapaian informasi bagi salah satu pihak.
2. Informasi Tidak Sempurna
Kurangnya sarana komunikasi dapat menjadi penyebab terjadinya pengangguran
friksional. Informasi penyebaran tentang terbukanya lapangan kerja atau tersedianya
pencari kerja yang kurang lancar dapat menjadi hambatan bagi terjadinya permintaan
dan penawaran jasa kerja bagi kedua belah pihak. Untuk menghindari hal tersebut,
maka diperlukan adanya jasa tenaga kerja seperti di balai-balai latihan kerja yang
terdapat di setiap kabupaten, atau agen-agen penyalur tenaga kerja.
3. Proses Perekrutan Berlarut
Adanya kelambanan dari pihak penyedia lapangan kerja dalam hal perusahaan untuk
memutuskan diterima atau tidaknya seseorang di perusahaannya, menyebabkan
seorang calon tenaga kerja harus menunggu dalam waktu relatif lama. Hal tersebut
tentu saja telah menjadi sebab bagi seorang calon tenaga kerja terkategori sebagai
pengangguran friksional.
Untuk mencegah terjadinya hal-hal tersebut, maka pemerintah bekerja sama denga
pihak swasta seperti media massa dan agen-agen tenaga kerja untuk menyebarluaskan
adanya lowongan pekerjaan. Selain itu pemerintah juga berupaya menyebarkan
luaskan informasi lowongan pekerjaan, melalui balai latihan kerja yang terdapat di
setiap kabupaten atau kota.

6. Pemerataan Lapangan Kerja


Berbagai upaya yang lakukan oleh pemerintah untuk memperluas pemerataan
lapangan kerja, di antaranya sebagai berikut.
1. Mendirikan industri atau pabrik-pabrik baru yang dapat menyerap tenaga kerja lebih
banyak atau padat karya.
2. Mendorong bangkitnya usaha kecil dan menengah dengan memberikan kredit
berbungan rendah.
3. Membuka lapangan kerja di pedesaan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya arus
urbanisasi.
4. Meningkatkan investasi sektor swasta baik dari para pengusaha asing maupun
pengusaha dalam negeri.

7. Mengurangi Tingkat Pengangguran


Pengangguran merupakan masalah buruk bagi berkembangnya suatu negara.
Oleh karena itu negara dalam hal ini pemerintah berkewajiban untuk menanggulanginya.
Menurut John Maynard Keynes, pengaangguran tidak dapat dihapuskan, namun hanya
dapat dikurangi. Adapun beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka
pengangguran adalah dengan cara-cara sebagai berikut.
1. Pemberdayaan angkatan kerja dengan cara mengirimkannya ke daerah-daerah lain,
tentunya dengan sistem upah yang lebih tinggi.
2. Mengembangkan sektor usaha informal, kecil, dan menengah.
3. Melakukan pembinaan terhadap generasi muda yang termasuk ke dalam angkatan
kerja untuk ikut melaksanakan kursus-kursus keterampilan dan home industri,
sehingga diharapkan mereka dapat mandiri.
4. Melaksanakan program transmigrasi
5. Mewajibkan setiap perusahaan untuk melakukan kerja sama dengan lembaga
pendidikan terutama sekolah-sekolah kejuruan untuk mengadakan pemagangan.
6. Mendirikan berbagai tempat latihan kerja seperti balai latihan kerja.
7. Mendorong lembaga-lembaga pendidikan terutama sekolah-sekolah kejuruan untuk
meningkatkan life skill, sehingga lulusannya dapat diterima oleh dunia kerja dan
dunia usaha.
8. Mengefektifkan pemberian informasi ketenagakerjaan melalui lembaga-lembaga
terkait dengan tujuan untuk menyerbarluaskan informasi kesempatan kerja.
Setelah memahami uraian tersebut semoga dapat mengambil hikmahnya. Kita
tentu saja tidak bisa sepenuhnya menyerahkan permasalahan ketenagakerjaan tersebut
kepada pemerintah. Namun kita juga berkewajiban untuk membantu menguraikannya.
Setidaknya dengan menjadi penulis, pedagang, atau membuka counter pulsa diharapkan

dapat sedikit memberikan kelonggaran bagi ketatnya masalah ketenagakerjaan di


Indonesia.

PENGANGGURAN
Definisi Pengangguran
Dalam standard internasional, pengertian dari pengangguran adalah seseorang yang
sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada
suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.
Golongan penduduk yang tergolong sebagai angkatan kerja adalah penduduk yang
berumur di antara 15 hingga 65 tahun, kecuali (i) ibu rumah tangga yang lebih suka menjaga
keluarganya daripada bekerja, (ii) penduduk muda dalam lingkungan umur tersebut yang
masih meneruskan pelajarannya di sekolah atau universitas, (iii) orang yang belum mencapai
umur 65 tetapi sudah pensiun dan tidak mau bekerja lagi, dan (iv) pengangguran sukarelayaitu golongan penduduk dalam lingkungan umur tersebut yang tidak secara aktif mencari
pekerjaan.
Pengangguran menyebabkan produktivitas masyarakat berkurang sehingga dapat
menyebabkan banyak timbulnya kemiskinan dan masalah sosial lainnya. Yang dalam jangka
waktu yang panjang dapat menyebabkan kekacauan politik dan sosial sehingga mengganggu
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi sehingga mengakibatkan menurunnya GNP dan
pendapatan perkapita suatu negara
Jenis Jenis
Jenis Jenis Pengangguran.
Pengangguran dapat digolongkan menjadi beberapa jenis diantaranya ialah :
Pengangguran friksional (Frictional Unemployment)
Adalah suatu jenis pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seorang pekerja untuk
meninggalkan kerjanya dan mencari kerja yang lebih baik atau lebih sesuai dengan
keinginannya.
o -Seorang guru di Medan, misalnya berhenti bekerja karena mengikuti suaminya yang
dipindahkan ke Jakarta. Di tempat yang baru ini guru tersebut mencari kerja.
o -Seorang wanita sedang bekerja mengandung anaknya yang pertama dan memutuskan
untuk berhenti kerja. Setelah anknya berumur beberapa bulan ia memutuskan mencari
kerja kembali.
Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)
Adalah suatu keadaan dimana seseorang harus sementara menganggur, karena adanya
fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek.
o Petani, misalnya, akan selalu dapat digolongkan sebagai penganggur bermusim karena
mereka tidak selalu dapat bekerja sepanjang tahun. Untuk dapat menanam mereka harus
menunggu musim hujan. Dan diantara menanam dan panen mereka harus menganggur
karena beberapa bulan diperlukan agar tanamannya mendapatkan hasil.
Pengangguran Siklikal
Adalah merupakan jenis pengangguran yang disebabkan karena adanya imbas dari naik
turunnya siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran
kerja.
Pengangguran Struktural

Adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan ekonomi(berkembang atau


mengalami kemunduran). Yang disebabkan karena perkembangan teknologi, persaingan dari
luar negeri atau luar daerah, dan pertumbuhan yang pesat dari kawasan lain.
o Sebelum industri komputer berkembang terdapat permintaan yang
besar ke atas mesin tik dan permintaan tersebut mengembangkan
industri ini. Dengan penggunaan komputer yang semakin meluas,
permintaan ke atas mesin tik berkurang dan industrinya mengalami
kemunduran. Sebagian pekerja dalam industri ini akan menganggur.
Pengangguran Sukarela
Adalah pengangguran yang diakibatkan apabila ada kesempatan kerja tetapi orang yang
menganggur itu tidak bersedia menerimanya pada tingkat gaji yang berlaku.
o Orang yang menganggur sadar bahwa pekerjaan itu ada, tetapi ia masih mencari pilihan
pekerjaan yang lebih baik. Pengangguran ini sering disebut dengan pengangguran karena
memilih pekerjaan.
Pengangguran Terpaksa
Adalah pengangguran yang diakibatkan apabila seseorang bersedia menerima pekerjaan pada
tingkat gaji yang berlaku, tetapi pekerjaan itu tidak bersedia.
o Seseorang yang memang sangat ingin mendapat pekerjaan tetapi perusahaan tersebut
tidak membutuhkan karyawan lagi atau persyaratannya untuk menjadi karyawan di
perusahaan tersebut, tidak sesuai atau kurang.
Pengangguran Tersembunyi
Keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja yang jumlahnya
melebihi dari yang diperlukan.
o Suatu kegiatan ekonomi dapat dijalankan secara efisien dengan menggunakan 5 pekerja,
tetapi pekerja yang sebenarnya adalah 8 orang. Dalam contoh ini kelebihan 3 pekerja
tersebut dapat digolongkan sebagai penganggur tersembunyi.
Penganguran Setengah Menganggur
Keadaan pengangguran dimana seseorang pekerja itu melakukan kerja jauh lebih rendah dari
jam kerja yang normal.
o Dalam pekerjaan yang normal, seseorang itu bekerja 40 jam seminggu atau 5/6 hari per
pekan. Seorang pekerja dapat digolongkan dalam golongan setengah menganggur apabila
hanya bekerja tidak lebih dari 20 jam atau 3 hari per pekan.

Jenis-jenis atau macam-macam pengangguran


1.
Pengangguran yang kelihatan (visible unemployment)
Jenis pengangguran yang pertama adalah pengangguran yang kelihatan. Pengangguran
yang satu ini disebut juga dengan visible unemployment yang mana pengangguran
semacam ini timbul karena disebabkan oleh kurangnya kesempatan kerja (atau dapat
juga dikatakan karena penawaran tenaga kerja (orang yang mencari kerja) lebih besar
daripada permintaan kerja (lowongan pekerjaan)).
Penggangguran kelihatan dibagi menjadi dua macam, yaitu :
Pengangguran kronis (chronic unemployment) yaitu salah satu jenis visible
unemployment yang mana pada pengangguran jenis ini sebagian angkatan kerja
sama sekali tidak bekerja.

2.

3.

Pengangguran musiman (seasonal unemployment) yaitu pengangguran yang terjadi


karena musiman. Biasanya terjadi di sektor-sektor pertanian atau perkebunan.
Misalnya pada saat menunggu masa panen tiba, berhenti bertani disebakan musim
kemarau yang berkepanjangan.
Pengangguran tak kentara (invisible unemployment)
Macam pengangguran yang kedua adalah invisible unemployment atau pengangguran
tak kentara. Pengangguran jenis ini biasanya terjadi di sektor-sektor pertanian, yang
mana tambahan tekana kerja tidak akan berpengaruh pada hasil produksi dan tidak
dapat meningkatakan hasil produksi karena tidak disertai dengan penambaan lahan
pertanian.
Pengangguran potensial
Pengangguran ini terjadi apabila para pekerja ditarik ke sekktor lain, yang juga tidak
akan mengurangi hasil produksi. Hal ini disebabkan terjadi perubahan-perubahan dalam
teknik produksi, meteode produksi, dan tenaga manusia diganti dengan mesin, sehingga
para pekerja di kurangi karena sudah digantikan oleh mesin. Dan pekerja yang
disebabkan oleh hal semacam ini disebut pengangguran potensial.

Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebabnya


Berdasarkan penyebabnya, pengangguran dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu :
1.

Pengangguran struktural
Pengangguran struktural terjadi karena berubahnya struktur ekonomi yang umumnya
terjadi di negara-negara berkembang. Dimana negara-negara yang sedang berkembang
tersebut berusaha untuk melakukan ekspansi atau pengembangan dan pembangunan
sektor industri sehingga terjadi peralihan dari agraris ke sektor industri. Masa peralihan
ini menimblkan kesulitan untuk mempersiapkan tenaga kerja dari agraris ke industri,
karena membutuhkan ketrampilan dan keahlian di bidang industri sehingga timbulah
pengangguran.

2.

Pengangguran friksional
Pengangguran friksional terjadi karena adanya kesulitan temporer dalam
mempertemukan pencari kerja dengan lowongan kerja, yang disebabkan oleh :
Sulitnya mencari informasi lowongan pekerjaan, atau juga bisa disebabkan oleh
pencari pekerja yang kurang berusaha dalam mencari lowongan pekerjaan
Kondisi geografis yang sulit dan tidak mendukung
Proses rekrutment yang panjang sehingga para pencari kerja harus menunggu dalam
waktu yang lama
Pengangguran musiman
Pengangguran musiman ini terjadi karena disebabkan oleh terjadinya pergantian
musim. Biasanya terjadi pada sektor pertanian, ekstraktif dan industri. Pada sektor
pertanian terjadi pada sawah tadah hujan sehingga pada musim kemarau petani tersebut
terpaksa harus mengganggur karena sawahnya tidak dapat mendapat air seperti pada
saat musim hujan. Pada ekstraktif terjadi pada nelayan, di mana pengangguran terjadi
pada waktu musim angin sehingga banyak nelayan yang tidak melau. Pada, industri
terjadi pada industri yang bahan bakunya hanya terdapat pada musim tertentu, misal
saja pabrik gula.

3.

4.

Pengangguran tekhnologi
Pengangguran tekhnologi terjadi karena banyak perusahaan yang mengganti tenaga
kerja dengan robot-robot atau mesin yang lebih canggih dan cepat dalam pengerjaan.
Sehingga banyak tenaga kerja yang di PHK karena sudah tidak dibutuhkan lagi, dengan
digantinya manusia dengan robot maka perusahaan akan lebih irit dan efisien dalam

jangkan panjang. Orang yang di PHK karena sudah digantikan oleh mesin dan
menganggur disebut pengangguran tekhnologi.
5.

Pengangguran deflasioner (Deflationary Unemployment)


Pengangguran deflasioner terjadi karena lowongan pekerjaan terlalu sedikit
dibandingkan dengan jumlah pencari kerja. Bisa juga dikatan dengan jumlah lowongan
pekerjaan tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja, yang mana jumlah pencari
kerja ini lebih banyak daripada lowongan pekerjaan yang tersedia. Semakin
bertambahnya jumlah penduduk, maka pencari kerja akan semakin banyak sementara
itu peningkatan jumlah lowongan pekerjaan tidak secepat peningkatan jumlah pencari
kerja, sehingga banyak orang yang menganggur. Pengangguran jenis ini disebut dengan
pengangguran deflasioner.

6.

Pengangguran voluntary (voluntary unemployment)


Pengangguran voluntary unemployment terjadi karena faktor dari diri tenaga kerja yang
memilih untuk tidak bekerja walaupun masih mempunyai kemampuan untuk bekerja.
Misalnya, pada orang yang mempunyai warisan atau tabungan yang banyak sehingga
tidak habis dalam 7 turunan, he h

BSE
http://mirror.unpad.ac.id/bse/11_SMA/kelas2_ekonomi_chumidatus_sa'dyah.pdf
UPAH
MATERI UMR

Anda mungkin juga menyukai