Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nur Azlina

Nim : 200250089
Kelas : Sosiologi B

Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang
bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti
petani yang sedang menunggu panen/hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan
sebagainya. Di samping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang
mencari pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan atau bekerja secara tidak optimal
disebut pengangguran.

Menurut ketentuan pemerintah Indonesia, penduduk yang sudah memasuki usia


kerja adalah mereka yang berusia minimal 15 tahun sampai 65 tahun. Namun, tidak
semua penduduk yang memasuki usia tadi disebut angkatan kerja. Sebab penduduk
yang tidak aktif dalam kegiatan ekonomi tidak termasuk dalam kelompok angkatan
kerja, seperti ibu rumah tangga, pelajar dan mahasiswa, serta penerima pendapatan
(pensiunan).

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan,
antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan,
mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.

Sedangkan menurut pendapat Sumitro Djojohadikusumo (1987) mengenai arti


tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja, termasuk
mereka yang menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang
menganggur terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja.

Untuk mengetahui banyaknya jumlah angkatan kerja yang dapat diserap oleh
pasar kerja, biasanya dipakai suatu ukuran yang dinamakan tingkat partisipasi
angkatan kerja (TPAK). Besarnya TPAK dapat dihitung menggunakan rumus berikut.

TPAK = Jumlah Angkatan Kerja / Jumlah Tenaga Kerja × 100%


TPAK dinyatakan dalam ukuran persen. Untuk kepentingan analisis lebih lanjut,
TPAK dapat dipilah berdasarkan kepentingannya. Misalnya, berdasarkan jenis
kelamin, kelompok usia, dan lapangan pekerjaan.

Jadi kesimpulan angkatan kerja dan tenaga kerja dapat dilihat perbedaannya,
yakni angkatan kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja (berusia 15-
65 tahun), baik yang sudah bekerja, belum bekerja, atau sedang mencari pekerjaan.
Tenaga kerja adalah penduduk yang telah memasuki usia kerja, baik yang sudah
bekerja maupun aktif mencari kerja, yang masih mau dan mampu untuk melakukan
pekerjaan. Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Berikut ini pembahasan tentang
angkatan kerja, tenaga kerja, masalah tenaga kerja, dan peran pemerintah dalam
permasalahan tenaga kerja.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah salah satu ukuran ketenagakerjaan


yang banyak digunakan. Pengukuran TPAK dilakukan dengan cara menghitung
jumlah absolut seluruh angkatan kerja dibagi dengan seluruh tenaga kerja atau
penduduk usia kerja kemudian dikalikan 100. Jika TPAK 75 persen, artinya terdapat
75 orang angkatan kerja, yaitu mereka yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan,
setiap 100 orang tenaga kerja. Berdasarkan TPAK kita dapat melakukan perkiraan,
berapa besar penduduk usia kerja yang berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi.

Lebih tingginya TPAK pedesaan dibandingkan dengan perkotaan, paling tidak


dapat ditafsirkan dari dua sisi. Pertama, dilihat dari etos kerja, mungkin masyarakat
desa lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk perkotaan, sehingga mereka
kebanyakan bergiat dalam aktivitas ekonomi. Kedua, bisa pula mereka masuk ke
dunia kerja karena terpaksa, akibat adanya himpitan kehidupan yang begitu kuat,
sehingga mau tidak mau mereka harus bekerja agar dapat bertahan hidup.
Hukum ketenagakerjaan kalau dipelajari lebih jauh cakupannya cukup luas.
Hukum ketenagakerjaan bukan hanya mengatur hubungan antara pekerja/buruh
dengan pengusaha dalam pelaksanaan hubungan kerja tetapi juga termasuk seorang
yang akan mencari kerja melalui proses yang benar ataupun lembaga-lembaga
pelaksana yang terkait.

Hukum ketenagakerjaan adalah merupakan suatu peraturan-peraturan tertulis


atau tidak tertulis yang mengatur seseorang mulai dari sebelum, selama, dan sesudah
tenaga kerja berhubungan dalam ruang lingkup di bidang ketenagakerjaan dan apabila
di langgar dapat terkena sanksi perdata atau pidana termasuk lembaga-lembaga
penyelenggara swasta yang terkait di bidang tenaga kerja.

Pengertian ketenagakerjaan berdasarkan ketentuan UU No. 13 Tahun 2003


tentang Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:

1. Pasal 1 (1) Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.
2. Pasal 1 (2) Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
Pengertian tenaga kerja menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Undang-undang lainnya yang masih berhubungan dengan ketenagakerjaan


dalam arti selama bekerja adalah UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja. Definisi Jaminan sosial tenaga kerja menurut Pasal 1 (1) Undang-
undang ini: Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan
yang hilang atau berkurang dan pelayanan akibat peristiwa atau keadaan yang dialami
oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, hari tua, dan meninggal
dunia.

Undang-undang yang berhubungan dengan ketenagakerjaan dalam arti sesudah


bekerja diatur dalam UU No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial. Pengertian menurut ketentuan Pasal 1 (1) perselisihan
hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan
pendapat antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau
serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antara serikat
pekerja / serikat buruh dalam satu perusahaan. Sebagai peraturan pelaksana dari
Undang-undang terebut di atas diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan
Menteri Tenaga Kerja (Permenaker), dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja.

Angkatan kerja atau labour force adalah jumlah penduduk dengan usia


produktif, yaitu 15-64 tahun yang sedang bekerja maupun mencari pekerjaan. Usia
produktif tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Bukan Angkatan Kerja


Bukan angkatan kerja adalah sekelompok penduduk usia produktif yang tidak
bersedia bekerja atau belum bekerja. Misal, pelajar dan mahasiswa yang masih
bersekolah.

2. Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah sekelompok penduduk usia produktif yang sudah
mempunyai pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. Artinya sekelompok penduduk
ini dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, yaitu mereka yang sudah
bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan
mereka yang mengurus rumah tangga. Pertumbuhan angkatan kerja dipengaruhi pula
oleh struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin, usia penduduk, dan tingkat
pendidikan.
Makin banyak komposisi jumlah penduduk laki-laki dalam suatu negara,
semakin tinggi pula angkatan kerja di negara tersebut. Karena ibu rumah tangga tidak
digolongkan sebagai tenaga kerja. Sementara, usia penduduk berpengaruh terhadap
jumlah angkatan kerja dalam suatu negara. Semakin besar jumlah penduduk yang
berusia produktif, maka semakin tinggi pula angkatan kerjanya. Semakin rendah
tingkat pendidikan penduduk suatu negara, maka akan makin rendah pula angkatan
kerjanya, karena saat ini tingkat pendidikan merupakan salah satu syarat untuk
memasuki dunia kerja.

Dalam kehidupan sehari-hari angkatan kerja dan tenaga kerja memiliki peran
dan manfaat yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena manfaat
angkatan kerja dan tenaga kerja dapat dibagi menjadi 3 karakteristik, yakni:

1. Manfaat bagi Diri Sendiri


 Dapat memberikan penghasilan bagi diri sendiri. Karena apabila seseorang dapat
bekerja tentunya dia akan mendapatkan penghasilan dan tentunya dia juga akan
bisa memenuhi kebutuhannya baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk
keluarganya.
 Dapat mengoptimalkan kemampuan dan skill yang dimiliki oleh seseorang yang
ingin bekerja. Artinya seseorang dapat memanfaatkan keahliannya yang dimiliki
untuk dapat bekerja di dalam suatu perusahaan.
 Memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk terus berkembang. Artinya
seseorang yang sudah dapat bekerja dalam suatu perusahaan, pastinya dirinya akan
terus berkembang agar suatu saat bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, di
mana dapat kembali bekerja untuk perusahaan, atau membuka perusahaan dan
memberikan pekerjaan kepada orang lain.
 Menurunkan tingkat pengangguran yang ada. Karena apabila seseorang dapat
bekerja baik untuk dirinya sendiri atau orang lain, maka secara otomatis dapat
menurunkan tingkat pengangguran, dan secara otomatis dapat meningkatkan
tingkat produksi baik untuk diri sendiri ataupun perusahaan, selain itu juga dapat
meningkatkan perekonomian secara nasional.
2. Manfaat bagi Perusahaan
 Memberikan kemudahan bagi perusahaan dalam kegiatan memproduksinya.
Artinya dengan dibantu oleh para pekerja, kegiatan produksi perusahaan dapat
lebih mudah dikerjakan dan dapat lebih cepat diselesaikan.
 Dapat memberikan tingkat produksi yang lebih banyak. Di mana dengan adanya
tenaga kerja, tingkat produksi perusahaan menjadi lebih meningkat.
 Memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk terus memberikan pelayanan yang
baik dengan dibantu oleh tenaga kerja.
 Membantu perusahaan untuk terus berkembang dengan lebih baik. Artinya ketika
perusahaan mencoba untuk mengembangkan bisnisnya, maka secara otomatis
tenaga kerja akan membantu perusahaan untuk berkembang ke arah yang lebih
baik pula.
3. Manfaat bagi Negara
 Membantu negara dalam menurunkan tingkat pengangguran dan menaikkan
perekonomian negara. Karena apabila tenaga kerja semakin banyak maka secara
otomatis pendapatan negara melalui pajak akan bertambah dan dengan pajak
tersebut dapat membangun infrastruktur, pendidikan, perekonomian secara
nasional.
 Menaikkan pendapatan per kapita dan pendapatan nasional. Artinya apabila para
pekerja dapat meningkatkan produktivitasnya, maka secara otomatis konsumsinya
akan meningkat pula dan dengan penilaian itu maka pendapatan per kapitanya pun
meningkat.
 Membantu negara dalam menciptakan lapangan kerja bagi angkatan kerja yang
belum bekerja. Karena angkatan kerja yang dapat menciptakan pekerjaan, sangat
dibutuhkan oleh negara dalam menurunkan tingkat pengangguran.
 Menurunnya tingkat pengangguran, kemiskinan, dan kriminalitas bagi negara.
Dengan penduduk yang cukup banyak bekerja, maka pengangguran yang dapat
menciptakan kemiskinan yang berdampak negatif bagi kehidupan sosial seperti
pencurian, kriminalitas, dll, dapat diturunkan dan dimimalisir jumlahnya.
Contoh kasus angkatan kerja adalah di lhokseumawe ada seorang sarjana
bernama elda, dia sudah lulus dari universitasnya daridua tahun yang lalu tetapi
sampai saat ini masih kewalahan dalam mencari pekerjaan. Contoh lainnya seperi
yang di alami Nur, salah satu warga lhok mon puteh. Saat ini dia bekerja di salah satu
perusahaan di lhokeumawe tapi serat pengasilan.
DAFTAR PUSTAKA

Lazuardi. Khoirul. 2014. Pengertian Angkatan Kerja, Tenaga Kerja, Kesempatan


Kerja, dan Pengangguran. https://khoirullazuardi.wordpress.com.
Mankiw, Gregory, dkk. 2012. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat.
Mastugino. 2013. Angkatan dan Tenaga Kerja. http://mastugino.blogspot.co.id.
Muawanah. 2013. Pengertian Tenaga Kerja dan Angkatan Kerja.
http://muawanahcius.blogspot.co.id.
Sukirno, Sadono. 2015. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Sule, Epol. 2015. Dampak Angkatan Kerja. http://sule-epol.blogspot.co.id.
Wicaksono, Purwo. 2014. Tenaga Kerja Indonesia.
https://purwokowicaksono26.wordpress.com.
Iskandar, N. 1977. Demografi Arti & Tujuan. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Mantra, I. B. 2000. Demografi Umum. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Kabir, M. 2008. Determinants of Life Expectancy in Developing Country. The
Journal of Developing Areas. Volume 41 No. pp. 185-204
Kasto. 1993. Analisa perkembangan Kependudukan Menurut Sensus Penduduk 1990
: Dinamika Mortalitas Indonesia. Yogyakarta: Kantor Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Pusat Penelitian Kependudukan
Universitas Gadjah Mada.
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai