Anda di halaman 1dari 16

BAB 3 KETENAGAKERJAAN

A.Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13
tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15
tahun – 64 tahun.
Bukan tenaga kerja, yakni penduduk yang dianggap tidak mampu bekerja. Mereka adalah
penduduk yang berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun, anak-anak dan lansia (lanjut
usia) termasuk dalam kelompok ini.
Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja dapat dibedakan menjadi
 Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran
dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal.
Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
 Tenaga kerja terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang
tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan
secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya:
apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
 Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya
mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan
sebagainya

B. Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah penduduk berumur lima belas tahun ke atas yang selama seminggu
sebelum pencacahan bekerja atau mempunyai pekerjaan, sementara tidak bekerja, dan mereka
tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan.
Yang termasuk angkatan kerja
a. Pekerja (employment), yakni kelompok angkatan kerja yang sudah mendapat
pekerjaan
b. Orang yang sedang mencari kerja.
c. Pengangguran (unemployment), yakni kelompok angkatan kerja yang belum
mendapat pekerjaan.
Sedangkan yang dinamakan bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih sekolah,
mengurus rumah tangga, dan yang lainnya, seperti penyandang cacat mental ataupun lainnya
yang membuat seseorang tidak produktif.
Untuk mengetahui perbandingan antara angkatan kerja dan penduduk usia kerja (tingkat
partisipasi angkatan kerja) digunakan rumus berikut:
angkatan kerja
Tingkat partisipasi angkatan kerja = x 100%
jumlah penduduk
Sedangkan untuk mengetahui rasio ketergantungan atau depency ratio (DR) digunakan rumus
berikut :
Penduduk di luar usiakerja( PLUK )
depency ratio (DR) = x 100%
penduduk usia kerja(PUK )
semakin tinggi depency ratio, semakin besar tanggungan penduduk produktif.

C. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja bisa diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan tersedianya
lapangan kerja yang siap diisi oleh pencari kerja. Dari pengertian ini bisa disimpulkan bahwa
kesempatan kerja sesungguhnya merupakan permintaan akan tenaga kerja (demand for labour)
yang datang dari pihak-pihak yang membutuhkan tenaga kerja, seperti perusahaan dan kantor-
kantor pemerintah. Pihak pencari kerja disebut juga pihak penawar kerja, yakni pihak yang
mencari pekerjaan. Di Indonesia, masalah kesempatan kerja dijamin di dalam UUD 1945 pasal
27 ayat 2 yang berbunyi “ tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”.

D. Upaya Meningkatkan Kualitas


Tenaga Kerjaekonomi merupakan suatu aktivitas atau usaha yang dilakukan manusia untuk
Kegiatan
mewujudan kemakmuran. Usaha meningkatkan produktivitas dan kualitas tenaga kerja (SDM)
perusahaan dapat disatukan dengan berbagai program pemerintah sebagai berikut.
1. Menyiapkan tenaga ahli dan terampil dengan menyiapkan pendidikan formal bagi
penduduk.
2. Menyiapkan tenaga kerja yang mampu bekerja keras dan produktif dengan
meningkatkan kesehatan melalui perbaikan gizi penduduk, memberikan jaminan social
yang memadai dan menjamin kesehatan yang baik
3. Mengadakan latihan-latihan atau job training bagi tenaga-tenaga kerja agar memiliki
kemampuan kerja yang baik, melalui diklat-diklat, penataran, kursus-kursus atau loka
karya
4. Mengadakan penelitian-penelitian untuk memberikan keterampilan kepada tenaga kerja
yang sedang mencari pekerjaan agar dapat mengisi lowongan pekerjaan sesuai dengan
permintaan pasar tenaga kerja. Melalui kursus-kursus keterampilan, baik yang
dilakukan oleh pemerintah seperti Balai Latihan Kerja (BLK) maupun kursus-kursus
keterampilan yang dilakukan oleh masyarakat seperti, kursus computer, mengetik,
kursus akuntansi, dll.

E. Masalah Ketenagakerjaan

 Rendahnya kualitas tenaga kerja


 Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja
 Persebaran tenaga kerja yang tidak merata
 Pengangguran

F. Sistem Upah
Sistem upah merupakan kebijakan dan strategi yang menentukan kompensasi yang
diterima pekerja. Kompensasi ini merupakan bayaran atau upah yang diterima oleh pekerja
sebagai balas jasa atas hasil kerja mereka. Bagi pekerja, masalah sistem upah merupakan
masalah yang penting karena menyangkut keberlangsungan dan kesejahteraan hidup mereka.
Macam – macam bentuk upah antara lain :
1. Upah Berdasarkan Waktu, upah ini dihtung berdasarkan banyaknya waktu/jam yang diberikan
pekerja terhadap perusahaan, dapat dihitung berdasar per jam, per minggu, per bulan.
2. Upah Berdasarkan Hasil, didasarkan atas hasil yang diperoleh pekerja secara kuantitas/jumlah
dalam kurun waktu produksi secara individu maupun team.
3. Bonus, merupakan upah tambahan yang diberikan kepada karyawan disamping gaji tetap yang
sudah diterima sebagai penghargaan.
4. Pembagian Keuntungan,

G. Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja yang sedang mencari
pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti
ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya
yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Seseorang dapat dikatakan sebagai pengguran bila memenuhi salah satu kategori di bawah ini
;
1. Sedang tidak berkerja tetapi sedang mencari pekerjaan.
2. Sedang mempersiapkan suatu usaha baru.
3. Tidak memiliki pekerjaan karena meras tidak mungkin mendapatkan pekerjaan
(discouraged worker).
4. Sudah mendapatkan perkerjaan tetapi belum mulai bekerja.
Rumus Tingkat Pengangguran
Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari
prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja.
Tingkat Angkatan Kerja = Jumlah Pengangguran + Jumlah Yang Bekerja
Tingkat Pengangguran = Jumlah pengangguran/ Jumlah Angkatan Kerja x 100%
Tingkat Partisipasi angkatan kerja = Angkatan Kerja / Populasi Orang Dewasa x 100%
Beberapa hal yang menyebabkan pengangguran antara lain:
1. Penduduk yang relatif banyak
2. Pendidikan dan keterampilan yang rendah
3. Angkatan kerja tidak dapat memenuhi persyaratan yang diminta dunia kerja
4. Teknologi yang semakin modern
5. Pengusaha yang selalu mengejar keuntungan dengan cara melakukan penghematan-
penghematan.
6. Penerapan rasionalisasi
7. Adanya lapangan kerja yang dengan dipengaruhi musim
8. Ketidakstabilan perekonomian, politik dan keamanan suatu Negara
Jenis – jenis Penganguran
A. MENURUT JUMLAH JAM KERJA
1. Pengangguran Terbuka
Yaitu pengangguran baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan
pekerjaan yang lebih baik) maupun secara terpaksa (meraka yang mau bekerja tetapi tidak
memperoleh pekerjaan)
2. Setengah Pengangguran
Yaitu mereka yang bekerja lamanya (hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka
biasa kerjakan. Yang dikatakan setengah menganggur adalah apabila pelaku ekonomi bekerja
satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja yang mempunyai
masa kerja seperti ini digolongkan sebagai setengah menganggur karena ada kalanya mereka
bekerja dan ada kalanya mereka menganggur.
Setengah pengguran adalah para pekerja yang berkerja dibawah jam kerja normal, terdiri
dari :
a. Pengguran Terpaksa (Involuntary)
Pengangguran terpaksa adalah seorang yang bersedia berkerja untuk suatu perkerjaan
tertentu, tetapi sebenarnya pekerjaanya tidak ada.
b. Pengangguran Sukarela (Voluntary)
Pengangguran sukarela adalah pengangguran yang disebabkan para pekerja tidak mau
menerima suatu pekerjaan dengan upah yang berlaku di pasar.
c. Pengangguran Bruto
Pengangguran bruto merupakan gabungan pengangguran terbuka dengan setengah
pengangguran.
3. Pengangguran Terselubung
Pengangguran terselubung adalah pekerja yang berkerja, tetapi pekerjaan tersebut pada
dasarnya dapat dilakukan oleh jumlah pekerja yang lebih sedikit.
B. MENURUT FAKTOR- FACTOR PENYEBABNYA
Menurut Sadono Sukirno, berdasarkan penyebabnya pengangguran dapat dibedakan sebagai
berikut.
1) Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang
disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar
kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.
2) Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan
pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan
kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan
akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
3) Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun
siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran
kerja.
4) Pengangguran Teknologi
Pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemajuan teknologi lainya
dinamakan pengangguran teknologi.
C. MENURUT CIRI- CIRINYA
Berdasarkan ciri pengangguran, pengangguran dapat pula digolongkan sebagai berikut :
1. Pengangguran terbuka
Yaitu pengangguran baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan
pekerjaan yang lebih baik) maupun secara terpaksa (meraka yang mau bekerja tetapi tidak
memperoleh pekerjaan)
2. Pengangguran tersembunyi
Pengangguran tersembunyi wujud di sektor pertanian atau jasa.  Yang dikatakan
Pengangguran tersembunyi adalah kelebihan tenaga kerja yang tersedia dibandingkan dengan
permintaan akan tenaga kerja tersebut. Contohnya ialah pelayan restoran yang lebih banyak
dari yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar dan
mengerjakan luas tanah yang kecil.
3. Pengangguran musiman
Pengangguran ini biasanya terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Pada umumnya musim
hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa
menganggur. Sebaliknya pada musim kemarau, petani tidak dapat mengerjakan tanahnya.
Disamping itu umumnya para petani tidak begitu aktif diantara waktu sesudah menanam dan
menuai. Pengangguran seperti ini yang disebut dengan pengangguran bermusim
4. Setengah menganggur 
Yaitu mereka yang bekerja lamanya (hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka biasa
kerjakan.
Dampak Pengangguran Bagi Pembangunan Ekonomi
Pengangguran yang menumpuk dapat melahirkan dampak sosiologis krusial’ yang pada
giliranya dapat membahayakan stabilitas nasional. Oleh karenanya, bila tidak diperoleh solusi
yang tepat, masalah pengangguran bisa menjadi bom waktu yang dapat meledak kapan saja.
Berbagai penyakit social akan menjadi fenomena baru yang muncul dalam kehidupamn
masyarakat. Kriminalitas, premanisme, dan tindakan kekerasan akan meningkat tajam sejalan
dengan kian banyaknya jumlah pengangguran. Mereka yang frustasi karena tidak sanggup
memenangkan kompetisi dalam merebutkan lapangan kerja akan terdorong menempuh berbagai
jalan pintas negative agar dapat bertahan dalam hidupnya.
a. Dampak Ekonomi
Biaya yang paling besar yang diakibatkan adanya pengangguran adalah biaya peluang
yang timbul karena hilangnya pendapatan dan menurunya hasil produksi. Nilai GDP (Gross
Domestic Product) akan menurun dan pendapatan nasional akan berkurang bersamaan dengan
turunya standar hidup.
b. Dampak Sosial
Dampak social pengangguran mungkin relative sulit diukur, tetapi penganggura
seringkali di hubungkan dengan naiknya tingkat kejahatan, naiknya ketergantungan narkoba dan
alcohol, naiknya masalah kesehatan para pengangguran, angka bunuh diri yang lebih tinggi,
retaknya keluarga, dan hilangnya harga diri serta kepercayaan diri para pengangguran.
c. Dampak Individu dan keluarga
Orang yang akan menganggur akan mengalami kesulitan ekonomi dan menghadapi
masalah social karena pendapatan mereka akan hilang dan mereka harus menghadapi penilaian
buruk dari masyarakat setempat karena pengangguran biasanya dinilai buruk oleh lingkunganya.
Mengatasi pengangguran
1. Mengatasi pengangguran friksional dan pengangguran sukarela.
Kedua pengangguran ini bersifat sementara. Untuk mengatasi kedua pengangguran itu dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Proyek padat karya untuk menambah kesempatan kerja dengan mendirikan industry baru,
pembangunan jalan raya, jembatan, dan lain- lain.
b. Menarik investor baru dengan cara deregulasi dan debirokratisasi.
c. Pengembangan transmigrasi untuk menambah lapangan kerja baru di bidang agraris dan sector
lain
d. memberikan bantuan pinjaman lunak dan bantuan lain untuk memacu kehidupan industry
kecil.
2. Mengatasi pengangguran Struktural.
Perubahan ekonomi dari sector agaris ke sector industry mengakibatkan terjadi pengurangan
tenaga kerja manusia. Hal ini dapat diatasi dengan cara- cara berikut.
a. Menyediakan lapangan kerja untuk menampung kelebihan tenaga kerja di sector ekonomi lain
pada suatu daerah yang mengalami perubahan sector ekonomi.
b. Pelatihan tenaga kerja untuk mengisi yang masih membutuhkan.
c. Menarik investor, khususnya merangsang berdirinya industry baru.
3. Mengatasi pengangguran musiman.
Pengangguran musiman dapat diatasi dengan cara antara lain.
a. Pelatihan ketrampilan lain.
b. Menginformasikan lowongan pekerjaan yang ada disektor lain pada masyarakat.
4. Mengatasi pengangguranbn teknologi.
Pengangguran teknologi dapat diatasi dengan cara- cara berikut.
a. Mempersiapkan masyarakat untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi dengan cara
memasukan materi kurikulum pelatihan teknologi pada sekolah- sekolah.
b. Pengenalan teknologi yang ada sejak usia dini.
c. Pelatihan tenaga pendidik untuk menguasai teknologi baru yang harus disampaikan pada anak.
BAB 4
INDEKS HARGA DAN INFLASI
A. Pengertian Indeks Harga
Indeks harga adalah suatu ukuran yang menunjukkan tentang perubahan-perubahan yang
terjadi pada harga dari waktu ke waktu (dari satu periode ke periode lainnya). Indeks
harga yang disusun dari periode ke periode dapat digunakan untuk mengetahui pola
perubahan dari tahun ke tahun, yang meliputi :
1) Perubahan biaya hidup
2) Nilai ekspor dan impor
3) Siklus perdagangan
4) Harga emas murni
5) Nilai tukar rupiah terhadap valuta asing

B. Jenis-jenis Indeks Harga


1. Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks harga konsumen mengukur perubahan harga sekelompok besar barang yang
dibeli oleh konsumen. Menurut buku Statistik Indonesia yang dikeluarkan BPS pada
tahun 2012, IHK mencakup 859 barang dan jasa yang dihitung berdasarkan pola
konsumsi hasil Survey Biaya Hidup (SBH) di 82 kota, yang terdiri dari 33 ibukota
provinsi dan 49 kota besar lainnya. Dari 82 kota tersebut, 66 kota merupakan cakupan
kota SBH lama dan 16 merupakan kota SBH baru. Survei ini hanya dilakukan di daerah
perkotaan (urban area) dengan total sampel rumahtangga sebanyak 136.080.
Kegunaan Indeks Harga Konsumen antara lain: 
a. Merupakan salah satu indikator dalam mengetahui tingkat inflasi dan tingkat
keberhasilan kegiatan ekonomi.
b. Dipakai sebagai landasan untuk memperbaiki/menyesuaikan gaji dan upah
karyawan. 
c. Merupakan pengukur perubahan harga konsumen. 
d. Indikator perubahan pengeluaran rumah tangga
2. Indeks Harga Perdagangan Besar
Pada Indeks harga perdagangan besar (IHPB) harga yang dipergunakan adalah
harga produsen. Indeks harga perdagangan besar berguna untuk mengukur perubahan
harga pada dua periode. Yang diukur dalam indeks harga perdagangan besar adalah
bahan mentah dan barang jadi yang diperjualbelikan di pasar primer dan harga yang
digunakan adalah harga produsen. Indeks harga perdagangan besar merupakan indikator
yang digunakan untuk melihat perekonomian suatu negara, yang pada hakekatnya
menyangkut komoditi yang diperjualbelikan di suatu negara pada tingkat perdagangan
besar/grosir. Jenis barang-barang yang dipergunakan dalam Indeks Harga Perdagangan
Besar harus diklasifikasikan kedalam sektor-sektor tertentu yang dapat dibagi lagi ke
dalam sebsektor sebagai berikut.
a. Sektor pertanian dengan subsektor bahan makanan, tanaman perdagangan,
kehutanan, perikanan, peternakan, dan perkayuan.
b. Sektor pertambangan dan galian dengan subsektor batubara, aspal, pasir, batu kali
dan kerikil.
c. Sektor industri dengan subsector tekstil, pakaian jadi, barang-barang dari kulit,
makanan, minuman, kertas, barang cetakan, karet dan plastik.
3. Indeks Harga yang Dibayar dan Diterima Petani
Indeks harga yang dibayar dan diterima petani adalah indeks harga barang-barang
yang dibeli dan dibayar oleh petani untuk melakukan proses produksi dan mencukupi
kebutuhan hidup. Pada indeks harga yang dibayar petani ada dua kategori penting :
a. Indeks pembelanjaan untuk konsumsi rumah tangga
b. Indeks pembelanjaan untuk produksi.

C. Ciri-ciri Indeks Harga


a. Indeks harga digunakan sebagai alat pengukur perubahan harga.
b. Indeks harga merupakan ukuran perbandingan dari suatu harga.
c. Indeks harga merupakan alat untuk memperlihatkan perubahan-perubahan harga pada
satu / berbagai jenis barang.
d. Indeks harga sebagai pedoman nilai standar untuk melakukan perbandingan harga dari
waktu ke waktu.
e. Penetapan indeks harga didasarkan hasil pengumpulan data dari sumber relevan.
f. Indeks harga ditetapkan tidak dari seluruh barang atau populasi barang melainkan dari
sampel.
g. Indeks harga ditetapkan dalam bentuk presentase.
Penetapan indeks harga didasarkan waktu normal atau kondisi ekonomi stabil yang
berjauhan dengan waktu yang akan datang.

D. Peranan Indeks Harga


1. Alat bagi pemerintah untuk menetapkan kebijaksanaan harga di masa yang akan
datang, agar tidak terjadi adanya penetapan harga secara sewenang-wenang oleh
produsen yang dapat menyebabkan terjadinya kondisi yang tidak seimbang antara harga
barang dan jasa yang harus dibayar konsumen dengan kemampuan membeli konsumen.
2. Indeks harga dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan kemajuan dan kemunduran ekonomi.
3. Indeks harga dapat dijdikan dasar perbandingan untuk mengukur tingkat, kemajuan
ekonomi masa sekarang dan sebelumnya.
4. Indeks harga dapat dijadikan sebagai dasar untuk menetapkan pola dan kebijaksanaan
ekonomi secara keseluruhan dan kebijaksanaan moneter.

E. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga ( penurunan nilai barang dan jasa ) secara terus menerus dan
berkepanjangan atau dalam jangka waktu yang lama. Yang Secara umum akan
mengakibatkan nilai uang akan turun. Pengertian tersebut mengandung makna :
1. Ada kecenderungan harga-harga meningkat walaupun suatu masa tertentu turun atau
naik dibandingkan sebelumnya, tetapi tetap memperlihatkan kecenderunagn yang
meningkat.
2. Kenaikan tingkat harga berlangsung secara terus menerus, tidak terjadi pada suatu
saat/satu waktu saja.
3. Kenaikan harga adalah tingkat harga umum, bukan hanya beberapa produk (komoditi)
saja.

F. Teori Inflasi
Secara garis besar, ada tiga kelompok yang memberikan teori penyebab timbulnya inflasi,
yaitu:
1. Teori Kuantitas
Teori kuantitas menyoroti proses inflasi dari segi peranan jumlah uang yang beredar
dan harapan (expectation) masyarakat tentang kenaikan harga di masa yang akan
datang.
2. Teori Keyness
Menurut Keyness inflasi terjadi karena perebutan perolehan barang dan jasa oleh
masyarakat pelaku ekonomi(rumah tangga konsumsi) yang ingin memperoleh barang
dan jasa lebih banyak dengan kredit, demikian juga investasi rumah tangga produksi
memperluas usahanya dengan cara kredit. Sementara iyu pemerintah dengan cara
mencetak uang baru. Akibatnya permintaan agregate/keseluruhan terhadap barang dan
jasa melebihi jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dan mengakibatkan kenaikan
harga.
3. Teori Strukturalis
Menurut teori strukturalis inflasi ditimbulkan oleh ketidakelastisan produsen dalam
menghasilkan barang khususnya sektor pangan. Contoh : di negara berkembang
pertumbuhan produksi bahan makanan lebih lambat daripada pertumbuhan penduduk
dan pendapatan perkapita sehingga harga bahan makanan meningkat

G. Jenis-jenis Inflasi
Jenis-jenis inflasi debedakan menjadi 3, yaitu :
a. Inflasi dilihat dari asalnya, dibedakan menjadi :
 Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation) adalah inflasi yang disebabkan oleh
terjadinya peristiwa ekonomi di dalam negeri. Contoh : gagal panen secara
menyeluruh.
 Inflasi dari luar negeri (imported inflation) adalah inflasi yang disebabkan tingginya
harga barang-barang yang dibeli dari luar negeri. contoh : harga bahan baku untuk
produksi dalam negeri.
b. Inflasi dilihat dari tingkat keparahan
parah tidaknya inflasi dibedakan menjadi :
 Inflasi ringan ( 0% s/d 10% )
 Inflasi Sedang ( >10% s/d 30% )
 Inflasi berat ( >30% s/d 200% )
 Inflasi tak terkendali (Hyper inflation) ( > 100 %)
c. Inflasi dilihat dari penyebabnya, dibedakan menjadi :
 Inflasi yang terjadi karena meningkatnya permintaan terhadap berbagai macam
barang dan jasa (demand pull inflation).
 Inflasi yang terjadi karena kenaikan ongkos produksi secara terus menerus, yang
disebut dengan cosh push inflation.

H. Penyebab terjadinya Inflasi

Inflasi dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain :


 Pemerintah, jika penerimaan pemerintah lebih kecil daripada pengeluaran, maka
pemerintah dapat mencetak uang baru, hal ini akan dapat menimbulkan inflasi jika
tidak diimbangi dengan penambahan produksi yang akan ditawarkan kepada
masyarakat.
 Pihak swasta, inflasi dapat terjadi jika pihak swasta banyak menerima kredit dengan
jumlah besar untuk memenuhi permintaan penjamin kredit pihak swasta.
 Ekspor impor, jika ekspor lebih besar daripada impor maka devisa yang diterima akan
menambah jumlah uang yang beredar didalam negeri sehingga kemungkinan dapat
menimbulkan inflasi.
 Penerimaan dan pengeluaran negara, apabila jumlah penerimaan lebih kecil dari
pengeluaran maka terjadi defisit, sehingga pemerintah harus mencetak uang baru, tetapi
kalau penambahan uang baru tidak seimbang dengan yang dibutuhkan maka justru
dapat menimbulkan inflasi.

I. Dampak Inflasi
Inflasi berdampak positif maupun negatif. Inflasi ringan berdampak positif, yaitu dapat :
 Mendorong perkembangan ekonomi
 Memperbesar laba
 Mendorong pengusaha memperluas produksi
 Meningkatkan pendapatan nasional
 Memperluas kesempatan kerja
Sedangkan yang berdampak negatif yaitu :
1. Bagi pelaku ekonomi
Inflasi menyebabkan :
a) Pengusaha enggan melakukan investasi dan perluasan usaha, karena pada saat
inflasi tingkat bunga akan tinggi dengan kondisi harga yang semakin meningkat
pengusaha cenderung menginvestasikan pada usaha yang bersifat spekulatif.
b) Semakin meningkatnya investasi
c) Harga barang lebih murah dan kegiatan eksport akan terhambat
d) Neraca perdagangan defisit
e) Mengurangi defisa negara
f) Ketidak pastian ekonomi negara.
2. Bagi masyarakat
Inflasi akan merugikan bagi masyarakat yaitu :
a) Orang yang berpenghasilan tetap akan dirugikan karena gaji yang diterima akan
mendapatkan barang/jasa lebih sedikit.
b) Orang bekerja di perusahaan gaji yang diterima mengikuti tingkat inflasi.
c) Harga-harga umum akan meningkat
d) Permintaan luar negeri akan berkurang dan produksi dalam negeri menurun.
e) Pengurangan kesempatan kerja.
f) Pengangguran.
g) Masyarakat enggan menabung karena nilai uang semakin menurun.
h) Kelangkaan barang yang akan memperparah inflasi.

J. Cara Mengatasi Inflasi


Pemerintah untuk mengendalikan dan mengatasi inflasi yang semakin meningkat,
menggunakan beberapa kebijakan yaitu :
1. Kebijakan Moneter Adalah Kebijakan pemerintah dibidang keuangan yang dilakukan
oleh Bank Sentral/dewan moneter dengan tujuan untuk mengukur jumlah uang yang
beredar di masyarakat. Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan mengambil
kebijakan diantaranya melalui :
a. Kebijakan Diskonto(discount Policy)
Adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dengan cara menaikan suku
bunga. Contoh : Bank Indonesia memerintah bank umum agar mengurangi/
mempersempit pemberian kredit kepada masyarakat dengan cara menaikkan bunga
pengaman sehingga uang yang beredar akan menurun.
b. Operasi Pasar Terbuka(open Market Operation)
Adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah dengan cara menjual/membeli surat
berharga. Contoh : Bank indonesia akan menjual surat-surat berharga seperti obligasi
kepasar modal, sehingga uang masyarakat akan masuk ke Bank sentral dan
mengurangi uang yang beredar.
c. Menaikan kas rasio
Menaikan kas rasio dilakukan oleh bank indonesia dengan cara mengubah besarnya
kas rasio dengan menentukan angka banding minimum antara uang tunai dengan
kewajiban giral bank.
d. Kebijakan pengaturan kredit atau pembiayaan
Kebijakan kredit yang dilakukan dengan cara kredit selektif, yaitu pemberian kredit
yang dilakukan oleh Bank Sentral dengan memilih penerima kredit secara selektif ini
dilakukan bertujuan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar sehingga inflasi
dapat ditekan. Contoh : Bank Sentral berusaha mempengaruhi bank-bank umum
dalam hal aturan pemberian kredit kepada nasabah.
2. Kebijakan Fiskal
Ada tiga kebijakan fiskal untuk mengatasi inflasi yaitu :
a) Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah
Penerima dapat menekan angka inflasi dengan cara mengurangi pengeluaran
belanja negara yang menyebabkan permintaan barang dan jasa berkurang.
b) Menaikan tarif pajak
Peningkatan tarif pajak akan mengurangi kegiatan komsumsi, sehingga uang yang
di belanjakan masyarakat akan berkurang.
c) Mengadakan pinjaman pemerintah
Pemerintah meminjam secara paksa atau dilakukan tanpa kompromi terlebih dahulu
sehingga menambah pendapatan / berupa pinjaman bagi negara. Contoh : pada
masa orde lama pemerintah pernah menerapkan kebijakan memotong 10% dari gaji
pegawai negeri untuk ditabung/ dipinjam oleh pemerintah.
3. Kebijakan Non Moneter atau Kebijakan Riil
Kebijakan diluar kebijakan fiskal dan moneter untuk mengatasi masalah inflasi dapat
ditempuh dengan cara :
a. Peningkatan produksi
Jika barang yang di produksi bertambah maka inflasi akan tertahan bahkan
perekonomian akan lebih meningkat.
b. Kebijakan upah
Inflasi dapat diatasi dengan mengurangi deposible income masyarakat. Untuk
menurunkan laju produksi pemerintah meningkatkan produktifitas disertai dengan
pengaturan upah yang sesuai.
c. Pengendalian harga dan distribusi produksi
Pengawasan harga pemrintah biasanya dilakukan berupa penetapan harga minimum
(floor Price) atau penetapan harga maksimum (ceiling Price). Dampak dari
pengendalian harga adalah munculnya pasar gelap (black market).

K. Menghitung Indeks Harga dan Inflasi


1.Menghitung Indeks Harga
Untuk menghitung Indeks Harga, ada 2 metode :
1. Metode Tak Tertimbang

IHK : Indeks Harga Konsumen


Pn : Harga Sekarang
Po : Harga Pada Tahun Dasar
Contoh :
Harga untuk jenis barang tertentu pada tahun 2013 Rp 10.000,00 per unit, sedangkan
harga pada tahun dasar Rp 8.000,00 per unit maka indeks harga pada tahun 2013
dapat dihitung sebagai berikut.
10000
IHK = x 100 %
8000
= 125 %
Ini berarti pada tahun 2013 telah terjadi kenaikan IHK sebesar 25% dari harga dasar
yaitu 125-100 (sebagai tahun dasar).

2. Metode Tertimbang
a. Metode Agregatif Sederhana
Keterangan
IA = indeks harga yang ditimbang
Pn  = nilai yang dihitung angka indeksnya
Po  = harga pada tahun dasar
W = faktor penimbang
Contoh penghitungan angka indeks harga dapat kamu lihat pada tabel berikut.

Berdasarkan data di atas, maka angka indeks harga tahun 2004 dapat dihitung
dengan cara:

Jadi, pada tahun 2004 terjadi kenaikan harga 10,61%.

b. Metode Laspeyres
Angka indeks Laspeyres adalah angka indeks yang ditimbang dengan faktor
penimbangnya kuantitas tahun dasar (Qo).

Keterangan:
IL = angka indeks Laspeyres
Pn = harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar
Qo = kuantitas pada tahun dasar
Untuk lebih jelasnya tetang penghitungan angka indeks Laspeyres, perhatikan
contoh di bawah ini.
Berdasarkan data di atas, maka indeks Laspeyres dapat dihitung sebagai berikut.
IL = 210.000/200.000 x 100% = 105%.
Berarti terjadi kenaikan harga sebesar 5% pada tahun 2004.
c. Metode Paasche
Angka indeks Paasche adalah angka indeks yang tertimbang dengan faktor
penimbang kuantitas tahun n (tahun yang dihitung angka indeksnya) atau Qn.
IP = angka indeks Paasche
Pn = harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar
Qn = kuantitas tahun yang dihitung angka indeksnya
Berikut adalah contoh penghitungan angka indeks tertimbang dengan metode
Paasche.

Berdasarkan data di atas, maka indeks Paasche dapat dihitung sebagai berikut.
IP = 242.500/240.000 x 100% = 101,04%
Berarti terjadi kenaikan harga sebesar 1,04% pada tahun 2004.
Dari Metode Laspeyres dan Metode Paasche terdapat suatu kelemahan sebagai
berikut.
 Angka indeks Laspeyres mempunyai kelemahan yaitu hasil penghitungan lebih
besar (over estimate), karena pada umumnya harga barang cenderung naik,
sehingga kuantitas barang yang diminta mengalami penurunan. Dengan
demikian besarnya Qo akan lebih besar daripada Qn.
 Angka indeks Paasche mempunyai kelemahan yaitu hasil penghitungan
cenderung lebih rendah (under estimate), karena dengan naiknya harga akan
menyebabkan permintaan turun, sehingga Qn lebih kecil daripada Qo. Untuk
menghilangkan kelemahan tersebut dilakukan dengan cara mengintegrasikan
angka indeks tersebut, yaitu dengan menggunakan metode angka indeks
Drobisch and Bowley.
d. Metode Dorbisch and Bowley
Angka indeks tertimbang dengan Metode Drobisch and Bowley dapat dirumuskan
sebagai berikut.

Keterangan:
ID = angka indeks Drobisch
IL = angka indeks Laspeyres
IP = angka indeks Paasche
Contoh soal:
Berdasarkan penghitungan angka indeks Laspeyres dan Paasche, pada soal di atas
dapat dihitung besarnya indeks Drobisch sebagai berikut.
Berarti terdapat kenaikan harga 3,02% pada tahun 2004.
e. Metode Irving Fisher
Penghitungan angka indeks dengan Metode Irving Fisher merupakan angka
indeks yang ideal. Irving Fisher menghitung indeks kompromi dengan cara
mencari rata-rata ukur dari indeks Laspeyres dan indeks Paasche.

Berdasarkan penghitungan angka indeks Laspeyres dan Paasche, maka dapat


dihitung besarnya indeks Irving Fisher sebagai berikut.

Berarti terdapat kenaikan harga 3,00% pada tahun 2004.


f. Metode Marshall Edgewarth
Menurut metode ini, angka indeks ditimbang dihitung dengan cara
menggabungkan kuantitas tahun dasar dan kuantitas tahun n, kemudian
mengalikannya dengan harga pada tahun dasar atau harga pada tahun n.
Angka indeks Marshall Edgewarth dapat dirumuskan sebagai berikut.

2.Menghitung Inflasi
Menghitung laju inflasi merupakan salah satu topik yang penting dalam
pembahasan inflasi. Kita sebagai pengguna barang dan jasa, perlu mengetahui
bagaimana harga barang tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu. Apakah harga lebih
mahal dibandingkan dengan tahun lalu, ataukah sebaliknya, terdapat kecenderungan
penurunan harga.
 Laju inflasi adalah tingkat presentase kenaikan dalam beberapa indeks harga dari
suatu periode ke periode lainnya.
 Deflasi menunjukkan turunnya tingkat harga. Meskipun demikian, deflasi jarang
terjadi.
Untuk menghitung besarnya inflasi, terlebih dahulu kita harus mengetahui yang
dimaksud dengan Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen (IHK) atau
Consumer Price Index (ICP) mengukur perubahan harga kelompok barang dan jasa
yang sering dipakai dalam sebuah rumah tangga dalam jangka waktu tertentu. Jenis
barang dan jasa yang dihitung indeks harganya antara lain dikelompokkan menjadi :
a. Bahan makanan;
b. Makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau;
c. Perumahan;
d. Sandang;
e. Kesehatan;
f. Pendidikan, rekreasi, dan olahraga;
g. Transportasi dan komunikasi
Untuk menghitung laju inflasi kita dapat menggunakan rumus di bawah ini :
IHKn : IHK periode ini
IHKo : IHK periode sebelumnya
Contoh :
Terjadi kenaikan indeks dari 127,91% pada September 2013 menjadi 164,45% pada
bulan Oktober 2013. Berapakah laju inflasi yang terjadi?
Jawab :
164,45−127,91
Inflasi= x 100 %
127,91

= 28,57 %

L. Tujuan dan Penggunaan Penghitungan Inflasi


Data statistik harga-harga pada umumnya dan data statistik harga konsumen pada
khususnya terutama yang telah disusun dalam bentuk indeks dapat digunakan sebagai
indikator atas terjadinya perubahan harga. Selain itu dapat digunakan sebagai alat untuk
melihat seberapa besar tingkat kestabilan harga yang terjadi di suatu negara/daerah. Hal ini
menjadi wajar apabila pemerintah baik pusat maupun daerah dan konsumen data lainnya
akan selalu memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi atas harga-harga konsumen
dan indeksnya.
Adapun secara garis besarnya kegunaan tersebut adalah sebagai berikut :
 Sebagai petunjuk dalam penyusunan kebijaksanaan ekonomi secara umum oleh
pemerintah, yaitu dalam merumuskan kebijaksanaan pengambilan keputusan dan
penetapan peraturan yang menyangkut harga, tarip, subsidi, rencana produksi/pengadaan
barang dan lain sebagainya.
 Digunakan untuk indeksasi upah dan tunjangan gaji pegawai (wage indexation).
 Digunakan untuk penyesuaian upah buruh oleh pimpinan perusahaan, karena dengan
tersedianya data tersebut merupakan bantuan yang besar dalam penetapan atau
penyesuaian upah yang riil, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
 Untuk beberapa analisa ekonometri seperti : analisa pasar, analisa penjualan atas barang-
barang konsumen dan lain-lain.
 Sebagai indikator maka indeks harga ini juga dipakai untuk mengambil keputusan dalam
kebijaksanaan fiskal dan moneter, penyesuaian nilai kontrak (contractual payment), dan
ekskalasi nilai proyek (project escalation), penentuan target inflasi (inflation targeting),
dan indeksasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (budgeting indexation).
 Digunakan sebagai proxi perubahan biaya hidup (proxy of cost of living).
 Digunakan sebagai indikator dini tingkat bunga, valuta asing (valas), dan indeks harga
saham.

Anda mungkin juga menyukai