Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah ketenagakerjaan adalah salah satu masalah pokok yang harus
dihadapi oleh negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia. Jumlah
penduduk yang terus meningkat tanpa diikuti pertambahan lapangan
pekerjaan selalu menjadi pemicu menjamurnya pengangguran.
Sedangkan asas ketenagakerjaan yang digunakan menurut Abdussalam adalah
asas keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat
dan daerah, sedangkan asas pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya
sesuai dengan asas pembangunan naional, khususnya asas demokrasi
Pancasila serta asas adil dan merata. Asas tersebut dapat dikatakan
pembangunan ketenagakerjaan dilakukan secara menyeluruh mulai dari
daerah hingga pusat dengan tujuan untuk pencapaian pembangunan nasional
yang adil dan merata.

Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan


keterkaitan dengan berbagai pihak yaitu antara pemerintah, pengusaha dan
pekerja atau buruh, oleh sebab itu pembangunan ketenagakerjaan
dilaksanakan secara terpadu dalam bentuk kerjasama yang saling mendukung.
Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2003 pasal 3
tentang ketenagakerjaan. Dalam Undang-Undang tersebut memuat adanya
pelaksanaan pembangunan ketenagakerjaan dapat terwujud dengan
melibatkan peranan pemerintah, pengusaha dan pekerja atau buruh.
Pembangunan ketenagakerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga
terpenuhi hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan
pekerja/buruh serta pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi
yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ketenaga Kerjaan ?
2. Apa Macam-Macam Ketenaga Kerjaan ?
3. Apa Masalah-Masalah Ketenaga Kerjaan ?
4. Bagaimana Upaya Indonesia Dalam Meningkatkan Daya Saing Tenaga
Kerja Mea ?
5. Apa Hak-Hak Tenaga Kerja ?
6. Bagaimana Hukum Ketenaga Kerjaan ?
7. Bagaimana Pengaturan Operasional Hukum Ketenaagakerjaan ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dari Ketenaga Kerjaan
2. Mengetahui macam-macam Ketenaga Kerjaan
3. Mengetahui Masalah-masalah Ketenaga Kerjaan
4. Mengetahui Upaya Indonesia Dalam Meningkatkan Daya Saing Tenaga
Kerja Mea
5. Mengetahui Hak-Hak Tenaga Kerja
6. Mengetahui Hukum Ketenaga Kerjaan
7. Mengetahui Pengaturan Operasional Hukum Ketenaagakerjaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KETENAGA KERJAAN


Indonesia merupakan negara yang mempunyai penduduk cukup
banyak, sekitar 235 juta penduduk. Banyaknya penduduk juga menyebabkan
banyaknya sumber daya manusia di Indonesia. Sumber daya manusia yang
banyak menjadikan Indonesia kaya akan tenaga kerja, tetapi bukan tidak
mungkin tanpa adanya permasalahan yang rumit terkait dengan
ketenagakerjaan di Indonesia. Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia dapat
dikatakan kurang menyenangkan. Munculnya berbagai permasalahan di
bidang ketenagakerjaan di Indonesia menunjukkan bahwa perkembangan
bidang ketenagakerjaan bukan merupakan kabar baik bagi tenaga kerja.
Indonesia kini menghadapi tantangan baru dalam memasuki era globalisasi.
Di sisi lain permasalahan internal juga datang silih berganti, isu-isu kritis
yang sering muncul adalah adanya keinginan untuk melakukan perbaikan di
segala bidang termasuk pendidikan, karena pendidikan merupakan salah satu
komponen supra sistem pembangunan yang dapat menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas.

Menurut UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang


yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja dapat
juga diartikan sebagai penduduk yang berada dalam batas usia kerja. Tenaga
kerja disebut juga golongan produktif. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi 2
kelompok, yakni kelompok angkatan kerja dan kelompok bukan angkatan
kerja. Angkatan kerja adalah penduduk yang termasuk dalam usia kerja
adalah 15 sampai 64 , dan kelompok yang bukan angkatan kerja adalah
penduduk yang memasuki usia bekerja namun tidak berniat bekerja atau
berusia 0-14 tahun dan penduduk yang ber usia 64 Untuk keperluan analisis

3
ketenagakerjaan, penduduk suatu Negara dipilah-pilah dalam berbagai
kelompok. Konsep pemilahan penduduk dibagi menjadi dua yaitu pemilahan
penduduk berdasarkan pendekatan angkatan kerja dan berdasarkan
pendekatan pemanfaatan tenaga kerja.

Pengertian Ketenaga Kerjaan Menurut Para Ahli :

1. Menurut Dr.A.Hamzah SH, tenaga kerja meliputi tenaga kerja yag bekerja
di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya
dalam proser produksi tenaga kerja itu sendiri, baik tenaga fisik maupun
pikiran.

2. Menurut Dr. Payaman dikutip A.Hamzah (1990), tenaga kerja adalah


(man power) adalah produk yang sudah atau sedang bekerja. Atau sedang
mencari pekerjaan , serta yang sedang melaksanakan pekerjaan lain.
Seperti bersekolah, ibu rumah tangga. Secara praktis, tenaga kerja terdiri
atas dua hal, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja: a) angkatan
kerja (labour force) terditi atas golongan yang bekerja dan golongan
penganggur atau sedang mencari kerja; b) kelompok yang bukan angkatan
kerja terdiri atas golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus
rumah tangga, dan golonganlain lain atau menerima penghasilan dari
pihak lain, seperti pensiunan dll.

3. Menurut Eeng Ahman & Epi Indriani tenaga kerja adalah seluruh jumlah
penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika ada
permintaan kerja.

4. Menurut ALAM. S tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun


keatas untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sedangkan di
negara-negara maju, tenaga kerja adalah penduduk yang berumur antara
15 hingga 64 tahun.

4
5. Menurut Suparmoko dan Icuk Ranggabawono tenaga kerja adalah
penduduk yang telah memasuki usia kerja dan memiliki pekerjaan, yang
sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti
sekolah, kuliah dan mengurus rumah tangga.

6. Menurut Sjamsul Arifin, Dian Ediana Rae, Charles, Joseph tenaga kerja
merupakan faktor produksi yang bersifat homogen dalam suatu negara,
namun bersifat heterogen (tidak identik) antar negara.

Jadi dapat dsimpulkan bahwa tenaga kerja itu adalah penduduk yang berada
dalam usia kerja

B. MACAM-MACAM KETENAGA KERJAAN


1. Tenaga Kerja Terdidik / Tenaga Ahli
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu
keahlian atau kemahiran pada suatu bidang karena sekolah atau
pendidikan formal dan non formal. Contohnya seperti sarjana ekonomi,
insinyur, sarjana muda, doktor, master, dan lain sebagainya. Dalam
bidang pekerjaan contohnya antara lain, dokter, akuntan, pengacara, dll.

2. Tenaga Kerja Terlatih


Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian
dalam bidang tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian
terlatih ini tidak memerlukan pendidikan karena yang dibutuhkan adalah
latihan dan melakukannya berulang-ulang sampai bisa dan menguasai
pekerjaan tersebut Contohnya adalah supir, pelayan toko, tukang masak,
tukang jahit , montir, pelukis, dan lain-lain.

3. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih


Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja
kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh tenaga kerja model ,
kuli bangunan , pembantu.

5
C. MASALAH-MASALAH KETENAGA KERJAAN
Masalah ketenaga kerjaan sering dialami dari beberapa Negara termasuk
Indonesia. Masalah pekerjaan timbul karena beberapa factor seperti
kesempatan kerja yang rendah , pendidikan rendah , ekonomi rendah , dan
sebagainya . setiap Negara berusaha untuk memecahkan masalah ini dengan
berbagai cara , seperti mengembangkan ekonomi masyarakat , meningkatkan
kualitas pendidikan , memperbaiki fasilitas dan sebagainya

Masalah-masalah yang sering muncul dari ketenaga kerjaan Indonesia :

1. Kualitas tenaga kerja yang rendah


Kualitas tenaga kerja akibat tingkat pendidikan yang rendah,baik
pendidikan formal maupun non formal, tingkat pendidikan rendah ini
biasanya akibat kemampuan ekonomi masyarakat Indonesia yang belum
mampu menempuh pendidikan yang lebih tinggi . akibatnya saat
memasuki usia angkatan kerja timbul kualitas kerja yang rendah

2. Jumlah kesempatan kerja yang rendah


Jumlah kesempatan kerja rendah akibat dari prodiktifitas
masyarakat yang rendah sehingga jumlah lapangan kerja tidak seimbang
dengan jumblah angkatan kerja . jika jumblah angkatan kerja tidak sesuai
dengan jumblah lapangan kerja maka timbullah pengangguran

3. Persebaran tenaga kerja tidak merata


Pembangunan ekonomi yang tidak merata mengakibatkan
persebaran tenaga kerja juga tidak merata . sehingga kesejahteraan suatu
daerah dengan daerah lain tidak seimbang . selain itu tidak meratanya
pembangunan ekonomi tidak berimbas pada persebaran penduduk yang
tidak merata

6
4. Masalah pengangguran
Pengangguran merupakan masaalah yang paling besar dalam
ketenaga kerjaan Indonesia. Hal ini disebabkan tingginya tingkat
penduduk Indonesia yang tidak dibarengi dengan kesempatan kerja yang
cukup . selain itu rendahnya kualitas tenaga kerja yang tinggi

D. UPAYA INDONESIA DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING


TENAGA KERJA MEA
Dari paparan sebelumnya dapat kita ambil kesimpulan bahwa daya
saing Tenaga kerja di Indonesia termasuk rendah jika diukur dengan
menggunakindikator pendidikan, produktivitas, dan upah. Dalam kerangka
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), rendahnya daya saing tenaga kerja
Indonesia ini justru menjadi ancaman yang merugikan Indonesia. Hal ini
karena kebebasan mobilitas faktor produksi (modal dan tenaga kerja)
merupakan hal yang dipersyaratkan dalam MEA. Dengan kata lain jika tidak
bisa bersaing Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi negara-negara utama
ASEAN lain, khususnya dalam konteks arus bebas tenaga kerja
terampil/profesional (freeflow of skilled labor)

.
1. Kebijakan Daya Saing Tenaga Kerja dari Sisi Pendidikan
Peningkatan daya saing tenaga kerja Indonesia dari sisi pendidikan dalam
rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN telah dilakukan
melalui kebijakan dari kementerian terkait. Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Indonesia dan Kamar Dagang Industri Nasional
(KADIN) telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU)
telah menetapkan beberapa kebijakan dalam rangka peningkatan daya
saing tersebut. Hal ini dituangkan di antaranya ialah:

7
a. Peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pengembangan system
pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi. Contohnya ialah telah
diimplementasikan dengan membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi
(LSP) di bawah naungan dari Asosiasi-asosiasi profesi bidang.
b. Dalam sistem berbasis kompetensi ini terdapat tiga komponen yang
saling berhubungan yaitu standar kompetensi, pelatihan berbasis
kompetensi, dan sertifikasi kompetensi. Contoh yang diimplementasikan
dengan menghubungkan kebijakan kurikulum pendidikan vokasional
perawat (SMK, Diploma), lembaga sertifikasi profesi (Kementerian
Kesehatan), dan penyelenggaran sertifikasi di Indonesia Berdasarkan
data BPS sebelumnya, sumber daya manusia Indonesia belum mampu
menghadapi era MEA karena hampir 50 persen angkatan kerja lokal
hanya lulusan Sekolah Dasar (SD). Lulusan perguruan tinggi juga hanya
berkisar 10 persenan3. Adapun kebijakan dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, melalui Kepala Pusat Pengembangan Profesi
Pendidikan, yaitu :

 Menyusun kurikulum 2013 untuk menjawab persoalan SDM dalam


menghadapi industri dan pasar bebas. Kurikulum ini berisikan
banyak perubahan dan menekankan pada skill, knowledge, dan
attitude dari pendidikan dasar hingga pendidikan menengah atas.
 Kurikulum 2013 diarahkan pada orientasi keterampilan tertentu
 Memfokuskan pada kurikulum di perguruan tinggi berbasis
kompetensi dan sertifikasi internasional.
 Penguasan soft skill dan bahasa Inggris.

2. Kebijakan Daya Saing Tenaga Kerja dari Sisi Produktivitas

Menurut BNP2TKI, tenaga kerja Indonesia memiliki potensi yang


unggul melebihi tenaga kerja dari negara-negara lain. Masalahnya ialah
belum adanya pemberdayaan yang optimal yang membuat dampaknya
tidak begitu terlihat. Keunggulan TKI adalah tekun, ulet, telaten dan

8
sabar. Namun yang lebih penting lagi ialah faktor budaya daerah di
Indonesia banyak digemari oleh bangsa-bangsa di dunia. Dengan kata
lain jika keunggulan ini dipadukan dengan keahlian mereka, maka TKI
akan dapat bersaing dengan negara-negara lain. Yue (2013) dalam Keliat,
et al. (2013) menyatakan bahwa terdapat factor yang dapat menghambat
mobilitas tenaga kerja berkeahlian yaitu :
 Kebijakan proteksi yang berlaku di setiap Negara
 disparitas yang tinggi antara upah dan kesempatan kerja yang
tersedia
 geographical proximity dan lingkungan sosial budaya serta bahasa
 Disparitas perkembangan sektor pendidikan di antara negara di
ASEAN Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia
telah menetapkan beberapa kebijakan dalam rangka peningkatan
daya saing tenaga kerja dari sisi produktivitas ini di Indonesia dalam
menghadapi MEA

Adapun kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah Indonesia


terkait tenaga kerja dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN ialah:
a. Mempercepat pelaksanaan Sertifikasi Internasional dalam
bidangbidang tertentu: arsitek, tenaga konstruksi, operator alat berat,
tenaga perawat, guru, dokter, akuntan, tenaga pariwisata, pertanian,
ekonomi, petugas pengoperasian traktor.
b. Memproteksi jabatan-jabatan pekerjaan terampil tertentu dengan
menerapkan kualifikasi-kualifikasi pada setiap sektor ekonomi.
c. Merevisi Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia khususnya
Pasal 39 terkait dengan penempatan dan perlindungan tenaga kerja
Indonesia (TKI).

9
3. Kebijakan Daya Saing Tenaga Kerja dari Sisi Upah

Kebijakan daya saing upah tenaga kerja di Indonesia, pada


dasarnya sangat berkaitan dengan produktivitas tenaga kerja sendiri.
Dengan kata lain semakin tinggi produktivitas yang dihasilkan, semakin
besar potensi kenaikan upah yang didapatkan. Sehingga kebijakan
peningkatan produktivitas inilah yang akan berkorelasi positif dengan
upah. Data tahun 2012 menunjukkan bahwa upah tertinggi > Rp
2.000.000 umumnya diisi oleh tenaga kerja yang memiliki level
pendidikan Universitas, SMA/SMK, dan Diploma/Akademi. Hal yang
cukup menarik adalah masuknya kelompok tenaga kerja berpendidikan
SMA/SMK ke dalam strata upah terbesar mengindikasikan semakin
prospektifnya daya saing lulusan SMA/SMK dalam mendapatkan level
upah yang memadai di pasar kerja.

Dapat kita perhatikan bahwa mayoritas angkatan kerja di Indonesia


adalah lulusan Sekolah Dasar (SD). Hal inilah yang menyebabkan
semakin sulitnya menaikkan daya saing tenaga kerja dari sisi upah.
Karena pendidikan rendah, menyebabkan produktivitas rendah, dan
produktivitas rendah menyebabkan upah yang rendah. Kebijakan dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka mempercepat
angkatan kerja terampil dan produktif dengan memperbesar lulusan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang keluarannya ialah memiliki
sertifikasi kompetensi dan diakui di tingkat internasional, khususnya
pada bidang-bidang yang disepakati. Kemudian membangun akademi
komunitas dan pendidikan diploma yang fokus pada orientasi
keterampilan.

10
E. HAK-HAK TENAGA KERJA
Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha
dan pekerja/buruh. Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan. Perjanjian
kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku. Perjanjian kerja dibuat atas
dasar :
a. kesepakatan kedua belah pihak
b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hokum
c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan
d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan peraturan perundang undangan yang berlaku.
Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan
ketentuan dapat dibatalkan. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas :
1. keselamatan dan kesehatan kerja
2. moral dan kesusilaan
3. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama.

Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan


produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja. Perlindungan sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Setiap perusahaan
wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Ketentuan mengenai
penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi


penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk mewujudkan penghasilan
yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan maka pemerintah

11
menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.
Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh tersebut meliputi :
a. upah minimum
b. upah kerja lembur
c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan
d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di
luar pekerjaannya upah karena menjalankan hak waktu istirahat
kerjanya
e. bentuk dan cara pembayaran upah
f. denda dan potongan upah
g. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah
h. struktur dan skala pengupahan yang proporsional
i. upah untuk pembayaran pesangon
j. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

Karena upaya perluasan kesempatan kerja mencakup lintas sektoral, maka


harus disusun kebijakan nasional di semua sektor yang dapat menyerap
tenaga kerja secara optimal. Agar kebijakan nasional tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik, maka pemerintah dan masyarakat bersama-sama
mengawasinya secara terkoordinasi.

Hak-hak pekerja yaitu:


1. Hak untuk mendapatkan upah
2. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
3. Hak untuk bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai dengan bakat
dan kemampuannya.
4. Hak atas pembinaan keahlian, kejuruan, untuk memperoleh
serta menambah keahlian dan ketrampilan.
5. Hak untuk mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja serta perlakukan yang sesuai dengan martabat manusia dan
moral agama.

12
6. Hak atas istirahat (cuti) serta hak atas upah penuh selama
menjalani istirahat.
7. Hak untuk mendirikan dan menjadi anggota serikat pekerja.
8. Hak untuk mendapat jaminan sosial.

Kewajiban pekerja, yaitu :


a. Melakukan pekerjaan bagi majikan/pengusaha dan perusahaan
tempat bekerja.
b. Mematuhi peraturan pemerintah.
c. Mematuhi peraturan perjanjian kerja.
d. Mematuhi peraturan Kesepakatan Bersama (SKB) perjanjian
perburuhan.
e. Mematuhi peraturan-peraturan majikan.
f. Menjaga rahasia perusahaan.
g. Memakai perlengkapan bagi keselamatan kerja.

Bagi buruh putusanya hubungan kerja berarti permulaan masa


pengangguran dengan segala akibatnya, sehingga untuk menjamin kepastian
dan ketentraman hidup kaum buruh seharusnya pemutusan hubungan kerja ini
tidak terjadi. Karena itulah pemerintah mengundangkan Undang-Undang
Nomor 12 tahun 1964 yang dalam pasal 1 ayat (1) secara tegas menyatakan
bahwa: “ Pengusha harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan
hubungan kerja jika setelah usaha dilakukan pemutusan hubungan kerja tetap
tidak dapat dihindarkan, majikan harus merundingkan maksudnya untuk
memutuskan hubungan kerja dengan organisasi buruh yang bersangkutan atau
dengan buruhnya sendiri jika buruh itu tidak menjadi anggota salah satu
organisai buruh.

13
F. HUKUM KETENAGA KERJAAN
Hukum Ketenagakerjaan adalah peraturan hukum yang mengatur
hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha/majikan dengan segala
konsekuensinya.Hal ini jelas bahwa hukum ketenagakrejaan tidak mengatur
tentang:
a. Swapekerja
b. bidang ketenagakerjaan
c. Kerja seorang pengurus atau wakil suatu organisasi/perkumpulan

1. Asas Hukum Ketenagakerjaan


Pasal 3 Undang-Undang Nomer 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa
pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan
melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah. Asas
pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya sesuai dengan asas
pembangunan nasional, khususnya asas demokrasi, asas adil, dan merata.
Hal ini dilakukan karena pembangunan ketenagakerjaan menyangkut
multidimensi dan terkait dengan berbagai pihak, yaitu antara pemerintah,
pengusaha dan pekerja/buruh. Oleh karena itu pembangunan
ketenagakerjaan dilakukan secara terpadu dalam bentuk kerja sama yang
saling mendukung.

2. Tujuan Hukum Ketenagakerjaan


a. Untuk mencapai/melaksanakan keadilan sosial dalam bidang
ketenagakerjaan
b. Untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan yang tidak
terbatas dari pengusaha

Pembangunan Ketenagakerjaan bertujuan :


1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secaraq optimal dan
manusiawi

14
2. Meujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja
yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah.
3. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan dan
4. Meningkatkan ksesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya

3. Sifat hukum ketenaga kerjaan


Hukum ketenagakerjaan mengatur hubungan kerja antara tenaga kerja
dan pengusaha, yang berarti mengatur kepentingan orang, atas dasar itulah,
maka hukum ketenagakerjaan bersifat privat (perdata).
Di samping itu, dalam pelaksanaan hubungan kerja untuk masalah-
masalah tertentu :
a. Dalam bentuk:
· Perijinan yang menyangkut bidang ketenagakerjaan,
· Penetapan upah
· Masalah penyelesaian perselisihan hubungan industeial
atau Pemutusan hubungan kerja
b. danya penerapan sanksi terhadap pelanggaran atau tindak pidana bidang
ketenagakrjaan.

G. PENGATURAN OPERASIONAL HUKUM KETENAAGAKERJAAN

Operasional Hukum ketenagakerjaan secara sistematik dan


pengelompokan peraturan perundang-undngan terbagi menjadi 3 :
a. Mengatur masa sebelum bekerja (Pre-Employment)
b. Mengatur selama bekerja (During Employment)
c. Mengatur setelah bekerja (Post Employment)

1. Masa sebelum bekerja (pre eployment)


Masalah pengadaan tenaga kerja yang meliputi pengaturan lowongan
kerja, pengerahan dan penempatan tenaga kerja, merupakan hal penting
dalam upaya pemenuhan kebutuhan tenaga kerja.

15
Mengingat pentingnya hal tersebut beberapa peraturan telah diterapkan,
antara lain :
a. Tentang ketenagakerjaan
b. Tentang wajib laporan lowongan pekerjaan
c. Tentang antar kerja antar Negara
d. Tentang antar kerja antar daerah
e. Tentang penggunaan Tenaga Kerja dan izin mempekerjakan Tenaga
Kerja Asing Pendatang

2. Masa Selama Bekerja (During Employment)


Masa selama hubungan kerja, mendapatkan perhatian karena masa itu
merupakan substansi dari Hukum Ketenagakerjaan. Sedemikian
pentingnya, maka Pemerintah perlu campur tangan dan mengatur selama
hubungan kerja berlangsung. Melalui langkah inilah semua pihak dapat
dilindungi secara adil agar tercapai ketenangan kerja dan kelangsungan
berusaha.
Mengenai hubungan kerja duatur dalam :
a. UU Ketenagakerjaan
b. Undang-undang Keselamatan kerja
c. UU Wajib lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan
d. UU Jaminan sosial
e. UU serikat Pekerja
f. PP tentang perlindungan upah
g. Peraturan Menteri tentang cara membuat Perjanjian Kerja Bersama
h. Peraturan Menteri tentang kesepakatan Kerja Waktu Tertentu
i. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang upah.

3. Masa Setelah Bekerja (Posft Employment)


Setelah hubungan Kerja, Tenaga kerja tetap mendapatkan perlindungan
sesuai keadilan. Permasalahannya seperti sakit yang berkepanjangan, Hari

16
tua, Tunjangan kematian, Untuk ini Pemerintah mengambil peranan
dengan menetapkan beberapa perundangan ketenagakerjaan antara lain:
a. UUKetenagakerjaan No 13 Tahun 2003
b. UU penyelesaian Hubungan Industrial : UU RI No 2 Tahun 2004
c. UU NO 21 TAHUN 2000 Tentang Serikat Kerja
d. PHK : Undang-Undang No 12 Tahun 1964.
e. Jamsostek : Undang-Undang No 3 Tahun 1992

Sumber Hukum Ketenagakerjaan:


Sumber Hukum ialah segala sesuatu yang menimbulkan atau melahirkan
hukum. Sumber hukum dibedakan menjadi dua Yaitu : sumber hukum
formil dan sumber hukummatriil.
a. Undang-Undang
b. Adat dan kebiasaan
c. Agama , kemungkinan dalam pemecahan masalah ketenagakerjaan
melalui pendekatan ajaran agama yang dianutnya.
d. Doktrin /pendapat para ahli hukum, mengengat paendapat para ahli
hukum dapat dipergunakan sebagai landasan untuk memecahkan
masalah-masalah perburuhan, baik olangsung maaupun tidak
langsung.
e. Keputusan Pejabat atau Badan Pemerintah
f. Traktat
g. Peraturan Perusahaan
h. Perjanjian Kerja , PKB

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

` Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja (manpower) adalah

penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) yang potensial dapat

memproduksi barang dan jasa.

B. Saran

Untuk teciptanya tenaga kerja yang berkualitas pemerintah harus

berupaya lebih memperhatikan masyarakat. Terlebih pada pendidikan di

Indonesia, karena dengan pendidikan akan mengubah pola pikir

masyarakat dari segi gaya hidup yang semakin meningkat pesat dan

persaingan tenaga kerja dari luar Indonesia. Dengan pendidikan yang

berkualitas masyarakat dapat berfikir kreatif dan krisis dalam menghadapi

persaingan global. Untuk itu, di perlukannya kualita pendidikan di

Inodensia. Peemerintah hendaknya meningkatkan bantuan-bantuan dalam

masyarakat mendapatkan pendidikan, seperti memberi fasilitas-fasilitas

yang memadai pada sekolah-sekolah, beasiswa dan sebagainya.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://materimahasiswahukumindonesia.blogspot.co.id/2015/01/hukum-
ketenagakerjaan.html

https://weareindostudents.blogspot.co.id/2015/05/ketenagakerjaan-
menurut-para-ahli.html#

http://parrenial-snow.blogspot.co.id/2017/03/makalah-bahasa-indonesia-
peningkatan.html

Keliat, M., Virgianita, A., Choiruzzad, S. A., dan Aryanto, A. C. 2013.


Pemetaan
Pekerja Terampil Indonesia dan Liberalisasi Jasa ASEAN. Laporan
Penelitian ASEAN Study Center UI bekerja sama dengan Kementerian Luar
Negeri Republik Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai