Anda di halaman 1dari 13

LAJU TENAGA KERJA DAN PENGANGGURAN

DI INDONESIA

MAKALAH

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro
Semester IV yang diampu oleh Bapak H. Suciptono, M.Pd.

Disusun Oleh :

Alfiaturohmaniah (18/X/24.1.2/0508)

SEKOLAH TINGGI ISLAM KENDAL (STIK)

JAWA TENGAH

2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah


melimpahkan rahmat-Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul “Laju
Tenaga Kerja dan Pengangguran di Indonesia” dapat diselesaikan. Secara garis
besar, makalah ini berisi tentang perkembangan dan tindak lanjut semua pihak
dalam menangani masalah ketenaga kerjaan dan pengangguran.

Secara garis besar lingkup makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu: Bab I
mengenai latar belakang masalah penyusunan makalah Laju Tenaga Kerja dan
Pengangguran di Indonesia. Bab II mengenai pembahasan secara garis besar, dan
Bab III berupa kesimpulan dari paparan bahasan.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah


mendukung penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dari berbagai pihak
sangat diharapkan demi perbaikan makalah di masa mendatang.

Pageruyung, 11 Juni 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................

Daftar Isi...............................................................................................

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah..........................................................


B. Rumusan Masalah....................................................................
C. Tujuan......................................................................................

BAB II Pembahasan
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat (UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2). Di
Indonesia, jumlah penduduk mencapai 268 juta jiwa (2019) yang tentunya
dapat menjadi peluang untuk mendukung perekonomian negara. Namun
prinsip liberalisasi di bidang jasa yang menyangkut sumber daya manusia akan
menjadi momok yang menakutkan bagi perekonomian Indonesia. Akan tampak
terlihat jelas karena menyangkut tentang penempatan tenaga terampil dan
tenaga tidak terampil dalam mendukung perekonomian negara.
Laju tenaga kerja akan terus bertambah setiap tahunnya, begitu pula
dengan laju pengangguran yang masih menjadi masalah utama dalam
perekonomian Indonesia. Maka diperlukan pembahasan dan tindak lanjut
mengenai hal ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tenaga kerja dan pengangguran?
2. Bagaimana dinamika tenaga kerja dan pengangguran di Indonesia?
3. Apa saja tindak lanjut masyarakat dan pemerintah menangani masalah
ketenaga kerjaan dan pengangguran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan tenaga kerja dan
pengangguran
2. Untuk mengetahui perkembangan ketenaga kerjaan di Indonesia
3. Untuk mengetahui peran tenaga kerja dalam perekonomian negara
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Tenaga Kerja
a) Berdasarkan Penduduknya
1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang
sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain seperti
bersekolah dan mengurus rumah tangga. Menurut Undang‐Undang
Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu
mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
2. Bukan Tenaga Kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang belum cukup usia untuk
bekerja. Menurut Undang‐ Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003,
mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di
bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini
adalah para lansia (lanjut usia), anak‐ anak, para pensiunan.
b) Berdasarkan Batas Kerja
1. Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 15‐64 tahun dimana
mereka adalah orang-orang di dalam usia produktif yang sudah
mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang
sedang aktif mencari pekerjaan.
2. Bukan Angkatan Kerja
Bukan angkatan kerja adalah orang-orang yang di dalam usia
nonproduktif yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya
bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh kelompok
ini adalah: para pengangguran sukarela, para ibu rumah tangga dan
orang cacat, dan anak sekolah dan mahasiswa.
c) Berdasarkan Kualitasnya
1. Tenaga Kerja Terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah orang-orang yang di dalam usia kerja yang
memiliki suatu kemahiran atau keahlian dalam suatu bidang tertentu
dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal.
Contohnya: arsitek, psikolog, pengacara, dokter, guru, dan lain‐ lain.
2. Tenaga Kerja Terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah orang-orang yang di dalam usia kerja yang
mempunyai keahlian dalam suatu bidang tertentu dengan melalui
pengalaman kerja dimana tenaga kerja terampil ini membutuhkan
latihan secara berulang‐ ulang sehingga mereka mampu menguasai
pekerjaan tersebut. Seperti apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain‐lain.
3. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah orang-orang yang
di dalam usia kerja dimana mereka sebagai pekerja kasar yang hanya
mengandalkan tenaga saja. Contoh: tukang sapu, tukang sampah, kuli,
buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.

B. Dinamika Ketenaga Kerjaan


a) Masalah Ketenaga Kerjaan
1. Kualitas tenaga kerja yang rendah
Tingkat pendidikan suatu negara dapat dilihat dan dijadikan
indikator tentang kualitas tenaga kerja negara tersebut. Indonesia
masih rendah dalam hal tingkat pendidikannya hal ini
menyebabkan penguasaan serta penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi menjadi rendah jika dibandingkan dengan negara-negara
tetangga. Minimnya penguasaan serta penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas
tenaga kerja, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap daya
saing produk dan jasa karena rendahnya kualitas dan kuantitas
hasil produksi.
2. Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan
kerja
Setiap tahun jumlah angkatan kerja Indonesia terus meningkat hal
ini akan menjadi beban bagi perekonomian karena meningkatnya
jumlah angkatan kerja tidak diimbangi oleh perluasan lapangan
kerja. Angkatan kerja yang tidak terserap dalam lapangan kerja
akan menyebabkan pengangguran. Seharusnya angkatan kerja yang
besar bisa membuat suatu perubahan ekonomi yang tidak hanya
berfokus menjadi PNS dan karyawan tetapi mempunyai inisiatif
menjadi lebih dari itu sehingga bisa meningkatkan daya saing
bangsa, pemerintah pun mengharapkan yang demikian. Dasar
perkiraan kesempatan kerja adalah rencana investasi dan target
hasil yang direncakan atau secara umum rencana pembangunan.
Tiap kegiatan mempunyai daya serap yang berbeda akan tenaga
kerja, baik dalam kuantitas maupun kulitas. Daya serap tersebut
berbeda sektoral maupun menurut penggunaan teknologi. Sektor
maupun sub sektor yang dibangun dengan cara padat kerja
menimbulkan kesempatan kerja yang relatif besar dan tidak terlalu
terikat pada persyaratan ketrampilan yang cukup tinggi. Perkiraan
daya serap tenaga kerja tiap sektor dan sub sektor ekonomi yang
diperlukan sangat penting dalam memperkirakan kesempatan kerja
3. Persebaran tenaga kerja yang tidak merata
Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau Jawa
karena daerah ini menjadi magnet ekonomi bagi pulau-pulau lain
yang pembangunannya dan lapangan pekerjaannya tidak sebaik di
pulau jawa. Hal ini karena pemerintah yang dulu masih berfokus
pembangunan yang javasentris sehingga investor lebih tertarik
untuk menanamkan modalnya di jawa. Sementara di daerah lain
hanya bergantung pada investor yang berdiam diri di daerah
tersebut dimana jika mereka berinvestasi pun mereka tidak akan
berinvestasi di high-tech yang bisa menyerap ribuan tenaga kerja
karena infrastrukturnya belum bisa mendukung usaha mereka.
Walaupun sebenarnya daerah lain tidak kalah kaya sumber daya
alam daripada pulau jawa, rata-rata daerah di pinggiran Indonesia
masih berfokus ke usaha mikro dan kecil seperti bertani, tambak,
nelayan, beternak dan lain-lain. Banyaknya tenaga kerja yang
berimigrasi ke pulau jawa menyebabkan meledaknya tenaga kerja,
lapangan kerja di jawa pun menjadi terbatas sehingga
penggangguran banyak di jawa, walaupun pasar Indonesia besar
dengan ditandai penduduknya yang terbesar ke-4 di dunia tapi
rumitnya perijinan, buruknya infrastruktur, dan pendapatan
masyarakatnya yang rendah menjadi sandungan investor untuk
menanamkan modalnya di Indonesia.
4. Pengangguran
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam indikator ketenagakerjaan,
pengangguran merupakan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang
mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau
penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja
tetapi belum mulai bekerja.
Sadono Sukirno mengklasifikasikan pengangguran berdasarkan cirinya,
dibagi menjadi empat kelompok:
(1) Pengangguran Terbuka Pengangguran ini adalah tenaga kerja yang
sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis
ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan
padahal telah berusaha secara maksimal dan sebagai akibat
pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah daripada
pertambahan tenaga kerja. Efek dari keadaan ini di dalam suatu
jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan suatu
pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan separuh
waktu, dan oleh karenaya dinamakan pengangguran terbuka.
Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat dari
kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang
mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari
kemunduran perkembangan suatu industri.
(2) Pengangguran Tersembunyi Pengangguran ini adalah tenaga kerja
yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
Salah satunya adalah karena kecilnya perusahaan dengan tenaga
kerja yang terlalu banyak sehingga untuk menjalakan kegiatannya
tidak efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan
dalam pengangguran tersembunyi.
(3) Setengah Menganggur Pengangguran ini adalah tenaga kerja yang
tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan,
biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga
kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu. Mereka
mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari dalam seminggu, atau
satu hingga empat jam sehari. Pekerja-pekerja yang mempunyai
masa kerja seperti ini digolongkan sebagai setengah menganggur.
(4) Pengangguran Bermusim Pengangguran ini adalah tenaga kerja yang
tidak bekerja karena terikat pada musim tertentu. Pengangguran
seperti ini terutama di sektor pertanian dan perikanan. Pada
umumnya petani tidak begitu aktif di antara waktu sesudah
menanam dan panen. Apabial dalam masa tersebut mereka tidak
melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur.

b) Sumber Utama Data Ketenaga Kerjaan


1. Sakernas
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) khusus
dirancang untuk mengumpulkan informasi/data ketenaga kerjaan.
Pada beberapa survei sebelumnya, pengumpulan data ketenaga
kerjaan dipadukan dalam kegiatan lainnya, seperti Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas), Sensus Penduduk (SP), dan Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS).
Sakernas pertama kali diselenggarakan pada tahun 1976,
kemudian dilanjutkan pada tahun 1977 dan 1978. Pada tahun 1986-
1993, Sakernas diselenggarakan secara triwulanan di seluruh
provinsi di Indonesia, baru sejak tahun 1994-2001, Sakernas
dilaksanakan secara tahunan yaitu setiap bulan Agustus. Pada
tahun 2002-2004, di samping Sakernas Tahunan dilakukan pula
Sakernas Triwulanan. Pada tahun 2005-2010, pengumpulan data
Sakernas dilaksanakan secara semesteran pada bulan Februari
(Semester I) dan Agustus (Semester II).
Mulai tahun 2011 Sakernas dilakukan kembali secara
triwulanan, yaitu bulan Februari (Triwulan I), Mei (Triwulan II),
Agustus (Triwulan III), dan November (Triwulan IV). Sakernas
Triwulanan ini dimaksudkan untuk memantau indikator ketenaga
kerjaan secara dini di Indonesia, yang mengacu pada KILM (The
Key Indicators of the Labour Market) yang direkomendasikan oleh
ILO (The International Labour Organization). Hasil Sakernas
Triwulan I, II, dan IV disajikan sampai tingkat provinsi (jumlah
sampel 50.000 rumah tangga). Sementara Sakernas Triwulan III,
disajikan sampai tingkat kabupaten/kota, karena jumlah sampel
cukup besar sekitar 200.000 rumah tangga, dimana jumlah tersebut
terdiri dari 50.000 rumah tangga merupakan sampel Sakernas
Triwulanan dan 150.000 rumah tangga sampel Sakernas tambahan.
Berikut adalah contoh hasil survei penduduk berumur 15
tahun ke atas menurut jenis kegiatannya pada tahun 2018-2019

Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut


jenis kegiatan
Jenis Kegiatan 2018 2019
Februari Agustus Februari
Penduduk Berumur 15
Tahun Ke Atas 193544922 194779441 196462765
Angkatan Kerja 133939099 131005641 136183032
a. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (%) 69.20 67.26 69.32
b. Bekerja 127067835 124004950 129366192
c. Pengangguran Terbuka *) 6871264 7000691 6816840
d. Tingkat Pengangguran
Terbuka (%) 5.13 5.34 5.01
Bukan Angkatan Kerja 59605823 63773800 60279733
a. Sekolah 15602798 16532322 16148608
b. Mengurus Rumah Tangga 36010268 39647690 36789865
c. Lainnya 7992757 7593788 7341260
Tingkat Kesempatan Kerja - - -

Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik)

2. Keterangan yang dikumpulkan


Keterangan pokok berkaitan dengan ketenaga kerjaan yang
dikumpulkan melalui Sakernas adalah keterangan perorangan dari
setiap anggota rumah tangga yang berumur 10 tahun ke atas.
Meskipun demikian, informasi yang disajikan hanya informasi dari
penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Informasi tersebut
meliputi:
(1) Keterangan identitas anggota rumah tangga seperti: nama,
hubungan dengan kepala rumah tangga, jenis kelamin, umur,
status perkawinan dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Kegiatan selama seminggu yang lalu seperti: bekerja (paling
sedikit 1 jam dalam seminggu), punya pekerjaan namun
sedang tidak bekerja, mencari pekerjaan/ mempersiapkan
usaha, sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya
(pensiun, cacat jasmani dan lain-lain).
(2) Bagi mereka yang bekerja/punya pekerjaan tetapi sementara
tidak bekerja ditanyakan antara lain jumlah hari kerja, jam
kerja, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, status pekerjaan,
dan upah/gaji bersih selama sebulan.
(3) Bagi mereka yang mencari pekerjaan/mempersiapkan usaha
ditanyakan; alasan utama mencari pekerjaan/ mempersiapkan
usaha, upaya yang dilakukan, lama waktu mencari pekerjaan
dan jenis pekerjaan yang dicari (pekerjaan purna waktu atau
paruh waktu).
3. Kebutuhan Data
(1) Data Dasar Ketenaga kerjaan , untuk melihat besaran persoalan
ketenaga kerjaan yang dihadapi, mencakup data jumlah
( Penduduk Usia Kerja, Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja,
Penganggur, dan Bukan Angkatan Kerja)
(2) Data Profil Ketenaga kerjaan, mencakup karakteristik Pekerja
maupun Penganggur seperti Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan,
Lapangan Pekerjaan, Status Pekerjaan dan Jenis Pekerjaan
(3) Data Pekerjaan Layak, memotret ketenaga kerjaan secara lebih
mendalam untuk melihat apakah pekerjaan yang ada sudah
mengarah kepada kondisi pekerjaan layak.
Pekerjaan Layak terdiri dari empat pilar yaitu:
(a) Pekerjaan Penuh dan Produktif
(b) Hak di tempat kerja
(c) Perlindungan Sosial
(d) Dialog Sosial

c) Tindak Lanjut Pemerintah dan Masyarakat


http://digilib.uinsby.ac.id/3117/2/Bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai