Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Tenaga kerja merupakan faktor pendukung perekonomian suatu Negara.


Untuk memajukan perekonomian suatu Negara diperlukan tenaga kerja yang
berkualitas. Dalam suatu Negara, tenaga kerja ada yang dipekerjakan di dalam dan
di luar Negara itu sendiri. Seperti halnya Indonesia, tenaga kerja Indonesia banyak
bekerja di luar negeri. Tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri, dapat
menghasilkan devisa Negara yang turut mendukung perekonomian Indonesia.
Sehingga mereka dikenal dengan istilah pahlawan devisa Negara.

Indonesia adalah negeri dengan persoalan ketenagakerjaan yang dinamis.


Dari aspek legal, sejak 2004 negeri ini telah menyelesaikan reformasi hukum di
bidang ketenagakerjaan ketika pada tahun itu Undang-Undang No. 2 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial diundangkan. Ini merupakan satu
dari tiga peraturan yang memayungi persoalan ketenagakerjaan di negeri ini.
Sebelumnya sudah ada Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat
Pekerja/Serikat Buruh dan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.

Indonesia merupakan sedikit dari negara yang mampu bertahan


menghadapi resesi global, yang terjadi pada akhir 1990-an. Dalam beberapa tahun
terakhir, Indonesia bahkan jauh lebih baik dibandingkan negara-negara tetangga
yang perekonomiannya lebih maju, dengan menjaga pertumbuhan ekonomi yang
positif. Kendati dampak negatif krisis dirasakan di seluruh wilayah, Indonesia
mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang positif pada 2009 dan 2010
berkat pasar domestik yang besar.

Sayangnya, penciptaan lapangan kerja tidak selalu dihasikan secara


otomatis dari pertumbuhan ekonomi. Indonesia mengalami apa yang terjadi di
banyak negara di dunia, yakni apa yang disebut pertumbuhan angka
penggangguran. Dalam banyak hal, pasar tenaga kerja Indonesia tak pernah
sepenuhnya pulih dari krisis keuangan Asia. Persentase pekerjaan informal dan
setengah pengangguran (underemployment) kurang lebih tetap sama sejak 1996,
yakni sebelum krisis terjadi. Peluang kerja untuk kaum muda pun nyaris tidak
berkembang selama dasawarsa terakhir.

Apa yang terjadi sesungguhnya? Indonesia merupakan kepulauan terbesar


di dunia yang membentuk sebuah negara. Jumlah penduduknya yang besar berada
pada peringkat keempat dibandingkan dengan Negara-negara besar lainnya. Laju

1
pertumbuhan tingkat penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun yang menandakan bahwa indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk
yang relatif tak berubah. Naiknya jumlah penduduk Indonesia selain disebabkan
jumlah kelahiran, juga karena naiknya tingkat harapan hidup masyarakat.

Meskipun dari sisi kualitas hidup manusia Indonesia menggembirakan, kondisi ini
sesungguhnya juga memperlihatkan munculnya tantangan lain, yakni persoalan
ketenagakerjaan. Dengan usia hidup yang kian panjang dan pendidikan yang kian
tinggi memunculkan tantangan pemenuhan pasar tenaga kerja. Terjadi
ketidakseimbangan pertumbuhan, yakni antara tenaga kerja dan lapangan kerja.

1.2 Rumusan Masalah

2. Apa Pengertian Pertumbuhan Ekonomi?


3. Apa Pengertian Tenaga Kerja?
4. Apa Pengertian Kualitas Kerja?
5. Apa saja Permasalahan Kuantitas dan Kualitas Penduduk?
6. Bagaimana Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara?
7. Bagimana Gambaran Tenaga Kerja Indonesia?
8. Bagaimana Kualitas Penduduk Indonesia?
9. Apa saja Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia?
10. Bagaimana Solusi Masalah Ketenagakerjaan di Indonesi?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk


nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan
tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi
pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi
bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan
kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Prof. Simon Kuznets mendifinisikan mendifinisikan pertumbuhan
ekonomi itu adalah kenaikan pertumbuhan ekonomi itu adalah kenaikan
jangka panjang dalam kemampuan suatu jangka panjang dalam kemampuan
suatu negara untuk menyediakan semakin negara untuk menyediakan semakin
banyak barang banyak barang-barang ekonomi kepada barang ekonomi
kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh penduduknya. Kemampuan ini
tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, sesuai dengan kemajuan teknologi,
penyesuaian kelembagaan, dan ideologi penyesuaian kelembagaan, dan
ideologi yang diperlukannya yang diperlukannya.

Faktor pertumbuhan ekonomi :


a. Akumulasi modal akumulasi modal
b. Pertumbuhan penduduk
c. Tenaga kerja
d. Kemajuan teknologi

Ciri – ciri pertumbuhan ekonomi :


a. Laju Pertumbuhan Penduduk
b. Produk Per Kapita
c. Peningkatan Produktivitas
d. Laju Perubahan Struktural yang Tinggi
e. Urbanisasi
f. Ekspansi Negara Maju
g. Arus Barang, Modal, dan Orang antar bangsa

3
2.2 Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja (manpower) menurut UU N0. 13 Tahun 2003 adalah setiap


orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Adapun
menurut ILO (International Labour Organization) tenaga kerja adalah penduduk
usia kerja yang berusia antara 15–64 tahun. Namun, kebiasaan yang dipakai di
Indonesia adalah seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas karena pada usia
tersebut seorang penduduk sudah dianggap mulai dapat bekerja. Penduduk usia
kerja ini dibedakan lagi menjadi angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan
kerja (not in the labor force).

1. Angkatan Kerja (labor force)


Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang
bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab,
seperti petani yang sdang menunggu panen/ hujan, pegawai yang sedang
cuti, sakit, dan sebagainya.
2. Bukan Angkatan Kerja (not in the labor force)
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang bersekolah, mengurus
rumah tangga tanpa mendapat upah, lanjut usia, cacat jasmani dan
sebagainya, dan tidak melakukan suatu kegiatan yang dimasukkan
kedalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari pekerjaan.

2.3 Pengertian Kualitas Kerja

Kualitas kerja mengacu pada kualitas sumber daya manusia


(Matutina,2001:205), kualitas sumber daya manusia mengacu pada :

1. Pengetahuan (Knowledge) yaitu kemampuan yang dimiliki karyawan yang


lebih berorientasi pada intelejensi dan daya fikir serta penguasaan ilmu yang
luas yang dimiliki karyawan.
2. Keterampilan (Skill), kemampuan dan penguasaan teknis operasional di
bidang tertentu yang dimiliki karyawan.
3. Abilities yaitu kemampuan yang terbentuk dari sejumlah kompetensi yang
dimiliki seorang karyawan yang mencakup loyalitas, kedisiplinan, kerjasama
dan tanggung jawab.

Kualitas kerja adalah suatu standar fisik yang diukur karena hasil kerja
yang dilakukan atau dilaksanakan karyawan atas tugas-tugasnya. Inti dari kualitas
kerja adalah suatu hasil yang dapat diukur dengan efektifitas dan efisiensi suatu

4
pekerjaan yang dilakukan oleh sumber daya manusia atau sumber daya lainnya
dalam pencapaian tujuan atau sasaran perusahaan dengan baik dan berdaya guna.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan
memberikan pelatihan atau training, memberikan insentive atau bonus dan
mengaplikasikan atau menerapkan teknologi yang dapat membantu meningkatkan
efisiensi dan efektifitas kerja.

2.4 Permasalahan Kuantitas dan Kualitas Penduduk

Permasalahan Kuantitas Penduduk dan Dampaknya dalam Pembangunan Jumlah


penduduk yang besar berdampak langsung terhadap pembangunan berupa
tersedianya tenaga kerja yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan
pembangunan. Akan tetapi kuantitas penduduk tersebut juga memicu munculnya
permasalahan yang berdampak terhadap pembangunan. Permasalahan-
permasalahan tersebut di antaranya:

a. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan


kemampuan produksi menyebabkan tingginya beban pembangunan
berkaitan dengan penyediaan pangan, sandang, dan papan.
b. Kepadatan penduduk yang tidak merata menyebabkan pembangunan
hanya terpusat pada daerah-daerah tertentu yang padat penduduknya saja.
Hal ini menyebabkan hasil pembangunan tidak bisa dinikmati secara
merata, sehingga menimbulkan kesenjangan sosial antara daerah yang
padat dan daerah yang jarang penduduknya.
c. Tingginya angka urbanisasi menyebabkan munculnya kawasan kumuh di
kota-kota besar, sehingga menimbulkan kesenjangan sosial antara
kelompok kaya dan kelompok miskin kota.
d. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan volume
pekerjaan menyebabkan terjadinya pengangguran yang berdampak pada
kerawanan sosial.

Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kualitas penduduk dan


dampaknya terhadap pembangunan ditinjau dari masalah tingkat pendidikan.
Keadaan penduduk di negara-negara yang sedang berkembang tingkat
pendidikannya relatif lebih rendah dibandingkan penduduk di negara-negara maju,
demikian juga dengan tingkat pendidikan penduduk Indonesia. Rendahnya tingkat
pendidikan penduduk Indonesia disebabkan oleh:

a. Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.


b. Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan penyediaan
sarana pendidikan.
c. Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah.

5
Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap
pembangunan adalah:

a. Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan


tenaga ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan
jumlah penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi
kebutuhan tenaga ahli yang sangat diperlukan dalam pembangunan.
b. Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat
menerima hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan ketidakmampuan
masyarakat merawat hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak
fasilitas umum yang rusak karena ketidakmampuan masyarakat
memperlakukan secara tepat. Kenyataan seperti ini apabila terus dibiarkan
akan menghambat jalannya pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah
mengambil beberapa kebijakan yang dapat meningkatkan mutu pendidikan
masyarakat.

Dampak yang dapat timbul dari permasalahan kuantitas penduduk antara lain

a. Rendahnya tingkat pendapatan perkapita.


b. Timbulnya masalah Sosial seperti kemiskinan, kriminalitas, dan tingginya
pengangguran Untuk mencegah dampak negatif dari jumlah penduduk
yang besar, diperlukan upaya pengelolaan sebagai berikut:
 Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan.
 Meningkatkan kualitas fisik melalui peningkatan gizi kesehatan, dan
kesejahteraan.
 Memperluas lapangan kerja.

Dampak yang ditimbulkan dari kualitas penduduk yang rendah adalah sebagai
berikut:

a. Munculnya kemiskinan Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi


kemiskinan diantaranya, meningkatkan sumber daya ekonomi yang
dimiliki penduduk miskin, memberi program penyuluhan dan pembekalan
keterampilan, menyediakan pasar bagi penjualan produksi penduduk.
b. Kualitas kesehatan yang buruk Untuk menanggulangi masalah kesehatan
tersebut dapat dilakukan dengan peningkatan gizi masyarakat, pelaksanaan
imunisasi, penambahan fasilitas kesehatan, pelayanan kesehatan gratis,
pengadaan obat generic, dan penambahan tenaga medis.
c. Pengangguran Penyebab tingginya pengangguran adalah rendahnya
kualitas pendidikan penduduk dan tingginya kuantitas penduduk. Upaya
untuk menanggulangi masalah pengangguran adalah: peningkatan
keterampilan kerja masyarakat, pembentukan tenaga kerja muda mandiri

6
professional, pelaksanaan padat karya, dan penciptaan iklim usaha dan
investasi yang kondusif.

2.5 Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara

Tujuan  akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya


adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi
agar stabil dan dalam keadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu
negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan
pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi karena
pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti
yang dijelaskan di bawah ini.
Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat
memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena
pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang
dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial
(pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai
oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal
dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi
akan menyebabkan kegiatan perekonomian me-nurun  sehingga pendapatan
masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar
dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana
untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan
pembangunan pun akan terus menurun.
Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya
pengangguran akan menye-babkan daya beli masyarakat akan berkurang
sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang.
Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk
melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat
investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.

2.6 Gambaran Tenaga Kerja Indonesia

Semasa pemerintahan Orde Baru, pembangunan ekonomi mampu


menambahkan banyak pekerjaan baru di Indonesia, yang dengan demikian mampu
mengurangi angka pengangguran nasional. Sektor-sektor yang terutama mengalami
peningkatan tenaga kerja (sebagai pangsa dari jumlah total tenaga kerja di Indonesia)
adalah sektor industri dan jasa sementara sektor pertanian berkurang. Pada tahun
1980-an sekitar 55 persen populasi tenaga kerja Indonesia bekerja di bidang
pertanian, tetapi belakangan ini angka tersebut berkurang menjadi sekitar 40 persen.

7
Namun, Krisis Keuangan Asia (Krismon) yang terjadi pada akhir tahun
1990-an merusak pembangunan ekonomi Indonesia (untuk sementara) dan
menyebabkan angka pengangguran di Indonesia meningkat menjadi lebih dari 20
persen dan angka tenaga kerja yang harus bekerja di bawah level kemampuannya
(underemployment) juga meningkat, sementara banyak yang ingin mempunyai
pekerjaan full-time, hanya bisa mendapatkan pekerjaan part-time.

Sebagian besar tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan di daerah


perkotaan karena Krismon pindah ke pedesaan dan masuk ke dalam sektor
informal (terutama di bidang pertanian). Walaupun Indonesia telah mengalami
pertumbuhan makro ekonomi yang kuat sejak tahun 2000-an dan boleh dikatakan
Indonesia sekarang telah pulih dari krisis pada akhir tahun 1990-an itu, sektor
informal ini - baik di kota maupun di desa - sampai sekarang masih tetap berperan
besar dalam perekonomian Indonesia. Walau agak sulit untuk menentukan
jumlahnya secara pasti, diperkirakan bahwa sekitar 55 sampai 65 persen pekerjaan
di Indonesia adalah pekerjaan informal. Saat ini sekitar 80 persen dari pekerjaan
informal itu terkonsentrasi di wilayah pedesaan, terutama di sektor konstruksi dan
pertanian.

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade ini
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia.
Namun, dengan kira-kira dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun
ke dunia kerja, adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia
untuk menstimulasi penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat
menyerap para pencari kerja yang tiap tahunnya terus bertambah; pengangguran
muda (kebanyakan adalah mereka yang baru lulus kuliah) adalah salah satu
kekhawatiran utama dan butuh adanya tindakan yang cepat.

Tenaga Kerja Indonesia:

dalam juta 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Tenaga Kerja 116.5 119.4 120.3 120.2 121.9 122.4 127.8


- Bekerja 108.2 111.3 113.0 112.8 114.6 114.8 120.8
- Menganggur 8.3 8.1 7.3 7.4 7.2 7.6 7.0

Sumber: BPS

Tabel di bawah ini memperlihatkan angka pengangguran di Indonesia


dalam beberapa tahun terakhir. Tabel tersebut menunjukkan penurunan yang
terjadi secara perlahan dan berkelanjutan, khususnya angka pengangguran wanita.
Pengangguran wanita berkurang secara drastis, bahkan mulai mendekati angka

8
pengangguran pria. Meskipun demikian, masalah persamaan gender, seperti di
negara-negara lain, masih menjadi isu penting di Indonesia. Meski sudah ada
kemajuan dalam beberapa sektor utama (seperti pendidikan dan kesehatan),
wanita masih cenderung bekerja di bidang informal (dua kali lebih banyak dari
pria), mengerjakan pekerjaan tingkat rendah dan dibayar lebih rendah daripada
pria yang melakukan pekerjaan yang sama.

Pengangguran di Indonesia:

  2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Pengangguran
10.3  9.1  8.4  7.9  7.1  6.6  6.1  6.2  5.9  6.2
(% dari total tenaga kerja)

Pengangguran Pria
(% dari total tenaga kerja   8.5  8.1  7.6  7.5  6.1    -    -    -  
pria)

Pengangguran Wanita
(% dari total tenaga kerja  13.4 10.8  9.7  8.5  8.7    -    -    -  
wanita)

Sumber: Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik

 
    2006   2007   2008   2009   2010
2011
Pengangguran Muda Pria
(persentase tenaga kerja pria    27.7   23.8   21.8   21.6   21.1   19.3
15-24 tahun)

Pengangguran Muda Wanita


(persentase tenaga kerja wanita    34.3   27.3   25.5   23.0   22.0   21.0
15-24 tahun)

Salah satu karakteristik Indonesia adalah bahwa angka pengangguran


cukup tinggi yang dihadapi oleh tenaga kerja muda usia 15 sampai 24 tahun, jauh
lebih tinggi dari angka rata-rata pengangguran secara nasional. Mahasiswa yang
baru lulus dari universitas dan siswa sekolah kejuruan dan menengah mengalami
kesulitan menemukan pekerjaan di pasar kerja nasional. Hampir setengah dari
jumlah total tenaga kerja di Indonesia hanya memiliki ijazah sekolah dasar saja.
Semakin tinggi pendidikannya semakin rendah partisipasinya dalam kekuatan
tenaga kerja Indonesia. Meskipun demikian dalam beberapa tahun terakhir terlihat
adanya perubahan tren: pangsa pemegang ijazah pendidikan tinggi semakin besar,
dan pangsa pemegang ijazah pendidikan dasar semakin berkurang.

9
Sumber: Bank Dunia

Sektor pertanian tetap berada di posisi teratas dalam hal penyerapan tenaga
kerja. Tabel di bawah ini memperlihatkan empat sektor terpopuler yang menyerap
paling banyak tenaga kerja di tahun 2011 dan setelahnya.

Tenaga Kerja per Sektor:

dalam juta 2011 2012 2013 2014 2015 2016¹

Pertanian 42.5 39.9 39.2 39.0 37.8 38.3


Pedagang Grosir, Pedagang Ritel, 
23.2 23.6 24.1 24.8 25.7 28.5
Restoran dan Hotel

Jasa masyarakat, Sosial dan Pribadi 17.0 17.4 18.5 18.4 17.9 19.8
Industri Manufaktur 13.7 15.6 15.0 15.3 15.3 16.0

¹ data dari Februari 2016

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pekerjaan rentan (tenaga kerja yang tidak dibayar dan pengusaha) baik
untuk pria maupun wanita angkanya lebih tinggi di Indonesia daripada di negara-
negara maju atau berkembang lainnya. Dalam satu dekade terakhir ini tercatat
sekitar enam puluh persen untuk pria Indonesia dan tujuh puluh persen untuk
wanita. Banyak yang merupakan 'pekerja rentan' adalah mereka yang bekerja di
sektor informal.

2.7 Kualitas Penduduk Indonesia


Bagaimana kualitas penduduk indonesia? Secara spontan kita pasti akan
mengatakan bahwa kualitas penduduk indonesia masih tergolong rendah. Kualitas
penduduk dicerminkan dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat
kesehatan, dan jumlah penduduk. Namun pada kali ini hanya akan membahas
tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan saja.

1. Kualitas Penduduk menurut Tingkat Pendapatan


Pendapatan penduduk indonesia walaupun mengalami peningkatan tetapi
masih tergolong rendah dibandingkan dengan Negara-negara lain.

Statistik Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB):

10
           Rata-rata 
 
Pertumbuhan PDB (%)

1998 – 1999               - 6.65


2000 – 2004                 4.60

2005 – 2009                 5.62

2010 – 2015                 5.63

   2006  2007  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015

PDB
364.6 332.2 510.2 539.6 755.1 893.0 917.9 910.5 888.5 862.0
(dalam milyar USD)

PDB
  5.5   6.3   6.0   4.6   6.2   6.2   6.0   5.6   5.0   4.8
(perubahan % tahunan)

PDB per Kapita


1,590 1,861 2,168 2,263 3,125 3,708 3,764 3,685 3,541 3,379
(dalam USD)

Sumber: Bank Dunia

Dengan pendapatan perkapita yang masih rendah berakibat penduduk tidak


mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga sulit mencapai
kesejahteraan. Rendahnya pendapatan perkapita penduduk Indonesia terutama
disebabkan oleh:

1) Pendapatan nasional yang masih rendah. Hal ini disebabkan sumber


daya alam yang dimiliki belum sepenuhnya dikelola dan dimanfaatkan
untuk kesejahteraan rakyat.
2) Jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan yang tinggi tiap
tahunnya.
3) Masih rendahnya penguasaan teknologi oleh penduduk sehingga
penggolongan dan pemanfaatan sumber daya alam kurang optimal.

Oleh karena itu, dalam upaya untuk menaikkan pendapatan perkapita,


pemerintah malakukan usaha, antara lain:

1) Meningkatkan pengolahan dan pengelolaan sumber daya alam yang


ada.
2) Meningkatkan kemampuan dibidang teknologi agar mampu mengolah
sendiri sumber daya alam yang dimiliki bangsa indonesia
3) Memperkecil pertambahan penduduk di antaranya dengan penggalakan
program KB dan peningkatan pendidikan.

11
4) Memperbanyak hasil produksi baik produksi pertanian, pertambangan,
perindustrian, perdagangan maupun fasilitas jasa (pelayanan).
5) Memperluas lapangan kerja agar jumlah pengagguran tiap tahun selalu
berkurang.
2. Kualitas Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
Pemerintah Indonesia telah berusaha kerja untuk meningkatkan mutu
pendidikan penduduk melalui berbagai program pemerintah di bidang
pendidikan, seperti program beasiswa, adanya bantuan operasional sekolah
(BOS), program wajib belajar, dan sebagainya. Walaupun demikian, karena
banyaknya hambatan yang dialami, maka hingga saat ini tingkat pendidikan
bangsa indonesia masih tergolong rendah. Beberapa faktor yang
menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan penduduk indonesia adalah
sebagai berikut:

a. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan


Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas.
Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat
pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu,
diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk
mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
b. Mahalnya biaya pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk
menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk
mengenyam pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari taman kanak-
kanak (TK) hingga perguruan tinggi (PT) memebuat masyarakat miskin
tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak
boleh sekolah. Pendidikan berkualitas memang tidak murah, atau tepatnya
tidak harus murah dan gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya
membayarnya? Pemerintah sebenarnya yang berkewajiban untuk
menjamin setiap warganya mendapatkan pendidikan bermutu. Akan
tetapi, kenyataannya pemerintah justru ingin berkilah dari tangung jawab
dan seolah tutup mata dengan hal tersebut. Padahal keterbatasan dana
tidak dapat dijadikan alasan bagi pemerintah untuk “cuci tangan”.
c. Rendahnya pendapatan perkapita penduduk
Hal ini menyebabkan orang tua tidak mampu membiayai anaknya
sekolah, sehingga banyak anak yang putus sekolah atau berhenti sekolah
sebelum tamat.
d. Ketidakseimbangan antara jumlah murid dengan sarana pendidikan
Hal ini seperti guru, kelas, dan buku-buku pelajaran. Hal ini menyebabkan
tidak semua anak usia sekolah tertampung belajar di sekolah. Terutama di
daerah pelosok dan terpencil yang sulit dijangkau program pemerintah.
e. Masih kurangnya kesadaran penduduk terhadap pendingnya pendidikan

12
Hal ini terjadi sehingga anak tidak disekolahkan tetapi justru diarahkan
untuk bekerja membantu memenuhi ekonomi keluarga.

Berbagai upaya telah ditempuh pemerintah dalam mengatasi masalah


pendidikan. Usaha-usaha pemerintah tersebut meliputi:

a. Menambah jumlah sekolah dari tingkat SD sampai dengan perguruan


tinggi
b. Menambah jumlah guru (tenaga kependidikan) di semua jenjang
pendidikan
c. Melaksanakan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang
telah dimulai taun ajaran 1994/1995.
d. Pemberian dana beasiswa kepada pelajar dari keluarga tidak mampu
tetapi berprestasi di sekolahnya
e. Membangun perpustakaan dan laboratorium di sekolah-sekolah
f. Menambah sarana pendidikan seperti alat ketrampilan dan olahraga
g. Meningkatkan pengetahuan para pendidik (guru/dosen) dengan
penataran dan pelatihan
h. Penyempurnaan kurikulum sekolah dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan
i. Menggalakkan partisipasi pihak swasta untuk mendirikan lembaga-
lembag pendidikan dan ketrampilan.

2.8 Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia

Masalah akan timbul, apabila terdapat kesenjangan antar ajumlah tenaga kerja
yang besar dengan minimnya ketersediaan lapangan kerja yang ada. Dengan kata
lain lapangna kerja yang ada tidak mampu mengampung tenaga kerja yang ada,
lebih-lebih tenaga kerja yang tidak terampil atau berpendidikan. Masalah ini akan
menyebabkan semakin meningkatnya efek-efek negatif yang lain pula. Berikut ini
adalah masalah ketenenagakerjaan yang terjadi di Indonesia.
a. Jumlah Angkatan Kerja yang Besar
Bersarnya angkatan kerja yang ada di indonesia tidak mampu diserap
semuanya oleh kesempatan kerja yang ada, karena tidak berimbangnya
jumlah angkatan kerja yang ada dengan ketersedianya kesempatan kerja.
Hal ini merupakan pokok yang menyebabkan terhambatnya
penyelenggaraan pembangunan ekonomi.
b. Kualitas Tenaga Kerja Relatif Rendah
Kualitas tenaga kerja yang rendah ini disebabkan karena tingkat
pendidikan penduduk yang rendah pula, atau belum memadai dengan jenis
pekerjaan yang tersedia. Tidak saja disebabkan oleh rendahnya mutu

13
pendidikan sehingga tenaga kerja tidak mampu menyerap atau menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rendahnya kualitas tenaga kerja akan berpengaruh pada tingkat
produktivitas yang ujung-ujungnya menyebabkan proses produksi yang
tidak efisien. Hal ini bisa kita liaht dari beberapa produk indonesia yang
tdak mampu bersaing dengan produk luar negeri terutama barang-barang
yang dihasilkan negara-negara maju. Bukan karena sedikitnya modal yang
disediakn dalam proses produksi, justru sebaliknya biaya produksi tinggi
tapi hasil produksi rendah.
c. Persebaran Tenaga Kerja tidak Merata
Luasnya wilayah dan banyaknya kepulauan di indonesia serta
terkonsentrasinya penduduk di pulau Jawa juga merupakan penyebab
timbulnya permasalahan ketenagakerjaan di indonesia. Kondisi geografis
indonesia ini mengakibatkan persebaran penduduk tidak merata. Daerah-
daerah luas di indonesia kekurangan penduduk sementara di pulau Jawa
kelebihan penduduk (padat). Banyaknya penduduk di jawa ini dapat
meningkatkan investasi di pulau tersebut. Berbagai usaha didirikan namun
tetap tidak mampu untuk menekan jumlah pengangguran, malah
sebaliknya semakin tinggi. Karena pulalu Jawa terutama kota-kota besar
sudah menjadi daya tarik bagi pencari kerja dari luar pulau Jawa. Padahal
daerah di luar pulau Jawa memiliki potensi alam yang melimpah dan
belum diolah secara optimal.
d. Kesempatan Kerja Masih Terbatas
Berbagai sektor pekerjaan yang tersedia baik dibidang agraris, ekstraktif,
industri, perdagangan dan jasa tidak mampu menampung besarnya jumlah
angkatan kerja yang ada. Ketersediaan kesempatan kerja dibidang-bidang
tersebut sangat terbatas bila dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja
yang besar. Mereka sulit mendapatkan pekerjaan sehingga tingkat
kesejahteraan hidup rendah, karena mereka tidak memperoleh penghasilan.
e. Meningkatnya Pengagguran
Muara dari permasalahan ketenagakerjaan ini adalah semakin tingginya
tingkat pengguran. Apalagi tingginya tingkat pengguran ini semakin
diperparah dengan adanya PHK besar-besaran. PHK besar-besaran
biasanya dilakukan untuk efisiensi perusahaan.
Pengangguran ini akan berakibat luas dalam perspektif pembangunan
ekonomi negara. Banyaknya jumlah pengangguran merupakan faktor
penghambat pembangunan ekonomi negara dan pemicu terganggunya
kestabilan sosial dan politik.

2.9 Solusi Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia

14
Mengingat masalah ketenagakerjaan sudah terlanjur rumit, maka tidak ada jalan
lain bagi pemerintah untuk segera membuat langkah-langkah serius sebagai
berikut:

a. Segera mereformasi badan peradilan perselisihan perburuhan, sehingga


dimungkinkan buruh mendapat pelayanan yang adil. Lembaga peradilan
buruh itu harus bersih, cepat, proses sederhana, biayanya murah dan ada
limit waktu (usulan SBSI maksimum 120 hari). Bentuk P4D dan P4P dan
mekanisme tambahan ke PTUN sebaiknya harus ditiadakan. Ada berbagai
model peradilan buruh di berbagai negara yang bisa diambil sebagai
contoh.

b. Harus ada desakan agar anggaran untuk sektor pendidikan dalam APBN
ditingkatkan, sehingga tercipta sistem pendidikan murah dan pengajar
yang dihargai secara layak. Implikasi 40 juta penganggur saat ini akan
menjadi beban Indonesia setidaknya 25 tahun ke depan, sebab hampir
semua anak penganggur ini ditambah dengan anak-anak buruh yang hanya
mendapat upah kecil (UMR DKI Jakarta Rp 637.000.- ), akan terpaksa
tidak bisa sekolah atau hanya bisa sekolah tamat SD saja. Membawa 40
juta orang tidak terdidik pada tahun 2030 hanya akan menjadi beban besar
bagi negeri ini kelak.

c. Merubah sistem jaminan sosial ketenagakerjaan, sehingga buruh korban


PHK dan buruh pensiunan akan mendapat tunjangan layak dari Jam
sostek. Pemerintah dilarang mengambil keuntungan apapun dari
Jamsostek, bahkan sebaliknya.

d. Pemerintah yang bertanggungjawab, harus memberikan kontribusi setiap


tahun, sehingga buruh bisa hidup layak. Sistem Jaminan sosial
ketenagakerjaan yang baik akan mengurangi kriminalitas sosial.

e. Dalam jangka panjang, untuk menampung tenaga kerja dan perolehan nilai
tambah, pemerintah harus merubah strategi pengembangan industri dari
yang berbasis manufaktur ke sektor andalan (leading sectors) industri kita
yaitu dengan mengembangkan sektor-sektor yang memiliki keunggulan
absolute (absolute comparative advantage).

f. Diberikan jaminan penegakan hukum dan kepastian berusaha terhadap


investor, sehingga investor tidak bingung terhadap banyaknya prosedur
“tidak resmi” dalam proses pengurusan usaha, dan biaya-biaya yang tidak
tercatat. Faktor inilah membuat pengusaha enggan berusaha di Indonesi
sehingga menyulitkan dalam menyalurkan tenaga kerja yang melimpah.

15
g. Memfungsikan lembaga bipartit dan tripartit dalam mitra yang sejajar
untuk mengatasi hubungan industrial yang kurang baik, seperti
pencegahan pemogokan melalui perundingan. Lock out, dan mengatasi
pengangguran. ILO telah mengeluarkan istilah “social dialog” untuk
mendorong orang lebih suka berdialog/berunding ketimbang konfrontasi.

2.10 Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia

Hukum ketenagakerjaan bukan hanya mengatur hubungan antara


pekerja/buruh dengan pengusaha dalam pelaksanaan hubungan kerja tetapi juga
termasuk seorang yang akan mencari kerja melalui proses yang benar ataupun
lembanga-lembaga pelaksana yang terkait.

Hukum ketenagakerjaan merupakan suatu peraturan-peraturan tertulis atau


tidak tertulis yang mengatur seseorang mulai dari sebelum, selama, dan sesudah
tenaga kerja berhubungan dalam ruang lingkup di bidang ketenagakerjaan dan
apabila di langgar dapat terkena sanksi perdata atau pidana termasuk lembaga-
lembaga penyelenggara swasta yang terkait di bidang tenaga kerja.
Pengertian ketenagakerjaan berdasarkan ketentuan UU No. 13 Tahun 2003
tentang tenaga kerja adalah sebagai berikut:
Pasal 1 (1) : ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
Pasal 1 (2) : tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Pengertian tenaga kerja menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial:

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di
dalam maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa dan barang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Undang-undang lainnya yang masih berhubungan dengan ketenagakerjaan


dalam arti selama bekerja adalah UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
tenaga kerja. Definisi jaminan sosial tenaga kerja menurut Pasal 1 (1) Undang-
undang ini adalah:

Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan akibat peristiwa
atau keadaan yang dialami oleh tanaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit,
hamil, hari tua, dan meninggal dunia.

16
Undang-undang yang berhubungan dengan ketenagakerjaan dalam arti
sesudah bekerja diatur dalam UU No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial. Pengertian menurut ketentuan Pasal 1 (1)
adalah:

Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang


mengakibatkan pertentangan pendapat antara pengusaha atau gabungan
pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/buruh karena adanya
perselisihan mengenai hak, kepentingan, pemutusan hubungan kerja dan
perselisihan antara serikat pekerja/buruh dalam satu perusahaan. Sebagai
peraturan pelaksana dari Undang-udang tersebut diatas diatur dalam
Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker)
dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja.

17
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan

Dapat di simpukan bahwa tenega-tenaga kerja Indonesia masih belum


dapat menghasilkan barang maupun jasa yang berkualitas tinggi, daya saing masih
rendah, dan minim akan penguasaan atau pemahaman ilmu pengetahuan dan
teknologi. Serta hasil pendapatan tenaga kerja Indonesia rata-rata rendah.
Selain karena kualitasnya yang masih rendah, banyaknya penanam modal
asing di Indonesia dapat mempengaruhi penghambatan perekonomian Indonesia,
karena hasilnya lebih dikuasai oleh pemilik modal.

Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia disebabkan oleh banyak


faktor. Faktor utama yang menjadi penyebabnya adalah adanya kesenjangan yang
begitu besar antara ketersediaan kesempatan atau lapangan pekerjaan dengan
jumlah angkatan kerja yang ada. Minimnya lapangan/kesempatan kerja ini
mengakibatkan semakin tingginya jumlah pengangguran dan angka kemiskinan di
Indonesia. Pengangguran berdampak sangat negatip terhadap proses
pembangunan perekonomian negara. 

3.2 Saran
Telah di simpulkan bahwa tenaga kerja Indonesia kualitasnya masih
rendah. Untuk itu, kita sebagai generasi muda di sarankan untuk lebih
meningkatkan lagi kerajinan, keterampilan, juga keahlian diri kita, supaya negara
kita kebih maju lagi dan penganguran berkurang.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://anitaervina.blogspot.co.id/2012/02/makalah-kualitas-tenaga-kerja-
indonesia.html

http://manajemena2011.blogspot.co.id/2013/04/hubungan-antara-pertumbuhan-
ekonomi.html

http://juliansyah99.blogspot.co.id/2014/08/permasalahan-kuantitas-dan-
kualitas.html

http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-
makro/pengangguran/item255

http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-
makro/produk-domestik-bruto-indonesia/item253?

http://muhlisah-lisah.blogspot.co.id/2014/11/makalah-kualitas-penduduk-dan-
masalah.html

http://azanulahyan.blogspot.co.id/2014/04/masalah-ketenagakerjaan-di-indonesia.html

19

Anda mungkin juga menyukai