PENDAHULUAN
Masalah tenaga kerja adalah masalah yang sangat kompleks dan besar. Kompleks karena
masalahnya mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi
dengan pola yang tidak selalu mudah dipahami menjadi besar karena menyangkut jutaan jiwa.
Untuk menggambarkan masalah tenaga kerja di masa yang akan datang tidaklah gampang karena
disamping mendasarkan pada angka tenaga kerja di masa lampau, harus juga diketahui prospek
Kondisi kerja yang baik, kualitas output yang tinggi, upah yang layak serta kualitas sumber daya
manusia adalah persoalan yang selalu muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping
masalah hubungan industrial antara pekerja dengan dunia usaha2. Bahasan mengenai tenaga
kerja ini menjadi bagian dari kajian ekonomi makro, yaitu mengenai pengangguran dan
kesempatan kerja. Ekonomi makro merupakan studi tentang perilaku perekonomian secara
keseluruhan. Permasalahan pokok dalam ekonomi makro dapat digolongkan ke dalam dua
macam 3 :
a) Masalah jangka pendek atau masalah stabilisasi. Masalah ini berkaitan dengan bagaimana
mengarahkan perekonomian nasional dari bulan ke bulan, dari triwulan ke triwulan atau dari
tahun ke tahun, agar terhindar dari tiga penyakit makro, yaitu inflasi, pengangguran, dan
b) Masalah jangka panjang atau masalah pertumbuhan. Masalah ini adalah bagaimana kita
kapasitas produksi, dan tersedianya dana untuk investasi. Pada dasarnya masalahnya juga
berkisar pada bagaimana menghindari ketiga penyakit makro di atas, tetapi perspektif waktunya
lebih panjang ( lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua puluh lima tahun).
Dalam hubungannya dengan tenaga kerja, permintaan tenaga kerja adalah hubungan
antara tingkat upah dan jumlah pekerja yang dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan.
Hubungan permintaan dan permintaan tenaga kerja ini akan memberi pengaruh terhadap tingkat
Pasar tenaga kerja dapat digolongkan menjadi pasar tenaga kerja terdidik dan pasar
tenaga kerja tidak terdidik. Menurut Simanjuntak (1998), kedua bentuk pasartenaga kerja
tersebut berbeda dalam beberapa hal. Pertama, tenaga terdidik padaumumnya mempunyai
produktivitas kerja lebih tinggi daripada yang tidak terdidik.Produktivitas pekerja pada dasarnya
tercermin dalam tingkat upah dan penghasilan pekerja, yaitu berbanding lurus dengan tingkat
pendidikannya. Kedua, dari segi waktu, ketersediaan tenaga kerja terdidik haruslah melalui
proses pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu, elastisitas ketersediaan tenaga kerja terdidik
Ketiga, dalam proses pengisian lowongan, pengusaha memerlukan lebih banyak waktu untuk
Seperti halnya penawaran, permintaan tenaga kerja juga merupakan suatu hubungan
antara upah dan jumlah tenaga kerja. Motif perusahaan mempekerjakan seseorang adalah untuk
membantu memproduksi barang atau jasa yang akan dijual kepada konsumennya. Besaran
permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja tergantung pada besaran permintaan masyarakat
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari ini adalah:
BAB II
PEMBAHASAN
Badan Pusat Statistik mendefinisikan tenaga kerja (manpower) sebagai seluruh penduduk
dalam usia kerja (15 tahun keatas) yang berpotensi memproduksi barang dan jasa. BPS (Badan
1. tenaga kerja penuh (full employed), adalah tenaga kerja yang mempunyai jumlah jam kerja >
35 jam dalam seminggu dengan hasil kerja tertentu sesuai dengan uraian tugas.
2. tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran (under employed), adalah tenaga kerja
3. tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja (unemployed), adalah tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun di luar
hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
perencanaan tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan meliputi: Kesempatan kerja, Pelatihan
kerja, Produktivitas tenaga kerja, Hubungan industrial, Kondisi lingkungan kerja, Pengupahan
dan Kesejahteraan tenaga kerja. Masalah ketenagakerjaan terus menerus mendapat perhatian dari
berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat dan keluarga. Pemerintah
melihat masalah ketenagakerjaan sebagai salah satu bahkan sentral pembangunan nasional,
karena ketenagakerjaan itu pada hakikatnya adalah tenaga pembangunan yang banyak
kesejahteraannya, dan
menetapkan perencanaan tenaga kerja. Perencanaan tenaga kerja dimaksudkan agar dapat
dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan. Strategi dan implementasi program
Indonesia menyadari bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki
peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku (actor) dalam mencapai tujuan
kualitas dan kontribusinya dalam pembangunan serta melindungi hak dan kepentingannya sesuai
asas keterpaduan dan kemitraan. Tenaga kerja adalah orang yang bekerja atau mengerjakan
sesuatu, orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan
kerja.
Sumarsono menyatakan tenaga kerja sebagai semua orang yang bersedia untuk bekerja.
Pengertian tenaga kerja tersebut meliputi mereka yang bekerja untuk dirinya sendiri ataupun
keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah atau mereka yang bersedia bekerja dan
mampu untuk bekerja namun tidak ada kesempatan kerja sehingga terpaksa menganggur. Tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa
Tenaga kerja juga dapat diartikan, bahwa tenaga kerja adalah orang yang bersedia atau
sanggup bekerja untuk diri sendiri atau anggota keluarga yang tidak menerima upah serta mereka
yang bekerja untuk upah. Sedangkan menurut pendapat Simanjuntak, bahwa tenaga kerja adalah
kelompok penduduk dalam usia kerja, dimana ia mampu bekerja atau melakukan kegiatan
ekonomis dalam menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari
definisi di tersebut, dapat dipahami bahwa tenaga kerja merupakan kelompok orang-orang dari
masyarakat yang mampu melakukan kegiatan serta mampu menghasilkan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan diukur dengan usia dengan kata lain
orang yang dalam usia kerja disebut sebagai penduduk dalam usia kerja (working age
population).
Tenaga kerja juga berarti tenaga kerja manusia, baik jasmani maupun rohani, yang
digunakan dalam proses produksi, yang disebut juga sebagai sumber daya manusia. Tenaga kerja
inilah yang menggarap sumber daya produksi alam. Manusia tidak hanya menggunakan tenaga
jasmani, melainkan juga tenaga rohani. Tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang
mengandalkan fisik atau jasmani dalam proses produksi. Sedangkan tenaga kerja rohani adalah
tenaga kerja yang memerlukan pikiran untuk melakukan kegiatan proses produksi.
Sitanggang dan Nachrowi, memberikan ciri-ciri tenaga kerja yang antara lain:
1. Tenaga kerja umumnya tersedia di pasar tenaga kerja dan biasanya siap untuk
digunakan dalam suatu proses produksi barang dan jasa. Kemudian perusahaan atau penerima
tenaga kerja meminta tenaga kerja dari pasar tenaga kerja. Apabila tenaga kerja tersebut telah
bekerja, maka mereka akan menerima imbalan berupa upah atau gaji.
2. Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) yang
Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau yang
mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan.
Angkatan kerja terdiri dari dua golongan, yaitu: 1). golongan yang bekerja, yaitu mereka yang
melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh upah, atau memperoleh pendapatan atau
keuntungan, baik mereka yang bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh; 2). golongan yang
menganggur, yaitu mereka yang tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan menurut
waktu tertentu atau mereka yang sudah pernah bekerja tetapi sudah menganggur dan mencari
pekerjaan.
Golongan yang termasuk bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam
usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan,
yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar, mahasiswa), mengurus rumah tangga
(maksudnya Ibu-Ibu yang bukan wanita karir), serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan
imbalan langsung dan jasa kerjanya (pensiun, penderita cacat yang mendapat sumbangan).
Kedua golongan dalam kelompok angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasa untuk
bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering juga dinamakan sebagai potential labor force.
Kenyataan juga menunjukkan bahwa tidak semua tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja
siap untuk bekerja, karena sebagian mereka masih bersekolah, mengurus rumah tangga dan
golangan lain-lain sebagai penerima pendapatan. Dengan kata lain, semakin besar jumlah orang
yang oleh kondisi masing-masing keluarga, kondisi ekonomi dan sosial secara umum, dan
kondisi pasar kerja itu sendiri. Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tenaga
kerja di Indonesia adalah penduduk yang telah berusia 15 tahun ke atas yang ikut berpartisipasi
dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Masalah pengangguran dan ketenagakerjaan sampai saat ini masih menjadi perhatian
utama disetiap negara di dunia khususnya dinegara yang sedang berkembang. Kedua masalah
tersebut merupakan satu kesatuan yang keduanya menciptakan dualisme permasalahan yang
saling bertentangan antar satu dengan yang lainnya. Dualisme tersebut terjadi jika pemerintah
tidak mampu dalam memanfaatkan dan miminimalkan dampak yang diakibatkan dari dua
permasalahan tersebut dengan baik. Namun jika pemerintah mampu memanfaatkan kelebihan
tenaga kerja yang ada maka dualisme permasalahan tidak akan terjadi bahkan memberikan
dampak yang positif dalam percepatan pembangunan. Demikian sebaliknya jika pemerintah
tidak mampu memanfaatkan maka akan menciptakan dampak negatif yaitu mengganggu
pertumbuhan ekonomi.
Dilihat dari sudut pandang positif tenaga kerja merupakan salah satu sumberdaya yang
sangat penting dalam mendorong pertumbuhan dan kemajuan ekonomi suatu negara. Namun dari
sudut pandang yang lain meningkatnya tenaga kerja justru sering kali menjadi persoalan
ekonomi yang sulit untuk diselesaikan oleh pemerintah. Sebagai akibat dari kurangnya
pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan sebagai dampak dari meningkatnya jumlah
penduduk yang ada, sehingga tenaga kerja yang ada tidak terserap secara penuh, konsekuensinya
terciptalah pengangguran.
Konsep Tenaga kerja sendiri diartikan sebagai penduduk dalam usia kerja yang siap
melakukan pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun. Menurut UUNo.13 tahun 2003, tenaga kerja
merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa,
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun orang lain atau masyarakat. Dalam
a. Tenaga Kerja Terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan jenjang pendidikan yang
b. Tenaga Kerja Terlatih adalah tenaga kerja yang memerlukan pelatihan dan
c. Tenaga Kerja tidak Terdidik dan Terlatih adalah tenaga kerja yang dalam pekerjaannya
tidak memerlukan pendidikan ataupun pelatihan terlebih dahulu. Misalnya tukag sapu, tukang
sampah dsb.
dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling
sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pola
kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Berdasarkan
definisi yang ada bekerja dapat dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu; 1) bekerja secara optimal
baik dari segi upah dan maupun jam kerja, 2) bekerja paruh waktu secara sukarela, 3) bekerja
tetapi disertai ketidaksesuaian antara pendidikan dan pekerjaan yang ditekuni dan bekerja paruh
waktu secara sukarela, 4) bekerja tetapi disertai dengan ketidaksesuaian antara latar belakang
Selanjutnya, untuk mengukur persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi
maka digunakan konsep Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) didefinisikan sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah
Sedangkan Pengangguran diartikan sebagai angkatan kerja yang belum dan sedang
mencari pekerjaan. Pengangguran terjadi karena jumlah penawaran tenaga kerja lebih besar
daripada permintaan tenaga kerja. Dengan kata lain, terjadinya surplus penawaran tenaga kerja
dipasar tenaga kerja. Ketidakseimbangan dan ketidakcocokan antara permintaan lapangan kerja
Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah dan
berkualitas. Seharusnya dengan kekayaan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang
Namun, hingga hari ini, masih saja terjadi masalah ketenagakerjaan di negeri kita tercinta
ini. Masalah ketenagakerjaan dalam pembangunan ekonomi memang sangat kompleks. Beberapa
pengangguran suatu negara dapat dijadikan tolak ukur kemakmuran suatu bangsa. Angka
pengangguran di Indonesia sendiri masih relatif tinggi, sementara daya saing atau produktifitas
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan pada Februari 2021 terdapat
19,1 juta jiwa tenaga kerja terdampak pandemi sehingga pengangguran semakin meningkat.
Persoalan tersebut ditambah pula dengan adanya pertumbuhan angkatan kerja baru yang
cenderung terus meningkat serta minimnya usia angkatan kerja yang siap pakai. Terlebih
tantangan menjadi semakin berat dengan perkembangan revolusi industri dan teknologi digital