Anda di halaman 1dari 89

1.

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP EKONOMI SUMBER DAYA MANUSIA


DAN KETENAGAKERJAAN

PENDAHULUAN

Pokok bahasan pada materi “Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Sumber Daya Manusia dan
Ketenagakerjaan”, meliputi Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Sumber Daya Manusia dan
Ketenagakerjaan; Gambaran Umum Pasar Tenaga Kerja; Pelaku-Pelaku dalam Pasar Tenaga Kerja

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti kuliah pendahuluan ini, mahasiswa memahami pengertian dan ruang lingkup
ekonomi sumber daya manusia dan ketenagakerjaan dan gambaran umum pasar kerja serta pelaku-
pelakunya.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian ekonomi sumber daya manusia dan


ketenagakerjaan serta ruang lingkupnya.
2. Mahasiswa dapat mengerti tentang definisi dan batasan tentang penduduk, tenaga kerja, dan
angkatan kerja.
3. Mahasiswa memahami teori dasar pasar tenaga kerja dan dalam kenyataan sehari-hari,
kecenderungan, dinamika, dan aktivitasnya.
4. Mahasiswa mengetahui pelaku-pelaku dalam pasar tenaga kerja, pasar tenaga kerja intern dan
ekstern.

1………… SKENARIO PEMBELAJARAN


2…………
3…………

Kegiatan perkuliahan dilaksanakan dengan scenario sebagai berikut:


1. Perkenalan.
2. Penjelasan tentang pokok bahasan, dan kompetensi yang akan dicapai (TIU dan TIK).
3. Ringkasan materi disampaikan dengan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
4. Evaluasi pencapaian

RINGKASAN MATERI

1.1 Pengertian Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan serta ruang
lingkupnya

Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mempunyai dua pengertian:

1. SDM mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi. Dalam hal ini SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa.

2. SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha
kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai
ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan usia kerja.
Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut disebut Tenaga Kerja atau Manpower atau
Working-age Population.

Kedua pengertian SDM tersebut memberikan arti:


1. Aspek kuantitas dalam arti jumlah penduduk yang mampu bekerja
2. Aspek kualitas dalam arti jasa kerja yang tersedia dan diberikan untuk produksi.

Kedua pengertian SDM tersebut juga menegaskan bahwa SDM mempunyai peranan sebagai
faktor produksi. Sebagaimana halnya dengan faktor-faktor produksi lain, SDM sebagai faktor
produksi juga terbatas. Dalam pengertian demikian, maka Ekonomi SDM berusaha menerangkan
bagaimana memanfaatkan SDM sebaik-baiknya untuk dapat menghasilkan barang dan jasa guna
memenuhi sebanyak mungkin kebutuhan masyarakat.

Pendayagunaan SDM untuk menghasilkan barang dan jasa dipengaruhi oleh dua kelompok
faktor yaitu:
1. yang mempengaruhi jumlah dan kualitas SDM tersebut, dan
2. faktor dan kondisi yang mempengaruhi pengembangan perekonomian yang
kemudian mempengaruhi pendayagunaan SDM tersebut.

Dengan kata lain, sebagaimana halnya dalam Ilmu Ekonomi pada umumnya, maka Ekonomi
SDM membicarakan:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyediaan tenaga kerja,
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja, dan
3. Pasar kerja di mana terjadi proses mempertemukan lowongan kerja dan pencari kerja.

Di samping itu, Ekonomi SDM atau Ekonomi Tenaga Kerja juga membahas:
4. Masalah-masalah yang timbul dalam aspek (1), (2), dan (3) tersebut di atas.
5. Alternatif-alternatif kebijakan yang perlu diambil untuk memecahkan masalah-masalah
tersebut.

1.2 Pengertian Penduduk, Tenaga Kerja, dan Angkatan Kerja

Pengertian Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis suatu daerah
atau negara.

Dalam negara RI, dikatakan penduduk suatu daerah di Indonesia bila berdomisili selama 6
bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk
menetap (Depnaker RI, 1996 : 3).

Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja
dan bukan tenaga kerja.

Tenaga kerja (manpower) ialah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan
usia kerja berbeda-beda antar negara.

Bukan Tenaga Kerja ialah penduduk yang berumur di luar batas usia kerja.

Batasan umur yang ditetapkan untuk mengelompokkan penduduk dalam usia kerja, maupun di
luar usia kerja di Indonesia pada Sensus Penduduk (SP) 1971, SP 1980, dan SP 1990 adalah
berumur 10 tahun ke atas, tetapi mulai SP2000 adalah berumur 15 tahun ke atas.

Tenaga Kerja dipilah pula ke dalam dua kelompok yaitu Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan
Kerja.

Angkatan Kerja (labor force) ialah tenaga kerja atau penduduk dalam batas usia kerja yang
bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja, dan yang mencari
pekerjaan (penganggur).

Bukan Angkatan Kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja,
tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, yakni orang-orang yang
kegiatannya bersekolah (pelajar, mahasiswa), mengurus rumah tangga (ibu-ibu yang bukan wanita
karir), serta menerima pendapatan lain tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya
(pensiunan, penderita cacat yang dependen, dan sebagainya).
Pekerja ialah orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai
pekerjaan dan (saat disensus atau disurvai) memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai
pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan tidak bekerja.

Bekerja ialah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh upah atau membantu
memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara kontinu
dalam seminggu yang lalu (seminggu sebelum pencacahan).

Istilah Kesempatan Kerja mengandung pengertian lapangan pekerjaan atau kesempatan kerja
yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian
pengertian kesempatan kerja adalah mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan semua
lapangan pekerjaan yang masih lowong. Mengingat data kesempatan kerja nyata sulit untuk
diperoleh, maka untuk keperluan praktis digunakan pendekatan di mana jumlah kesempatan kerja
didekati melalui banyaknya lapangan kerja yang terisi yang tercermin dari jumlah penduduk yang
bekerja.

Skema penduduk dan tenaga kerja dapat dilihat di bawah ini:

PENDUDUK

TENAGA KERJA BUKAN TENAGA KERJA


Komposisi penduduk

ANGKATAN KERJA BUKAN ANGKATAN KERJA

PEKERJA PELAJAR & MHS

PENGANGGUR PENGURUS RUMAH


TANGGA

PENERIMA
PENDAPATAN LAIN
Penganggur ialah orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan masih atau sedang mencari
pekerjaan disebut Pengangguran Terbuka (open unemployment).
Setengah Pengangguran (under-employment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan dalam
bekerja (under-utilized) dilihat dari segi jam kerja, produktivitas, dan pendapatan.
Setengah Pengangguran Kentara (visible underemployment) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu. Apabila bekerja kurang dari 15 jam seminggu disebut Setengah
Pengangguran Kentara Kritis.
Setengah Pengangguran Tidak Kentara (invisible underemployment) atau Pengangguran
Terselubung (disguised unemployment) yakni mereka yang produktivitas kerja dan
pengdapatannya rendah.
Secara umum pengangguran digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu pengangguran friksional,
pengangguran struktural, dan pengangguran musiman. Pengangguran Friksional adalah
pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan
lowongan kerja yang ada. Kesulitan temporer ini dapat berbentuk sekedar waktu yang diperlukan
selama prosedur pelamaran dan seleksi, atau terjadi karena faktor jarak atau kurangnya informasi.
Misalnya, seorang pelamar yang menunggu panggilan untuk seleksi atau ujian masuk (yang belum
pasti akan diterima), pencari kerja terkumpul di Jakarta sedang lowongan pekerjaan terdapat di
luar Jakarta, pencari kerja tidak mengetahui di mana adanya lowongan pekerjaan dan pengusaha
tidak mengetahui di mana tersedianya tenaga-tenaga kerja yang sesuai.
Pengangguran Struktural terjadi kerena adanya perubahan dalam struktur atau komposisi
perekonomian. Perubahan struktur yang demikian memerlukan perubahan dalam keterampilan
tenagakerja yang dibutuhkan sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan diri
dengan keterampilan baru tersebut. Misalnya dalam suatu pergeseran dari ekonomi yang berat
agraris menjadi ekonomi yang berat industri. Bentuk pengangguran struktural yang lain adalah
terjadinya pengangguran pekerja akibat penggunaan alat-alat dan teknologi baru. Misalnya
penggunaan traktor dapat menimbulkan pengangguran di kalangan buruh tani.
Pengangguran Musiman terjadi karena pergantian musim. Di luar musim panen dan turun ke
sawah banyak orang yang tidak mempunyai kegiatan ekonomis, mereka hanya sekedar menunggu
musim yang baru. Selama masa menunggu tersebut mereka digolongkan sebagai penganggur
musiman.
Status Pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam unit usaha/kegiatan dalam melakukan
kegiatan sebagai apa. Status pekerjaan dibagi ke dalam 5 kelompok, yaitu :
1. Berusaha sendiri, adalah mereka yang bekerja atas resiko sendiri tanpa bantuan orang
lain. Contoh tukang beca.
2. Berusaha dengan dibantu oleh anggota rumah tangga/buruh tidak tetap, adalah
mereka yang dalam melakukan usahanya dibantu oleh anggota rumah tangga atau
buruh tidak tetap.
3. Berusaha dengan buruh tetap, adalah mereka yang melakukan usahanya dengan
mempekerjakan buruh tetap yang dibayar (sering pula diartikan sebagai majikan).
4. Buruh/karyawan, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi baik
pemerintah atau swasta dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang.
Dalam hal ini buruh tani meskipun tidak mempunyai majikan tertentu, tetap
digolongkan sebagai buruh.
5. Pekerja keluarga, adalah anggota rumah tangga yang membantu usaha untuk
memperoleh penghasilan/keuntungan yang dilakukan oleh salah seorang anggota
rumah tangga atau bukan anggota rumah tangga tanpa mendapat upah/gaji.

Orang yang bekerja dengan status (1), (2), dan (5) di atas seringkali digunakan sebagai
pendekatan untuk memperkirakan jumlah orang yang bekerja di sektor informal. Sedangkan
jumlah orang yang bekerja dengan status (3) dan (4) digunakan untuk pendekatan pada sektor
formal.
Jenis Pekerjaan Utama (Jabatan Utama) atau “occupation” adalah macam pekerjaan yang
sedang dilakukan oleh orang-orang yang termasuk golongan bekerja atau orang-orang yang sedang
mencari pekerjaan dan pernah bekerja. Penggolongan jabatan dimuat dalam buku Klasifikasi
Jabatan Indonesia (KJI) adalah sebagai berikut:
1. tenaga professional, teknisi dan sejenis,
2. tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan,
3. tenaga tata usaha dan tenaga sejenis,
4. tenaga usaha penjualan,
5. tenaga usaha jasa,
6. tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan,
7. tenaga produksi, operator alat angkutan, tenaga kasar,
8. lainnya.

Sektor Pekerjaan (Lapangan Usaha) adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/tempat


bekerja/kantor di mana seseorang bekerja. Dalam analisis ketenagakerjaan, pengelompokkan
sektor pekerjaan biasanya dilakukan sesuai dengan yang terdapat dalam buku Klasifikasi
Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) adalah sebagai berikut :
1. pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan,
2. pertambangan dan penggalian,
3. industri pengolahan,
4. listrik, gas, dan air,
5. bangunan,
6. perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel,
7. angkutan, pergudangan, komunikasi,
8. keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, jasa dan perusahaan,
9. jasa kemasyarakatan,
10. lainnya.
Untuk penyederhanaan analisis maka lapangan usaha dikelompokkan menjadi 3 sektor yaitu :
sektor primer (lapangan usaha 1), sektor sekunder (lapangan usaha 2, 3, 4, 5), dan sektor tersier
(lapangan usaha 6, 7, 8, 9, 10).
Lapangan usaha sekarang ini oleh BPS dikelompokkan sebagai berikut :

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan


1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian
a. Tanaman Pangan
b. Tanaman Hortikultura
c. Tanaman Perkebunan
d. Peternakan
e. Jasa Pertanian dan Perburuan
2. Kehutanan dan Penebangan Kayu
3. Perikanan
B. Pertambangan dan Penggalian
1. Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi
2. Pertambangan Batubara dan Lignit
3. Pertambangan Bijih Logam
4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya
C. Industri Pengolahan
1. Industri Batubara dan Pengilangan Migas
Industri Pengolahan Non Migas
1. Industri Makanan dan Minuman
2. Industri Pengolahan Tembakau
3. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
4. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
5. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang
Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
6. Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman
7. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
8. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
9. Industri Barang Galian bukan Logam
10. Industri Logam Dasar
11. Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik
12. Industri Mesin dan Perlengkapan
13. Industri Alat Angkutan
14. Industri Furnitur
15. Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan
D. Pengadaan Listrik dan Gas
1. Ketenagalistrikan
2. Pengadaan Gas dan Produksi Es
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
F. Konstruksi
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya
2. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda
Motor
H. Transportasi dan Pergudangan
1. Angkutan Rel
2. Angkutan Darat
3. Angkutan Laut
4. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan
5. Angkutan Udara
6. Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan; Pos dan
Kurir
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
1. Penyediaan Akomodasi
2. Penyediaan Makan Minum
J. Informasi dan Komunikasi
K. Jasa Keuangan dan Asuransi
1. Jasa Perantara Keuangan
2. Asuransi dan Dana Pensiun
3. Jasa Keuangan Lainnya
4. Jasa Penunjang Keuangan
L. Real Estate
M,N. Jasa Perusahaan
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
R,S,T,U. Jasa lainnya

Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) ialah atau Work Force Rate persentase mereka yang bekerja
terhadap jumlah angkatan kerja. Dirumuskan :

B
TKK = xk
AK
di mana : B = Bekerja
AK = Angkatan Kerja
k = bilangan konstanta = 100 %

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau Open Unemployment Rate ialah persentase mereka
yang mencari pekerjaan terhadap jumlah angkatan kerja. Dirumuskan :

P
TPT= xk
AK
di mana : P = Pengangguran (Mencari Pekerjaan)
AK = Angkatan Kerja
k = bilangan konstanta = 100 %
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) atau Labor Force Participation Rate ialah persentase
jumlah angkatan kerja terhadap jumlah tenaga kerja. Dirumuskan :

AK
TPAK = xk
TK
di mana : TK = Tenaga Kerja
AK = Angkatan Kerja
k = bilangan konstanta = 100 %

TPAK dapat dinyatakan untuk seluruh penduduk usia kerja dan dapat pula dinyatakan untuk suatu
kelompok penduduk tertentu seperti kelompok laki-laki, wanita di kota, tenaga terdidik, kelompok
umur 15 – 19 tahun di desa, dan sebagainya.
Contoh :
Jumlah Penduduk di suatu Desa sebanyak 5000 jiwa yakni jumlah tenaga kerja 2200 jiwa dan
jumlah bukan tenaga kerja 2800 jiwa. Dari jumlah tenaga kerja 2200 jiwa tersebut, jumlah
angkatan kerja 1500 jiwa dan bukan angkatan kerja 700 jiwa. Dari jumlah angkatan kerja 1500
jiwa tersebut, jumlah bekerja 1300 jiwa dan penganggur 200 jiwa.
Dari data di atas, maka dapat dicari TKK, TPT, dan TPAK yakni sbb :
TKK = 1300/1500 x 100 % = 87 %
TPT = 200/1500 x 100 % = 13 %
TKK + TPT = 100 %
TPAK = 1500/2200 x 100 % = 68 %
Pekerja anak adalah penduduk yang bekerja di bawah 18 tahun dimana oleh Konfensi Hak
Anak PBB, anak didefinisikan sebagai: “…setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun kecuali
berdasarkan Undang-Undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih
awal”. Artinya, Konvensi PBB menetapkan usia di bawah 18 tahun sebagai anak-anak, namun
tetap memberi ruang bagi masing-masing negara untuk menentukan batasan tersebut. Namun PBB
menekankan negara-negara anggotanya untuk menyelaraskan peraturan mereka sesuai dengan
Konvensi Hak Anak ini.
1.3 Pasar Kerja

Pasar kerja atau pasar tenaga kerja adalah seluruh aktivitas dari pelaku-pelaku yang
mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja. Pelaku-pelaku ini terdiri dari pengusahan yang
membutuhkan tenaga, pencari kerja, dan perantara atau pihak ketiga yang memberikan kemudahan
bagi pengusaha dan pencari kerja untuk saling berhubungan. Fungsi perantara ini dapat dilakukan
oleh pemerintah atau konsultan atau badan swasta. Sebagian pengusaha mencari pekerja melalui
orang yang telah bekerja di perusahaan atau melalui iklan di surat kabar, majalah, televisi, radio,
dan internet. Sebagian orang mencari pekerjaan dengan minta bantuan orang tua, famili, dan atau
kenalannya. Sebagian orang mencari pekerjaan dengan secara langsung mengunjungi perusahaan
menanyakan apa ada lowongan yang cocok dengan keterampilan dan keahliannya.
Zaman teknologi informasi sekarang ini, penggunaan internet lebih dominan dalam melihat
pasar kerja, baik kalangan perusahaan maupun pencari kerja atau yang sudah bekerja. Namun
adakalanya, dalam proses ini, baik pencari kerja maupun pengusaha dihadapkan kepada kenyataan
bahwa:
 Pencari kerja mempunyai tingkat pendidikan, keterampilan, kemampuan dan sikap pribadi
yang berbeda. Di lain pihak setiap lowongan yang tersedia mempunyai sifat pekerjaan yang
berlainan.
 Setiap perusahaan atau unit usaha menghadapi lingkungan yang berbeda: keluaran (output),
masukan (input), manajemen, teknologi, lokasi, pasar, dan lain-lain, sehingga mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam memberikan tingkat upah, jaminan sosial dan lingkungan
pekerjaan.

Pasar Kerja Intern dan Ektern

Salah satu aspek pasar kerja adalah bagaimana mengisi lowongan yang ada dengan orang
yang sesuai. Sesuai berarti bahwa orang yang akan ditempatkan mengisi lowongan tersebut
mampu melakukan fungsi-fungsi atau yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik. Di samping
persyaratan pendidikan, pengusaha biasanya memerlukan persyaratan pengalaman kerja. Untuk
jabatan-jabatan tertentu, sering diperlukan sikap pribadi tertentu juga. Maka untuk mengisi
lowongan dengan persyaratan-persyaratan khusus seperti itu, pengusaha biasa memilih calon dari
pegawai yang sudah ada atau yang sudah bekerja dan diamati oleh pimpinan selama berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun. Pengisian lowongan kerja dari dalam perusahaan atau dari kalangan
pegawai sendiri dinamakan Pasar Kerja Intern (Internal Labor Market).
Kemanfaatan pengisian lowongan dari dalam sendiri seperti itu adalah, pertama, pengusaha
dapat yakin bahwa orang yang dipilihnya betul-betul cocok untuk lowongan yang ada. Kedua,
pengisian lowongan seperti itu dapat dikaitkan dengan pemberian promosi dalam rangka
peningkatan karir pegawai.
Namun demikian, pengisian lowongan melalui pasar kerja intern pada dasarnya menimbulkan
lowongan baru. Lowongan baru ini, menurut sifat pekerjaannya, mungkin perlu atau dapat diisi
melalui pasar kerja intern juga yang selanjutnya menimbulkan lowongan baru di tempat lain. Oleh
sebab itu, pengisian lowongan melalui pasar kerja intern pada akhirnya memerlukan pengisian dari
luar juga. Pengisian lowongan dengan orang dari luar perusahaan dinamakan Pasar Kerja
Ekstern (External Labor Market).
Pasar Kerja Utama dan Biasa

Pasar kerja dua bentuk (dual labor market) membedakan dua bentuk atau golongan pasar
kerja, yaitu:
1. Pasar Kerja Utama (Primary Labor Market), dan
2. Pasar Kerja Biasa (Secondary Labor Market).

Pasar kerja utama biasanya ditandai dengan beberapa beberapa karakteristik, antara lain:
1. Skala perusahaan besar,
2. Manajemen perusahaan baik,
3. Pegawai atau karyawan umumnya mempunyai tingkat pendidikan dan keterampilan yang
tinggi,
4. Produktivitas karyawan tinggi,
5. Upah tinggi,
6. Jaminan sosial yang baik,
7. Lingkungan pekerjaan yang menyenangkan,
8. Disiplin kerja tinggi,
9. Tingkat absensi rendah, dan
10. Jumlah perpindahan pegawai (labor-turn over) kecil.

Pasar kerja biasa, umumnya ditandai dengan beberapa beberapa karakteristik, antara lain:
1. Skala perusahaan kecil,
2. Manajemen perusahaan kurang baik,
3. Tingkat pendidikan dan keterampilan karyawan rendah,
4. Produktivitas karyawan rendah,
5. Upah rendah,
6. Jaminan sosial kurang baik,
7. Lingkungan pekerjaan kurang menyenangkan,
8. Disiplin kerja rendah,
9. Tingkat absensi tinggi, dan
10. Karyawan sering berpindah-pindah pekerjaan

Pekerja anak pada umumnya masuk dalam kategori pasar kerja biasa. Hal ini disebabkan oleh
belum dipenuhinya pendidikan yang tinggi karena anak tidak melanjutkan sekolah atau bekerja
sambil sekolah tingkat dasar dan menengah.

Pasar Kerja Tenaga Terdidik dan Tenaga Tidak Terdidik

Kedua bentuk pasar ini berbeda dalam banyak hal, yaitu:


1. Pertama, tenaga terdidik pada umumnya mempunyai produktivitas kerja lebih tinggi daripada
tenaga tidak terdidik. Produktivitas kerja pada dasarnya tercermin dalam tingkat upah.
Penghasilan karyawan berbanding lurus dengan tingkat pendidikannya. Tiap lowongan
pekerjaan pada umumnya selalu dkaitkan dengan persyaratan tingkat pendidikan bagi calon
yang akan mengisinya.
2. Penyediaan tenaga kerja terdidik harus melalui sistem sekolah yang memerlukan waktu lama.
Oleh sebab itu elastisitas penyediaan tenaga terdidik biasanya lebih kecil dari penyediaan
tenaga kerja tidak terdidik. Di lain pihak, penyediaan tenaga terdidik lebih mudah dipengaruhi
melalui berbagai kebijakan pemerintah di bidang pendidikan seperti pengurangan uang
sekolah, tunjangan belajar, dan lain-lain.
3. Tingkat partisipasi kerja tenaga terdidik lebih tinggi dari tingkat partisipasi tenaga kerja tak
terdidik.
4. Tenaga kerja terdidik umumnya datang dari keluarga yang lebih berada. Tenaga kerja dari
keluarga miskin umumnya tidak mampu meneruskan pendidikannya dan terpaksa mencari
pekerjaan.
5. Dalam proses pengisian lowongan, pengusaha memerlukan lebih banyak waktu seleksi untuk
tenaga terdidik daripada untuk tenaga tidak terdidik.
6. Lamanya pengangguran lebih panjang di kalangan tenaga terdidik daripada di kalangan tidak
terdidik.

Pekerja anak pada umumnya masuk dalam kategori pasar kerja tidak terdidik disebabkan oleh
rendahnya tingkat pendidikan. Jenis pekerjaan yang dilakukan adakalanya serabutan artinya tidak
memilih-milih dan umumnya bersifat musiman seperti menanam, memanen, di sektor pertanian,
buruh kasar di sektor bangunan dan industri, pengisi air mineral isi ulang, jualan, buruh nelayan
(perikanan laut dan darat), penjaga barang, dan sebagainya.

EVALUASI

Latihan :

1. Jelaskan pengertian ekonomi sumber daya manusia


2. Buatlah skema ketenagakerjaan dan tulislah definisi-definisinya
3. Tuliskan sektor-sektor ekonomi dalam PDB
4. Buatlah contoh perhitungan TKK, TPT, dan TPAK.

REFERENSI

 Borjas, George J., 2005. Labor Economics. Third Edition. McGraw-Hill. Irwin. New York.
 Ch. 1
 Sonny, Sumarsono, 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia : Teori dan Kebijakan Publik.
Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.  Bab 1,2
 Simanjuntak, Payaman J., 1998. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. FE-UI,
Jakarta.  Bab 1, 2, 6
2. PENGUPAHAN DAN STRUKTURNYA

PENDAHULUAN

Pokok bahasan pada materi ini, meliputi teori upah, sistem pengupahan, upah dan jaminan sosial
serta produktivitas kerja.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa mengetahui dan memahami teori-teori upah menurut
nilai, kelas pekerja, sistem pengupahan yang berlaku, upah dikaitkan dengan jaminan sosial,
produktivitas dan upah, fungsi upah Hedonic, struktur upah, dan pengukuran ketidakmerataan
upah.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

1. Mahasiswa memahami Teori Upah menurut Nilai dan Pertentangan Kelas; Pertambahan
Produk Marginal
2. Mahasiswa mengetahui Sistem Pengupahan dan Komponen Upah
3. Mahasiswa dapat menjelaskan kaitan Upah dan Jaminan Sosial
4. Mahasiswa mampu menerangkan hubungan Upah dan Produktivitas
5. Mahasiswa mengetahui Fungsi Upah Hedonic
6. Mahasiswa mengetahui Distribusi Pendapatan/Ketidakmerataan (Upah)
7. Mahasiswa mampu menjelaskan Dasar-dasar Struktur Upah

1………… SKENARIO PEMBELAJARAN


2…………
3…………

Kegiatan perkuliahan dilaksanakan dengan skenario sebagai berikut:


1. Perkenalan kepada materi yang akan dibahas
2. Penjelasan tentang pokok bahasan, dan kompetensi yang akan dicapai (TIU dan TIK).
3. Ringkasan materi disampaikan dengan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
4. Evaluasi pencapaian

RINGKASAN MATERI
2.1. Teori Upah menurut Nilai dan Pertentangan Kelas; Pertambahan Produk Marginal

Ajaran Karl Marx menyatakan bahwa hanya buruh yang merupakan sumber nilai ekonomi.
Nilai suatu barang tergantung nilai dari jasa buruh atau jumlah waktu kerja yang dipergunakan
untuk memproduksi barang tersebut. Implikasi dari pandangan ini adalah :
a. Harga barang berbeda menurut jumlah jasa buruh yang dialokasikan untuk seluruh proses
produksi barang tersebut.
b. Jumlah jam kerja yang dikorbankan untuk memproduksi suatu jenis barang adalah hampir
sama. Oleh sebab itu harganya dibeberapa tempat menjadi hampir sama.
c. Seluruh pendapatan nasional diciptakan oleh buruh, dengan demikian buruh (pekerja) yang
berhak memperoleh seluruh pendapatan nasional tersebut.

Sistem pengupahan dan pelaksanaannya berdasarkan pandangan Karl Marx adalah sebagai
berikut :
2.1.1 Kebutuhan konsumsi setiap orang,jenis dan jumlahnya hampir sama. Nilai (harga) setiap
barang hampir sama, maka upah setiap orang juga sama.
2.1.2 Sistem pengupahan tidak memberikan insentif yang sangat diperlukan dalam menjamin
peningkatan produktifitas kerja dan pendapatan nasional.
2.1.3 Sistem kontrol yang sangat ketat diperlukan untuk menjamin setiap orang benar-benar mau
bekerja menurut kemampuannya.

Sistem pengupahan menurut teori Karl Marx didasarkan pada teori nilai dan asas pertentangan
kelas, pada dasarnya pendapat Karl Marx bahwa hanya buruh yang merupakan sumber nilai dari
jasa buruh atau dari jumlah waktu kerja yang digunakan untuk memproduksi suatu barang.
Sedangkan dari pendapat lainnya dari teori Karl Marx adalah pertentangan kelas yang artinya
bahwa kapitalis selalu berusaha menciptakan barang barang modal untuk mengurangi penggunaan
buruh. Akibatnya adalah pengangguran besar-besaran sehingga menurunkan upah. Untuk itu tiada
jalan lain bagi buruh kecuali ada berserikat.

Implikasi dari pandangan teori ini adalah : (1) harga barang berbeda menurut jumlah jasa
buruh yang dialokasikan untuk seluruh proses produksi barang tersebut; (2) jumlah jam kerja yang
dikorbankan untuk memproduksi suatu jenis barangadalah hampir sama. Oleh sebab itu harganya
dibeberapa tempat terjadi juga sama; dan (3) seluruh pendapatan nasional diciptakan oleh buruh,
jadi dengan demikian hanya buruh (pekerja) yang berhak memperoleh seluruh pendapatan
nasional tersebut.

Sedangkan implikasi dari teori pertentangan kelas: (1) kebutuhan konsumsi setiap orang jenis
dan jumlahnya sama. Nilai setiap barang juga sama walaupun berbeda tempat sehingga upah yang
hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumtif dari buruh sebagai pelaksanaan fungsi sosial;
(2)sistem pengupahan tidak mempunyai fungsi pemberian insentif untuk menjamin peningkatan
produktifitas kerja dan pendapatan nasional; dan (3) sistem kontrol yang sangat ketat diperlukan
untuk menjamin setiap orang serius mau bekerja menurut kemampuannya sehingga memerlukan
sentralisasi kekuasaan dan sistem paksaan.

Sistem pengupahan ini dikatakan hanya terdapat pada masyarakat impian (utopia) karena
dalam sistem ini banyak faktor-faktor yang tidak diperhitungkan sehingga tidak mungkin sistem
ini dijalankan secara murni.

Teori Neo-Klasik mengemukakan bahwa dalam rangka memaksimumkan keuntungan setiap


pengusaha menggunakan faktor faktor produksi sedemikian rupa sehingga faktor produksi yang
digunakan menerima atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marginal dari faktor
produksi tersebut. Pengusaha mempekerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai
pertambahan hasil marginal seorang sama dengan upah yang diterima orang tersebut. Tingkat upah
yang dibayarkan oleh pengusaha adalah :

W = WMPPL = MPPL x P

Keterangan

W = tingkat upah (labor cost) yang dibayarkan perusahaan kepada karyawan


P = harga jual barang (hasil produksi) dalam rupiah per unit barang
WMPPL = marginal physical product of labour atau pertambahan hasil marginal
pekerja, diukur dalam unit barang per unit waktu.
MPPL = volume of marginal physical product of labour atau nilai pertambahan
hasil marginal pekerja atau karyawan.

2.2. Sistem Pengupahan dan Komponen Upah

Penghasilan atau imbalan yang diterima seseorang karyawan atau pekerja sehubungan dengan
pekerjaannya dapat digolongkan kedalam bentuk, yaitu: (a) upah atau gaji dalam bentuk uang; (b)
tunjangan dalam bentuk natura; (c) fringe benefit; dan (d) kondisi lingkungan kerja.
a. Penerapan Upah Minimum
Upah pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan seseorang, sebab itu upah
harus cukup untuk memenuhi kebutuhan karyawan dan keluarganya dengan wajar.
Kewajaran dapat dinilai dan diukur dengan kebutuhan hidup minimum atau sering disebut
Kebutuhan Fisik Minimum (KFM). Upah minimum merupakan upah yang ditetapkan
secara minimum Regional, Sektoral Regional maupun Subsektoral. Dalam hal ini upah
minimum adalah upah pokok dan tunjangan.
Dari definisi diatas, maka terlihat dua unsur penting, yaitu : (1) upah permulaan adalah
upah terendah yang harus diterima oleh pekerja pada waktu pertama kali dia diterima
bekerja; (2) jumlah upah minimum haruslah dapat memenuhi kebutuhan hidup pekerja
secara minimal yaitu kebutuhan untuk sandang, pangan, keperluan rumah tangg dan
kebutuhan dasar lainnya.
b. Komponen Upah Minimum
Secara empiris ada tiga komponen yang dianggap mempengaruhi besarnya upah
minimum, yaitu: (1) Kebutuhan Fisik Minimum (KFM); (2) Indeks Harga Konsumen
(IHK); dan (3) Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Sebenarnya ada satu variabel lagi yang
dianggap cukup berpengaruh dalam besar kecilnya upah minimum, yaitu kemampuan
perusahaan. Namun karena data untuk mengetahui kemampuan perusahaan tersebut agak
sulit ditemukan, seringkali komponen ini diabaikan.
1. Kebutuhan Fisik Minimum
Nilai KFM mencerminkan nilai ekonomi dari barang dan jasa yang diperlukan oleh
pekerja dan keluarganya dalam jangka waktu satu bulan. Barang dan jasa ini dibagi
dalam lima kelompok barang, yaitu: (a) makanan dan minuman; (b) bahan bakar, alat
penerangan dan penyeduh; (c) perumahan dan peralatan dapur; (d) sandang atau
pakaian; dan (e) lain-lain termasuk didalamnya biaya untuk transportasi, rekreasi,
obat obatan, sarana pendidikan, bacaan dan sebagainya.

Cara Perhitungan
Perhitungan KFM dilakukan antara lain oleh Kementerian Tenaga Kerja dengan
menggunakan rumus tertentu. Pekerja dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: (a)
pekerja lajang atau pekerja yang belum berkeluarga, diberi kode PL; (b) pekerja yang
sudah berkeluarga dengan seorang istri dan dua anak, diberi kode K2; (c) pekerja
yang sudah berkeluarga dengan seorang istri dan tiga anak, diberi kode K3.

Rumus perhitungan nilai KFM :


n
KFM =∑ Pti. Qot
t=1

Keterangan
n = banyaknya jenis atau macam barang dan jasa yang dibutuhkan dalam waktu satu
bulan. Pekerja lajang membutuhkan 47 macam barang dan jasa. Pekerja yang telah
berkeluarga membutuhkan 53 macam barang dan jasa.
t = waktu penelitian (bulan, triwulan, tahunan)
P = harga barang.
Pti = harga suatu jenis barang tertentu pada saat yang tertentu pula.
Q = jumlah satuan barang dan jasayang diteliti,
Qoi = jumlah barang atau jasa tertentu pada tahun dasar.
Nilai Q untuk setiap barang dan jasa telah ditentukan terlebih dahulu jumlah
minimumnya. Setiap tahun nilai Q ini tetap untuk semua jenis barang dan jasa yang
diperlukan.
2. Indeks Harga Konsumen
IHK merupakan petunjuk mengenai naik turunnya harga kebutuhan hidup. Naiknya
harga kebutuhan hidup ini secara tidak langsung mencerminkan tingkat inflasi.
Indeks harga konsumen dihitung setiap bulan dan setiap tahun dinyatakan dalam
bentuk persentase.

Cara Perhitungan

IHK dihitung menurut kelompok pengeluaran, yaitu: makanan, perumahan, sandang


dan aneka. Gabungan dari keempat kelompok pengeluaran ini disebut indeks harga
umum, IHK dihitung menggunakan tahun dasar tertentu yang pada periode ini
dianggap sama dengan 100.

Rumus perhitungan IHK :

Pni
P ( n−1 ) i. Qoi
P ( n−1 ) i
¿= x 100
Poi .Qoi

Keterangan :
In = Indeks bulan ke n
Poi.Qoi = Nilai konsumsi suatu jenis barang pada tahun dasar
Pni
x 100 =Harga relatif yang terjadi pada bulan ke n dibandingkan dengan
P ( n−1 ) i
bulan sebelumnya (n-1) untuk satu jenis barang.
P(n-1). Qoi = Nilai konsumsi bulan ke (n-1)
Pni = Harga suatu jenis barang pada bulan berjalan
P(N-1)i = Harga satu jenis barang pada bulan sebelumnya atau bulan ke
(n-1)

3. Pertumbuhan Ekonomi Daerah


Perumbuhan ekonomi daerah mencerminkan keadaan ekonomi di suatu daerah.
Keadaan perekonomian ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan kondisi perusahaan
yang beroperasi di daerah yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan
perekonomian di suatu daerah makan semakin besar pula kesempatan berkembang
bagi perusahaan perusahaan yang beroperasi di daerah yang bersangkutan.

Cara Perhitungan
Perhitungan pertumbuhan perekonomian daerah dilakukan atas dasar angka produk
domestik regional bruto (PDRB) dari setiap provinsi yang ada di Indonesia. Dari
hasil perhitungan ini diperoleh angka pertumbuhan ekonomi dari masing masing
provinsi.
Rumus perhitungan pertumbuhan ekonomi adalah :

PDRBit−PDRBit−1
rit = x 100
PDRBit

Keterangan
r = Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah
i = Provinsi yang diukur tingkat pertumbuhannya
t = tahun, menunjukkan kapan perhitungan itu dilakukan

2.3 Upah dan Jaminan Sosial

Dalam rangka meningkatkan kelancaran, efisiensi dan kelangsungan hidup perusahaan,


pengusaha perlu menjamin pemberian imbalan yang layak secara kemanusiaan dan sesuai dengan
suumbangan jasa yang dihasilkan oleh buruh. Oleh karenanya, kebijaksanaan upah disamping
memperhatikan peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan produksi, perlu
diarahkan kepada peningkatan kesejahteraan dan peningkatan daya beli golongan penerima upah
yang rendah. Sehubungan dengan itu, pihak perusahaan wajib memperhatikan peningkatan
kesejahteraan buruh berdasarkan kemampuan dan sesuai dengan kemajuan yang dicapai
perusahaan.
Salah satu cara melindungi buruh dan meningkatkan kesejahteraan dalam pemenuhan
kebutuhan pokok adalah melalui pengaturan upah minimum, terutama ditujukan kepada jenis jenis
upah yang masih dibawah tingkat kelayakan. Gagasan upah minimum yang sudah dimulai dan
dikembangkan sejak awal 1970an bertujuan untuk mengusahakan agar dalam jangka panjang
besarnya upah minimum paling sedikit dapat memenuhi Kebutuhan Fisik Minimum (KFM).
Untuk menyelaraskan upah minimum dengan KFM ini diharapkan dapat menjamin tenaga kerja
untuk memenuhi kebutihan hidup beserta keluarga dan sekaligus dapat mendorong peningkatan
produktivitas kerja buruh..
Selain upah, jaminan sosial merupakan faktor penting dalam rangka penciptaan hubungan
perburuhan yang baik. Sejalan dengan kebijaksanaan dalam hal tersebut, maka pelaksanaan
asuransi kecelakaan kerja dan tabungan hari tua yang dikaitkan dengan tunjangan kematian telah
dilaksanakan sejak zaman orde baru dan diteruskan serta ditingkatkan dalam zaman reformasi
sekarang ini. Demikian pula kepada badan-badan swasta yang melaksanakan asuransi tenaga kerja
terus diberikan bimbingan yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja.
Para ahli ekonomi beranggapan bahwa kebijaksanaan penentuan upah minimum akan selalu
mendorong pengusaha memperkecil kesempatan kerja sehingga akan menimbulkan masalah baru.
Penentuan upah minimum oleh pemerintah tidak berarti mendorong pengusaha untuk memperkecil
kesempatan kerja. Anggapan memperkecil kesempatan kerja ini berlaku bila peraturan tersebut
dijalankan secara kaku, sehingga bagi perusahaan-perusahaan kecil memang akan menimbulkan
banyak kesulitan yang berakibat pada perluasan kesempatan kerja. Tetapi dengan keluwesan
pelaksanaan peraturan tersebut akan melindungi karyawan dari sikap kesewenang-wenangan
pengusaha tetapi tidak juga menekan pengusaha dan tidak terlalu memberatkan pengusaha dalam
menjalankan perusahaan.

2.4 Kebutuhan Hidup dan Upah Minimum : Upah dan Produktivitas

Upah pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan seseorang, sebab itu upah harus
cukup untuk memenuhi kebutuhan karyawan dan keluarganya dengan wajar. Kewajaran dapat
diukur dengan kebutuhan hidup minimum (KHM) atau sering disebut KFM.Tanggung jawab
semua masyarakat, pemerintah, pengusaha dan karyawan itu sendiri untuk menjamin bahwa KFM
setiap karyawan dapat terpenuhi melalui pekerjaan dari mana dia memperoleh penghasilan.
Jaminan penghasilan yang lebih baik dari sekedar memenuhi KFM sangat penting bukan saja
dalam rangka kemanusiaan, akan tetapi juga untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan
dan demi kelangsungan perusahaan. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
tingkat gizi, kesehatan, pendidikan dan manajemen pimpinan.
Namun bagi karyawan berpenghasilan kecil, tingkat gizi dan kesehatan merupakan faktor
dominan untuk meningkatkan produktivitas kerja. Betapapun baiknya manajemen, produktivitas
karyawan sukar ditingkatkan bila kondisi gizi dan kesehatan karyawan sangat rendah. Sebab itu
untuk dapat memenuhi produktivitas kerja karyawan, upah mereka harus cukup memadai untuk
memenuhi KFM nya.
Komponen KFMdapat digolongkan dalam lima kelompok, yaitu :
a. Kelompok makanan dan minuman terdiri dari beras, daging, ikan, sayur sayuran, buah
buahan, kacang kacangan, ubi, minyak goreng, cabe, bawang, kelapa, gula, garam,
kopi dan teh.
b. Kelompok bahan bakar dan penerangan terdiri dari kayu bakar atau minyak tanah,
lampu teplok dan air minum.
c. Kelompok perumahan dan peralatan terdiri dari sewa rumah, tempat tidur, bantal,
piring, gelas minum, cerek, periuk, wajan, panci, sendok dan garpu.
d. Kelompok pakaian terdiri dari bahan celana atau rok, kemeja, baju kaos, kain sarung,
celana dalam, peci, handuk, sepatu, sandal dan sabun cuci. Untuk yang berkeluarga
ditambah kain kebaya, kain panjang, kutang, stagen, selendang dan pakaian anak.
e. Kelompok lain lain mencakup transportasi, rekreasi, obat obatan, pendidikan dan
bacaan, pangkas rambut, sikat gigi dan odol.

2.5 Fungsi Upah Hedonic

Kompensasi perbedaan upah menjadi kebutuhan sosial yang penting.Pertama, menyediakan


insentif untuk pekerja yang sukarela melakukan pekerjaan berbahaya. Kedua, berfungsi sebagai
hadiah untuk pekerja yang menerima pekerjaan yang beresiko dengan membayar upah yang lebih
tinggi dibandingkan pekerja yang tidak memiliki resiko.
Hedonisme berarti bahwa seseorang selalu berusaha demi kesenangan atau kebahagiaan yang
lebih. Dalam model ini berarti bahwa para pekerja berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka.
Tingkat upah mencerminkan tingkat resiko cedera pada pekerja. Jika kesempatan terluka
tinggi maka upah yang diterima akan tinggi. Upah yang tinggi sebagai kompensasi tingkat resiko
yang lebih tinggi untuk mempertahankan tingkat utilitas yang sama. Jadi untuk setiap resiko ada
tingkat upah yang akan mengkompensasikan sehingga utilitas akan tetap sama.

KurvaIndifference Pekerja Berbeda

Untuk kenyamanan, diasumsikan bahwa pekerja tidak menyukai risiko. Bagaimanapun


pekerja yang berbeda tidak menyukai risiko secara berbeda. Gambar dibawah ini menggambarkan
kurva indiferenceuntuk tiga pekerja yang berbeda, A, B, dan C (dengan utilitas UA, UB dan UC
terkait). Kemiringan masing-masing kurva indiferencememberitahukan berapa upah yang harus
naik jika pekerja tertentu berada 3 jenis pekerja.

Kurva Indiference untuk tiga jenis pekerja.

Pekerja yang berbeda memiliki preferensi risiko yang berbeda. Pekerja A sangat menghindari
risiko. Pekerja C tidak keberatan dengan risiko.
Gambar 2.1
Indifference curve untuk tiga pekerja

Kurva isoprofit memberikan semua kombinasi risiko-upah yang menghasilkan keuntungan.


Oleh karena mahal untuk menghasilkan keamanan, perusahaan menawarkan tingkat risiko p* yang
dapat membuat tempat kerja lebih aman hanya jika mengurangi upah (sekaligus menjaga laba
tetap konstan), sehingga kurva isoprofit miring ke atas. Kurva isoprofit yang lebih tinggi
menghasilkan keuntungan lebih rendah.

Gambar 2.2
Isoprofit
Perusahaan yang berbeda memiliki kurva isoprofit yang berbeda dan pekerja yang berbeda
memiliki kurva Indifference yang berbeda pula. Pasar tenaga kerja menjalin pekerja yang tidak
menyukai risiko (seperti pekerja) dengan perusahaan yang merasa mudah untuk menyediakan
lingkungan yang aman (seperti perusahaan X) dan pekerja yang tidak terlalu memikirkan banyak
risiko (pekerja C) dengan perusahaan yang merasa sulit untuk menyediakan lingkungan yang aman
(perusahaan Z). Hubungan yang diamati antara upah dan karakteristik pekerjaan tersebut disebut
Fungsi Upah Hedonis

2.6 Distribusi Pendapatan/Ketidakmerataan (Upah)

Pekerja dengan kemampuan rendah menghadapi tingkat marjinal MRRL (Marginal Rate of
Return for Low-Ability Workers) yang semula, dan memperoleh unit sumber daya manusia HL.
Pekerja dengan kemampuan tinggi menghadapi jadual MRRH(Marginal Rate of Return for High-
Ability Workers) dan memperoleh unit SDM manusia HH. Kemampuan tinggi pekerja
menghasilkan kemampuan pekerja yang lebih rendahbaik karena mereka memiliki kemampuan
lebih dan karena mereka memperoleh lebih banyak modal manusia. Korelasi positif antara
kemampuan dan modal manusia yang diperoleh "membentang" pada distribusi upah, menciptakan
kemiringan yang positif.

Gambar 2.3
Fungsi Upah Hedonic
Gambar 2.4
Hubungan Human capital dengan rate of interest

Kurva Lorenz dan Koefisien Gini

Persamaan Sempurna Kurva Lorenz diberikan oleh garis AB, yang menunjukkan bahwa setiap
ubin rumah tangga mendapat 20 persen pendapatan agregat, sementara kurva Lorenz yang
menggambarkan distribusi pendapatan sebenarnya ada di bawahnya. Rasio area yang diarsir
terhadap area di segitiga ABC memberikan koefisien Gini.
Gambar 2.5
Kurva Lorenz

Gambar 2.5 juga menggambarkan kurva Lorenz yang berasal dari proporsi aktual pendapatan
rumah tangga. Kurva Lorenz ini terletak di bawah kurva Lorenz yang sempurna. Sebenarnya,
konstruksi kurva Lorenz menunjukkan bahwa semakin banyak ketidaksetaraan dalam distribusi
pendapatan, semakin jauh kurva Lorenz yang sebenarnya berasal dari garis 45°. Sebagai ilustrasi,
pertimbangkan sebuah dunia di mana semua pendapatan menghasilkanjumlah kelima, urutan
kelima rumah tangga. Di dunia ini "ketidaksetaraan sempurna" kurva Lorenz akan terlihat miris.

2.7 Dasar-dasar Struktur Upah

Banyak penelitian telah mencoba mendokumentasikan perubahan historis dalam distribusi


upah A.S. yang terjadi selama tahun 1980an dan 1990an. Penyimpangan dalam distribusi upah
meningkat secara substansial dalam periode ini. Khususnya :

 Kesenjangan upah antara mereka yang berada di puncak distribusi upah dan yang di
bagian bawah melebar secara dramatis.
 Perbedaan upah melebar di antara kelompok pendidikan, di antara kelompok
pengalamandan di antara kelompok usia.
 Perbedaan upah melebar dalam kelompok demografi dan keterampilan. Dengan kata
lain, upah pekerja dengan pendidikan, usia, jenis kelamin, pekerjaan dan industri yang
sama jauh lebih tersebar di pertengahan tahun 1990an daripada di akhir tahun 1970an.

Ketimpangan upah mencerminkan dua fundamental dari pasar tenaga kerja.

Pertama, terdapat perbedaan produktivitas dikalangan pekerja. Semakin besar perbedaan


produktivitas, semakin merata distribusi akan upah. Kedua, tingkat pengembalian keterampilan
akan berbeda beda di pasar tenaga kerja dari waktu ke waktu, menanggapi perubahan dalam
penawaran dan permintaan keterampilan. Semakin besar imbalan untuk keterampilan, semakin
besar kesenjangan upah antara terampil dan tidak terampil dan semakin merata distribusi
pendapatan.
Pada gambar diatas, kurva MRRL memberikan jadual pengembalian tingkat marjinal bagi
pekerja berkemampuan rendah. Kelompok ini akan memperoleh efisiensi unit HL modal manusia.
Demikian pula kurva MRR* memberikan jadwal bagi pekerja rata rata, yang memperoleh H* unit
dan MRRH kurva memberikan jadwal bagi pekerja kemampuan tinggi, yang memperoleh HH unit.
Oleh karena itu, pekerja berkemampuan tinggi memiliki upah lebih tinggi dari pekerja
berkemampuan rendah untuk dua alasan yang berbeda. Pertama, pekerja kemampuan tinggi akan
mendapatkan lebih dari pekerja berkemampuan rendah meskipun kedua kelompok memperoleh
jumlah yang sama modal manusia. Setelah semua, kemampuan mereka sendiri merupakan
karakteristik yang meningkatkan produktivitas dan pendapatan. Pekerja berkemampuan tinggi
mendapatkan lebih banyak karena mereka mendapatkan modal manusia lebih banyak daripada
pekerja kurang mampu. Dengan kata lain, korelasi positif antara kemampuan dan investasi modal
manusia (membentang) upah dalam populasi, menghasilkan distribusi upah positif miring.
Perubahan struktur upah terjadi karena adanya kesenjangan dan ketimpangan upah antara
pekerja yang berpendidikan (tinggi dan memiliki keterampilan) dan berpengalaman (banyak)
dengan pekerja yang tidak berpendidikan dan sedikit pengalaman.

Pada gambar dibawah ini, kurva permintaan miring ke bawah memberikan permintaan untuk
pekerja terampil relatif terhadap permintaan untuk pekerja tidak terampil. Hal ini miring ke bawah
karena semakin besar kesenjangan upah antara pekerja terampil dan tidak terampil (yaitu semakin
besar r), fraksi yang lebih rendah dari pekerja terampil bahwa majikan ingin menyewa (lebih
rendah p), anggaplah bahwa pasokan relatif bekerja terampil adalah inelastis sempurna. Asumsi
bahwa p adalah konstan berarti bahwa sebagian tertentu dari tenaga kerja yang terampil terlepas
dari kesenjangan upah antara pekerja terampil dan tidak terampil. Dalam jangka panjang, asumsi
ini salah karena peningkatan imbalan untuk keterampilan kemungkinan akan mendorong lebih
banyak pekerja untuk tetap bersekolah dan mendapatkan lebih banyak modal manusia.
Pasokan relatif dan kurva permintaan diberikan oleh S0 dan D0. Pasar tenaga kerja yang
kompetitif kemudian mencapai keseimbangan pada titik A. Dalam keseimbangan, sebuah P0
sebagian kecil dari tenaga kerja yang terampil dan upah relatif pekerja terampil diberikan oleh r0.
Model sederhana yang mendasari bisa meningkatkan kesenjangan upah antara pekerja terampil
dan tidak terampil. Yang pertama untuk kurva penawaran bergeser ke kiri, menunjukkan
penurunan dalam jumlah relatif kerja terampil dan karenanya menaikkan upah relatif mereka.
Yang kedua untuk kurva bergeser ke kanan, menunjukka peningkatan relatif dalam permintaan
untuk kerja terampil dan lagi menaikkan upah relatif mereka.
Dengan tidak adanya perubahan lain dalam pasar tenaga kerja, pergeseran supplai harus telah
berpindah pasar tenaga kerja untuk ekuilibrium titik B, mengurangi hubungan upah pekerja
terampil. Jika pergeseran permintaan cukup besar, keseimbangan akhir di titik C ditandai dengan
peningkatan jumlah pekerja terampil di pasar tenaga kerja dan oleh kesenjangan upah yang lebih
besar antara pekerja terampil dan tidak terampil.
Beberapa perubahan dalam struktur upah dapat dijelaskan dalam hal pergeseran pasokan
(seperti imigrasi), meningkatnya globalisasi ekonomi AS, perubahan kelembagaan di pasar tenaga
kerja (termasuk deunionization dari angkatan kerja dan penurunan upah riil minimum pada
1980an) dan keterampilan bias perubahan teknologi. Tidak ada variabel tunggal yang menjelaskan
sebagian besar perubahan dalam struktur upah.
EVALUASI

Latihan :

1. Jelaskan teori upah menurut nilai dan pertentangan kelas


2. Sebutkan sistem pengupahan dan komponen upah
3. Bahaslah hubungan upah denan jaminan sosial
4. Berikan ulasan hubungan upah dengan produktivitas
5. Jelaskan fungsi upah Hedonis

REFERENSI

 Sonny, Sumarsono, 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia : Teori dan Kebijakan Publik.
Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.  Bab 9, 10
 Borjas, George J., 2005. Labor Economics.Third Edition. McGraw-Hill. Irwin. New York. 
Ch. 6, 8
3 INVESTASI MODAL MANUSIA

PENDAHULUAN

Pokok bahasan dalam materi “Investasi Modal Manusia” ini meliputi bahasan tentang investasi di
bidang pendidikan dan kesehatan, manfaat dan biaya melakukan investasi sumberdaya manusia,
kenapa pendidikan itu mahal, hubungan pendidikan dengan pendapatan dengan penggunan model
hedonic.

TUJUAN INSTRUKSIONALUMUM

Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa mampu memahami teori Investasi Sumber Daya Manusia
terutama di bidang pendidikan dan pelatihan

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

1. Mahasiswa mengetahui pengertianpendidikan dan latihan


2. Mahasiswa dapat menjelaskan gambaran manfaat dan biaya investasi pendidikan
3. Mahasiswa memahami pendidikan berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia
4. Mahasiswa memahami dan menjelaskan bahwa pendidikan itu mahal
5. Mahasiswa dapat bertanya dan menjawab apakah pendidikan merupakan penanaman
modal sosial yang baik ?
6. Mahasiswa mengetahui model hedonic tentang pendapatan dan tingkat pendidikan
7. Mahasiswa memahami dan menjelaskan hubunganpendidikan dengan pendapatan

1………… SKENARIO PEMBELAJARAN


2…………
3…………

Kegiatan perkuliahan dilaksanakan dengan skenario sebagai berikut:


1. Perkenalan kepada materi yang akan dibahas
2. Penjelasan tentang pokok bahasan, dan kompetensi yang akan dicapai (TIU dan TIK).
3. Ringkasan materi disampaikan dengan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
4. Evaluasi pencapaian
RINGKASAN MATERI

3.1 Pendidikan dan Latihan


Investasi pada bidang sumber daya manusia adalah pengorbanan sejumlah dana yang
dikeluarkan dan kesempatan memperoleh penghasilan selama proses investasi. Penghasilan yang
diperoleh pada masa akan datang adalah tingkat penghasilan yang lebih tinggi untuk mampu
mencapai tingkat konsumsi yang lebih tinggi pula. Investasi yang demikian disebut Human
Capital. Penerapannya dapat dilakukan dalam hal: (1) pendidikan dan latihan; (2) migrasi, dan (3)
perbaikan gizi dan kesehatan.

1. Teori Human Cpital


Seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap
penambahan 1 tahun sekolah berarti disatu pihak meningkatkan kemampuan kerja dan
tingkat penghasilan seseorang. Dipihak lain, menunda penerimaan penghasilan selama
satu tahun dalam mengikuti sekolah tersebut. Jumlah penghasilan yang akan diterima
seumur hidup setelah menjalani pendidikan dihitung dalam nilai sekarang atau Net
Present Value, dinyatakan dalam model :
40
V (t )
Y ( SLTA )=∑ ¿ ¿ ¿
t =0

Dimana :
Y(SLTA) = Net Present Value
V(t) = Penghasilan pada tahun T
r = discount rate,yang menggambarkan preference seseorang atas konsumsi
barang saat sekarang dibanding dengan satu tahun yang akan datang.

Misalnya untuk melanjutkan Sarjana Muda butuh tiga tahun maka perlu biaya,
3
C (t )
B=∑ ¿ ¿ ¿
t =0

Dimana :
B = Biaya selama tambahan kuliah
C(t) = Biaya langsung

Setelah Sarjana Muda lalu bekerja maka pendapatan akan diperoleh setelah tahun keempat
sesudah tamat. Misalnya penghasilan tiap tahun (Wt), maka :
40
W (t)
Y ( sm )=∑ ¿ ¿ ¿
t =4

Jadi seorang tamatan SLTA akan melanjutkan sekolah untuk menjadi Sarjana Muda bila :
Y (sm) – B > Y (SLTA) dan sebaliknya
Bila Y (sm) – B < Y (SLTA)

2. Internal Rate of Return (IRR)


IRR dari melanjutkan sekolah dalam waktu tertentu adalah tingkat discount yang
mempersamakan hasil dari melanjutkan sekolah tersebut dengan biaya total. Biaya total
untuk melanjutkan sekolah adalah jumlah biaya tidak langsung (opportunity cost) dan
biaya langsung. Jadi dari 3 persamaan diatas dapat dirumuskan bahwa IRR dari sarjana
muda (setelah SLTA) adalah tingkat discount yang membuat :
40
V (t)
∑ ¿¿ ¿
t =0

Dimana :
V(t) = tingkat penghasilan seseorang tamatan SLTA pada tahun t
C(t) = biaya melanjutkan sekolah pada tahun t
W(t) = tingkat penghasilan seorang sarjana muda pada tahun t
Diasumsikan bahwa menjadi sarjana muda memerlukan 4 tahun setelah SLTA dan
berpenghasilan selama 36 tahun. Tamatan SLTA berpenghasilan selama 40 tahun.

Perhitungan IRR dibidang pendidikan dapat digunakan untuk beberapa tujuan. IRR privat
dalam rangka human capitaldapat digunakan beberapa hal, yaitu :
a. Sebagai dasar pengambilan keputusan mengenai apakah seseorang akan melanjutkan
sekolah atau tidak.
b. Perhitungan IRR dapat digunakan untuk menerangkan situasi kerja seperti
bertambahnya pengangguran dikalangan tenaga kerja terdidik di Indonesia.
c. Untuk memperkirakan tambahan penyediaan tenaga dari masing masing jenis dan
tingkat pendidikan beberapa tahun ke depan.
d. Dapat dipergunakan dalam menyusun kebijaksanaan pendidikan dan perencanaan
tenaga kerja.
e. Perhitungan IRR sosial terutama digunakan untuk menentukan apakah suatu program
pendidikan tertentu cukup baik untuk diselenggarakan atau tidak, dan dalam hal ini
pemilihan prioritas dari berbagai alternatif program pendidikan yang terbuka.

3. Perhitungan Privatedan Sosial


Perhitungan ini menunjukkan hubungan benefit yang diperoleh masyarakat secara
keseluruhan termasuk oleh yang bersangkutan dengan notasi V(t) biaya sosial yang
ditanggung masyarakat dengan notasi W(t). Benefit sosial mencakup benefit yang
diperoleh masyarakat secara keseluruhan termasuk oleh yang bersangkutan. DalamV(t)
dapat diperjelas lagi biaya privat dengan notasi C(t) yang hanya mencakup biaya yang
dikeluarkan oleh pelajar/mahasiswa yang bersangkutan atau orang tuanya. C(t) dinamakan
biaya sosial bila mencakup seluruh biaya pendidikan baik yang dikeluarkan oleh pelajar
atau mahasiswa yang bersangkutan, maupun biaya yang ditanggung oleh pemerintah dan
masyarakat.
4. Penggunaan IRR dalam Analisa Human Capital
Perhitungan IRR privat pada human capital dapat digunakan dalam beberapa hal seperti :
(a) dasar pengambilan keputusan untuk melanjutkan sekolah atau tidak; (b) menerangkan
situasi kerja; (c) merumuskan kebjaksanaan pendidikan dan tenaga kerja; (d) dan lain lain.

3.3 Gambaran Manfaat dan Biaya Investasi Pendidikan

Manfaat suatu investasi sangat berharga dalam beberapa waktu, mengandung dua pengertian :
(1) jika masyarakat merencanakan untuk menikmati manfaat tersebut apabila mereka menikmati
lebih awal. Artinya secara relatif manfaatnya dapat dinikmati sebagai contoh konsumsi sekarang,
tetapi ketidakpastiaan hidup membuat masa depan problematik sebagai suatu kenikmatan; (2) jika
masyarakat berencana menginvestasikan keuntungan keuangan, maka mereka memperoleh
ketertarikan dalam menginvestasikan dan kemudian memperbesar dana mereka untuk masa depan.
Masyarakat menggunakan keuntungan tersebut untuk masa yang akan datang.
Model dibawah ini menerangkan bahwa, nilai dianggap sebagai suatu alur dalam keuntungan
tahunan (B), keseluruhan waktu, termasuk lembur (T) yang dikalkulasikan sebagai berikut :
Nilai sekarang:

B1 B
Present Value= +
(l+r ) ¿ ¿

Dasar keterikatan r selama r itu positif, keuntungan masa depan akan dipotong secara
progresif. Contohnya, r = 0,68 keuntungan yang didapat dalam tiga puluh tahun akan diterima
pada keuntungan yang didapat dengan segera yaitu 55 persen diberikan pada suatu keuntungan
yang mendadak.

Gambar dibawahmenguraikan trade-off ekonomi yang terlibat dalam keputusan pekerja.


Angka tersebut menunjukkan profil pendapatan usia (yaitu, jalur upah selama siklus hidup) yang
terkait dengan setiap alternatif. Saat memasuki pasar kerja, lulusan SMA mendapatkan W HS dolar
setiap tahun sampai usia pensiun, yang terjadi ketika pekerja berusia 65 tahun. Jika orang tersebut
memilih untuk kuliah, dia menyerahkan WHS dolar untuk penghasilan pekerja, dan menanggung
biaya "langsung" dari H dolar untuk menutupi biaya kuliah, buku, dan biaya. Setelah lulus, dia
mendapatkan dolar WeOL setiap tahunnya sampai pensiun.

GAMBAR : Potensi penghasilan yang dihadapkan pada lulusan sekolah menengah atas
seseorang yang berhenti sekolah setelah mendapatkan ijazah SMA-nya bisa mendapatkan WHS
dari usia 18 sampai usia pensiun. Jika dia memutuskan untuk kuliah, dia tidak memperhitungkan
pendapatan ini dan menghasilkan biaya dolar H selama empat tahun dan kemudian menghasilkan
WeOl sampai usia pensiun.
3.4 Pendidikan Berperan Tingkatkan Kualitas SDM

Peningkatan kualitas SDM menjadi perhatian semua pihak dalam memasuki era millenium ini.
Terlebih dalam suasana krisis multidimensi, masyarakat membutuhkan dukungan berbagai pihak
untuk menghadapi persaingan bebas. Untuk itu pendidikan memegang peranan penting bagi
peningkatan kualitas sumber daya yang dimiliki. Krisis ekonomi memberi pengalaman, negara
negara yang mempunyai kualitas SDM baik akan lebih cepat bangkit dan krisis. Sementara negara
yang memiliki SDM tidak baik akan kesulitan menghadapi krisis ekonomi bahkan mengakibatkan
krisis multidemensional.
Indikator kualitas SDM dapat berupa tingkat pendidikan dan tingkat penduduknya. Dengan
demikian negara berkembang seperti Indonesia untuk memacu pertumbuhan ekonomi memerlukan
SDM berkualitas. Namun tingginya kualitas itu tidak dapat diukur dengan angka angka semata,
melainkan diukur dengan apa yang dihasilkan. Dampak investasi SDM negara maju mampu
melebihi dampak investasi fisik. Dengan demikian dana yang digunakan untuk investasi SDM
relatif lebih sedikit dibandingkan investasi fisik untuk menumbuhkan laju pertumbuhan ekonomi
yang sama.

Gambar dibawah mengilustrasikan upah sekolah, yang memberi gaji bahwa pengusaha
bersedia membayar pekerja tertentu untuk setiap tingkat sekolah. Jika pekerja mendapat ijazah
SMA, gaji tahunannya adalah $20.000; sedangkan jika mendapat 18 tahun bersekolah, gaji
tahunannya naik menjadi $30.000. Tempat kerja guru-upah ditentukan oleh pasar. Dengan kata
lain, gaji untuk setiap tingkat sekolah ditentukan oleh persimpangan pasokan pekerja dengan
sekolah tersebut dan permintaan untuk pekerja tersebut. Dari sudut pandang pekerja, gaji yang
terkait dengan setiap tingkat sekolah adalah konstan.

GAMBAR : Upah Sekolah


Tempat kerja memberikan gaji yang akan diperoleh pekerja tertentu jika menyelesaikan
tingkat pendidikan tertentu. Jika pekerja lulusan SMA, dia menghasilkan $20.000 per tahun. Jika
dia kuliah di perguruan tinggi selama satu tahun, dia memperoleh $23.000.

3.5 Pendidikan Mahal

Tiap tahun ajaran baru, masyarakat Indonesia terutama para orang tua selalu diresahkan biaya
pendidikan anak anaknya yang kian mahal. Sebuah taman kanak kanak swasta di Jakarta misalnya,
ada yang memungut uang masuk Rp.20 juta.

a. Mutu Pendidikan
Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) – yang salah ukurannya adalah
tingkat pendidikan – yang dikembangkan United Nation Development Programme
(UNDP), Indonesia ada pada posisi sekitar 40 persen terbawah diantara 174 negara yang
dinilai. Malaysia ada pada kisaran 40 persen teratas, sementara Singapura pada kisaran 15
persen teratas. Dari indikator ini, Indonesia harus bekerja keras agar dapat mengejar
ketertinggalan dengan negara tetangga dan negara lain di dunia agar dapat bersaing di era
globalisasi.
b. Akses Pendidikan

Selain peningkatan mutu pendidikan, Indonesia juga perlu memperluas akses


pendidikan untuk masyarakat. Oleh karena hampir 2/3 angkatan kerja kita masih
berpendidikan SD kebawah, maka upaya peningkatan tingkat pendidikan adalah melalui
pendidikan masal, yaitu melalui wajib belajar 9 tahun. Namun program ini terkesan tidak
sepenuh hati, pemerintah mewajibkan belajar warganya 9 tahun, tetapi tidak dibarengi
aturan tegas bagaimana bila orang tua tidak mau menyekolahkan anaknya, apakah
pemerintah akan memberikan beasiswa karena kenyataannya wajib belajar 9 tahun tidak
gratis meski oleh pemerintah dikatakan gratis.
Malaysia dan Singapura menganggarkan sekitar 25 persen anggaran belanja negaranya
untuk pendidikan. Konsekuensinya, tingkat pendidikan di negara itu relatif tinggi seperti
dilaporkan UNDP.

c. Pusat Karir Perguruan Tinggi

Penyerapan kesempatan kerja merupakan isu krusial institusi perguruan tinggi, maka
perlu dibekali keterampilan dan pengetahuan bagi lulusannya sehingga dapat melakukan
transisi secara efektif memasuki dunia kerja. Lembaga pelayanan karir perlu dibentuk di
perguruan tinggi. Pusat karir ini merupakan bentuk tanggung jawab institusi pada
mahasiswanya dalam bentuk memberikan pelayanan informasi dan bimbingan karir bagi
mahasiswanya. Pusat karir dapat difungsikan untuk membekali keterampilan keterampilan
tambahan yang diperlukan lulusan perguruan tinggi untuk bekerja. Program program yang
ditawarkan antara lain: keterampilan presentasi pemecahan masalah, komunikasi,
kepemimpinan dan keterampilan team work.

d. Akreditasi Perguruan Tinggi Tidak Efektif

Permasalahan yang ada sekarang adalah kerja Badan Akreditasi Nasional (BAN) dinilai
tidak efektif oleh berbagai kalangan. Kritik yang marak terhadap kinerja BAN adalah
adanya praktek manipulasi akreditasi dan susunan keanggotaan BAN didominasi oleh
birokrat bukan kalangan independen. Keanggotaan susunan BAN sepatutnya dari kalangan
profesional yang independen untuk menghindari manipulasi akreditasipada saat kunjungan
dan penilaian di lapangan. Sitem akreditasi oleh BAN tidak mencampuradukkan
kompetensi universitas bidang riset dan pengajaran serta pendekatan
administrasi/birokratis yang membuat sistem ini tidak mampu mendorong peningkatan
kualitas pengajaran.

e. Investasi Pendidikan Ditingkatkan

Dari fakta dilapangan, bantuan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk
pendidikan dasar dan menengah tidak mencukupi kebutuhan minimal untuk
mengoperasikan sistem pendidikan. Akibatnya, pengelola “berkreasi” mencari tambahan
dana dari orang tua murid. Apakah salah pengelola yang melakukan terobosan ini untuk
kelangsungan hidup di sekolahnya ?
Menurut para pengelola pendidikan tinggi dalam suatu dialog di televisi, anggaran
pemerintah untuk pendidikan tinggi di sleuruh Indonesia hanya sepertiga anggaran satu
universitas di Jepang. Angka ini menggambarkan kecilnya bantuan pemerintah untuk
perguruan tinggi. Sebaliknya kita lebih mementingkan masalah pembangunan fisik karena
hasilnya akan segera tampak dan hal ini amat menguntungkan untuk tujuan politis.
Akibatnya terjadi ketimpangan antara pembangunan fisik yang kencang di satu sisi dan
pembangunan manusia yang lambat disisi lain, yang menyebabkan ketidakefektifan atau
ketidaksiapan SDM kita dalam memanfaatkan infrastruktur yang kita bangun dengan
biaya mahal.
Pemerintah dapat memberi insentif keringanan pajak atau insentif lain bagi warga atau
pengusaha yang menggunakan dananya untuk pendidikan. Pemerintah dan DPR
hendaknya lebih peduli dan sensitif pada kepentingan pendidikan masyarakat dengan
memperjuangkan anggaran lebih besar. Sementara pengelola pendidikan diharapkan
mengefisiensikan sumber dana yang dimiliki

3.6 Apakah Pendidikan merupakan Penanaman Modal Sosial yang Baik ?

Amerika menghabiskan sekitar 7 persen dari GNP untuk pendidikan formal (SD, SMU dan
Perguruan Tinggi). Jika pendapatan murid SMU dan mahasiswa juga dimasukkan, jumlah ini akan
meningkat hingga 10 persen. Bagian pengeluaran ini dibenarkan oleh kebutuhan kita akan adanya
masyarakat terpelajar, bicara bahasa umum dan berbagai nilai nilai umum, pada bagian ini
khususnya tingkat SMU dan perguruan tinggi dibenarkan dengan alasan mempertinggi
produktivitas pekerja.
Apakah sekolah benar benar merupakan alat pemilih atau penambah poduktivitas bukanlah
suatu pertanyaan yang penting untuk seseorang. Apapun peraturan sekolah, sekolah tambahan
memang meningkatkan pendapatan seumur hidup seseorang. Prinsip pendeteksian dianggap
penting pada tingkat sosial. Jika tujuan utama sekolah adalah untuk menyeleksi, kenapa malah
memperkuat perluasan penanaman modal atau peningkatan kualitatif sekolah? Jika 40 tahun lalu,
menjadi lulusan SMU ditandai dengan intelegensi diatas rata rata dan disiplin kerja, kenapa
mengenai biaya terbesar dari perkuliahan hanya untuk mencari tau bahwa sekarang kualitas ini
ditandai dengan gelar sarjana? Isinya bahkan lebih penting pada negara yang kurang berkembang.
Dimana kesalahan dalam menempakan sumber modal yang sangat jarang dapat menjadi bencana.

3.7 Model Hedonic tentang Pendapatan dan Tingkat Pendidikan

Teori kapital manusia untuk mengetahui tentang permintaan untuk pendidikan dan perbedaan
hubungan pendidikan dan pembayaran. Penambahan ini digunakan teori Hedonic tentang upah
untuk mengetahui faktor utama tentang gangguan positif antara upah dengan pendidikan. Jadi ini
membicarakan tentang gabungan pembayaran tinggi dengan tingkat pendidikan lebih tinggi
menggantikan perbedaan upah.
Harapan meningkatkan pendapatan membutuhkan dorongan kepada orang orang untuk
investasi dalam pendidikan dan program pembelajaran. Tentu saja, pendidikan tidak didapat
semua untuk tujuan konsumsi. Orang-orang tidak hanya mendapatkan investasi dalam pendidikan
atau percobaan tetapi pengalaman bahwa bagaimana mengerjakannya, mereka dapat meningkatkan
pendapatan dimasa depan atau keuntungan fisik. Untuk mendapatkan keuntungan besar,
bagaimanapun harus melakukan pembayaran untuk keuntungan besar. Untuk itu, kebutuhan
menguji memahami pasar sepenuhnya dengan membuat prediksi lebih 200 tahun lagi oleh Adam
Smith bahwa upah muncul dengan kesulitan dan ruang pembelajaran kerja.
a. Permintaan Sampingan (Pengangguran)
Dalam permintaan di pasar, pengangguran harus mempertimbangkan apapun, karena
mereka akan membayar dengan upah tinggi untuk pendidikan pekerja yang terbaik. Jadi
mereka harus juga memutuskan bagaimana untuk membayar tambahan untuk tiap tahun.
Ilustrasi tentang pengangguran hubungannya dengan upah/pendidikan. Pengangguran Y
dan Z akan membayar agar mendapatkan lebih baik – mengajarkan pendidikan perorangan
(untuk contoh konstan). Karena mereka mempunyai penemuan bahwa pendidikan terbaik
pekerja lebih produktif. Jadi, mereka mendapat beberapa tingkat keuntungan dengan
membayar tanpa menurunkan upah sedikitpun untuk pendidikan pekerja atau upah tinggi
untuk pendidikan pekerja.

Curva Isoprofit mempunyai tiga karakter penting :


1. Untuk setiap perusahaan kurva cekung adalah mereka mendapatkan tambahan atas
pendidikan. Hasil cekung ini dari penerimaan, pada titik yang sama, manfaat yang
diperoleh majikan adalah tambahan dari pekerja sekolah mulai merasakan kemerosotan.
Dengan kata lain, penerimaan sekolah kita adalah subyek untuk memperoleh hasil yang
kurang dalam produk rata rata
2. Kurva Isoprofit adalah zero profit – kurva. Tidak ada perusahaan dapat membayar gaji
lebih tinggi untuk setiap tingkat dan pendidikan daripada indikasi ini diatas kurva, jika
mereka melakukan juga, penerimaan mereka akan negatif/turun dan mereka akan
mengehentikan operasional.
3. Kebaikan yang ditambah dari tahun ekstra dari sekolah lebih kecil dalam perusahaan Y
daripada dalam perusahaan Z, penyebab Y untuk memiliki tambahan kurva isoprofit.
Perusahaan Y untuk contoh, mungkin diskon toko dimana “menjual” adalah sesuatu yang
terjadi dalam pekerjaan daftar keuangan. Ketika pendidikan orang lebih baik mungkin
lebih produktif, mereka tidak akan lebih banyak barang berharga daripada pendidikan
orang lebih kecil, karena itu perusahaan Y tidak akan membayar mereka lebih banyak.
Perusahaan Z, dijalan lain mungkin teknik alat penjualan untuk sementara pendidikan dari
fisik dan masalah keahlian pelayansangat dibutuhkan. Dalam perusahaan Z, tambahan
pendidikan bertambah relatif lebih luas kenaikan gajinya untuk pekerja produktif.

3.8 Pendidikan dan Pendapatan

GAMBAR : Sekolah dan penghasilan bila pekerja memiliki kemampuan yang berbeda.
Ace dan Bob memiliki tingkat diskonto yang sama (r) namun masing-masing pekerja
menghadapi loket upah yang berbeda. Ace keluar dari sekolah menengah atas dan Bob
mendapat ijazah SMA. Perbedaan upah antara Bob dan Ace (orwHS - WDROP) sedikit
banyak karena Bob pergi ke sekolah selama satu tahun lagi dan karena Bob lebih mampu.
Akibatnya, upah ini berbeda. Seberapa besar pendapatan Ace yang akan meningkat jika dia
menyelesaikan sekolah menengah atas (atau WACE - WDROP) ?

Berdasarkan perspektif investasi modal manusia, keputusan untuk langsung bekerja maupun
melanjutkan kuliah di perguruan tinggi terlebih dulu didasarkan pada keuntungan yang diterima
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan selama melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Hal
ini sesuai dengan gambar berikut:

Keuntungan dan Biaya Jika Melanjutkan Kuliah di Perguruan Tinggi

Dari gambar tersebut ada dua strategi berinvestasi, yaitu :


1. Menyelesaikan SMA-nya (padausia 18 tahun) dan pada usia itu pula memutuskan untuk
langsung bekerja sampai berusia 65 tahun. Hal ini digambarkan oleh kurva SMA.
2. Melanjutkan kuliah selepas SMA pada usia 18 tahun sampai 21 tahun dan bekerja pada
usia 22 tahun sampai usia 65 tahun. Hal ini digambarkan oleh kurva Perguruan Tinggi.

Biaya yang dikeluarkan untuk kuliah di perguruan tinggi ada dua tipe. Pertama, biaya
langsung yang dikeluarkan meliputi biaya SPP, biaya untuk pembelian buku dan biaya-biaya
lain (termasuk biaya hidup apabila melanjutkan kuliah di luar kota atau di luar negeri). Dari
gambar tersebut biaya langsung ada di area b. Jumlah biaya langsung tergantung pada banyak
faktor misalnya apakah kuliah di universitas negeri atau swasta, apakah memperoleh beasiswa
atau tidak dan sebagainya.
Tipe kedua adalah opportunity cost jika melanjutkan kuliah di perguruan tinggi yaitu
pendapatanyang hilang karena melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Opportunity cost ini
digambarkan di area a. Jumlah pendapatan yang hilang ini tergantung apakah bekerja secara
paruh waktu (part time) atau penuh (full time).

Keuntungan yang diperoleh apabila melanjutkan kuliah di perguruan tinggi adalah


pendapatan yang tinggi di kemudian hari sesuai dengan tingkat pendidikan yang diperolehnya.
Jadi di sini ada gap pendapatan antara lulusan SMA dan lulusan perguruan tinggi, dari gambar
ditunjukkan oleh kurva SMA yang semakin menurun dan berada dibawah kurva perguruan
tinggi. Sedangkan kurva perguruan tinggi semakin meningkat.

Gaiha (1993) menjelaskan bahwa pendidikan berperan penting dalam kesejahteraan


seseorang dengan berbagai cara yang berbeda. Pendidikan dapat meningkatkan kemampuan
penduduk untuk memperoleh dan menggunakan informasi, dan memperdalam pemahaman
akan perekonomian, memperluas produktivitas, dan memberi pilihan kepada penduduk
apakah berperan sebagai konsumen, produsen atau warga negara. Selain itu pendidikan adalah
mempunyai korelasi yang positif dengan penghasilannya selama hidup seseorang. Sumarso
(2003) menjelaskan dalam human capital hasil investasi dalam bidang pendidikan adalah
berupa peningkatan kemampuan atau produktivitas tenaga kerja, yang mana dengan
peningkatan produktivitas kerja tersebut akan dapat memberikan tingkat penghasilan yang
lebih tinggi pada tenaga kerja tersebut.

Borjas (2004) menjelaskan tiga hal penting hubungan antara upah dan pendidikan:
1. Kurva upah-pendidikan miring ke kanan atas. Pekerja yang memiliki pendidikan yang
lebih tinggi akan mendapatkan upah melebihi pekerja yang pendidikannya rendah.
2. Garis upah-pendidikan menggambarkan seberapa banyak pekerja memperoleh tambahan
pendapatan jika mereka dapat melanjutkan sekolah satu tahun atau lebih.
3. Upah-pendidikan cekung. Setiap tambahan satu tahun dari sekolah akan menghasilkan
tambahan sedikit pengetahuan secara bertahap.
EVALUASI

Latihan :

1. Jelaskan manfaat dan biaya investasi pendidikan


2. Tulislah rumus menghitung NPV dan IRR dalam teori human capital
3. Kenapa pendidikan mahal ?
4. Jelaskan model Hedonic tentang pendapatan dan tingkat pendidikan

REFERENSI

 Borjas, George J., 2005. Labor Economics. Third Edition. McGraw-Hill. Irwin. New York.
 Ch. 7
 Sonny, Sumarsono, 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia : Teori dan Kebijakan Publik.
Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.  Bab 7
 Payaman, J Simanjuntak, 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta  Bab 4
 Andri, Yulianto.2013. Jurnal Pengaruh Tingkat Pendidikan TerhadapTingkat Upah Di
Indonesia. Vol.6.No.2

4 MOBILITAS PEKERJA

PENDAHULUAN
Pokok bahasan dalam materi Mobilitas Pekerja meliputi pengertian dan perluasan analisis dari
emigrasi, imigrasi, pekerja yang keluar masuk, perpindahan pekerja, globaliasi dan pekerja
internasional, trafficking, migrasi internal, migrasi keluarga, dan manfaat ekonomi dari migrasi.

TUJUAN INSTRUKSIONALUMUM

Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa mampu menganalisis tentangmobilitas penduduk


(migrasi) yang didasari pada geografis, internal dan keluarga.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

1. Mahasiswa mengetahui migrasi (emigrasi, imigrasi, net migrasi) dan pertukaran


2. Mengetahui mobilitas pekerja atau migrasi yang didasarkan pada geografis, hubungan
keluarga dan petualangan serta perdagangan tenaga kerja.
3. Mengetahui manfaat diperoleh dari adanya migrasi (remiten)

1………… SKENARIO PEMBELAJARAN


2…………
3…………

Kegiatan perkuliahan dilaksanakan dengan skenario sebagai berikut:


1. Perkenalan kepada materi yang akan dibahas
2. Penjelasan tentang pokok bahasan, dan kompetensi yang akan dicapai (TIU dan TIK).
3. Ringkasan materi disampaikan dengan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
4. Evaluasi pencapaian

RINGKASAN MATERI

4.3 Pertukaran, Migrasi dan Imigrasi

Migrasi bukan fenomena baru di Indonesia. Pada masa penjajahan dan kemudian pada
pemerintahan Orde Baru, transmigrasi ditetapkan sebagai kebijakan pemerintah dan dijalankan
dibawah pengawasan Departemen Transmigrasi mulai awal 1980-an. Pemerintah memperluas
program transmigrasi ini dengan memasukkan ekspor tenaga kerja secara besar besaran ke negara
lain, seperti Arab Saudi, Negara negara Timur Tengah, Malaysia, Singapura, Hongkong, Brunei,
Taiwan dan Jepang.Arab Saudi dan Malaysia saat ini pemakai terbesar buruh migran Indonesia.
Permintaan yang tinggi terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang terbilang murah ini serta
tingginya angka pengangguran membuat pemerintah menetapkan kebijakan untuk meningkatkan
pasokan buruh migran. Pendapatan buruh migran juga menjadi faktor penting dalam
perekonomian Indonesia. Laporan Bank Indonesia (2003) mengestimasi jumlah resmi pengiriman
uang oleh buruh migran mencapai lebih dari USD 1 milliar sejak tahun 1999.
Para buruh migran sering tidak memperoleh keuntungan sebagaimana layaknya. Hal ini terjadi
karena eksploitasi tidak hanya menimpa buruh dinegara tujuan saja. Namun dalam setiap laporan
(proses) mulai dari perekrutan, pemberangkatan, transisi, tujuan, hingga kembalinya ke tanah air.

GAMBAR :Probabilitas daribermigrasimelintasi negara bagian di2000-2001, pada umur


danpencapaian pendidikan di Amerika Serikat.
Sumber: U.S. Birodari Sensus, GeografisMobilitas:Maret 2000 sampaiMaret 2001, Tabel 6:
"Mobilitas Umumdari Orang 25 Tahundan Atas, menurut Wilayah,Umur, dan
PendidikanPencapaian":www.census. gov /populasi, www / socdemo /bermigrasi /
cps2001.html

4.4 Pekerja yang Keluar Masuk

Perkembangan dunia menjelang era globalisasi dalam bidang ketenagakerjaan ditentukan juga
oleh faktor faktor demografi seperti besar dan sifat dari angkatan kerja. Di Indonesia angkata kerja
yang bekerja tumbuh dalam jumlah yang cukup besar yaitu kira kira 2,5 juta per tahun selama
masa Orba (Pelita VI). Hal ini disamping disebabkan oleh tingkat fertilitas yang cukup tinggi juga
karena banyaknya wanita yang memasuki angkatan kerja. Sebelumnya mereka hanya mengurus
rumah tangga saja. Suatu hal yang lebih penting saat ini negara kita menghasilkan tenaga kerja
yang lebih terampil dan terdidik. Surplus tenaga kerja tersebut sangat potensial untuk di ekspor ke
berbagai negara.
Upaya pemerintah untuk menggalakkan penerimaan tenaga kerja khususnya tenaga kerja
wanita ke luar negri tidaklah sia sia karena secara nyata migrasi internasional dapat menopang
program pemerintah untuk meningkatkan pendapatan keluarga (secara mikro) dan secara makro
dapat diandalkan untuk memperbesar devisa negara.
Sebagai sumber devisa andalan, migrasi internasional memiliki keunggulan sebagai berikut :
a. tidak membutuhkan anggran yang besar dari pemerintah baik pusat maupun daerah,
b. remiten yang dikirimkan oleh pekerja di samping sebagai sumber devisa juga langsung
dapat dinikmati oleh pekerja itu sendiri, dan
c. dapat membantu program Keluarga Berencana (KB).

Kebijaksanaan perluasan kesempatan kerja erat pula kaitannya dengan kebijaksanaan


kependudukan. Hal ini mengisyaratkan bahwa penurunan angkatan kerja dapat dilakukan dengan
pengurangan laju pertumbuhan penduduk.
Didalam mencapai sasaran pemerataan pembangunan, perlu diambil langkah langkah sebagai
berikut :
a. membina kesempatan kerja dalam sektor informal
b. memperluas dan mengintensikan pemakaian pusat-pusat pelatihan dan keterampilan. Hal
ini akan memungkinkan tenaga kerja berpendidikan rendah memperoleh pendidikan
praktis didalam memasuki pasar kerja.
c. Meningkatkan program transmigrasi sebagai suatu usaha untuk memperluas lapangan
kerja di sektor pertanian.
d. Meningkatkan pembangunan daerah dengan memberikan tekanan kepada pengembangan
sektor informal di daerah masing masing.
e. Perbaikan struktur keahlian dalam bidang bidang pendidikan sesuai dengan kebutuhan
tenaga kerja.
f. Pendekatan pembangunan yang harus berorientasi pada kegiatan yang banyak menyerap
tenaga kerja, tanpa mengorbankan tingkat pertumbuhan ekonomi yang diinginkan.
g. Investasi pada bidang bidang kegiatan ekonomi sejauh mungkin diarahkan pada kegiatan
padat karya.
h. Peningkatan mobilitas tenaga kerja antar daerah dan antar negara (migrasi internasional).

GAMBAR : Surplus Imigrasi


Sebelum Imigrasi, ada N pekerja pribumi dalam ekonomi dan pendapatan nasional diberikan
oleh ABN0 trapezoid. Imigrasi meningkatkan pasokan tenaga kerja kepada pekerja M dan
pendapatan nasional diberikan oleh ACMO trapesium. Imigran dibayar total FCMN dolar
sebagai gaji. Surplus imigrasi memberi kenaikan pendapatan nasional yang diperoleh
penduduk asli dan diberikan oleh wilayah di segitiga BCF.
Menurut Genardo(1991), migrasi internasional akan tanggap terhadap kekuatan-kekuatan
ekonomi seperti halnya kekuatan kekuatanyang mempengaruhi migrasi internal (lokal), akan tetapi
perpindahan internasional sering dihalangi oleh berbagai peraturan dan kebijaksanaan (pertama
tama dari negara penerima) yang dimaksudkan untuk mengendalikan arus migrasi. Emigrasi
mengacu pada orang-orang yang meninggalkan sebuah negara tertentu, sedangkan Imigrasi
mengacu kepada orang orang yang pindah ke negara itu baik yang secara formal berganti
kewarganegaraan atau tidak.

Menurut Hugo (1990), penyebab utama meningkatnya migrasi dari negara negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia ke luar negeri (dalam hal ini Malaysia) adalah disebabkan oleh
adanya kekurangan tenaga kerja (labour shortage) akibat pertumbuhan ekonomi yang pesat di
negara tujuan. Sementara Chund (1990) yang melakukan penelitian mengenai migrasi ke wilayah
Arab menyatakan bahwa terdapat kira kira 5 juta pekerja (migran) dari berbagai negara termasuk
Indonesia di Arab Saudi.

Menurut Pike dan Steffen (1995)bahwa dimasa yang akan datang negara negara yang maju
khususnya di kalangan asia timur seperti Jepang, Korea dan Taiwan akan mengalami tekanan
tekanan migrasi balik karena alasan permintaan maupun alasan penawaran tenaga kerja yang
meningkat. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Rahman dan Martino (1991) yang meneliti
pengaruh penurunan kurs dan meningkatnya upah nominal terhadap jumlah ekspor tenaga kerja di
Asia dan Afrika termasuk Indonesia menunjukkan bahwa kedua faktor tersebut sangat peka
terhadap perubahan kurs. Penelitian yang dilakukan oleh Taikong dan Calos (1994), bahwa
peranan calo (broker) tenaga kerja dalam pengiriman tenaga kerja keluar negeri (migrasi
internasional) sangat besar walaupun tidak selalu menguntungkan pihak migran.
1. Mobilitas Pekerja Spesifik : Penggunaan Tenaga Kerja Asing khusus di bidang Kesehatan.
Tantangan pembangunan masa yang akan datang maupun saat ini masih berorientasi
kepada :
a. Penyediaan lapangan kerja dan kualitas sumber daya manusia
b. Peningkatan pendapatan negara guna membiayai pembangunan maupun melunasi
pinjaman luar negeri dengan diperlukannya investasi, sehingga dapat memacu
pertumbuhan ekonomi lebih dari 6 persen rata rata per tahun
c. Mobilisasi dana investasi yang lebih kurang 73 persen diharapkan berasal dari swasta
melalui PMA/PMDN
d. Fungsi pemerintah yang lebih terfokus pada penciptaan iklim usaha dan investasi yang
kondusif melalui serangkaian deregulasi/debirokratisasi

Makna kebijakan kebijakan tersebut tidak lain adalah untuk :


a. Lebih meningkatkan dan mendorong investasi
b. Mencapai efisiensidan produktivitas guna mendorong pertumbuhan ekonomi
c. Meningkatkan dan memperluas ekspor non migas, kesempatan berusaha dan
kesempatan kerja, seiring dengan penyiapan sumber daya manusianya yang
kompetitif.

Masalah kesempatan kerja perlu mendapat perhatian. Salah satu pokok yang sering
dipertanyakan adalah bagaimana menciptakan lapangan kerja bagi warga negara Indonesia yang
sekaligus memberikan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana amanat pasal 27 ayat
2 UUD 1945.
Beberapa masalah kependudukan belum dapat teratasi, antara lain pertumbuhan penduduk
yang masih relatif tinggi, penyebarannya tidak merata, strukturnya yang usia muda dan tingkat
penguasaan teknologi serta keterampilannya yang masih rendah. Oleh karena itu berbagai upaya
pengembangan sumber daya manusia perlu ditingkatkan agar tersedia jumlah dan kualitas tenaga
kerja yang bermutu.

Kebijaksanaan Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Dalam pembangunan nasional dan era globalisasi dewasa ini, kehadiran tenaga asing tidak
dapat dihindari disebabkan :
a. Dalam rangka alih keterampilan dan teknologi
b. Adanya jabatan-jabatan yang belum dapat diisi oleh tenaga kerja Indonesia
c. Dalam rangka pengamanan investasi modal asing di Indonesia. Namun demikian
kehadiran tenaga kerja asing, sesuai dengan prinsip kebijaksanaan penggunaan tenaga
kerja asing harus membawa dampak terjadinya lapangan usaha, lapangan kerja, alih
keterampilan dan teknologi, dan peningkatan ekspor khususnya ekspor non migas.

Hal ini berarti bahwa kehadiran tenaga kerja warga negara asing harus membawa dampak
secara langsung terhadap :
1. Terjadinya perluasan kesempatan kerja dan perlindungan terhadap pasar kerja dalam
negeri.
2. Perluasan lapangan usaha yang mengantisipasi alih keterampilan dan teknologi.
Kebijaksanaan pembatasan tenaga kerja asing dimulai sejak tahun 1958 dengan
diberlakukannya UU No.3/1958 tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing. Sesuai dengan
penjelasan umum Undang Undang tersebut pembatasan dmaksudkan untuk :
1. Pertama, menjamin bagian yang layak dan kesempatan kerja bagi warga negara
Indonesia
2. Kedua, memenuhi hasrat bangsa Indonesia menduduki tempat-tempat yang layak
dalam berbagai lapangan kerja yang pada saat itu masih diduduki oleh orang asing.

Dalam menghadapi persaingan internasional khususnya dalam memacu peningkatan ekspor


non migas maka persyaratan persyaratan mutu untuk ekspor menjadi makin penting. Daya saing
harus ditingkatkan antara lain melalui kemampuan modal asing dan UU No.6/1968 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri maka kecenderungan pemakaian tenaga kerja asing di Indonesia
meningkat.
Untuk menanam investasi modal asing di Indonesia maka harus :
1. Memprediksi kebutuhan negara negara sasaran ekspor
2. Merancang produk produk yang sesuai modeselera, kebiasaan dan iklim negara negara
tujuan ekspor
3. Menyajikan mutu yang tinggi dan memenuhi syarat-syarat negara tujuan
4. Menyiapkanbarang barang sesuai kontrak waktu
5. Untuk mencapai sasaran tersebut diatas perlu pemilihan teknologi yang tepat,
pemilihan mesin-mesin dengan kapasitas yang tepat dan mencapai mutu yang
dikehendaki.

Legal Aspek Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Bidang Kesehatan

Dalam rangka untuk menarik investasi dari luar negeri, tanpa mengurangi prinsip
kebijaksanaan penempatan tenaga kerja asing, maka perlu diciptakan iklim investasi yang sejuk.
Pertama, Indonesia perlu menciptakan iklim politik yang stabil dan kondusif bagi
pembangunan ekonomi yang memiliki wawasan global, baik dari segi pemasaran maupun
pemilikan modal. Iklim politik ini perlu memiliki wawasan ke masa depan yang jelas, memberikan
kepastian dan stabilitas yang dapat menjadi lahan yang subur bagi tumbuhnya kepercayaan para
penanam modal asing.
Kedua, para penanam modal perlu mendapat keyakinan bahwa semua sistem pendukung yang
diperlukan untuk melancarkan produksi tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan mutu yang
tinggi.
Ketiga, para pemilik modal akan menanamkan modalnya di Indonesia hanya bila mereka
yakin bahwa kebijaksanaan pemerintah memungkinkan mereka mendapatkan keuntungan secara
ekonomis dan finansial.
Keempat, kesadaran kita untuk menjadi bagian integral dari jaringan global dalam bidang
ekonomi dan perdagangan dengan sendirinya akan menyebabkan kita lebih banyak bersentuhan
dengan asing.

4.5 Perpindahan Petualang Pekerja


1. Permasalahan Pekerja Migran

Pekerja migran adalah orang yang bermigrasi dari wilayah kelahirannya ke tempat lain dan
kemudian bekerja ditempat yang baru tersebut dalam jangka waktu relatif menetap. Pekerja
migran mencakup sedikitnya dua tipe : pekerja migran internal dan pekerja migran
internasional. Pekerja migran internal berkaitan dengan urbanisasi, sedangkan pekerja
migran internasional tidak dapat dipisahkan dari globalisasi.

Pekerja migran internal (dalam negeri) adalah orang yang bermigrasi dari tempat asalnya
untuk bekerja di tempat lain yang masih termasuk dalam wilayah Indonesia. Oleh karena
perpindahan penduduk umumnya dari desa ke kota (rural to urban migration), maka pekerja
migran internal seringkali diidentikkan dengan “orang desa yang bekerja di kota”

Pekerja migran internasional (luar negeri) adalah mereka yang meninggalkan tanah airnya
untuk mengisi pekerjaan di negara lain. Di Indonesia, pengertian ini menunjuk pada orang
Indonesia yang bekerja diluar negeri atau yang dikenal dengan istilah Tenaga Kerja
Indonesia (TKI). Oleh karena persoalan TKI ini seringkali menyentuh para buruh wanita
yang menjadi pekerja kasar di luar negeri, TKI biasanya di identikkan dengan Tenaga Kerja
Wanita (TKW atau Nakerwan)

GAMBAR : Imigrasi legal ke Amerika Serikat sampai dekade 1820 - 2000


Sumber: Dinas Imigrasi dan Naturalisasi A.S. Srarisncal Yearbook of Immigration and
1Varura! Izarion Service, 2000, Washington, DC: Govern
Kantor Pencetakan. 2000. hal. 8
Urbanisasi dan Pekerja Migran Internal

Urbanisasi adalah “proses pengkotaan” atau proses perubahan suatu desa menjadi kota.
Secara nasional, urbanisasi bisa dilihat dari proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan dan
proporsi orangyang bekerja di sektor non pertanian.

Persoalan utama pekerja migran internal adalah terkait erat dengan kondisi sektor informal
perkotaan yang kerap disebut sebagai “underground economy”. Sebagai contoh, mereka
yang bekerja sebagai pedagang kaki lima kerap menghadapi masalah seperti penggusuran,
permodalan yang kecil, konflik dengan penduduk setempat, konflik dengan pengguna lahan
publik lain (pejalan kaki, sopir angkutan kota, pemilik mobil pribadi, pemilik toko) dan
konflik dengan petugas keamanan.

2. Globalisasi dan Pekerja Migran Internasional

Globalisasiadalah proses menyatunya negara-negara seantero dunia. Dalam globalisasi,


perdagangan barang dan jasa, perpindahan modal, jaringan transportasi, serta penukaran
informasi dan kebudayaan bergerak secara bebas keseluruh dunia seiring dengan meleburnya
batas batas negara.
Globalisasi ternyata juga mendorong perpindahan tenaga kerja antar negara. Dewasa ini
penduduk dunia bergerak meninggalkan tanah airnya menuju negara lain yang menawarkan
pekerjaan dengan upah lebih tinggi.
Menurut Elwin Tobing (2003) arus migrasi tenaga kerja diperkirakan akan terus
meningkat setiap tahunnya sejalan dengan melonggarnya hambatan hambatan resmi migrasi
di negara negara yang tergabung dalam World Trade Organization(WTO). Melonjaknya
arus migrasi ini pada hakekatnya merupakan resultance dari perbedaan tingkat kemakmuran
antara negara maju dan berkembang.

4.6 Ikhtisar Sistem Izin Kerja bagi Orang Asing di Indonesia

1. Gambaran sistem kerja


Adalah sebuah sistem untuk perusahaan yang tidak bisa mendapatkan tenaga kerja dalam
negeri untuk dapat mempekerjakan tenaga kerja orang asing secara sah dan dalam batas
yang layak yang langsung dikelola oleh negara.
a. Mendirikan sebuah sistem yang efisien dalam manajemen dan pengaturan pekerja
orang asing.
b. Perlindungan terhadap hak asasi dan persyaratan kerja seimbang dengan negara
lainnya
c. Untuk mencegah masalah manipulasi, pemerintah langsung menyeleksi dan mengirim
pekerja orang asing.

2. Jenis kerja yang diizinkan untuk pekerja orang asing


Industri manufaktur, industri kontruksi, industri pertanian dan peternakan (industri
bercocok tanam, peternakan), industri perikanan, industri pelayanan (gudang
pendingin/pembekuan, restoran, pelayanan pendukung industri, kesejahteraan sosial,
pelayanan kebersihan, bengkel perbaikan mobil, perawat, pembantu rumah tangga)

3. Status hukum dari tenaga kerja orang asing


Semua pekerja orang asing selama masa kontrak kerja mendapat perlindungan hukum
ketenagakerjaan, hukum upah minimum, hukum kesejahteraan/kesehatan kerja dan semua
hukum yang bersangkutan dengan tenaga kerja sama seperti orang asing. Kecuali untuk
pelayanan pembantu rumah tangga, tidaklah diberlakukan hukum ketenaga kerjaan. Jam
kerja, pemecatan, hari libur, cuti dan lainnya dapat dilaksanakan menurut kontrak kerja
dengan majikan serta bebas asalkan tidak menyimpang dari aturan hukum perdata.
Untuk pekerja orang asing yang bekerja di industri pertanian, peternakan dan perikanan
sebagian dari hukum ketenagakerjaan bisa saja tidak diberlakukan untuk orang asing.
Contoh : Pekerja orang asing yang bekerja di industri pertanian, peternakan dan perikanan
tidaklah diberlakukan peraturan “upah tambahan” (upah lembur, tunjangan kerja hari
libur).

4. Prosedur dari sistem izin kerja (contoh negara Korea)

2. Mengirim daftar nama


Badan Stabilitas Kerja tenaga kerja Pemerintah negara
(Pusat Stabilitas Kerja, dll) pengirim (Lembaga
Masyarakat)

3. Mendaftar dan
1. Mendaftar
mengeluarkan izin
untuk lowongan
kerja
kerja
4. Penandatangan
kontrak kerja
Majikan Orang Asing Pencari Kerja

7. Mengirimkan aplikasi
visa
5. Pendaftaran dan 8. Mendaftar dan
pengeluaran mengeluarkan visa
konfirmasi visa

Dep. Kehakiman Kedutaan Besar Korea di


6. Pemberitahuan
mengenai hasil negara yang bersangkutan
pengeluaran devisa
Pendidikan kerja untuk pekerja orang asing
Pekerja orang asing yang baru datang akan langsung dibawa dari airport ke tempat
pendidikan latihan kerja untuk mendapatkan pendidikan kerja, supaya dapat membatu cara
beradaptasi dengan cara bekerja ditempat kerjanya.
Lembaga pendidikan kerja dibedakan menurut golongan negaranya :
 Human Resource Development Korea (Indonesia, Philipina, Thailand, Srilangka)
 Korea International Labor Foundation (Mongol, Vietnam)

Pekerja pengecualian (khusus) Industri Pelayanan

Badan Stabilitas Keja (Pusat Dep. Kehakiman


stabilitas kerja, dll)

4. Mendaftar dan 6. Merubah


mengeluarkan
3. status tinggal
izin Mendaftar/me
kerja
lamar kerja
Majikan 1.Masuk
Orang dengan
Korea visa
berwarga
kunjungan biasa
negara asing
ataupun kunjungan
5. bersama
Menandatang 2. Menerima pendidikan
ani kontrak kerja untuk orang asing
kerja

Badan pendidikan kerja


untuk orang asing

Pekerja pengecualian (khusus) Industri Kontruksi


Badan Stabilitas Keja (Pusat Dep. Kehakiman
stabilitas kerja, dll)

3. Mendaftar dan
mengeluarkan 5. Merubah
konfirmasi izin kerja status tinggal
4.
Menandatang 1.Masuk dengan visa
ani kontrak kunjungan biasa
Majikan Orang Korea berwarga
ataupun kunjungan
negara asing bersama
6. Bekerja di
lapangan kerja
kontruksi 2. Menerima pendidikan
kerja untuk orang asing

Badan pendidikan kerja


untuk orang asing

Yang tergolong pekerja pengecualian (khusus)

Pekerja yang termasuk pengecualian (khusus) yaitu:orang yang mempunyai status visa
kunjungan (F-1) dan setelah selesai mengikuti pendidikan kerja untuk orang asing dapat
bekerja dengan rekomendasi kerja (industri pelayanan) dan surat izin kerja (industri
konstrruksi) setelah mendaftar untuk kerja di pusat kestabilan kerja. Setelah bekerja dan
setelah menandatangani kontrak kerja maka haruslah melapor ke kantor imigrasi untuk
merubah status tinggal menjadi E-9 (pekerja tanpa keahlian).

4.7 Perdagangan Tenaga Kerja

Trafficking merupakan migrasi internasional yang ilegal dan tidak terdokumentasi sehingga
dikategorikan sebagai penyelundupan manusia dengan cara penipuan, pemaksaan dan
kekerasan. Para pengamat memberikan definisi trafficking sebagai keseluruhan tindakan yang
terlibat dalam proses rekruitmen dan/atau bepergiannya seorang perempuan dalam suatu negara
atau menyeberang lintas negara untuk mencari pekerjaan atau melayani kaum pria.
Pada tahun 2000, diseluruh dunia diperkirakan antara 700 ribu sampai 2 juta kaum
perempuan dan anak anak mengalami penyelundupan ilegal. Dari jumlah tersebut diatas kira-
kira 200.000 sampai 225.000 diantaranya terjadi di antara negara negara asia tenggara.
Walaupun demikian semua angka tersebut sulit dipastikan sebab penyelundupannya dilakukan
secara tersembunyi (klandestan) untuk menghindari adanya tuntutan pembersihan terhadap
perilaku kriminal.

a. Faktor Penyebab Trafficking

Trafficking merupakan suatu bagian dari dinamika perpindahan penduduk. Dalam hal
ini migrasi tenaga kerja pada satu titik bisa berlangsung secara sukarela untuk kepentingan
jangka pendek dan dapat dilakukan secara paksa. Perpindahan tenaga kerja baik secara
sukarela maupun terpaksa bukanlah fenomena baru. Pada masa kolonisasi, penduduk lokal
dipindahkan baik melalui perbudakan, perdagangan karena hutang, ataupun perpindahan
yang dilakukan oleh negara dalam hal penjahat kriminal atau pengasingan politik.
Salah satu faktor terjadinya perdagangan manusia adalah akibatnya ambruknya sistem
ekonomi lokal, sehingga banyak anak anak, gadis dan perempuan yang di ekspos ke tempat
tempat kerja global untuk mencari pendapatan. Situasi ini semakin merajalela di negara
negara yang mengalami krisis ekonomi parah serta negara-negara yang mengalami
perpecahan.
Disamping itu, pekerjaan yang tersedia di dalam negeri tidak sesuai dengan pekerjaan
pilihan mereka untuk tetap tinggal di kampung halamannya. Dengan kata lain, pekerjaan
yang ada tidak memberi harapan akan kehidupan yang lebih baik bagi para anak gadis itu.
Bagi pada calon migran sendiri, mereka tidak mengetahui apakah calon tenaga kerja atau
para rekruter itu resmi atau gelap, yang mereka tahu hanyalah bahwa ada tawaran suatu
pekerjaan disuatu tempat di suatu negara, dan dengan jumlah tertentu atau dengan
kesepakatan tertentu, mereka bisa direkrut untuk pekerjaan itu. Orang-orang seperti ini
baru kemudian menyadari bahwa mereka telah memasuki negara secara gelap, dan para
migran gelap inilah yang posisinya sangat rentan, tanpa perlindungan.

b. Dampak Trafficking yang ditimbulkan

Pertama akibat sering kali anak gadis dan perempuan ditempatkan dalam lingkungan
domestik karena banyaknya permintaan akan pekerja domestik yang mampu dikerjakan
oleh para kaum hawa dan kurang berpendidikan. Oleh karena sebagian kerja dilakukan di
rumah, maka pekerjaan itu kurang atau tidak dapat diawasi. Di samping itu sifat pekerjaan
yang tersedia baik bagi tenaga kerja migran serta tenaga yang diperdagangkan ini justru
mengingkari hak asasi manusia karena pekerjaan yang ada adalah pekerjaan gelap.

Kedua, adalah keuntungan sosial ekonomi sekalipun tindakan itu adalah pekerjaan
yang kotor, namun bila dikaitkan dengan keuntungan dari sisi ekonomi maka tidakhanya
para korban yang merasa memperoleh keuntungan material dari pekerjaan tersebut, tetapi
juga majikannya. Sekalipun penyelundupan tersebut dilakukan secara ilegal, tetapi
seringkali korban memiliki hubungan kontak dengan sanak saudaranya dikampung
halamannya sehingga sesekali mengirimkan sedikit uang yang dihasilkannya. Hal ini
terlebih terjadi pada orang tua korban yang berasal dari keluarga ekonomi lemah.

4.8 Migrasi Internal


Migrasi Internal (Migrasi Nasional)

Migrasi internal adalah suatu perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain
dalam satu wilayah negara. Pola migrasi intrernal (nasional) adalah sebagai berikut :

 Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari daerah yang padat penduduknya


menuju ke daerah yang lebih jarang penduduknya dalam satu wilayah negara.
 Urbanisasi, merupakan suatu perpindahan penduduk dari desa ke kota besar atau kota
kecil ke kota besar.
 Ruralisasi, merupakan penduduk dari kota ke desa untuk menetap di desa. Ruralisasi
biasanya terjadi karena kesempatan kerja di kota sangat sempit.

Distribusi keterampilan di negara asal

Distribusi keterampilan di negara asal memberi frekuensi pekerja di setiap tingkat


keahlian. Jika imigran memiliki keterampilan di atas rata-rata, aliran imigran dipilih secara
positif. Jika imigran memiliki keterampilan di bawah rata-rata, aliran imigran dipilih
negatif.

4.9 Migrasi Keluarga

Sejauh ini, pembahasan tentang migrasi geografis berfokus pada pilihan yang dibuat
oleh satu pekerja karena membandingkan kesempatan kerja di seluruh wilayah dan
memilih satu lokasi yang memaksimalkan nilai sekarang dari pendapatan seumur hidup.
Namun, sebagian besar keputusan migrasi tidak dilakukan oleh pekerja tunggal, namun
oleh keluarga. Oleh karena itu, keputusan migrasi tidak boleh didasarkan pada apakah
anggota rumah tangga tertentu berada di tempat yang lebih baik daripada di tempat asal,
tetapi apakah keluarga secara keseluruhan lebih baik. "
Dampak keluarga terhadap keputusan migrasi dapat dengan mudah dijelaskan.
Misalkan rumah tangga terdiri dari dua orang, suami dan istri. Ditunjukkan oleh ∆PVh
perubahan dalam nilai sekarang dari arus pendapatan suami jika dia pindah secara
geografi (katakanlah dari New York ke California), dan biarkan ∆PVw menjadi
perubahan nilai sekarang dari arus penghasilan istri jika dia melakukan langkah yang
sama. Perhatikan bahwa ∆PVh juga bisa diartikan sebagai keuntungan suami terhadap
migrasi jika dia lajang dan semakin membuat keputusan sepenuhnya . Keuntungan ini
disebut keuntungan migrasi "pribadi" suami. Jika suami tidak terikat oleh tanggung jawab
keluarganya, dia akan bermigrasi jika keuntungan pribadi ∆ PVh positif. Demikian pula,
jumlahnya: ∆PVw memberi keuntungan pribadi kepada istri terhadap migrasi. Jika dia
lajang, dia akan pindah jika ∆PVw positif.

GAMBAR : Profil penghasilan usia imigran dan pria pribumi


Sumber: Barry R. Chis Wick. "Pengaruh Amerikanisasi terhadap Penghasilan Orang Asing
Lahir," Ekonomi Ekonomi Politik 86 (Oktober 19i8): Tabel 2, Kolom 3.
GAMBAR : Selisih upah antara imigran dan pribumi pada saat masuk
Sumber: George 1. Borjas. Pintu Surga: Kebijakan Imigrasi dan Ekonomi Amerika,
Princeton, NJ: Princeton University Press. 1999. hal. 27: diperbarui menggunakan data dari
sensus tahunan 2000.

4.10Manfaat Ekonomi dari Migrasi

Imigran mungkin memiliki dampak buruk pada kesempatan kerjadari pekerja pribumi yang
keterampilannya mirip dengan imigran. Imigrasi juga bisa memberikan kontribusi penting
bagi negara tuan rumah. Mengkaji dampak ekonomi bersih dari imigrasi, harus dihitung
besarnya kontribusi ini.
Mengapa surplus imigrasi muncul? karena upah pasar sama dengan produktivitas imigran
terakhir yang dipekerjakan. Akibatnya, imigran meningkatkan pendapatan nasional lebih dari
biaya yang harus dikeluarkan untuk menggunakannya. Secara berbeda, semua imigran
dipekerjakan kecuali yang memberikan kontribusi lebih pada ekonomi daripada mereka
dibayar.
Analisis pada Gambar 9.11 menyiratkan bahwa jika kurva permintaan sangat elastis
(bahwa imigran tidak berdampak pada tingkat upah asli), imigran akan diberi nilai
keseluruhan dari produk marjinal dan penduduk asli tidak akan mendapatkan apapun dari
imigrasi.
Oleh karena itu, surplus imigrasi hanya ada jika tingkat upah asli turun saat imigran masuk
ke negara. Oleh karena itu, imigrasi mendistribusikan kembali pendapatan dari tenaga kerja ke
modal. Pada Gambar 9.11, pekerja pribumi kehilangan area di kotak Wr / 3FWI, dan
kuantitas ini ditambah surplus imigrasi yang timbul pada kapitalis. Meskipun pekerja pribumi
mendapatkan upah yang lebih rendah, kerugian ini lebih dari diimbangi oleh kenaikan
pendapatan yang diperoleh perusahaan milik pribumi.
GAMBAR : Selisih upah antara imigran dan pribumi pada saat masukSumber: George 1.
Borjas. Pintu Surga: Kebijakan Imigrasi dan Ekonomi Amerika, Princeton, NJ: Princeton
University Press. 1999. hal. 27: diperbarui menggunakan data dari sensus tahunan 2000.

EVALUASI

Latihan :

1. Jelaskan pengertian Emigrasi dan Imigrasi


2. Jelaskan pengertian Trafficking, faktor penyebab dan dampak dari adanya Trafficking
3. Jelaskan pengertian Migrasi Internal dan Migrasi Keluarga
4. Jelaksan manfaat ekonomi dari migrasi

REFERENSI

 Borjas, George J., 2005. Labor Economics. Third Edition. McGraw-Hill. Irwin. New York.
 Ch. 9
 Sonny, Sumarsono, 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia : Teori dan Kebijakan Publik.
Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.  Bab 8
 Sugiyanto, dan Danang, Endarto. 2015.Mengkaji Ilmu Geografi 2.Penerbit Platinum Tiga
Serangkai, Solo

5 DISKRIMINASI PASAR TENAGA KERJA


PENDAHULUAN

Diskriminasi pada kenyataannya masih sering dijumpai pada perusahaan-perusahaan yang pemilik
atau manajemennya masih kuat rasa organisasinya dengan didasarkan alas an diskriminasi
tertentu.Pemilik usaha kadang juga memisahkan sarana dan prasarana dalam unit kerja yang
dipimpinnya atas dasar ras dan perbedaan warna kulit. Dari ruang kerja, diskriminasi dapat
dilakukan pada

fasilitas umum seperti kamar kecil; tempat minum; ruang makan bahkan sarana olah raga. Adanya
dsikriminasi tersebut akhirnya berdampak pada diskriminasi upah dan posisi kerja.
Diskriminasi yang muncul dalam pasar tenaga kerja dari sudut ilmu ekonomi bias dikatakan
sebagai kegagalan pasar karena di dalampasar tenaga kerja tidak terjadi proses mekanisme pasar
yang sehat yang dapat menemukan potensi terbaik dari sumber daya manusia yang ada di
pasar.Atau di dalam pasar tenaga kerja tidak terjadi proses yang efisien dalam menemukan potensi
produktif dari sumber daya manusianya.

TUJUAN INSTRUKSIONALUMUM

Mahasiswa mengetahui diskriminasi pasar tenaga kerja yang didasarkan pada ras/suku, agama,
jenis kelamin(gender), dsb.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


1. Mahasiswa mengetahui diskriminasi dalam pasar kerja dilihat dari ras dan gender
2. Mahasiswa memahami keterlibatan wanita dalam kegiatan ekonomi dan tingkat partisipasi
angkatan kerja wanita.
3. Mahasiswa mengetahui pengukuran diskriminasi dan nilai koefisien.
4. Mahasiswa memahami teori pekerjaan wanita dan curahan jam kerjanya serta
kontribusinya dalam pendapatan keluarga.
1………… SKENARIO PEMBELAJARAN
2…………
3…………

Kegiatan perkuliahan dilaksanakan dengan skenario sebagai berikut:


1. Perkenalan kepada materi yang akan dibahas
2. Penjelasan tentang pokok bahasan, dan kompetensi yang akan dicapai (TIU dan TIK).
3. Ringkasan materi disampaikan dengan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
4. Evaluasi pencapaian

RINGKASAN MATERI
8.1 Ras dan Jenis Kelamin dalam Pasar Kerja
Diskriminasi yang dilakukan oleh pengusaha kepada pekerjanya biasanya didasarkan kepada:
A. Jenis Kelamin, Perempuan dan Laki-laki
Diskriminasi berdasarkan jenis kelamin timbul ketika laki-laki dan perempuan
memperoleh kesempatan yang tidak setara atau diperlakukan secara berbeda dalam
pekerjaan, jabatan atau memperoleh upah yang berbeda karena adanya persepsi dan
prasangka atas peran gender dalam masyarakat. Biasanya perempuan ditempatkan pada
posisi yang lebih rendah atau memperoleh pembatasan dalam bekerja dibandingkan laki-
laki. Secara umum perempuan juga dipersepsikan sebagai makhluk yang lebih lemah dan
lambat dibandingkan laki-laki kerna perbedaan struktur dan dan kekuatan fisik tubuhnya.
Oleh karenanya banyak para pengusaha memutuskan bahwa laki-laki sudah sepantasnya
diberi tingkat upah yang lebih tinggi, posisi yang lebih tinggi, dan prospek karir yang lebih
dibandingkan perempuan. Padahal dalam dalam kenyataan dilapangan dengan melihat hasil
kerja perempuan siapapun akan sulit memastikan bahwa kinerja perempuan pasti lebih
rendah dibandingkan laki-laki. Bahkan dalam aspek-aspek tertentu misalnya sisi kualitas,
perempuan seringkali lebih unggul dibandingkan laki-laki karena perempuan cenderung
memiliki ketelitian dan kesabaran yang lebih dibandingkan laki-laki.

B. Suku,Status Sosial, dan Mayoritas-Mayoritas


Heterogenitas sosial seringkali menyebabakan dalam masyarakat terdapat berbagai
kelompok sosisla yang terbangun secara suku,status sosial atau mayoritas-
minoritas.pengelompokan ini terbangun bisa secara sadar (sengaja) ataupun tidak sengaja
karena bisa berawal dari membangun rasa aman, atau membangun kelompok atas dasar
persamaan suku dan perilaku.
Pengusaha dapat melakukan diskriminasi berdasarkan suku,atas dasar efisiensi dengan
memberikan upah yang murah atau diskriminasi jabatan rendahan yang kurang strategis.
Sedangkan diskriminasi berdasar atas asal-usul sosial ini dapat terjadi karena
masyarakat dan pemilik perusahaan masih sangat menghargai status sosial seseorang.
Masyarakat yang tadinya dibawah pimpinan kerajaan misalnya seringkali masih
menghargai status sosial yang dimiliki oleh bekas keluarga kerajaan walaupun secara resmi
kerajaan tersebut sudah menjadi masyarakat biasa. Diskriminasi kerja karena alasan
mayoritas diats minoritas juga masih sering dijumpai pada lingkup pekerjaan. Masih
adanya kesadaran sempit untuk menempatkan kelompok mayoritas diatas minoritas dan
melanggengkannya menjadikan pengusaha yang kebetulan termasuk kelompok mayoritas
menjalamkan diskriminasi ini

C. Warna Kulit
Munculnya diskriminasi berdasarkan warna kulit ini dapat terjadi terhadap kelompok
etnis berbeda dalam satu kewarganegaraan tetapi dapat juga terjadi pada orang-orang
dalam kelompok etnis berbeda dari warganegara yang berbeda. Padahal diskriminasi ini
sebenarnya justru akan mendorong etnis yang dibedakan atas dasar warna kulit tersebut
kurang memberikan respon positif atau dapat memunculkan antipati sebagai bentuk
perlawanan pekerja secara halus atas semua intruksi atau arahan yang diberikan oleh
pengusaha sehingga secara totalitas justru tindakan diskriminasi ini akan merugikan
pengusaha tersebut.

D. Agama
Dasar diskriminasi lainnya yang bisa dilakukan pengusaha terhadap pekerjanya adalah
berdasarkan agama yang dianutnya. Diskriminasi berbasis agama dapat terjadi di pasar kerja
dalam bentuk tindakan dan tingkah laku tidak toleransi terhadap orang yang menganut agama
tertentu. Hal ini terkait dengan hak seseorang untuk menjalankan agamanya dan berlaku
sesuai dengan keyakinanan tersebut.

E. Pilihan Politik
Diskriminasi kerja terhadap pekerja dapat juga terjadi karena alasan pilihan politik yang
berbeda. Partai politik dan pengusaha seringkali memiliki kepentingan yang bisa
dikerjasamakan. Partai politik membutuhkan bantuan/sumbangan dari pengusaha untuk
mempermudah partai politik menjalankan aktivitasnya. Disisi lainnya pengusaha
membutuhkan partai politik untuk memperoleh kemudahan-kemudahan bahkan proyek/
pekerjaan tertentu yang menghasilkan keuntungan besar bagi usahanya.

F. Disabilitas
Penyandang disabilitas merupakan istilah yang kini digunakan sebagai pengganti dari
penyandang cacat atau orang dengan kecatatan atau orang cacat yang dahulu sering
dugunakan. Penyandang disabilitas ini seringkali dipersepsikan banyak orang sebagai orang
yang tidak bisa bekerja atau kinerjanya rendah karena memiliki kelemahan fisik atau
kesehatan, sehingga tidak layak untuk ditempatkan pada pekerjaan yang ada. Mereka hanya
akan menjadi beban/tanggungan bagi orang-orang yang sehat yang pasti lebih produktif
dibandingkan penyandang disabilitas tersebut. Persepsilah itulah yang kemudian menjadi
dasar dilakukannya diskriminasi oleh pengusaha karena penyandang disabilitas akan
merugikan pengusaha karena kinerjanya rendah jika bekerja dan membutuhkan tambahan-
tambahan fasilitas khusus agar mereka bisa bekerja.

G. Kewarganegaraan
Para pekerja yang bekerja disuatu negara dimana mereka mempertahankan
kewarganegaraannya biasanya disebut pekerja migran internasional. Dipertahankannya
kewarganegaraan oleh pekerja asing disuatu negara tujuan kerja seringkali menjadi dasar
terjadinya diskriminasi. Seharusnya diskriminasi atas dasar kewarganegaraan dilarang untuk
dilakukan. Pekerja asing yang tinggal dan bekerja secara sah di negara lain harus di beri
perlakuan dan kesempatan yang sama seperti halnya pekerja asing dan nasional di negara
tersebut dalam hal pekerjaan, upah, dan jabatan.

8.2 Pengukuran Dan Koefisien Diskriminasi


Lahirnya analisis ekonomi modern tentang diskriminasi dapat ditelusuri kembali ke
publikasi disertasi doktoral Nobel Laureate Gary Becker pada 1957 yang berjudul The
Economics of Discrimination.2 Sebagian besar literatur berikutnya tentang diskriminasi
dimotivasi dan dipandu oleh kerangka analisis yang ditetapkan dalam studi berpengaruh
tersebut. Teori pasar kerja Becker tentang diskriminasi pasar kerja didasarkan pada konsep
diskriminasi rasa. Konsep ini pada dasarnya menerjemahkan gagasan tentang prasangka rasial
ke dalam bahasa ekonomi. Misalkan ada dua jenis pekerja di pasar tenaga kerja: pekerja kulit
putih dan pekerja kulit hitam. Majikan yang kompetitif menghadapi harga konstan untuk input
ini;
 w W adalah tingkat upah untuk pekerja kulit putih dan w B adalah tingkat upah untuk
pekerja kulit hitam. Jika majikan berprasangka terhadap orang kulit hitam, majikan mendapat
kelalaian dari mempekerjakan pekerja kulit hitam. Dengan kata lain, meskipun hanya
menghabiskan dolar untuk mempekerjakan satu jam kerja hitam, majikan akan bertindak
seolah-olah harganya w B (1 d) dolar, di mana d adalah angka positif dan disebut koefisien
diskriminasi.

8.3 Peran Serta Wanita Dalam Kegiatan Ekonomi


Keterlibatan wanita dalam berbagai kegitan ekonomi semakin meningkat ditandai oleh dua
proses :
1. Peningkatan dalam “jumlah wanita” yang terlibat dalam pekerjaan diluar rumah tangga
(out door activities). Hal ini antara lain dapat dilihat dari kenaikan tingkat partisipasi
wanita dari waktu ke waktu. Data sensus penduduk memperlihatkan TPAK wanita yang
meningkat dari 32,43 pada tahun 1990 menjadi 38,79 pada tahun 2000.
2. Peningkatan dalam “jumlah bidang pekerjaan” yang dapat dimasuki oleh wanita. Bidang-
bidang yang sebelumnya masih didominasi oleh laki-laki berangsur-angsur dimasuki atau
bahkan mulai didominasi oleh wanita. Keterlibatan wanita dalam berbagai bidang
pekerjaan menjadi gejala mencolok sejak tahu8n 1980-an. Kedua bentuk perkembangan
tersebut menandakan perkembangan kantitatif penting dalam kehidupan wanita. Hal ini
bukan hanya karena menunjukkan kesempatan semakin terbuka bagi wanita, tetapi juga
karena penting artinya bagi analisis tentang makna perkembangan tersebut, baik bagi
wanita, laki-laki maupun masyrakat secara umum.
Perkebunan sebagai bagian dari sektor pertanian hingga saat ini masih berperan penting
dalam pembangunan ekonomi indonesia. Perkebunan besar di indonesia setiap tahun
menyumbangkan 3,62% produk domestik bruto, sedangkan perkebunan rakyat
menyumbangkan 2,79% PDB pertahun. Sektor perkebunan juga membuka lapangan kerja
yang sangat penting artinya bagi masyarakat pedesaan. Tenaga kerja yang terserap terdiri
daritenaga kerja pria dan wanita. Persentasetenaga kerja wanita yang terserap mencapai
32%. (Trocua dan Afnan, 1999).
Keterlibatan wanita dalam usaha perkebunan akan memberikan dukungan terhadap
perkembangan usaha perkebunan, karena potensi tenaga kerja wanita yang besar akan
dapat meningkatkan kerja dalam usaha tersebut. Disamping itu dengan keikutsertaan
wanita dalam usaha perkebunan sebagi sumber daya manusia yang potensial akan dapat
meningkatkan produksi.

8.4 Teori Pekerjaan Wanita


Kelompok etnis wanita sebagian besar menerima kuantitas pendidikan yang sama
dibandingkan wanita, dan khususnya beberapa kelompok wanita kulit berwarna, perwujudan
tahun-tahun investasi pendidikan tersebut kedalam imblan ekonomi tidaklah berjalan sederajat
dengan laki-laki. Wanita sebagai pekerja. Beberapa studi menyiratkan bahwa hal tersebut
bukanlah penejlasan yang masuk akal. Janet Cavetz dalam studi nasionalnya mengenai para
majikan serta pekerja wanita dan laki-laki menemukan, bahwa tingkat perpindahan bagi
wanita dan laki-laki dalam pekerjaan-pekerjaan serupa adalah sepadan, yang membedakan
kelompok tersebut ialah tujuan perpindahan itu. Wanita lebih cenderung meninggalkan pasar
secara keseluruhan untuk memenuhi tanggung jawab melahirkan dan membesarkan anak.
Akibatnya bagi para pekerja cukup berpromosi dan mengambil keuntungan dari senioritasnya,
wanita meninggalkan pasar serta kehilangan senioritasnya, dengan mengacaukan garis
promosi, untuk kembalikan pada wanktu kemudian ketika keahlian mereka mungkin tidak
terpakai lagi.
EVALUASI

Latihan :

1. Ada berapa jenis diskriminasi pekerja ? Diskriminasi jenis apa yang dirasakan paling
banyak terjadi di Indonesia saat ini? Mengapa hal itu terjadi dan apakah terus berkembang
jumlah unit kerja/ perusahaan yang melakukannya?
2.
3. ….

REFERENSI

 Borjas, George J., 2005. Labor Economics. Third Edition. McGraw-Hill. Irwin. New York.
 Ch. …..
 Sonny, Sumarsono, 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia : Teori dan Kebijakan Publik.
Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.  Bab 11
 Nur, Feriyanto . 2014, Ekonomi Sumber Daya Manusia : Dalam Perspektif Indonesia.
Cetakan pertama, UPP STIM YKPN, Yogyakarta. BAB 9

6 PASAR KERJA PELAYANAN PUBLIK

PENDAHULUAN
Substansi pelayanan publik selalu dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada
masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pelayanan publik ini menjadi semakin penting
karena senantiasa berhubungan dengan khalayak masyarakat ramai yang memiliki keaneka
ragaman kepentingan dan tujuan. Oleh karena itu institusi pelayanan publik dapat dilakukan oleh
pemerintah maupun non-pemerintah. Jika pemerintah merupakan organisasi birokrasi dalam
pelayanan publik, maka organisasi birokrasi pemerintahan merupakan organisasi terdepan yang
berhubungan dengan pelayanan publik. Dalam hal institusi pemerintah memberikan pelayanan,
maka yang terpenting adalah bagaimana memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepentingannya.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Mahasiswa mengetahui sektor, model dalam pasar tenaga kerja publik serta program pekerja
sektor publik.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


1. Mahasiswa mengetahui sektor pasar tenaga kerja publik.
2. Mahasiswa mengetahui model pasar kerja sektor publik.
3. Mahasiswa memahami program pekerja sektor publik.
4. Mahasiswa mengetahui Perbandingan pembayaran publik dengan swasta

SKENARIO PEMBELAJARAN

Kegiatan perkuliahan dilaksanakan dengan skenario sebagai berikut:


1. Perkenalan kepada materi yang akan dibahas
2. Penjelasan tentang pokok bahasan, dan kompetensi yang akan dicapai (TIU dan TIK).
3. Ringkasan materi disampaikan dengan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
4. Evaluasi pencapaian

RINGKASAN MATERI
9.1 Sektor Pasar Tenaga Kerja Publik
Faktor pertama yang berpengaruh terhadap pertumbuhan di sektor serikat kerja publik
yaitu perilaku pemilihan di sektor publik itu sendiri dan perundang-undangan pemerintah
mengenai tawar-menawar di sektor publik. pada sektor swasta hukum untuk mengorganisasi
para pekerja secara kolektif telah dijamin sejak adanya hukum Hubungan Tenaga Kerja
Nasional, tetapi hukum tawar-menawar di sektor publik baru saja membludak pada tahun ini
pemerintah eksekutif dikuatkan oleh presiden John F. Kennedy pada tahun 1962 dimana
tawar-menawar di sektor federal untuk pertama kalinya dilegitimasi, asal saja para pegawai
federal dengan segala hak-haknya bisa mengikuti serikat-serikat kerja dan setuju terhadap
kondisi kerja lembur, tetapi tanpa upah.
Sementara, pemerintah eksekutif telah memodofikasi beberapa waktu, kebanyakan upah
para pekerja federal ditentukan oleh proses tawar-menawar kolektif. Malahan, upah mereka
ditentukan dari awal dan dibandingkan dengan undang-undang, awalnya diawali pada tahun
1962 dimana upahnya meningkat dari kebanyakan pegawai sipil federal dari hasil survey
pemerintah bila dibandingakan dengan sektor swasta. Pokok dari perubahan keputusan
presiden dan kongres. Pengaruh dari serikat-serikat pekerja federal dari sisi pengadaan upah,
maka, hal yang paling diutamakan dari awal yaitu tekanan politik hal tersebut dapat menekan
presiden dan kongres menyetujui kenaikan upah dimana survey menjamin untuk
mengusulkan.
Alasan terakhir kenapa sektor pasar tenaga kerja politik (pemerintah) perjanjian tersendiri
ini menjamin bahwa mereka mewakili daerah terhadap kebijakan publik kita yang secara
langsung. Dimulai dengan UU darurat tentang bahaya berkurang pada tahun 1971 dan
meneruskan tentang UU komprehensif employment dan training act (CETA). Pemerintah
federal menyediakan dana untuk negara bagian dan pemerintahan daerah untuk meningkatkan
tingkat pekerjaan, harapan bahwa untuk hal tersebut tekandung sektor kerja publik ekstra
dengan menyediakan kesempatan kerja bagi pengangguran. Pada tahun 1978, 569.000 orang
bekerja pada program dana PSE, sekitar 3,3% merupakan pejabat pegawai ini dari total
pegawai SLG. Sementara program ini diakhiri pada tahun 1982, hal tersebut penting untuk
mengetahui bagaimana efeknya.
Pada contoh yang lainnya, perhatian terhadap kondisi fisikal yang tumbuh dengan cepat
dari negara bagian dan pemerintahan daerah, dan negara bagian yang berkambang serta
memikul beban pajak lokal oleh wajib pajak yang merupakan bagian beban atau biaya yang
paling utama. Dan pajak perundang-undangan batas pajak, di beberapa negara bagian dimulai
pada penghujung tahun 1970-an. Mungkin yang paling khusus yaitu usul Nomor 13 yang
berasal dari California, yang mana secara drastis mengurangi pajak kekayaan dan batas
kemampuan dari semua unit-unit pemerintah pada negara bagian untuk meningkatkan
pendapatan mereka. Pada tahun 1987, 26 negara bagian telah mempunyai semacam batasan
dari tingkat pajak lokal atau tingkat peningkatan pajak pemerintah daerah atau pengeluaran.
Bagaimana semisal pengaruh batasan upah dan tingkatan kerja di sektor publik?
Tujuan dari Bab ini adalah untuk memperlihatkan suatu kerangka sederhana dimana hal ini
dapat digunakan pada sektor pasar tenaga kerja publik dan kemudian menggunakan kerangka
tersebut untuk menganalisis isu-isu kebijakan dan menghangat dengan cara
mendiskusikannya. Kita mulai dengan suatu model sederhana dari sektor pasar tenaga kerja
publik, dimana permintaan tenaga kerja tidak tergantung dari asumsi tentang maksimisasi
keuntungan.

9.2 Model Pasar Kerja Sektor Publik


Asumsikan level jasa public proporsional dengan jumlah pekerja public yang digaji.
Keputusan dibuat oleh pembuat keputusan public yang representative dalam usaha untuk
memaksimalkan bentuk dasar fungsi utility untuk permintaan tenaga kerja public. Pembuat
keputusan mempertimbangkan level jasa public yang disediakan untuk melawan beban
keuangan pembayar pajak pada level ini. Pada intinya anggaran yang terbatas akan
memperhitungkan harga barang dan jasa public dan swasta serta total sumber daya yang
tersedia di masyarakat. Tanpa melalui sesuatu yang detail seperti masalah masimisasi harus
menjadi kenyataan bahawa peningkatan biaya jasa public harus menurunkan kuantitas jasa
yang di minta atau barang lain sama hanya peningkatan harga barang konsumen membawa
konsumen untuk menurunkan pembelianh barang. Oleh karena itu, tingkat upah pekerja public
harus membawa pekerja pemeritah pada permintaan yang lebih sedikit.

S0

w1
w2

D0 D1

E0 E1

Gambar 12.1Pasar sektor tenaga kerja dan pertumbuhan ketenagakerjaan secara umum

Gambar 12.1 menunjukkan kurva permintaan tenaga kerja sektor public yang dapat di
wakili (DO) kurva ini di tarik pengertian perkapita (pekerja publik sebagai persentasi
populasi) dalam pengakuan yang nyata bahwa aliran jasa public, warga secara individu
menerima dari sejumlah pekerja public tergantung pada invidu lain dari masyarakat yang dia
harus membagi jasa public ini. Sebagai indikasi naiknya slop kurva penawaran (SO) posisi
kurva ini ditentukan oleh daeraah individu untuk bekerja pada sektor public pada kondisi
lapangan kerja upah dan non upah yang ditawarkan oleh pemerintah dan pekerja swasta.
Kondisi lapangan kerja non upah yang ditawarkan oleh unit khusus pemeritah adalah suatu
kondisi yang penting kepada lapangan kerja agar kita memperoleh hasil kemudian yaitu
kemauan untuk bekerja, jika diletakkan kemungkinan pada masa depan. Permintaan akan
tenaga kerja akan menaikkan penawaran ataupun persediaan, pihak pemerintah akan membuat
posisi tidak diisi (peluang pekerjaan) dan digunakan suatu tekanan untuk menaikkan upah
sehingga menarik lebih banyak pelamar. Pada saat tingkatan gaji diatas WO akan ada suatu
kelebihan persediaa pelamar, dan pemberi kerja akan menyadari bahwa mereka bisa menyerap
tenaga kerja yang diinginkan pada tingkatan upah nyata yang lebih rendah. Kelebihan
kesdiaan ini akan menciptakan sebuah tekanan mengarah kebawah pada upah nyata itu.
Karenanya kombinasi upah pertenaga kerja (WO, EO) akan terjadi keseimbangan.

9.3 Program Pekerja Sektor Publik


Isu kunci dalam penilaian seperti program adalah besarnyaperubahan kurva permintaan
secara aktual ke kanan dengan merespon program. Jika pemberian keberhasilan upah sektor
publik Wo, dana disediakan untuk menciptakan 100 posisi SLG baru. Sejak pembuatan
keputusan SLG mempunyai tujuan lain, untuk meningkatkan pengeluaran pekerja publik-
tujuan seperti menigkatkan pengeluaran pemerintah, penurunan pajak lokal dan penurunan
hutang lokal. Hal ini adalah hipotesis yang logis bahwa mereka akan menggunakan perhentian
terakhir dana program pekerja publik untuk menggaji masyarakat.
Mereka akan tetap digaji walaupun program tidak ada, taruhlah jalan lain dana program
pekerja publik mungkin pada akhirnya terjadi pemindahan aturan pengeluaran SLG secara
sepihak pada pekerja publik. Karena itu, penurunan efek hasil jaringan pekerja pada program
1 hal yang hebat, bagaimana suatu hal seperti efek pemindahan (atau pemindahan atau
susbstitusi fiskal) bisa terjadi jika oleh hukum program lapangan kerja publik dan bisa
digunakan hanya untuk meluaskan tingkat pekerja SLG.
Jawabannya adalah selama SLG merencanakan utnuk meluaskan lapangan kerja, walaupun
tidak ada lapangan kerja, pengawasan program tidak mempunyai jalan langsung dan
menentukan apakah pekerjaan diciptakan oleh program atau lapangan kerja akan diciptakan
selama program tidak ada.
Usaha yang hebat telah dibuat untuk meramalkan efek pemindahan program pekerja
publik, data atau jumlah penelitian yang empiris digunakan untuk kedua hal yaitu aggregate
time series atau cross sectional data pada pemerintah lapangan kerja pemerintah lokal untuk
meramalkan efek bermacam-macam faktor pada permintaan pekerja SLG, termasuk seperti
faktor tingkat gaji pekerja publik, level pendapatan masyarakata pada jumlah posisi pekerja
publik. Meskipun efek peramalan program sangat luas dengan model dan data yang digunakan
dalam penelitian ini.

9.4 Perbandingan Pembayaran Publik dengan Swasta


Upah pekerja kantor pemerintah pusat ditentukan melalui suatu hal yang dapat
dibandingkan melalui proses tertentu terhadap gaji mereka kepada hasil survey gaji
pemerintah tentang para pekerja pribadi yang dibandingkan.
Sebab hal yang dapat diperbandingkan dalam survey sekarang ini memusatkan pada gaji
dan hanya membatasi perhatian kepada keduanya yaitu manfaat nonupah dan format
nonpecuniary ganti rugi. Lebih dari itu, pekerjaan yang dilakukan dalam masyarakat dan pada
sektor swasta tidaklah secara langsung dapat diperbandingkan, dan keputusan hubungan harus
sering dibuat terhadap bagaimana suatu pekerjaan harus digolongkan.
Sebagai ganti memusatkan pendapatan para pekerja dengan karakteristik pekerjaan yang
diperbandingkan, yang mana seperti di catat diatas adalah sering mustahil dilakukan, orang
bisa memusatkan terhadap nafkah membayar kepada para pekerja yang sudah dapat
diperbandingkan karakteristik pribadi, seperti pendidikan dan pengalaman di dalam
masyarakat dan di sektor swasta. Sharon Smith memperinci studi empiris pada pokok materi
yaitu membandingkan nafkah para pekerja pemerintah dengan perihal karayawan yang dapat
diperbandingakan di dalam sektor pribadi tersebut. Perbandingan Smith menyatakan bahwa
karyawan pemerintah lokal seperti halnya karyawan pemerintah pusat.
Perbedaan untuk pemerintah pusat dan karyawan pemerintah lokal dalam hubungan dengan
sektor swasta karyawan jauh lebih nyata dan didalam kasus tersebut warga pria berkulit putih,
perbedaan terhadap hal-hal negatif benar-benar terjadi, pria putih dipekerjakan dalam negeri
atau pemerintah dan sektor lokal nampak menerima gaji yang lebih rendah dibandingkan para
pekerja dalam sektor swasta tersebut. Hasil perbandingan nafkah terhadap negara maupun
swasta yang menggunakan data dari akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an cenderung
ditemukan pola teladan hasil serupa, walaupun sangat besar terjadi perbedaan dari waktu ke
waktu. Wanita-wanita yang bekerja di sektor pemerintah pusat nampak menerima nafkah
kasar 20% lebih tinggi dibandingkan nafkah wanita dengan karakteristik yang diukur dalam
perbandingan di sektor swasta, selagi difensial nafkah analisator untuk pria adalah disekitar 0-
12%. Untuk mengendalikan perbedaan yang tidak terukur.

EVALUASI

Latihan :

5. …
6. ….
7. ….

REFERENSI

 Borjas, George J., 2005. Labor Economics. Third Edition. McGraw-Hill. Irwin. New York.
 Ch. …..
 Sonny, Sumarsono, 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia : Teori dan Kebijakan Publik.
Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.  Bab 12

7 SERIKAT PEKERJA

PENDAHULUAN
Dalam sector ekonomi yang mengenal serikat pekerja, maka upah secara khusus ditentukan
melalui penawaran kolektif antara perusahaan dan serikat pekerja, yang merupakan wakil kaum
pekerja. Jadi dalam sector ekonomi ini, para pelaku ekonomi bukanlah penentu harga, sebab
mereka tidak memandang upah sebagai yang diberikan oleh kekuatan pasar di balik kemampuan
pengendalian mereka. Para ahli ekonomi memandang serikat pekerja dan penawaran kolektif
sebagai keadaan ketidaksempurnaan dalam persaingan. Melalui penawaran kolektif, serikat
pekerja berusaha untuk memperbaiki upah, jam kerja, dan kondisu kerja para anggota mereka.

TUJUAN INSTRUKSIONALUMUM

…….

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

1. …
2. …
3.

1………… SKENARIO PEMBELAJARAN


2…………
3…………

Kegiatan perkuliahan dilaksanakan dengan skenario sebagai berikut:


1. Perkenalan kepada materi yang akan dibahas
2. Penjelasan tentang pokok bahasan, dan kompetensi yang akan dicapai (TIU dan TIK).
3. Ringkasan materi disampaikan dengan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
Evaluasi pencapaian

RINGKASAN MATERI

10.1 Latar Belakang Kehadiran Serikat Pekerja


Serikat kerja adalah organisasi yang didirikan oleh pekerja dengan tujuan agar pekerja
memiliki kekuatan tawar menawar yang lebih besar terhadap pengusaha dalam
memperjuangkan perbaikan hak-haknya dan kesejahteraannya. Menurut UU tentangserikat
pekerja Nomor 21 Tahun 2000 pengertian Serikat Pekerja adalah organisasi yang dibentuk
dari, oleh dan untuk pekerja baik di perusahaan atau luar perusahaan yang bersifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan hak serta
melindungi hak dan kepentingan pekerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerjadan
keluarganya. Serikat pekerja dapat dibentuk sekurang-kurangnya oleh 10 orang pekerja.
Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk
lain.
Teori ekonomi neoklasik berasumsi bahwa semua pekerja adalah sama bahwa mereka
menyukai barang dalam jumlah lebih banyak daripada lebih sedikit. Jadi, setiap pekerja akan
menjadi lebih baik keadaannya apabila meningkat konsumsi barang-barang pasar (tanpa
berkurang konsumsi barang-barang bukan pasar), meningkat konsumsi barang-barang bukan
pasar (tanpa berkurang konsumsi barang-barang pasar), atau meningkat konsumsi atas kedua
macam barang. Apabila manfaat yang lebih tinggi bagi anggota serikat pekerja mengakibatkan
biaya yang lebih tinggi bagi perusahaan, maka perusahaan pasti akan memilih untuk
mengurangi pengunaan tenagkerja yang tergabung dalam serikat pekerja dan menambah
penggunaan tenagakerja yang tidak bersumber dari serikat pekerja.

10.2 Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja Anggota Serikat Pekerja


Pemintaan akan tenagakerja anggota, serikat pekerja akan lebih inelastis apabila:
1. Semakin kurang elastisitas substitusi input lainnya bagi tenagakerja serikat pekerja.
2. Semakin inelastis permintaa akan produk yang dihasilkan oleh tenagakerja anggota serikat
pekerja.
3. Semakin kurang ratio biaya tenagakerja serikat pekerja terhadap biaya produksi
keseluruhan.
4. Semakin kurang elastis penawaran substitusi faktor produksi lainnya.

10.2.1 Elastisitas Substitusi Input Lainnya Bagi Tenaga Kerja Serikat Pekerja
Elastisitas substitusi input lainnya bagi tenaga kerja serikat pekerja. Elastisitas
substitusi input lainnya bagi tenagakerja serikatpekerja merupakan suatu ukuran reaksi
dalam kombinasi fakror terhadap perubahan dalam harga faktor relatif. Asumsikan
bahwa semua pekerja di kedua kelompok adalah sama dalam keahlian dan pendidikan
mereka, serta segi-segi lainnya yang berhubungan dengan produktivitas, dan bahwa
sebuah perusahaan dapat memperkerjakan perorangan dari kedua kelompok. Sekarang
asumsikan bahwa salah satu dari kedua kelompok itu memilih jalan untuk membentuk
suatu serikat pekerja dan bahwa serikat pekerja itu berusaha untuk meningkatkan upah
para anggotanya relatif terhadap pekerja yang tidak tergabung dalam serikat pekerja,
yang diperkerjakan oleh perusahaan itu. Pasti perusahaan itu akan memilih, guna
menghentikan pengunaan tenagakerja serikat pekerja yang upahnya telah naik dan
hanya mau mempekerjakan tenagakerja yang tidak tergabung dalm serikat pekerja.
Dalam hal ini elastisitas substitusi adalah sangat tinggi. Misalnya, substitusi modal
bagi pilot tergabung dalam serikat pekerja dalam suatu produksi penerbangan dari New
York ke San Fransisco adalah sulit atau katakanlah tidak mungkin. Jadi, elastisitas
substitusi antara kedua input itu rendah. Sebaliknya, substitusi antara modal bagi
pencuci kaca jendela yang tergabung dalam serikat pekerja dalam produksi
“membersihkan jendela” tidaklah sukar sama sekali. Jadi, elastisitas substitusi antara
keduanya sangat tinggi. Semakin rendah elastisitas substitusi antara modal dan
tenagakerja serikatpekerja, semakin kecil kemungkinan kehilangan dalam penggunaan
tenagakerja pada setiap kenaikan dalam upah relatif serikat pekerja terhadap harga
modal.
Generalisasi kita tentang pengaruh perbedaan dalam ealstisitas substitusi antara input
yang lainnya dan tenagakerja serikat pekerja adalah: semakin rendah elastisitas
substitusi, semakin inelastis permintaan akan tenaga kerja serikat pekerja, dan semakin
besar dampak serikat pekerja terhadap upah relatif.

10.2.2 Elastisitas Permintaan Akan Produk


Elastisitas permintaan bagi tenaga kerja serikat pekerja dipengaruhi juga oleh
substistusi yang diciptakan oleh konsumen dipasar produk. Asumsikan bahwa kenaikan
upah serikat pekerja menyebabkan kenaikan biaya produksi pada perusahaan, dan
bahwa prusahaan itu menaikkan harga produknya. Sampai seberapa jauhkah penjualan
perusahaan itu terpengaruh ? hal ini tyergantung pada elastisitas pemintaan akan produk
perusahaan. Semakin elastis permintaan akan produk maka akan semakin besar
persentase kehilangan dalam penjualan (dan juga penggunaan tenagakerja) pada setiap
persentase kenaikan tertentu dalam harga dalam produk. Generalisasi kita adalah :
semakin inelastis permintaan akan produk, semakin inelastis permintaan akan
tenagakerja serikat pekerja, dan semakin besar dampak serikat pekerja terhadap upah
realatif.

10.2.3 Ratio Biaya Tenagakerja Serikat Pekerja Terhadap Biaya Total Produksi
Faktor penentu ketiga bagi elastisitas permintaan tenagakerja dalam serikat pekerja
menyangkut “pentingnya kedudukan yang dianggap tidak penting”. Semakin kecil ratio
biaya tenagakerja serikat pekerja terhadap biaya totalnya, semakin inelastis permintaan
akan tenagakerja serikat pekerja, dan semakin besar dampak serikatpekerja terhadap
upah relatif.

10.2.4 Elastisitas Penawaran Input Substitusi Lainnya


Dampak serikatpekerja terhadap upah relatif juga dipengaruhi oleh elastisitas
penawaran input substitusi lainnya seperti halnya modal. Asumsikan bahwa serikat
pekerja menawarkan suatu upah yang lebih tinggi. Sementara perusahaan berusaha
untuk mengganti input lainnya, katakanlah, modal, perusahaan itu menaikkan
permintaan akan modal,menaikkan harga modal. Apakah yang terjadi terhadap jumlah
modal yang disediakan dengan adanya kenaikan harga ? kenaikan dalam permintaan
akan modal menaikkan harga modal, mendorong bertambahnya ouput dari barang
barang modal industri (dengan suatu jumlah persentase yang lebih besar dari pada
persenatase kenaikan harga modal), dan memperkenankan perusahaan akan
kemungkinan penggantian modal bagi tenaga kerja. Jumlah pengganti terganti pada
tingkat harga perubahan harga relatif. Jika penawran modal adalah elastis, harga modal
tidak akan mengalami kenaikan yang mencolok, dan hal ini mendorong bertambahnya
substitusi. Semain inelastis penawaran modal dan input pengganti lainnya, semain
inelastis permintaan akan tenagakerja serikat pekerja, dan semakin besar dampak serikat
pekerja terhadap upah relatif.

10.2.5 Elastisitas Permintaan Dan Keberhasilan Serikat Pekerja


Serikat pekerja akan cenderung lebih berhasil dalam keadaan dimana elastisitas
substitusi modal bagi tenagakerja serikat pekerja adalah rendah (sebagaimana halnya
pada kasus tenaga kerja terampil) dan hal ini diperkuat lagi apabila penawaran
kemungkinan pengganti modal adalah inelastis. Dalam banyak proses produksi seperti
pembangunan berdasrakakn kontrak, upah dari jabtan tenagakerja terampil dalam serikat
pekerja terdiri atas sejumlah kecil bagian dari biaya total dari produksi ; hal ini
menguntungkan bagi keberhasilan serikat pekerja. Akhirnya, kekuatan serikat pekerja
akan berbeda-beda ragam langsung berhubungan dengan jangkauan sampai dimana
perusahaan dalam industri itu tergabung dalam serikat pekerja.
Serikat pekerja yang kuat dapat dengan berhasil baik membendung tenaga kerja yang
tidak tergabung dalam serikat pekerja atau penggantinya bagi bidang jasa, maka
sangatlah jarang ia berada pada kedudukan untuk mampu membendung pengganti input
lainnya seperti misalnya modal: perusahaan biasanya berda dalam kedudukan yang
mampu untuk menggntikan input lainnya daripda tenagakerja bukan serikt pekerja
dalam banyak hal akan menghasilkan permintaan tenagakerja serikat pekerja yang
relatif elastisitas.

10.3 Perkiraan Dampak Serikat Pekerja Terhadap Upah Relatif


Jika upah serikat pekerja U adalah $5,00 dan upah yang tidak tergabung dalam serikat
pekerja N adalah $4,00, maka dampak serikat pekerja terhadap upah relatif adalah ($5,00-
$4,00)/$4,00, atau 25%. Suatu dampak serikat pekerja terhadap relatif upah timbula karena (1)
serikat pekerja menaikkan upah serikat pekerja U secara langsung, dan (2) kebijaksanaan upah
serikat pekerja secara tidak langsung menyebabkan upah bukan serikat pekerja N menjadi lain
daripada jika sekiranya bukan dalam serikat pekerja (dalam hal ini dapt lebih tinggi atau lebih
rendah daripada upah pesaingan).
Meskipun para ahli ekonomi selama bertahun-tahun telah mengukur perbedaan upah
serikat pekerja dengan upah bukan serikat pekerja, estimasi tentang dampak serikat pekerja
terhadap upah relatif sebagian besar berasal dari hasil karya H.Gregg,Lewis. Lewis
menemukan kenyataan bahwa dampak serikat pekerja terhadap upah relatif berbeda-beda
secara meluas diwaktu lampau. Ia memperkirakan dampak ekonomi secara luas dari
serikatpekerja terhadap upah relatifr adalah 15 sampai 20 persen pada tahun 1923-1929, lebih
besar daripada 25 persen dalam tahun 1931-1933, 10 persen sampai 20 persen dalam tahun
1939-1941, 0 sampai 5 persen dalam tahun 1945-1949, dan 10 sampai 15 persen dalam tahun
1957-1958. Oleh karena itu, periode 1957-1958 merupakan suatru periode yang ditandai oleh
suatu tingkat harga stabil yang masuk akal dan full employment, suatu dampak serikat pekerja
yang meliputi seluruh bidang ekonomi terhadap upah relatif antara 10 sampai 15 persen
dipandang sebagai suatu kondisi yang normal jika kondisi relatif ekonomi adalah stabil.
Penemuan lewis bahwa dampak serikat pekerja meliputi seluruh bidang ekonomi terhadap
upah relatif berbeda-beda sekali ragamnya sepanjang pejalanan wakti di Amerika Serikat telah
mengiring dia dan ahli-ahli lainnya untuk menjelaskan tentang variasi semacam itu menurut
pengertian kekakuan upah. Hipotesa ini mulai dengan pengakuan bahwa upah bukan serikat
pekerja adalah lebih peka terhadap perubahann dalm permintaan tenagakerja daripada upah
serikat pekerja yang dimusywarahlan dalam satu kali dalam waktu tiga tahun. Dengan
kenaikan permintaan akan tenagakerja yang tertentu dan kenaikan permintaan dalam produk
juga diketahui (dan mungkin juga tingkat harga), maka upah bukan serikat pekerja cenderung
naik. Apabila upah serikat pekerja naik pada tingkat yang sama, maka tidak akan terjadi
penyempitan antara perbedaan upah serikat pekerja dengan upah bukan serikat pekerja. Sama
halnya, dalam periode menurunnya permintaan akan tenagakerja, upah serikat pekerja tidak
begitu mengalami kejatuhan (jika tidak sama sekali) bila dibandinglan dengan ratio (U-N)/N
mengalami kenaikan. Hipotesa ini seperti sebuah penjelasan yang menarik tentang fakta
bahwa menurut estimasi lewis, dampak terbesar serikat pekerja terhadap upah realatif terletak
pada dalamnya masa depresi 1931-1933, sedangkan dampak itu kecil sekali dalam inflasi dan
periode pemulihan kembali 1945-1949 yang mengikuti masa Perangt Dunia II.

10.4 Dampak Serikat Pekerja Pada Pengunaan Tenaga Kerja Dan Kesejahteraan Ekonomi
Adalah mungkin untuk menjadikan satu kasus bahwa keberhasilan aerikat pekerja dalam
mencapai suatu dampak terhadap upah realtif tidak perlu menyebabkan pengangguran, apabila
upah yang lebih tinggi di sektor serikat pekerja mengurangi penggunaan teanga kerja, dan bila
pekerja yang kecewa beralih tempat kerja ke sektor yang tanpa serikat pekerja, sehingga
mengurangi tingkat upah yang disana, maka pertumbuhan penggunaan tenaga kerja dalam
sektor bukan serikat pekerja dapat mengganti kehilangan tenagakerja disektor serikat pekerja
sehingga seluruh penggunaan teangakerja tetap konstan. Dalam hal ini upah yang lebih tinggi
di sektor serikat pekerja menjadi tanggungan biaya dari upah yang lebih rendah di sektor non-
serikat pekerja. Sebagai akibat dari salah alokasi ini, kesejahrteraan ekonomi akan berkurang
dari yang semestinya.
10.4.1 Suatu Analisis Statis

Upah Upah
Upah VVMP u+ nS
Wu
S¿u
Wc Wc Wc
S❑
u S❑n
¿
Wn Sn
VVMP u
Kuantitas VVMP Kuantitas
n Kuantitas
E¿u EUu
Sektor E❑
Sektor
n E
N
¿ E
Sektoru U+N
+n
n
GAMBAR 10.1 memperlihatkan perbedaan upah serikat pekerja dan bukan serikat
pekerja serta perubahan pada kombinasi penggunaan tenaga kerja. Dalam suatu
perekonomian yang terbagi dalam dua sektor, Udan N, permintaan yang meliputi
seluruh kegiatan ekonomi akan tenaga kerja VMPPu+n dan penawaran tenaga kerja
yang meliputi seluruh ekonomi, S, menentukan upah keseimbangan W o , dan volume
penggunaan tenaga kerja, Eu+n. Pada upah W o penggunaan tenaga kerja dalam sektor
U adalah Eu ; penggunaan tenaga kerja dalam sektor N adalah En . Jika sektor U
menjadi sektor serikat pekerja dan upah naik disana sampai W u , pengunaan tenaga
kerja jatuh ke Eu . Para pekerja yang kecewa dalam sektor W n dapat beralih kesektor N,
menambah penawaran dan mengurangi upah disana sampai W n . Pada W n pengunaan
tenagakerja meluas dalam sektor N sampai En . Jadi, dalam suatu model statis disana
tidak perlu terjadi pengangguran sebagai akibat kebijaksanaan upah serikat pekerja.
Dengan memperkenalkan pertimbangan yang lebih realistis kedalam analisi statis, kita
dapat menarik kesimpulan bahwa pengangguran lebih cenderung merupakan akibat
dari kebijaksanaan upah serikat pekerja.

10.4.2 Suatu Analisis Dinamis


Untuk menganalisis pengaruh perbedaan upah serikatn pekerja-bukan serikat
pekerja terhadap tingkat pertumbuhan pengunaan tenaga kerja serikat pekerja dan
bukan serikat pekerja, marilah kita tinjau rentetan peristiwa yang dilukiskan dalam
gambar 10.2.
Upah Upah

W ¿u
W❑
n

W❑ W ¿n
u
VVMP ¿ VVMP ¿n
u

VVMP u VVMP n

E¿u Kuantitas E¿n E'n Kuantitas


Sektor U Sektor N
GAMBAR 10.2 perbedaan upah serikat pekerja dan bukan serikat pekerja serta
perubahan dalam pertumbuhan penggunaan tenagakerja. Perbedaan upah serikat
pekerja dan bukan serikat pekerja, W u -W n , mucul disini. Pada upah W u pengunaan
tenagakerja dalam sektor serikat pekerja adalah Eu . Pada upahW n penggunaan
tenagakerja dalam sektor bukan serikat pekerja adalah En . asumsikan permintaan akan
tenagakerja bertambah sama besarnya dikedua sektor. Disektor sektor pekerja upah
serikat pekerja bisa naik sampai W u tanpa kehilangan tenaga kerja. Meningkatnya
permintaan di sektor bukan serikat pekerja menaikkan upah sampai W n ,sedangkan
pengangguran tenaga kerja bertambah di sektor bukan serikat pekerja sampai En . Jadi,
kenaikan permintaan akan tenaga kerja berakibat dalam pertumbuhan penggunaan
tenaga kerja hanya disektor bukan serikat pekerja.

10.4.3 Suatu Ikhtisar Tentang Pengaruh Serikat Pekerja


Apabila kebijaksanaan upah serikat pekerja tidak menyebabkan banyak
pengangguran dikalangan anggota mereka, maka biaya itu tergeser ke sektor bukan
serikat pekerja. Secara khusus, biaya perolehan upah serikat pekerja rata-rata lebih
rendah dibandingkan dengan upah di kalangan pekerja bukan serikat pekerja dengan
redistribusi pendapatan peserta dan salah alokasi tenaga kerja. Akan tetapi,
pertambahan penggunaan tenaga kerja adalah lebih besar di sektor bukan serikat
pekerja dibandingkan dengan semestinya.

10.5 Pertumbuhan Serikat Pekerja menurut Model Ashenfelter-Pencavel


Suatu upaya dari seorang ahli ekonomi untuk menerangkan perubahan dalam keanggotaan
serikat pekerja bertitik tolak dari hipotesa bahwa individu menggabungkan diri pada serikat
pekerja apbila keuntungan yang diharapkan karena bergabung dengan serikat pekerja adalah
lebih besar daripada biaya yang diharapkan. Hipotesa ini, apabila diuraikan sepenuhnya,
meramalkan bahwa keanggotaan serikat pekerja akan langsung berbeda-beda sesuai dengan
tingkat kegiatan ekonomi. Ross Robertson telah melukiskan perubahan siklus dalam kegiatan
serikat pekerja selama abad kesembilan belas denagn menyatakan :
Keanggotaan serikat pekerja selalu meningkatkan dengan cepat selama periode makmur dan
menurun sama cepatnya dengan tibanya masa depresi.pada masa meningkatnya keadaan
ekonomi, maka segala sesuatu dengan mudah dapat dilakukan melalui upaya organisasi.
Kenaikan harga komoditi, baik dalam perdagangan eceran maupun borongan, mendahului
kenaikan sewa dan upah, sedangkan penghasilan nyata jatuh sampai kepada tingkat yang
mencemaskan para pekerja dalam mengambil tindakan kolektif. Juga mereka tidak takut
terhadap pembalasan dendam pihak majikan oleh karena adanya kegiatan serikta pekerja,
sebab lowongan kerja cukup banyak.
Robertson bermaksud hendak menerapkan gambaran ini tentang sifat siklus kegiatan
seriakt pekerja terhadap serikat pekerja dalam abad kesembilan belas. Walaupun beberapa
bagian dari gambarannya itu tidak berlaku lagi bagi abad dua puluh ini, ia masih merupakan
kasus pola keanggotaan serikat pekerja yang bercorak siklus yang ditemukan untuk abad ini
juga.
Bertitik tolak dari pemikiran bahwa biaya dan keuntungan keanggotaan serikat pekerja
kepada individu mengalami perubahan dalamperjalanan waktu, dan bahwa individu
menyesuaikan diri terhadap perubahan semacam itu dalam soal biaya dan keuntungan, maka
Ashenfelter dan Pencavel pertama sekali mulai dengan cara mengidentifikasikan, kemudian
mengkuantitaskan, perubahan dalam biaya dan keuntungan dari keanggotaan serikat pekerja.
Selama berlangsung peridoe perluadan ekonomi, tingkat harga berubah secara khusus
mengungguli kenaikan upah uang demikian rupa sehingga upah nyata pun mengalami
kemerosotan. Kalau salah satu pendelatan utama serikat pekerja adalah janji mereka untuk
menaikkan upah, maka keuntungan yang diharapkan dari penggabungan diri dengan serikat
pekerja haruslah meningkat dengan tingkat kenaikan harga. Jadi, keanggotaan serikat pekerja
hendaklah berbeda-beda secara langsung dengan perubahan tingkat harga dan dengan
perubahan penggunaan tenaga kerja.
Ashenfelter dan Pencavel tidak mengajukan tuntutan bahwa model merekalah yang
memberikan gambaran yang tepat mengenai tumbuhan serikat pekerja selama periode tahun
1960-an. Memang mereka yang mengemukakan bahwa sejumlah penentuan dalam
pertumbuhanserikat pekerja (misalnya bobot kepemimpinan dalam serikat pekerja) pada
hakikatnya menentang kuantifikasi. Apa yang mereka lakukan, baik secara perkembangbiakan
di masa depan maupun secara kompak, ialah memberikan model kepada pertumbuhan serikat
pekerja dalam kerangka biaya yang menguntungkan, menguji model mereka dengan
menggunakan data seri waktu bagi suatu jangka tertentu dan menemukan bahwa hasilnya
dapat menunjang berbagai hipotesa mereka.

10.6 Prospek Bagi Pertumbuhan Serikat Pekerja Di Amerika Serikat


Dua buah studi yang mempelajari variasi antar bidang dalam serikat kerja dilakukan oleh
W.J Moore dan R.J Newman dan yang dilakukan oleh B.T Hirsch. Unit yang diselidiki Moore
dan Newman adalah negara bagian. Hirsch meliputi Standard Metropolitan Statistical Area
(SMSA). Ukuran mengenai serikat pekerja berbeda pulapada kedua studi itu. Apa yang Moore
dan Newman jelaskan adalah perbedaan dalam keanggotaan serikat pekerja, U, sebagai
persentase jumlah pekerja di luar bidang pertanian di negara bagian, E.meskipun Hirsch
memperkembangbiakkan dua jenis ukuran serikat pekerja, kita akan melaporkan hasilnya
untuk keanggotaan serikat pekerja, U, sebagai suatu persentase dari semua sektor pekerja
swasta.
Perumusan teoritis Hirsch berada dalam kerangka penawaran permintaan diperkembangkan
oleh John Pencavel. Jadi, penjelasan variabel yang dia pilih adalah yang diharapkan
mempunyai pengaruh baik terhadap permintaan maupun terhadap penawaran jasa serikat
pekerja.
Moore dan Newman menemukanperbedaan dalam ratio U/E di berbagai negara bagian
untuk dihubungkan secara sistematis dengan tujuh variabel.
1. Persentase penggunaan tenaga kerja dalam pekerjaan kasar.
2. Tingkat urbanisasi.
3. Persentase angkatan kerja yang diwakili oleh bukan kulit putih.
4. Persentase angkatan kerja yang diwakili oleh pekerja lebih tua usia.
5. Persentase angkatan kerja yang diwakili oleh kaum wanita.
6. Adanya negara bagian yang menerapkan undang-undang layak kerja.
Studi yang dilakukan Hirsch merupakan yang pertama menemukan suatu pengaruh negatif
dan penting artinya dalam merangkal keanggotaan serikat pekerja di berbagai SMSA negara
bagian penjunjung undang-undang layak kerja.
Literatur empiris ini menunjang secara luas pencapaian prospek pertumbuhan serikat
pekerja. Bahkan dalam sektor ekonomi swasta pun, proporsi tenaga kerja kantoran dan tenaga
kerja kasar telah mengalami peningkatan. Nampaknya bahwa bidang yang paling subur bagi
serikat pekerja untuk meningkatkan upayanya dalam memperoleh keanggotaan adalah sektor
layanan umum, sektor pemerintahan, dan sesungguhnya disitulah sejumlah besar anggota-
aggota serikat pekerja telah dikerahkan pada tahun-tahun belakangan ini di Amerika Serikat.

10.7 Penawaran Kolektif


Perusahaan mengetahui biaya produksi, tingkat upah tertinggi daklam industrinya dan
pasarnya. Tenaga kerja setempat, dan kondisi pasar tenag kerja pada umumnya. Perusahaan
ini hanya mengandung harapan bagi penjualan dankeuntungan hari depannya dalam beberapa
tahun berikutnya. Pihak serikat pekerja mengetahui syarat-syarat ketenagakerjaan yang
mencakup kontrak yang ada maupun kondisi pasar pada umumnya. Pihak perusahaan
menghendaki tetap mempertahankan keanukan biaya produksi seminimal mungkin, pihak
serikat pekerja menghendaki jaminan keuntungan sebesar-besarnya bagi para anggotanya.
Kalau serikat pekerja mengundurkan tuntutannya dan perusahaan meningkatkan
penawarannya selama berlangsung masa perundiungan itu, maka besar lemungkinan kedua
belah pihak akan tiba pada suatu kontrak baru tanpa perlu mengalami pengehentian pekerjaan.
Terdapat keuntungan maupun biaya bagi penghentian sementara pekerjaan.

10.7.1 Keuntungan Dan Biaya Kalau Menerima Tuntutan Mula-Mula Serikat Pekerja.
Suatu kemungkinan bagi pihak perusahaan ialah menyetujui permintaan awal pihak
serikat pekerja. Keuntungan mengambil stretegi semacam itu adalah untuk mencegah
kemungkinan terjadinya pemogokan dengan interupsinya terhadap produksi,
penjualan, dan keuntungan. Biaya tindakan ini adalah untuk meningkatkan biaya
produksi perusahaan dengan suatu jumlah yang secara khusus bahkan serikat pekerja
pun menganggapnya sebagai tidak realistis, dan biaya yang meningkat ini akan ulung
selama berlakunya kontrak baru, biasanya untuk 2 atau 3 tahun. Orang dapat
mengemukakan alasan bahwa perusahaan lainnya dalam bidang industri yang sasma
akan mendorong perusahaan untuk menerima suatu usul semacam ini oleh karena hal
itu secara relatif akan membuat mereka keluar dengan hasil yang lebih baik dalam
pasar produk.
Keuntungan bagi serikat pekerja apabila usul semulanya diterima dapat bersifat
dramatik atau substansial. Keuntugan itu dpat berupa upah atau keuntungan yang
selam ini hanya merupakan impian saja bagi mereka. Biaya potensial untuk
mengajukan permintaan semula yang tidak realistis pada hakikatnya sangat kecil.
Biaya menerima tawaran semula dari serikat pekerja cenderung melebihi
keuntungan. Bagi serikat pekerja, keuntungan mengajukan tuntutan selama yang tinggi
dan tidak realistis itu pada lazimnya melebihi biaya. Penolakan oleh pihak perusahaan
terhadap suatu tuntutan semula serikat pekerja janganlah ditafsirkan sbagai suatu
kegagalan bagi penawaran kolektif; prosesnya memang pantas untuk mencapai suatu
tujuan yang baik. Kemungkinan bahwa para pengurus serikat pekerja secar politis
mendapat ancaman dari sebagian anggota-anggotanya yang menganggap upah yang
sekarang ini sebagai suatu yang tidak dapat diterima. Hal ini bisa terjadi sebagai akibat
dari para penawar yang kurang berpengalaman bagi perusahaan, atau sebagai akibat
dari fakta bahwa perusahaan mempunyai informasi yang tidak dimiliki oleh serikat
pekerja tentang kejadian yang akan datang yang dapat mempengaruhi penerimaan atau
biaya perusahaan.

10.7.2 Keuntungan Dan Biaya Kalau Menerima Tawaran Semula Perusahaan.


Keuntungan serikat pekerja menerima tawaran pertama pihak perusahaan
nampaknya snagta minimal. Kalau tawaran perusahaan kurang dari yang diharapkan
serikat pekerja, maka secara khusus serikat pekerja menganggap itu sebagai suatu
penghinaan.
Biaya dalam menerima tawaran pertama perusahaan cenderung tinggi. Sekalipun
tawaran pertama perusahaan lebih tinggi yang diharapkan, biaya penerimaan itu adalah
tinggi karena potensi kemungkinan keberhasilannya lebih tinggi pun nampak ada.
Keuntungan utama serikat pekerja menerima tawaran pertamanya ialah suatu
kontrak tertulis yang akan tetap menjadi pegangan yang berlaku selama beberapa
tahun, suatu kontrak yang dapat memberikan keuntungan persaingan bagi perusahaan
dalam pasar produk maupun suatu masa ketenangan bagi para pekerjanya. Tawaran
pertama perusahaan dapat dibarengi oleh suatu penyajian yang berkepanjangan
mengenai kondisi ekonomi dan industri, dan atau dalam ekonomi keseluruhan yang
tutjuannya adalah untuk membuat tuntutan serikat pekerja nampak lebih masuk akal.
Biaya bagi perusahaan dalam mengajukan tawarn pertama yang diketahui semua
tidak dapat diterima adalah minim sekali. Akan tetapibiaya untuk membuatlebihtinggi
daripada konsesi yang diharapkan mendahului lebih dini dari pada penawaran kolektif
mungkin akan memaksa biaya tinggi bagi perusahaan.
10.7.3 Gerakan Menuju Suatu Pemogokan Atau Keputusan.
Apabila suatu kontrak baru tercapai melalui penawaran kolektif, maka persyaratan
kontrak secra khusus lebih sedikit dari tuntutan pertama pihak serikat pekerja dan lebih
baik dari tawaran pertamapihak perusahaan. Jadi, proses penawaran kolektif
merupakan suatu penawaran dimana serikat pekerja menyesuaikan tuntutannya
kebawah sedangkan pihak perusahaan menyesuaikan tawarannya yang pertma ke arah
atas.
Proses model penawaran kolektif yang kita pilih untuk disajikan adalah yang
diperkembangkan oleh Sir John Hicks.
Tingkat
Kurva
upah
konsensi majikan

Kurva
perlawanan serikat
pekerja

0 Pemogokan yang diharapkan

Gambar 10.3 model Hicks tentang penawaran kolektif. Kurva konsesi majikan dalam
kecondongan positif, mencerminkan keinginan perusahaan untuk setuju membayar
upah yang lebih tinggi daripada penawaran semula, OZ, daripada mengeluarkan biaya
karena terjadinya pemogokan untuk jangka waktu yang semakin panjang. Kurva
perlawanan serikat pekerja mempunyai kecondongan yang negatif, mencerminkan
keinginan pihak serikat pekerja yang bersedia menerima suatu upah yang lebih rendah
daripada tuntutannya semula, daripada menyelengggarakan pemogokan dengan
memakan biaya yang makin bertambah jika jangka waktu pemogokan itu terus
berkepanjangan.
Model Hicks ini telah di uji oleh Yochanan Comay, Arie Melnik, dan Abraham
Subotnik. Para peneliti ini meneliti enam kasus penawaran kolektif yang berlangsung
selama pemogokan di New York City selama tahun 1966-1967. Masing-masing kasus
yang diteliti melibatkan paling kurang lima babak penawaran dan tandingan
penawaran. Tujuan penulis-penulis itu ialah untuk menjelaskan setiap penawaran dan
tandingan penwaran itu kedalam pengertian moneter agar menciptakan kurva konsesi
majikan dan kurva perlawan serikat pekerja. Mereka menemukan bahwa dalam
kedelapan kasus ini serikat pekerja cenderung memepertahanakan tuntutan upah
mereka untuk periode pertama berlangsungnya pemogokan, lalu dengan cepat
menguranginya untuk memperoleh satu penyelesaian. Sebagai lawannya, kurva
konsesi manajemen naik agak cepaat selam berlangsungya pemogokan.mereka
menemukan bahwa model yang sederhana ini cukup cermat dalam meramalkan jumlah
dolar pada penyelasaian terakhir.
Sasaran pemimpin serikat pekerja diasumsikan: (1) tetap hidup dan terus
bertumbuhnya serikat pekerja sebagai suatu lembaga, dan (2) berbagai sasaran politis
mereka. Peranan pemimpin serikat pekerja bersifat ganda : memberikan informasi
kepada pihak manajemen (pimpinan perusahaan) terus menerus mengenai sikap serta
keinginan para anggota jajaran serikat pekerja (bentuk skedul konsesi serikat pekerja),
dan memberikan informasi kepada angoota jajaran serikat pekerja yang menjadi
landasan politik mereka mengenai apa yang layak bagi tuntutan upah.
Sebuah studi yang lebih mutakhir lagi tentang 80 buah perundingan kontrak
melibatkan 10 perusahaan dalam masa tahun 1954-1970 telah dilakukan oleh Hsfarber
dalam studinya ia menggunakan suatu fariasi dari model Ashenfelder-Johnson, akan
tetapi dia mengembangkan model itu sampai memperhatikan bukan saja tingkah laku
optimal perusahaan melainkan juga berbagai macam aspek anggota jajaran serikat
pekerja yang menyangkut tingkah laku politis mereka.
Pendekatan lainnya terhadap masalah kegiatan pemogokan ialah yang dilakukan
Melvin W. Reder dan George R. Neumann, sebagaimanan judul karya mereka
menyatakannya, mereka berusaha untuk merumuskan suatu teori perselisihab dalam
ilmu ekonomi umum, dimana perselisihan majikan dan tenaga kerja merupakan salah
satu dari sekian bnayak macam perselisihan. Kesimpulan utama dari karya mereka
ialah bahwa perbedaan dalam kegiatan pemogokan di berbagai wilayah di Amerika
Serikatterutama dalam biang pabri-pabrik dan industri, sangat besar perbedaanya
dengan biaya pemogokan yang diperkirakan – suatu kesimpulan yang tidak mungkin
terjadi dalam ilmu ekonomi, sebagaimana mereka catat.
EVALUASI

Latihan :

REFERENSI

 Borjas, George J., 2005. Labor Economics. Third Edition. McGraw-Hill. Irwin. New York.
 Ch. …..

 Sonny, Sumarsono, 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia : Teori dan Kebijakan Publik.
Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.  Bab 12 dan 13
11. PENGANGGURAN

PENDAHULUAN

Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang dialami oleh banyak negara. Begitu
seriusnya masalah ini sehingga dalam setiap rencana-rencana pembangunan ekonomi masyarakat
selalu dikatakan dengan tujuan untuk menurunkan angka pengangguran. Namun kebijakan
pemecahan sudah barang tentu harus dialamatkan kepada apa yang menjadi penyebabnya.Oleh
karena itu setiap analisa masalah-masalah ini selalu berminat untuk mengetahui profil
permasalahan.

TUJUAN INSTRUKSIONALUMUM

Setelah mengikuti kuliah pendahuluan ini, mahasiawa memahami pengertian dan ruang
lingkup pengangguran, bentuk-bentuk pengangguran, serta teori pengangguran dan
penyebab terjadi pengangguran

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

1. Mahasiswa mampu memahami kembali tentang pengertian,bentuk/tipe, dan jenis-jenis


pengangguran
2. Mahasiswa menjelaskan tentang Angkatan kerja dan pengangguran serta setengah
pengangguran.
3. Mahasiswa memahami Teori-teori tentang pengangguran serta penyebabnya.
4. Mahasiswa mengerti kebijakan kompensi terhadap pengangguran.

1………… SKENARIO PEMBELAJARAN


2…………
3…………

Kegiatan perkuliahan dilaksanakan dengan skenario sebagai berikut:


1. Perkenalan kepada materi yang akan dibahas
2. Penjelasan tentang pokok bahasan, dan kompetensi yang akan dicapai (TIU dan TIK).
3. Ringkasan materi disampaikan dengan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
4. Evaluasi pencapaian

RINGKASAN MATERI

11.1 Bentuk-bentuk Pengangguran


1. Pengangguran Friksional
Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan
temporer dalan mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang ada. Kesulitas
temporer ini dapat berbentuk:
a. Tenggang waktu yang diperlukan selama proses atau prosedur pelamaran dan seleksi,
atau terjadi karena faktor jarak atau kurangnya informasi;
b. Kurangnya mobilitas mencari kerja dimana lowongan pekerjaan justru terdapat
bukan disekitar tempat tinggal si pencari kerja
c. Pencari kerja tidak mengetahui dimana adanya lowongan pekerjaan dan demikian
pengusaha tidak mengeahui dimana tersediannya tenaga- tenaga kerja yang sesuai.
Pengangguran frictional ini disebabkan oleh suatu hambatan yang menyebabkan
proses bertemunya penawaran dan permintaan tenaga kerja menjadi titik lancar.

2. Pengangguran Musiman
Pengangguran Musiman adalah pengangguran yang terjadi karena pergantian
musim. Di luar musim panen dan turun kesawah, banyak orang yang mempunyai
kegiatan ekonomis, mereka hanya sekedar menunggu musim yang baru. Selama masa
menunggu tersebut meeka digolongkan sebagai penganggur musiman.

3. Pengangguran Siklikal
Pengangguran Siklikal adalah pengangguran yang terjadi karena adanya siklus naik
turunnya perkonomian disuatu negara, Sebenarnya pengganguran seperti ini, mirip
dengan pengangguran musiman. Namun hal ini terjadi dalam jangka yang lebih panjang.

4. Pengangguran Struktural
Pengangguran Struktural adalah pengangguran yang terjadi karena perubahan dalam
struktur atau komposisi prekonomian. Perubahan struktur yang demikian memerlukan
perubahan dalam keterampilan tenanga kerja yang di butuhkan, sedangka pihak pencari
kerja tidak mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan baru tersebut.

5. Pengangguran Teknologis
Perubahan Teknologi produksi membawa dampak kesempatan kerja berbagai arah.
Kekuatan substitutif dan kekuatan merobak spesifikasi jabatan yang ditimbulkan
membawa dampak negatif bagi kesempatan kerja berupa pengangguran.

6. Pengangguran karena kurangnya pemintaan aggregat


Bila permintaan terhadap barang dan jasa lesu, maka pada gilirannya timbul pula
kelesuan pada permintaan tenaga kerja. Kurang permintaan aggregat disini diartikan
sebagai mendasar bukan sementara bulanan atau sementara tahunan, tetapi merupakan
kondisi yang berlaku dalam jangka panjang.

11.2 Teori Pengangguran


11.2.1 Definisi
Pengangguran (unemployent) adalah suatu keadaan dimana seseorag yang tergolong
dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang
mencari pekerjaan.

11.2.2 Jenis Pengangguran


Dilihat dari sebab-sebab timbulnya pengangguran dapat dibagi menjadi:
 Pengangguran Friksional atau transisi (fricsional or trasional unemloyment) adalah
jenis pengangguran yang timbul akibat darioerubahan didalam syarat-syarat kerja.
 Pengangguran Struktural adalah (structural unemployment) adalah pengangguran
yang terjadi sebagai akibat adanya perubahan di dalam struktur pasar tenaga kerja.
 Pengangguran Alamiah (natural unemployment) atau lebih dikenaldengan istilah
tingkat pengangguran alamiah adalah tingkat pengangguran yang terjadi pada
kesempatan kerja penuh atau tingkat pengangguran dimana inflasi yang diharapkan
sama dengan tingkat inflasi aktual.
 Pengangguran Konjungtur atau siklis (cyclical unemployment) adalah jenis
pengangguran yang terjadi akibat merosotnya kegiatan ekonomi.

Adapun jenis-jenis pengangguran di negara sedang berkembang adalah


 Pengangguran terselubung (disquid unemployment) yang terjadi akibat didalam
perekonomian adanya kelebihan tenaga kerja sehingga sering pengangguran tak
kentara.
 Pengangguran Musiman (season unemployment) yaitu pengangguran yag terjadi
pada waktu-waktu tertentu pada satu tahun.
 Setengah Penagngguran (under unemploment) yaitu pengangguran yang terjadi
akibat kelebihan penduduk disektor-sektor tertentu pada negara sedang
berkembang.

Edger Edwards (Todaro,1999;244-245) membedakan jenis-jenis pengangguran


khususnya dinegara sedang berkembang,sebagai beriku:
 Pengangguran Terbuka (open unemployment) yaitu mereka yang benar-benar tidak
bekerja baik secara sukarela maupun karena terpaksa.
 Setengah Pengangguran (undeunemploymet) yaitu para pekerja yang jumlah jam
kerjanya lebih sedikit dari yang sebenarnya mereka inginkan
 Mereka yang nampak aktif bekerja tetapi sebenarnya kurang produksi adalah
mereka yang tergolong dalam pengangguran terselubung.
 Mereka yang memang tidak mampu bekerja secara penuh karena cacat atau
sebagainya yang sebenarnya mereka ingin bekerja tetapi hasrat terbentur pada
kondisi tubuh yang tidak memungkikan.
 Mereka yang tidak produktif yaitu mereka yang sesungguhnya memiliki
kemampuan untuk melakukan pekerjaan-perkejaan produktif akan tetapi mereka
tidak memiliki sumber daya komplemen yang memadai untuk menghasilkan output
yang mereka miliki hanya tenaga.

11.2.3 Dampak Pengangguran


1. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian
 Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimumkan pendapat
nasional yang sebenarnya dicapai lebih rendah dari pada pendapatan nasional
potensial
 Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak (tax revenue) pemerintah
berkurang.
 Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi.
2. Dampak Pengangguran Terhadap Individu dan Masyarakat
 pengangguran dapat menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan pendapatan
 penganguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan
 pengangguram dapat juga menyebakan ketidakstabilan politik.
 Penggangguran dapat menyebabkan timbulnya penyakit sosial di masyarakat.

11.3 Penyebab Pengangguran


a. Pengangguran Konjungtural yaitu pengangguran yang disebabkan turunnya kegiatan
ekonomi
b. Pengangguran struktural yaitu pengangguran yang disebabkan perubahal struktural
ekonomi suatu negara atau daerah
c. Pengangguran musiman yaitu pengangguran yang disebabkan oleh fluktuasi kegiatan
prduksi dan distribusi barang serta jasa.
d. Pengangguran teknologis yaitu pengangguran yang terjadi oleh karena perubahan
teknlogi produksi
e. Pengangguran wanita yaitu pengangguran yang disebabkan oleh adanya kebiasaan
masyarakat suatu daerah atau negara ntuk melarang kaum wanita bekerja.
f. Pengangguran geografis yaitu pengangguran yang terjadi karea adanya isolasi geografis
suatu daerah terhadap kegiata ekonomi.

11.4 Kebijakan Kompensasi pada Pengangguran


Pengangguran, setengah pengangguran atau status informal merupakan tiga buah masalah
ketenagakerjaan yang saling berkaitan. Yang jelas karena hal ini merupakan masalah sudah
barang tentu memerlukan pemecahan. Bentuk pemecahannya berbeda-beda tergantung pada
bentuk permasalahannya.
11.4.1 Pengangguran Friksional
Ditinjau dari deskripsi permasalahan , inti persoalannya terletak pada hambatan
aliran informasi antara penawaran dan pemintaan tenaga kerja. Oleh karena itu,
penanganannya harus berupa usaha untuk mengintensifikasi dan mengesktensifkan
informasi.

11.4.2 Pengangguran Musiman


Masalah yang timbul dalam dimesnsi musiman ini adalah saat-saat di mana
sedang terjadi off-season. Bila off-season penganggur ini dibutuhkan lagi sehingga
mereka tidak perlu meninggalkan tempat tinggalnya jauh-jauh atau secara permanen.
Salah satu pemecahan berupa migrasi musiman ke daerah lain, namun tindakan ini
mahalbila di tinjau dari biaya sosial.

11.4.3 Pengangguran Siklikal


Untuk menanggulangi pengangguran siklikal dibutuhkan kebijakan antisiklikal.
Berbagai kebijakan seperti itu dapat berupa kebijakan tergolong memoneter atau
fiskal.

11.4.4 Pengangguran Struktural dan Teknologi


Inti masalah yang timbul dalam pengangguran struktural dan teknologi adalah
gaganya penyesuaian keterampilan mereka yang terkena, menjadi keterampilan yang
laku dalam situasi yang baru. Oleh karena itu, maka pemecahannya harus diarahkan
pada program latihan dan latihan ulang.

11.4.5 Pengangguran Karena Kurangnya Permintaan Agregat


Inti persoalan dalam hal pengangguran jenis ini adalah lesunya kegiatan ekonomi,
maka menghidupkan kegiatan ekonomi ini, investasinya dalam skala yang besar
perlu di jalankan agar menghidupkan permintaan agregat. Permintaan agregat ini
berasal dari rumah tangga konsumen, perusahaan dan pemerintah.

11.4.6 Setengah Pengangguran


Penyelesaian masalah setengah pengangguran tergantung pada penyebabnya. Bila
penyebabnya karena kurang jam bekerja maka tindakan-tindakan yang bersifat
ekspansif seperti uraikan dimuka dapat merupakan kebijakan dasar.

11.4.7 Status Hubungan Kerja Informal


Gambar 1
Skema Mengenai Faktor-faktor Utama dari Sisi Permintaan dan Sisi Penawaran, dan
Kebijakan Pemerintahyang Mempengaruhi Sektor Informal

Kebijakan
(Pemerintah)

Demand Factors (Pasar Supply Factors (Pasar


Output) Tenaga Kerja)

SektorPendapatan
- Distribusi - Pengangguran
Sektor
Informal Informal
- Kemiskinan - Gaji/Upah

- Harga Relatif - Keinginan membuka


usaha sendiri

Pengaruh kebijakan (pemerintah) terhadap perkembangan sektor informal dapat


bersifat tidak langsung melalui efek terhadap pasar output (sisi permintaan) dan pasar
tenaga kerja (sisi penawaran), yang berarti akan mempengaruhi determinant factors
tersebut di atas, dan bersifat langsung ke sektor tersebut (Gambar 1). Kriteria-kriteria
untuk memilih segmen-segmen mana pada sektor informal yang mempunyai nilai
tambah besar(atau yang mengandung opportunity cost yang rendah) untuk
dikembangkan adalah misalnya: (1) unit usaha yang membuat barangbarang yang
mempunyai potensi besar untuk ekspor; (2) unit usaha yang membuat barangbarang
atau jasa yang mempunyai potensi besar untuk menggantikan produk-produk impor;
(3) unit usaha yang melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi yang dapat membantu
meningkatkan overall efficiency di dalam subsektor atau sektornya dan; (4) unit
usaha yang mempunyai potensi besar sebagai pemasok yang efisien dan produktif
bagi sektor formal.
 Peluang Sektor Informal
Peluang sektorinformal untuk tetap bertahan atau berkembang, dapat dilihat dari
dua sisi. Dari sisi penawaran, masih ada persoalan struktural ketenagakerjaan di
dalam negeri memberi peluang besar bagi pertumbuhan sektor informal. Dengan
adanya krisis ekonomi, peluang tersebut semakin besar. Terbukti krisis ekonomi
selama tahun 1998 lalu memberi sejumlah dorongan positif bagi pertumbuhan
output (bukan produktivitas) di sektor tersebut lewat labour market effect, yakni
pertumbuhan jumlah unit usaha, pekerja dan pengusaha akibat meningkatnya
jumlah pengangguran (akibat banyak pekerja di sektor formal yang di PHK-kan).
Dorongan positif lainnya dari sisi penawaran (produksi) adalah munculnya
tawaran dari sektor formal untuk melakukan mitra usaha atau aliansi dengan sektor
informal karena kondisi memaksa. Dengan lain kata, muncul kesempatan besar
untuk melakukan kemitraan atau misalnya subcontracting antara industri besar
dengan industri kecil 4 Selain itu, krisis ekonomi dengan kondisi nilai tukar rupiah
merosot besar terhadap dollar AS, sebenarnya dapat memberi kesempatan ekspor
lebih besar bagi industri kecil. Walaupun kenyataannya perkembangan ekspor
Indonesia secara umum dan perkembangan industri kecil pada khususnya, tidak
terlalu signifikan.
Dari sisi permintaan (pasar output), selama sebagian besar penduduk Indonesia
berpendapatan rendah, permintaan terhadap produk-produk (barang maupun jasa)
dari sektor informal tetap besar. Jadi, dapat dikatakan bahwa sektor informal
berfungsi sebagai the last resort, tidak hanya dilihat dari sisi kesempatan kerja
(pasar buruh) tetapi juga dari sisi penjaminan ketersediaan kebutuhan pokok bagi
masyarakat miskin (pasar output).

EVALUASI
Latihan :

1. …
2. ….
3. ….

REFERENSI

 Borjas, George J., 2005. Labor Economics. Third Edition. McGraw-Hill. Irwin. New York.
 Ch. …..

 Sonny, Sumarsono, 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia : Teori dan Kebijakan Publik.
Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.  Bab 13

 Nur, Feriyanto . 2014, Ekonomi Sumber Daya Manusia : Dalam Perspektif Indonesia.
Cetakan pertama, UPP STIM YKPN, Yogyakarta

Artikel dari firnandy@bappenas.go.id. Studi Profil Pekerjadi Sektor Informal Dan Arah Kebijakanke

Anda mungkin juga menyukai