Anda di halaman 1dari 4

Angkatan kerja dan tenaga kerja

Angkatan dan Tenaga Kerja. Angkatan kerja adalah penduduk yang sudah memasuki
usia kerja (berusia 15 - 65 tahun), baik yang sudah bekerja, belum bekerja, atau sedang
mencari pekerjaan. Tenaga kerja adalah penduduk yang telah memasuki usia kerja, baik
yang sudah bekerja maupun aktif mencari kerja, yang masih mau dan mampu untuk
melakukan pekerjaan. Berdasarkan UU No 13. tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa, baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Berikut ini pembahasan
tentang angkatan kerja, tenaga kerja, masalah tenaga kerja, dan peran pemerintah
dalam
permaslahan
tenaga
kerja.
Angkatan Kerja
Ukuran besar-kecilnya angkatan kerja sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah
penduduk yang sudah memasuki usia kerja. Definisi angkatan kerja adalah penduduk
yang sudah memasuki usia kerja, baik yang sudah bekerja, belum bekerja, atau sedang
mencari pekerjaan. Menurut ketentuan pemerintah Indonesia, penduduk yang
sudah memasuki usia kerja adalah mereka yang berusia minimal 15 tahun sampai 65
tahun. Namun, tidak semua penduduk yang memasuki usia tadi disebut angkatan kerja.
Sebab penduduk yang tidak aktif dalam kegiatan ekonomi tidak termasuk
dalam kelompok angkatan kerja, seperti ibu rumah tangga, pelajar, dan mahasiswa,
serta penerima pendapatan (pensiunan).
Pertumbuhan angkatan kerja dipengaruhi pula oleh struktur penduduk berdasarkan:

jenis kelamin, usia penduduk, dan tingkat pendidikan. Makin banyak komposisi jumlah
penduduk laki-laki dalam suatu negara, semakin tinggi pula angkatan kerja di negara
tersebut. Karena ibu rumah tangga tidak digolongkan sebagai tenaga kerja. Sementara,
usia penduduk berpengaruh terhadap jumlah angkatan kerja dalam suatu negara.
Semakin besar jumlah penduduk yang berusia produktif, maka semakintinggi pula
angkatan kerjanya. Semakin rendah tingkat pendidikan penduduk suatu negara, maka
akan makin rendah pula angkatan kerjanya, karena saat ini tingkat
pendidikan merupakan salah satu syarat untuk memasuki dunia kerja.
Selain tingkat pendidikan terdapat kriteria lain yang ditetapkan oleh perusahaan atau
instansi dalam menerima calon tenaga kerja, seperti:
1. jenis pendidikan,
2. keahlian khusus,
3. pengalaman kerja,
4. kesehatan, dan
5. sikap dan kejujuran.
Agar dapat menyatukan keinginan perusahaan atau instansi yang membuka kesempatan
kerja dengan pencari kerja, maka dibutuhkan media yang dapat mempertemukan

mereka. Media ini umumnya disebut bursa tenaga kerja. Di bursa tenaga kerja akan
diperoleh informasi mengenai lowongan kerja dari beberapa perusahaan yang
membutuhkan tenaga kerja, seperti jabatan yang tersedia, spesialisasi, kualifikasi, dan
keahlian yang dibutuhkan. Di Indonesia, badan atau lembaga yang bertindak sebagai
bursa tenaga kerja ialah Departemen Tenaga Kerja dan perusahaan penggerak tenaga
kerja.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk yang telah memasuki usia kerja, baik yang sudah bekerja
maupun aktif mencari kerja, yang masih mau dan mampu untuk melakukan
pekerjaan.Berdasarkan UU No 13. tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk
memenuhi
kebutuhan
sendiri
maupun
masyarakat. Tenaga kerja
merupakan faktor produksi
yang
sangat
penting
bagi
setiap negara,
di
samping faktor alam dan faktor modal. Karena meskipun suatu negara memiliki sumber
daya alam dan modal yang besar, ia tetap membutuhkan tenaga kerja sebagai salah
satu faktor produksinya.
Tenaga kerja, modal, dan sumber daya alam yang merupakan faktor produksi tidak
hanya berperan penting dalam peningkatan jumlah produksi, tetapi juga dapat
mendorong naiknya
pendapatan
nasional.
Tingginya
pendapatan
nasional memungkinkan
terbentuknya
tabungan. Tabungan
merupakan
sumber investasi untuk perluasan usaha, sehingga akan membuka lapangan kerja
baru. Banyaknya angkatan kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan
akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan kesejahteraan tenaga kerja sangat erat kaitannya dengan produktivitas
kerja. Jika kesejahteraan tenaga kerja baik, maka produktivitasnya akan meningkat.
Sebab pekerja akan dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, sehingga tenaga
dan pikirannya akan terfokus pada pekerjaannya. Kesejahteraan tenaga kerja harus
diimbangi dengan peningkatan kualitas tenaga kerja. Dengan kualitas tenaga kerja yang
rendah peningkatan produktivitas akan sulit dicapai akibatnya pendapatan pekerjapun
akan sulit untuk ditingkatkan lagi. Untuk meningkatan kualitas tenaga kerja dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.

Pelatihan Tenaga Kerja. Pelatihan tenaga kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk
memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi, produk
tivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian
tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
Pemagangan. Pemagangan merupakan bagian dari sistem pelatihan kerja yang
diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja
secara langsung. Pemagangan tersebut di bawah bimbingan dan pengawasan
instruktur
atau
pekerja yang
sudah
berpengalaman
dalam
proses
produksi barang/jasa di perusahaan.
Perbaikan Gizi dan Kesehatan. Agar dapat mendukung ketahanan fisik dalam
bekerja dan meningkatkan kecerdasan tenaga kerja dalam menerima pengetahuan
baru dan meningkatkan semangat kerja, maka diperlukan peningkatan gizi dan
kesehatan bagi pekerja.
Masalah Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja
Masalah yang dihadapi ketenagakerjaan di Indonesia, di antaranya sebagai berikut.
1. Jumlah Angkatan Kerja yang Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja

Angkatan kerja yang besar jika dapat dimanfaatkan dengan baik akan mampu
meningkatkan
kegiatan perekonomian
yang
pada
akhirnya
akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dicapai apabila angkatan
kerja seluruhnya terserap oleh kesempatan kerja. Kesempatan kerja adalah suatu
keadaan yang menggambarkan ketersediaan lapangan pekerjaan di masyarakat. Jumlah
penduduk Indonesia yang besar ditambah dengan tingginya laju pertumbuhan
penduduk yang seharusnya menjadi pendorong peningkatan kegiatan ekonomi justru
menjadi beban bagi pembangunan ekonomi. Sebab tingkat pertumbuhan penduduk
yang tinggi tersebut tidak diiringi oleh pertumbuhan kesempatan kerja. Ini
merupakan penyebab utama terjadinya pengangguran.
2. Mutu Tenaga Kerja yang Relatif Rendah
Rendahnya tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi mutu
tenaga kerja Indonesia. Tenaga kerja Indonesia minim dalam penguasaan pengetahuan
dan teknologi. Akibatnya, jumlah hasil produksi yang dihasilkan rendah sedangkan
biaya
produksi
tinggi.
Tingginya
biaya
produksi mengakibatkan
hasil
produksi Indonesia sulit bersaing dengan produk negara lain. Mutu tenaga kerja
berpengaruh pula terhadap tinggi rendahnya upah tenaga kerja. Upah buruh
di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, seperti
Serbia, Cina, Rusia, Singapura, dan Malaysia.
3. Persebaran Tenaga Kerja yang Tidak Merata
Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau Jawa. Sementara, di daerah
lain yang wilayahnya lebih luas masih kekurangan tenaga kerja, terutama untuk sektor
pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Akibatnya, di Pulau Jawa banyak terjadi
pengangguran. Sementara, di daerah lain masih banyak sumber daya alam yang belum
dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal.
4. Pengangguran
Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja mengakibatkan
tidak semua angkatan kerja dapat diserap oleh lapangan kerja (pengangguran).
Pengangguran juga terjadi karena angkatan kerja tidak dapat memenuhi persyaratan
yang diminta oleh dunia usaha. Pengangguran dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a. Pengangguran berdasarkan sifatnya

Pengangguran terbuka adalah angkatan kerja yang tidak bekerja dan tidak memiliki
pekerjaan.
Setengah pengangguran adalah tenaga kerja yang bekerjanya tidak optimum dilihat
dari jam kerja. Dengan kata lain, jam kerja dalam satu minggu kurang dari 36 jam.
Pengangguran terselubung adalah tenaga kerja yang bekerja tidak optimum karena
kelebihan tenaga kerja. Seorang petani yang menggarap sawah sebenarnya cukup
hanya dikerjakan oleh satu orang. Karena anaknya tidak punya pekerjaan ia ikut
menggarap tanah tersebut. Anak petani tersebut termasuk penganggur terselubung.
b. Pengangguran berdasarkan penyebabnya

Pengangguran struktural adalah pengangguran yang disebabkan adanya perubahan


dalam struktur perekonomian, misalnya dari agraris menjadi industri. Otomatis
kondisi tersebut mengakibatkan tenaga kerja yang memiliki keahlian di
sektor pertanian tidak terserap di sektor industri.
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang disebabkan pergeseran yang tibatiba pada penawaran dan permintaan tenaga kerja, sehingga sulit mempertemukan
pencari kerja dengan lowongan kerja.

Pengangguran musiman adalah pengangguran yang disebabkan oleh perubahan


musim. Contohnya, buruh tani akan bekerja pada waktu panen, tetapi kalau
sudah habis masa panen ia akan menganggur
Pengangguran voluntary. Pengangguran jenis ini terjadi karena adanya orang yang
sebenarnya masih dapat bekerja, tetapi dengan sukarela ia tidak bekerja. Contohnya,
seorang pegawai perusahaan berhenti bekerja karena punya uang yang banyak.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan, ia memperoleh dari penghasilan uang yang
didepositokan atau dengan menyewakan rumah.
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi karena adanya mekanisasi
atau penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin.
Pengangguran deflasioner disebabkan oleh pencari kerja lebih banyak dibandingkan
dengan kesempatan kerja yang tersedia.
Peranan Pemerintah dalam Permasalahan Tenaga Kerja
Menurut Keynes, pengangguran tidak bisa dihapuskan, tetapi hanya bisa dikurangi.
Pengurangan angka pengangguran dapat dilakukan dengan cara memperluas
kesempatan kerja dan menurunkan jumlah angkatan kerja. Perluasan kesempatan kerja
menurut Prof. Sumitro Djojohadikusumo dapat dilakukan dengan jalan sebagai berikut.

Pengembangan industrialisasi, terutama jenis industri yang bersifat padat karya, yang
lebih banyak membutuhkan tenaga kerja.
Melalui berbagai proyek pekerjaan umum, seperti pembuatan saluran air, pembuatan
jembatan, dan perbaikan jalan.
Sedangkan penurunan angkatan kerja dapat dilakukan melalui program Keluarga
Berencana (KB) dan Wajib Belajar (Wajar) sembilan tahun. Selain itu, untuk
mengurangi angka pengangguran dapat dilakukan usaha-usaha berikut.

Pemberdayaan angkatan kerja dengan cara mengirimkan angkatan kerja dari daerah
yang kelebihan ke daerah yang kekurangan atau membutuhkan tenaga kerja.
Pengembangan usaha sektor informal dan usaha kecil, seperti usaha pembuatan
anyaman rotan, anyaman tikar, dan usaha perkebunan inti rakyat (PIR), sehingga
dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Pembinaan generasi muda yang masuk angkatan kerja, seperti melalui pemberian
kursus keterampilan, pembinaan industri rumah (home industry), atau pembinaan
kewirausahaan.
Mengadakan program transmigrasi.
Mendorong badan usaha-badan usaha untuk proaktif mengadakan kerja sama dengan
lembaga-lembaga pendidikan atau sekolah.
Mendirikan tempat pelatihan kerja, seperti Balai Latihan Kerja (BLK).
Mendorong lembaga-lembaga pendidikan, mulai pendidikan dasar sampai pendidikan
tinggi untuk mengefektifkan program life skill. Artinya, pelaksanaan pendidikan
dengan berorientasi kepada keterampilan, kecakapan, dan keahlian hidup yang
berpokok pangkal pada lingkungan masyarakat sekitar sekolah, sehingga dapat
menghasilkan lulusan-lulusan yang mempunyai kompetensi atau kemampuan dalam
menghadapi segala tantangan.
Mengefektifkan pemberian informasi ketenagakerjaan melalui lembaga-lembaga yang
terkait dengan upaya perluasan kesempatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai