PEMBAHASAN
Menurut Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut
sebagai tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat. Dalam istilah Badan Pusat Statistik (2007), beberapa istilah ketenagakerjaan
yang mesti dipahami sebagai dasar dalam memahami masalah tersebut di Indonesia di
antaranya sebagai berikut :
1. Tingkat partisipasi angkatan kerja yang merupakan indikator yang dapat menggambarkan
keadaan penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang berpartisipasi dalam kegiatan
ekonomi,
2. Tingkat pengangguran terbuka,
3. Penyerapan tenaga kerja yaitu mereka yang terserap diberbagai lapangan pekerjaan
pada suatu periode.
Menurut Simanjutak (1985), konsep dari tenaga kerja terdiri atas angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labor force) merupakan bagian dari tenaga kerja yang
sesunguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu
menghasilkan barang dan jasa. Angkatan kerja ini terdiri atas golongan yang bekerja dan
golongan yang menganggur. Golongan yang bekerja (employed persons) merupakan sebagian
masyarakat yang sudah aktif dalam kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa. Sedangkan
sebagian masyarakat lainnya yang tergolong siap bekerja dan sedang mencari pekerjaan
termasuk di dalam golongan menganggur.
Penjelasan yang sama dalam teori ketenagakerjaan menurut BPS (2007) digunakan
Konsep Dasar Angkatan Kerja (Standar Labour Force Concept) seperti yang digunakan
dalam Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Konsep ini merupakan konsep yang
disarankan dan rekomendasikan International Labour Organization (ILO). Lebih lanjut
disebutkan bahwa penduduk dibedakan atas usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Sedang
penduduk usia kerja dibedakan atas dua kelompok, yaitu :
1. Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun
yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti patani yang sedang menunggu
panen/hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya.Disamping itu mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan tetapi sedag mencari pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan atau bekerja
secara tidak optimal disebut pengangguran.
Menurut ketentuan pemerintah Indonesia, penduduk yang sudah memasuki usia kerja
adalah mereka yang berusia minimal 15 tahun sampai 65 tahun. Namun, tidak semua penduduk
yang memasuki usia tadi disebut angkatan kerja. Sebab penduduk yang tidak aktif dalam kegiatan
ekonomi tidak termasuk dalam kelompok angkatan kerja, seperti ibu rumah tangga, pelajar,
dan mahasiswa, serta penerima pendapatan (pensiunan).
Gambar
Kualitas tenaga kerja dalam suatu negara dapat ditentukan dengan melihat tingkat
pendidikan negara tersebut.Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia, tingkat pendidikannya masih
rendah.Hal ini menyebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi rendah.
Minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas
tenaga kerja, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadaprendahnya kualitas hasil produksi barang
dan jasa.
2. Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja
Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh perluasan lapangan kerja
akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian. Angkatan kerja yang tidak tertampung dalam
lapangan kerja akan menyebabkan pengangguran. Padahal harapan pemerintah, semakin
banyaknya jumlah angkatan kerja bisa menjadi pendorong pembangunan ekonomi.
Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau Jawa. Sementara di daerah lain masih
kekurangan tenaga kerja, terutama untuk sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan.Dengan
demikian di Pulau Jawa banyak terjadi pengangguran, sementara di daerah lain masih banyak
sumber daya alam yang belum dikelola secara maksimal.
4. Pengangguran
Salah satu problem yang langsung menyentuh kaum buruh adalah rendahnya atau tidak
sesuainya pendapatan (gaji) yang diperoleh dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
beserta tanggungannya. Faktor ini , yakni kebutuhan hidup semakin meningkat, sementara gaji
yang diterima relatif tetap, menjadi salah satu pendorong gerak protes kaum buruh. Adapun dalam
sistem ekonomi Kapitalis, rendahnya gaji buruh justru menjadi penarik bagi para investor
asing.Termasuk pemerintah, untuk kepentingan peningkatan pendapatan pemerintah (bukan
rakyat), justru memelihara kondisi seperti ini. Kondisi ini menyebabkan pihak pemerintah lebih
sering memihak ‘sang investor’ , dibanding dengan buruh (yang merupakan rakyatnya sendiri)
ketika terjadi krisis perburuhan. Rendahnya gaji juga berhubungan dengan rendahnya kualitas
SDM.Persoalannya bagaimana, SDM bisa meningkat kalau biaya pendidikan mahal?Solusi
terhadap problem UMR dan UMD ini tentu saja harus terus diupayakan dan diharapkan mampu
membangun kondisi seideal mungkin.
Dalam kehidupan sehari – hari angkatan kerja dapat memiliki pengaruh dalam kehidupan
sehari – hari.Salah satunya yaitu dapat memberikan dampak yang kurag baik dalam kehiduapn
sehari – hari, seperti pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain.Dan apabila pengaruh tersebut tidak
dicarikan solusinya, tentunya permasalahan ini akan membawa dampak yang buruk bagi
kestabilan perekonomian Negara. Dan dampak-dampak negatif lainnya diantaranya:
2.4. Pengangguran
a. Pengertian Pengangguran
Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika sesorang tidak memiliki
pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir untuk
mencari pekerjaan (Kaufman dan Hotchkiss,1999). Pengangguran merupakan suatu keadaan di
mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka
belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut (Sadono Sukirno, 1994). Pengangguran adalah orang
yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum
pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan (Payaman J. Simanjutak,1985).
Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang tidak memiliki
pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir untuk
mencari pekerjaan (Kaufman dan Hotchkiss,1999). Pengangguran merupakan suatu keadaan di
mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka
belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut (Sukirno, 1994). Pengangguran dapat terjadi
disebabkan oleh ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta.
Dalam setiap periode, bagian (s) dari orang-orang yang bekerja kehilangan pekerjaan
mereka, dan sebagaian f dari para penganggur memperoleh pekerjaan. Tingkat pemutusan kerja
dan perolehan kerja inilah yang menentukan tingkat pengangguran (Mankiw, 2003).
b. Jenis-Jenis Pengangguran
Sukirno, 1994) :
Apabila dalam suatu ekonomi terdapat pengangguran sebanyak dua atau tiga persen
dari jumlah tenaga kerja maka ekonomi itu sudah dipandang sebagai mencapai kesempatan
kerja penuh. Pengangguran sebanyak dua atau tiga persen tersebut dinamakan
pengangguran normal atau pengangguran friksional. Para penganggur ini tidak ada
pekerjaan bukan karena tidak dapat memperoleh kerja, tetapi karena sedang mencari kerja
lain yang lebih baik. Dalam perekonomian yang berkembang pesat, pengangguran adalah
rendah dan pekerjaan mudah diperoleh. Sebaliknya pengusaha susah memperoleh pekerja,
Akibatnya pengusaha menawarkan gaji yang lebih tinggi. Hal ini akan mendorong para
pekerja untuk meninggalkan pekerjaanya yang lama dan mencari pekerjaan baru yang lebih
tinggi gajinya atau lebih sesuai dengan keahliannya. Dalam proses mencari kerja baru ini
untuk sementara para pekerja tersebut tergolong sebagai penganggur. Mereka inilah yang
2. Pengangguran siklikal
agregat lebih tinggi, dan ini mendorong pengusaha menaikkan produksi. Lebih banyak
pekerja baru digunakan dan pengangguran berkurang. Akan tetapi pada masa lainnya
pengangguran siklikal.
3. Pengangguran struktural
Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan terus berkembang
maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran. Kemerosotan ini ditimbulkan oleh salah
satu atau beberapa faktor berikut: wujudnya barang baru yang lebih baik, kemajuan
teknologi mengurangi permintaan ke atas barang tersebut, biaya pengeluaran sudah sangat
tinggi dan tidak mampu bersaing, dan ekspor produksi industri itu sangat menurun oleh
karena persaingan yang lebih serius dari negara-negara lain. Kemerosotan itu akan
menyebabkan kegiatan produksi dalam industry tersebut menurun, dan sebagian pekerja
4. Pengangguran teknologi
oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Racun lalang dan rumput, misalnya, telah mengurangi
penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan perkebunan, sawah dan lahan pertanian lain.
Begitu juga mesin telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat lubang,
Pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemajuan teknologi lainnya
Sukirno, 1994) :
1. Pengangguran terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang
lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian
semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari
keadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan suatu
pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan separuh waktu, dan oleh karenanya
dinamakan pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat
dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi
penggunaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran perkembangan sesuatu
industri.
2. Pengangguran tersembunyi
Pengangguran ini terutama wujud di sektor pertanian atau jasa. Setiap kegiatan
ekonomi memerlukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan tergantung
pada banyak faktor, faktor yang perlu dipertimbangkan adalah besar kecilnya perusahaan,
jenis kegiatan perusahaan, mesin yang digunakan (apakah intensif buruh atau intensif
modal) dan tingkat produksi yang dicapai. Di banyak negara berkembang seringkali
didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari
Contohcontohnya ialah pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan
3. Pengangguran bermusim
Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Pada musim
hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa
menganggur. Pada musim kemarau pula para petani tidak dapat mengerjakan tanahnya. Di
samping itu pada umumnya para petani tidak begitu aktif di antara waktu sesudah menanam
dan sesudah menuai. Apabila dalam masa tersebut para penyadap karet, nelayan dan petani
tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur. Pengangguran seperti
4. Setengah menganggur
Pada negara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari desa ke kota adalah
sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang yang pindah ke kota dapat memperoleh
samping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan
jam kerja mereka adalah jauh lebih rendah dari yang normal. Mereka mungkin hanya
bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja-pekerja
yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah
underemployment.
Pengangguran akan muncul dalam suatu perekonomian disebabkan oleh tiga hal
Pada proses ini menyediakan penjelasan teoritis yang penting bagi tingkat
pengangguran. Munculnya angkatan kerja baru akan menimbulkan persaingan yang ketat
pada proses mencari kerja. Dalam proses ini terdapat hambatan dalam mencari kerja yaitu
disebabkan karena adanya para pekerja yang ingin pindah ke pekerjaan lain, tidak
sempurnanya informasi yang diterima pencari kerja mengenai lapangan kerja yang tersedia,
serta informasi yang tidak sempurna pada besarnya tingkat upah yang layak mereka terima,
dan sebagainya.
2. Kekakuan upah
Besarnya pengangguran yang terjadi dipengaruhi juga oleh tingkat upah yang tidak
fleksibel dalam pasar tenaga kerja. Penurunan pada proses produksi dalam perekonomian
akan mengakibatkan pergeseran atau penurunan pada permintaan tenaga kerja. Akibatnya,
akan terjadi penurunan besarnya upah yang ditetapkan. Dengan adanya kekakuan upah,
dalam jangka pendek, tingkat upah akan mengalami kenaikan pada tingkat upah semula.
Hal ini akan menimbulkan kelebihan penawaran (excess supply) pada tenaga kerja sebagai
inflasi dari adanya tingkat pengangguran akibat kekakuan upah yang terjadi.
3. Efisiensi upah
d. Dampak-dampak pengangguran
1. Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara, Jika tingkat
pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian
tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan.
Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan
perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat
kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa
menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih
rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena
itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sektor
pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan
menyebabkan kegiatan perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat
pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat
pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi
pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus
menurun.
Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran
akan menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan
terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak
merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau
pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga
pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
Mengurangi output negara
Menurunkan taraf hidup
Memperlambat proses pembangunan
Meningkatkan Tingkat Kemiskinan
2. Dampak pengangguran terhadap Individu yang Mengalaminya dan Masyarakat, berikut
ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan
terhadap masyarakat pada umumnya:
Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian
Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan
Pengangguran dapat meningkatkan angka kriminalitas
Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial politik.
Pengangguran dapat meningkatkan angka kemiskinan.
Masalah jiwa dan keyakinan
Ketentraman keluarga akan terganggu
Meningkattnya tindakan kriminal
e. Pengukuran Pengangguran
Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari prosentase
membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja dan dinyatakan dalam
persen.
1. (Unemployed Rate)
Angka yg menunjukkan berapa banyak dari jmh angkatan kerja yg aktif mencari
pekerjaan thd angkatan kerja.
Pendidikan merupakan salah satu unsur dalam ilmu pengetahuan, keterampilan sikap dan
perilaku umumnyadapat di lingkungan sekolah atau pendidikanformal. Tetapi tidak hanya
pendidikan formal, melalui pendidikan, individu akanmemiliki kemampuan untuk
mengembangkan diri guna mancapaipenghidupan yang lebih baik, dalam melihat tingkat
pendidikan formal maupun nonformal dapat dilihat dari salah satunya angkamelek huruf. Angka
melek huruf juga dapat menjadi indikator melihat perkembangan pendidikan penduduk. Semakin
tinggi angka melek huruf atau kecakapan bacatulis, maka semakin tinggi pula mutu dan kualitas
SDM. Penduduk yang bisa baca tulis diasumsikan memiliki kemampuan dan keterampilan karena
dapat menyerap informasi baik itu lisan maupun tulisan (BPS, 2011:88).
Angka Melek Huruf (AMH) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah penduduk
usia 15 tahun ke atas yang memiliki kemampuan membaca dan menulis dengan jumlah seluruh
penduduk usia 15 tahun ke atas dikalikan seratus persen. AMH merupakan salah satu indikator
kesejahteraan rakyat yang menjadi ukuran keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan.
Kinerja pemerintah di sektor pendidikan tersebut dapat diukur apabila indikator-indikator terkait
kinerja sektor pendidikan tersedia. Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tahun telah menghitung
AMH berdasarkan data yang diperolah dari pendataan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
dengan tingkat penyajian meliputi provinsi dan kabupaten/kota. Seiring dengan diberlakukannya
kebijakan otonomi daerah dimana pemerintah kabupaten/kota memiliki kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur pemerintahannya, ketersediaan data AMH hingga tingkat kecamatan sangat
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Benggolo. A. Tanpa tahun. Tenaga Kerja dan Pembangunan. Jakarta: Jasa Karya.
https://id.scribd.com/doc/97631596/Angkatan-Kerja-Dasar2-Demografi
Lazuardi, Khoirul, 2014, Pengertian angkatan kerja, tenaga kerja, kesempatan kerja, dan
pengangguran, https://khoirullazuardi.wordpress.com. (Diakses pada tanggal 5
November 2019)