Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Angkatan Kerja, Tenaga Kerja, bukan tenaga kerja

Menurut Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut
sebagai tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat. Dalam istilah Badan Pusat Statistik (2007), beberapa istilah ketenagakerjaan
yang mesti dipahami sebagai dasar dalam memahami masalah tersebut di Indonesia di
antaranya sebagai berikut :

1. Tingkat partisipasi angkatan kerja yang merupakan indikator yang dapat menggambarkan
keadaan penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang berpartisipasi dalam kegiatan
ekonomi,
2. Tingkat pengangguran terbuka,

3. Penyerapan tenaga kerja yaitu mereka yang terserap diberbagai lapangan pekerjaan
pada suatu periode.

Menurut Simanjutak (1985), konsep dari tenaga kerja terdiri atas angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labor force) merupakan bagian dari tenaga kerja yang
sesunguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu
menghasilkan barang dan jasa. Angkatan kerja ini terdiri atas golongan yang bekerja dan
golongan yang menganggur. Golongan yang bekerja (employed persons) merupakan sebagian
masyarakat yang sudah aktif dalam kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa. Sedangkan
sebagian masyarakat lainnya yang tergolong siap bekerja dan sedang mencari pekerjaan
termasuk di dalam golongan menganggur.
Penjelasan yang sama dalam teori ketenagakerjaan menurut BPS (2007) digunakan
Konsep Dasar Angkatan Kerja (Standar Labour Force Concept) seperti yang digunakan
dalam Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Konsep ini merupakan konsep yang
disarankan dan rekomendasikan International Labour Organization (ILO). Lebih lanjut
disebutkan bahwa penduduk dibedakan atas usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Sedang
penduduk usia kerja dibedakan atas dua kelompok, yaitu :

1. Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun
yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti patani yang sedang menunggu
panen/hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya.Disamping itu mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan tetapi sedag mencari pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan atau bekerja
secara tidak optimal disebut pengangguran.
Menurut ketentuan pemerintah Indonesia, penduduk yang sudah memasuki usia kerja
adalah mereka yang berusia minimal 15 tahun sampai 65 tahun. Namun, tidak semua penduduk
yang memasuki usia tadi disebut angkatan kerja. Sebab penduduk yang tidak aktif dalam kegiatan
ekonomi tidak termasuk dalam kelompok angkatan kerja, seperti ibu rumah tangga, pelajar,
dan mahasiswa, serta penerima pendapatan (pensiunan).

2. Bukan Angkatan kerja


Bukan Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja ataupun mencari
pekerjaan, atau bisa dikatakan sebagai bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat
atau tidak berusaha terlibat dalam kegiatan produksi. terdiri penduduk yang periode rujukan tidak
mempunyai/ melakukan aktivitas ekonomi, baik karena sekolah, mengurus rumah tangga atau
lainnya (pensiun, penerima transfer/kiriman, penerima deposito/bunga bank, jompo atau alasan
yang lain).

Gambar

Bagan Tenaga Kerja


Sumber: Profil Pengangguran 2007, BPS

2.2 Masalah Angkatan Kerja di Indonesia dan dampaknya

Berikut ini beberapa masalah angkatan kerja di Indonesia :

1. Rendahnya kualitas tenaga kerja

Kualitas tenaga kerja dalam suatu negara dapat ditentukan dengan melihat tingkat
pendidikan negara tersebut.Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia, tingkat pendidikannya masih
rendah.Hal ini menyebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi rendah.
Minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas
tenaga kerja, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadaprendahnya kualitas hasil produksi barang
dan jasa.
2. Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja

Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh perluasan lapangan kerja
akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian. Angkatan kerja yang tidak tertampung dalam
lapangan kerja akan menyebabkan pengangguran. Padahal harapan pemerintah, semakin
banyaknya jumlah angkatan kerja bisa menjadi pendorong pembangunan ekonomi.

3. Persebaran tenaga kerja yang tidak merata

Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau Jawa. Sementara di daerah lain masih
kekurangan tenaga kerja, terutama untuk sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan.Dengan
demikian di Pulau Jawa banyak terjadi pengangguran, sementara di daerah lain masih banyak
sumber daya alam yang belum dikelola secara maksimal.

4. Pengangguran

Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia banyak mengakibatkan industri di Indonesia


mengalami gulung tikar.Akibatnya, banyak pula tenaga kerja yang berhenti bekerja.Selain itu,
banyaknya perusahaan yang gulung tikar mengakibatkan semakin sempitnya lapangan kerja yang
ada. Di sisi lain jumlah angkatan kerja terus meningkat. Dengan demikian pengangguran akan
semakin banyak.

5. Problem Gaji / UMR

Salah satu problem yang langsung menyentuh kaum buruh adalah rendahnya atau tidak
sesuainya pendapatan (gaji) yang diperoleh dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
beserta tanggungannya. Faktor ini , yakni kebutuhan hidup semakin meningkat, sementara gaji
yang diterima relatif tetap, menjadi salah satu pendorong gerak protes kaum buruh. Adapun dalam
sistem ekonomi Kapitalis, rendahnya gaji buruh justru menjadi penarik bagi para investor
asing.Termasuk pemerintah, untuk kepentingan peningkatan pendapatan pemerintah (bukan
rakyat), justru memelihara kondisi seperti ini. Kondisi ini menyebabkan pihak pemerintah lebih
sering memihak ‘sang investor’ , dibanding dengan buruh (yang merupakan rakyatnya sendiri)
ketika terjadi krisis perburuhan. Rendahnya gaji juga berhubungan dengan rendahnya kualitas
SDM.Persoalannya bagaimana, SDM bisa meningkat kalau biaya pendidikan mahal?Solusi
terhadap problem UMR dan UMD ini tentu saja harus terus diupayakan dan diharapkan mampu
membangun kondisi seideal mungkin.

Dalam kehidupan sehari – hari angkatan kerja dapat memiliki pengaruh dalam kehidupan
sehari – hari.Salah satunya yaitu dapat memberikan dampak yang kurag baik dalam kehiduapn
sehari – hari, seperti pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain.Dan apabila pengaruh tersebut tidak
dicarikan solusinya, tentunya permasalahan ini akan membawa dampak yang buruk bagi
kestabilan perekonomian Negara. Dan dampak-dampak negatif lainnya diantaranya:

1. Timbulnya kemiskinan. Dengan menganggur, tentunya seseorang tidak akan bisa


memperoleh penghasilan. Bagaimana mungkin ia bisa memenuhi kebutuhan sehari-
harinya. Seseorang dikatakan miskin apabila pendapatan perharinya dibawah Rp 7.500
perharinya (berdasarkan standar Indonesia) sementar berdasarkan standar kemiskinan PBB
yaitu pendapatan perharinya di bawah $2 (sekitar Rp 17.400 apabila $1=Rp 8.700).
2. Makin beragamnya tindak pidana criminal. Seseorang pasti dituntut untuk memenuhi
kebutuhan pokok dalam hidupnya terutama makan untuk tetap bisa bertahan hidup. Namun
seorang pengangguran dalam keadaan terdesak bisa saja melakukan tindakan criminal
seperti mencuri, mencopet, jambret atau bahkan sampai membunuh demi mendapat sesuap
nasi.
3. Bertambahnya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen perdagangan anak dan
sebagainya. Selain maraknya tindak pidana krimanal, akan bertambah pula para pengamen
atau pengemis yang kadang kelakuannya mulai meresahkan warga. Karena mereka tak
segan-segan mengancam para korban atau bisa melukai apabila tidak diberi uang.
4. Terjadinya kekacauan sosial dan politik seperti terjadinya demonstrasi dan perebutan
kekuasaan.
5. Terganggunya kondisi psikis seseorang. Misalnya, terjadi pembunuhan akibat masalah
ekonomi, terjadi pencurian dan perampokan akibat masalah ekonomi, rendahnya tingkat
kesehatan dan gizi masyarakat, kasus anak-anak terkena busung lapar.
6. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat
kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan
pendapatan nasional rill (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah dapipada
pendapatan potensial (yang seharusnya)> oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh
masyarakat pun akan lebih rendah.
7. Pengangguran akanmenyebabkan pendapatan perkapita, dan pendapatan nasional dari
sector pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan
menyebabkan kegiatan perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan
menurun. Dengan demikian pajak yang harus diterima dari masyarakat pun akan
menurun.Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintaha pun
akan berkutang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.· Pengangguran
tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi.Adanya pengangguran akan menyebabkan
daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang
produksi akan berkuran. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor
(pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian
tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.Bottom
of Form

Rendahnya kulitas tenaga kerja di Indonesia dapat mengakibatkan banyaknya


pengangguran. Pengangguran adalah penduduk usia kerja yang sedang mencari pekerjaan. Orang
semacam ini merugikan negara dan secara khusus memberatkan keluarga karena kebutuhan
menjadi beban atau tanggungan keluarga yang sudah bekerja. Indikator tingkat beban disebut
dependency ratio (DR)

2.3. Ukuran-ukuran dasar angkatan kerja


Dalam studi ketenagakerjaan, dipakai beberapa ukuran yang menggambarkan situasi
ketenagakerjaan suatu negara atau sekelompok masyarakat.
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)/Labor Force Participation Rate
Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor force participation rate) yang menggambarkan
perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap jumlah tenaga kerja (penduduk 15 tahu ke atas).
Angka ini sering disebut angka partisipasi umum yaitu untuk mengetahui banyaknya jumlah
angkatan kerja yang dapat diserap oleh pasar kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
dapat dihitung menggunakan rumus berikut.
Angkatan_ Kerja
TPAK = x100%
Penduduk _Usia_ Kerja

Angka ini yang menunjukkan persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja
Digunakan sebagai dasar untuk mengetahui penduduk yang aktif bekerja ataupun
mencari pekerjaan. TPAK dinyatakan dalam ukuran persen.Untuk kepentingan analisis
lebih lanjut, TPAK dapat dipilah berdasarkan kepentingannya. Misalnya, berdasarkan
jenis kelamin, kelompok usia, dan lapangan pekerjaan.

TPAK menurut gol. Umur dan pendidikan


Angkatan_ Kerja(gol.umur)
TPAK(Gol.umur) = x100%
Tenaga_ Kerja(gol.umur)
Angkatan_ Kerja(tk.pendidikan)
TPAK(Tk.pendidikan) = x100%
Tenaga _ Kerja(tk.pendidikan)

1. Tingkat Aktifitas Umum / General Activity Rate


Angka aktivitas kasar adalah jumlah angkatan kerja dibagi dengan jumlah seluruh
penduduk 15 tahun ke atas dan dinyatakan dalam persentase. Angka ini dikatakan kasar
sebab belum mencerminkan faktor-faktor yang memengaruhi jumlah angkatan kerja,
antara lain komposisi umur penduduk dan jenis kelamin. Akan tetapi, angka ini dapat
digunakan untuk melakukan perbandingan, dimana peneliti ingin menunjukkan jumlah
relatif dalam angkatan kerja tanpa memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Activity Rate biasanya dipakai PBB, yg lazim “Participation Rate”
Angkatan_Kerja
TPAK = x100%
Penduduk_Usia_Kerja
C.
2. Tingkat Aktifitas Menurut Umur dan Jenis Kelamin / Age Sex Specific Activity Rate
Perhitungan ini paling banyak dipakai dalam analisis ketenagakerjaan dan biasa
disebut dengan angka partisipasi angkatan kerja (APAK) menurut umur dan jenis kelamin.
Angka ini merupakan angak dasar (basic rates) yang dipelajari dan menjadi dasar untuk
membuat proyeksi angkatan kerja. APAK selanjutnya dapat dipecah menurut tingkat
pendidikan, status perkawinan, tempat tinggal apakah di perkotaan atau pedesaan, dan lain-
lain. Biasanya disebut TPAK menurut Umur dan Sexsering dipakai Sbg basic rates
dipelajari dan diproyeksikan dlm analisa economically active population dan Bisa utk
karakteristik angkatan kerja yg lain : tk. Pendidikan, status perkawinan, tk. Pendapatan di
rmh tangga

Angka tan_ Kerja ( gol .umur )


TPAK (Gol .umur ) = x100 %
Tenaga _ Kerja ( gol .umur )
Angka tan_ Kerja _ Laki 2(gol.umur )
TPAK (Gol.umur _ utk _ Laki 2) =
x100%
Jmh _Tenaga _ Kerja _ Laki 2(gol.umur )

2.4. Pengangguran

a. Pengertian Pengangguran

Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika sesorang tidak memiliki
pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir untuk
mencari pekerjaan (Kaufman dan Hotchkiss,1999). Pengangguran merupakan suatu keadaan di
mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka
belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut (Sadono Sukirno, 1994). Pengangguran adalah orang
yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum
pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan (Payaman J. Simanjutak,1985).

Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang tidak memiliki
pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir untuk
mencari pekerjaan (Kaufman dan Hotchkiss,1999). Pengangguran merupakan suatu keadaan di
mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka
belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut (Sukirno, 1994). Pengangguran dapat terjadi
disebabkan oleh ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta.

Pemutusan Kerja (s)

Orang yang bekerja


Pengangguran

Perolehan Pekerjaan (f)

Gambar 1. Transisi Menjadi Pekerja atau Penganggur


Sumber : Mankiw 2003

Dalam setiap periode, bagian (s) dari orang-orang yang bekerja kehilangan pekerjaan
mereka, dan sebagaian f dari para penganggur memperoleh pekerjaan. Tingkat pemutusan kerja
dan perolehan kerja inilah yang menentukan tingkat pengangguran (Mankiw, 2003).

b. Jenis-Jenis Pengangguran

Berdasarkan penyebabnya, pengangguran dapat dibagi empat kelompok (Sadono

Sukirno, 1994) :

1. Pengangguran normal atau friksional

Apabila dalam suatu ekonomi terdapat pengangguran sebanyak dua atau tiga persen

dari jumlah tenaga kerja maka ekonomi itu sudah dipandang sebagai mencapai kesempatan
kerja penuh. Pengangguran sebanyak dua atau tiga persen tersebut dinamakan

pengangguran normal atau pengangguran friksional. Para penganggur ini tidak ada

pekerjaan bukan karena tidak dapat memperoleh kerja, tetapi karena sedang mencari kerja

lain yang lebih baik. Dalam perekonomian yang berkembang pesat, pengangguran adalah

rendah dan pekerjaan mudah diperoleh. Sebaliknya pengusaha susah memperoleh pekerja,

Akibatnya pengusaha menawarkan gaji yang lebih tinggi. Hal ini akan mendorong para

pekerja untuk meninggalkan pekerjaanya yang lama dan mencari pekerjaan baru yang lebih

tinggi gajinya atau lebih sesuai dengan keahliannya. Dalam proses mencari kerja baru ini

untuk sementara para pekerja tersebut tergolong sebagai penganggur. Mereka inilah yang

digolongkan sebagai pengangguran normal.

2. Pengangguran siklikal

Perekonomian tidak selalu berkembang dengan teguh. Adakalanya permintaan

agregat lebih tinggi, dan ini mendorong pengusaha menaikkan produksi. Lebih banyak

pekerja baru digunakan dan pengangguran berkurang. Akan tetapi pada masa lainnya

permintaan agregat menurun dengan banyaknya. Misalnya, di negara-negara produsen

bahan mentah pertanian, penurunan ini mungkin disebabkan kemerosotan harga-harga

komoditas. Kemunduran ini menimbulkan efek kepada perusahaanperusahaan lain yang

berhubungan, yang juga akan mengalami kemerosotan dalam permintaan terhadap

produksinya. Kemerosotan permintaan agregat ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan

mengurangi pekerja atau menutup perusahaanya, sehingga pengangguran akan bertambah.

Pengangguran dengan wujud tersebut dinamakan

pengangguran siklikal.
3. Pengangguran struktural

Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan terus berkembang

maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran. Kemerosotan ini ditimbulkan oleh salah

satu atau beberapa faktor berikut: wujudnya barang baru yang lebih baik, kemajuan

teknologi mengurangi permintaan ke atas barang tersebut, biaya pengeluaran sudah sangat

tinggi dan tidak mampu bersaing, dan ekspor produksi industri itu sangat menurun oleh

karena persaingan yang lebih serius dari negara-negara lain. Kemerosotan itu akan

menyebabkan kegiatan produksi dalam industry tersebut menurun, dan sebagian pekerja

terpaksa diberhentikan dan menjadi penganggur. Pengangguran yang wujud digolongkan

sebagai pengangguran struktural. Dinamakan demikian karena disebabkan oleh perubahan

struktur kegiatan ekonomi.

4. Pengangguran teknologi

Pengangguran dapat pula ditimbulkan oleh adanya penggantian tenaga manusia

oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Racun lalang dan rumput, misalnya, telah mengurangi

penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan perkebunan, sawah dan lahan pertanian lain.

Begitu juga mesin telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat lubang,

memotong rumput, membersihkan kawasan, dan memungut hasil.

Sedangkan di pabrik-pabrik, ada kalanya robot telah menggantikan kerjakerja manusia.

Pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemajuan teknologi lainnya

dinamakan pengangguran teknologi.

Berdasarkan cirinya, Pengangguran dibagi ke dalam empat kelompok (Sadono

Sukirno, 1994) :

1. Pengangguran terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang

lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian

semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari

keadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan suatu

pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan separuh waktu, dan oleh karenanya

dinamakan pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat

dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi

penggunaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran perkembangan sesuatu

industri.

2. Pengangguran tersembunyi

Pengangguran ini terutama wujud di sektor pertanian atau jasa. Setiap kegiatan

ekonomi memerlukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan tergantung

pada banyak faktor, faktor yang perlu dipertimbangkan adalah besar kecilnya perusahaan,

jenis kegiatan perusahaan, mesin yang digunakan (apakah intensif buruh atau intensif

modal) dan tingkat produksi yang dicapai. Di banyak negara berkembang seringkali

didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari

yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien.

Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi.

Contohcontohnya ialah pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan

keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar yang

mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.

3. Pengangguran bermusim
Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Pada musim

hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa

menganggur. Pada musim kemarau pula para petani tidak dapat mengerjakan tanahnya. Di

samping itu pada umumnya para petani tidak begitu aktif di antara waktu sesudah menanam

dan sesudah menuai. Apabila dalam masa tersebut para penyadap karet, nelayan dan petani

tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur. Pengangguran seperti

ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim.

4. Setengah menganggur

Pada negara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari desa ke kota adalah

sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang yang pindah ke kota dapat memperoleh

pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya terpaksa menjadi penganggur sepenuh waktu. Di

samping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan

jam kerja mereka adalah jauh lebih rendah dari yang normal. Mereka mungkin hanya

bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja-pekerja

yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah

menganggur (underemployed). Dan jenis penganggurannya dinamakan

underemployment.

c. Penyebab Terjadinya Pengangguran

Pengangguran akan muncul dalam suatu perekonomian disebabkan oleh tiga hal

(Kaufman dan Hotckiss, 1999) :

1. Proses mencari kerja

Pada proses ini menyediakan penjelasan teoritis yang penting bagi tingkat

pengangguran. Munculnya angkatan kerja baru akan menimbulkan persaingan yang ketat
pada proses mencari kerja. Dalam proses ini terdapat hambatan dalam mencari kerja yaitu

disebabkan karena adanya para pekerja yang ingin pindah ke pekerjaan lain, tidak

sempurnanya informasi yang diterima pencari kerja mengenai lapangan kerja yang tersedia,

serta informasi yang tidak sempurna pada besarnya tingkat upah yang layak mereka terima,

dan sebagainya.

2. Kekakuan upah

Besarnya pengangguran yang terjadi dipengaruhi juga oleh tingkat upah yang tidak

fleksibel dalam pasar tenaga kerja. Penurunan pada proses produksi dalam perekonomian

akan mengakibatkan pergeseran atau penurunan pada permintaan tenaga kerja. Akibatnya,

akan terjadi penurunan besarnya upah yang ditetapkan. Dengan adanya kekakuan upah,

dalam jangka pendek, tingkat upah akan mengalami kenaikan pada tingkat upah semula.

Hal ini akan menimbulkan kelebihan penawaran (excess supply) pada tenaga kerja sebagai

inflasi dari adanya tingkat pengangguran akibat kekakuan upah yang terjadi.

3. Efisiensi upah

Besarnya pengangguran juga dipengaruhi oleh efisiensi pada teori pengupahan.


Efisiensi yang terjadi pada fungsi tingkat upah tersebut terjadi karena semakin tinggi
perusahaan membayar upah maka akan semakin keras usaha para pekerja untuk bekerja
(walaupun akan muncul juga kondisi dimana terjadi diminishing rate). Hal ini justru akan
memberikan konsekuensi yang buruk jika perusahaan memilih membayar lebih pada
tenaga kerja yang memiliki efisiensi lebih tinggi maka akan terjadi pengangguran terpaksa
akibat dari persaingan yang ketat dalam mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.
Faktor lainya yang menyebabkan pengangguran

1. Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja


Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada
kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
2. Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang
3. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak
seimbang. Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada
angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi
kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia.
Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak
dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
4. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja,
sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari
suatu negara ke negara lainnya.
5. Budaya pilih-pilih pekerjaan, Pada dasarnya setiap orang ingin bekerja sesuai dengan
latar belakang pendidikan. Dan lagi ditambah dengan sifat gengsi maka tak heran
kebanyakan yang ditemukan di Indonesia bukan pengangguran terselubung, melainkan
pengangguran terbuka yang didominasi oleh kaum intelektual (berpendidikan tinggi).
6. Pemalas selain budaya memilih-milih pekerjaan,budaya (negatif) lain yang menjamur
di Indonesia adalah budaya malas. Malas mencari pekerjaan sehingga jalan keluar lain
yang ditempuh adalah dengan menyogok untuk mendapatkan pekerjaan.
7. Tidak mau ambil resiko, adakah yang berani mengambil resiko seperti itu? Kami yakin
sedikit sekali. Padahal kalau dipikir-pikir itu justru menguntungkan si pencari kerja
selama 3 bulan tersebut ia bisa menimba pengalaman sebanyak-banyaknya

d. Dampak-dampak pengangguran
1. Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara, Jika tingkat
pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian
tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan.
Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan
perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
 Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat
kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa
menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih
rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena
itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
 Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sektor
pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan
menyebabkan kegiatan perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat
pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat
pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi
pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus
menurun.
 Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran
akan menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan
terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak
merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau
pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga
pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
 Mengurangi output negara
 Menurunkan taraf hidup
 Memperlambat proses pembangunan
 Meningkatkan Tingkat Kemiskinan
2. Dampak pengangguran terhadap Individu yang Mengalaminya dan Masyarakat, berikut
ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan
terhadap masyarakat pada umumnya:
 Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian
 Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan
 Pengangguran dapat meningkatkan angka kriminalitas
 Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial politik.
 Pengangguran dapat meningkatkan angka kemiskinan.
 Masalah jiwa dan keyakinan
 Ketentraman keluarga akan terganggu
 Meningkattnya tindakan kriminal
e. Pengukuran Pengangguran

Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari prosentase

membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja dan dinyatakan dalam

persen.

1. (Unemployed Rate)

Angka yg menunjukkan berapa banyak dari jmh angkatan kerja yg aktif mencari
pekerjaan thd angkatan kerja.

Jumlah_ penduduk _ yg _menganggur


TP = x100%
Jumlah_angkatan_ Kerja

2. Tingkat Setengah Pengangguran (TSP)


Jmh_ yg _beker ja_ < 35jam/mg
TSP =
x100%
Jumlah_ yg _beker ja_ seluruhnya

3. Tingkat Setengah Pengangguran Kritis (TSPK)

Jmh _ yg _beker ja _ <15 jam / mg


TSPK = x100%
Jumlah _ yg _beker ja _ seluruhnya

2.5 Pendidikan dan Angka Melek Huruf

Pendidikan merupakan salah satu unsur dalam ilmu pengetahuan, keterampilan sikap dan
perilaku umumnyadapat di lingkungan sekolah atau pendidikanformal. Tetapi tidak hanya
pendidikan formal, melalui pendidikan, individu akanmemiliki kemampuan untuk
mengembangkan diri guna mancapaipenghidupan yang lebih baik, dalam melihat tingkat
pendidikan formal maupun nonformal dapat dilihat dari salah satunya angkamelek huruf. Angka
melek huruf juga dapat menjadi indikator melihat perkembangan pendidikan penduduk. Semakin
tinggi angka melek huruf atau kecakapan bacatulis, maka semakin tinggi pula mutu dan kualitas
SDM. Penduduk yang bisa baca tulis diasumsikan memiliki kemampuan dan keterampilan karena
dapat menyerap informasi baik itu lisan maupun tulisan (BPS, 2011:88).

Undang-Undang Sistem Pendidikan nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003, pendidikan


merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang
diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara.

Angka Melek Huruf (AMH) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah penduduk
usia 15 tahun ke atas yang memiliki kemampuan membaca dan menulis dengan jumlah seluruh
penduduk usia 15 tahun ke atas dikalikan seratus persen. AMH merupakan salah satu indikator
kesejahteraan rakyat yang menjadi ukuran keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan.
Kinerja pemerintah di sektor pendidikan tersebut dapat diukur apabila indikator-indikator terkait
kinerja sektor pendidikan tersedia. Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tahun telah menghitung
AMH berdasarkan data yang diperolah dari pendataan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
dengan tingkat penyajian meliputi provinsi dan kabupaten/kota. Seiring dengan diberlakukannya
kebijakan otonomi daerah dimana pemerintah kabupaten/kota memiliki kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur pemerintahannya, ketersediaan data AMH hingga tingkat kecamatan sangat
diperlukan.

Dalam perencanaan pembangunan wilayah, AMH digunakan untuk melihat pencapaian


indikator dasar yang telah dicapai oleh suatu daerah, karena membaca merupakan dasar utama
dalam memperluas ilmu pengetahuan. AMH merupakan indikator penting untuk melihat sejauh
mana penduduk suatu daerah terbuka terhadap pengetahuan.

Angka Melek Huruf (AMH) dihitung dengan menggunakan rumus:


Keterangan:
AMHt 15 = jumlah penduduk 15 ke atas yang melek huruf tahun ke-t
Pt 15 = jumlah penduduk 15 pada tahun ke-t

DAFTAR PUSTAKA

Benggolo. A. Tanpa tahun. Tenaga Kerja dan Pembangunan. Jakarta: Jasa Karya.

https://id.scribd.com/doc/97631596/Angkatan-Kerja-Dasar2-Demografi

Khakim, Abdul. 2014. Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia. Bandung: Citra


Aditya Bakti.

Lazuardi, Khoirul, 2014, Pengertian angkatan kerja, tenaga kerja, kesempatan kerja, dan
pengangguran, https://khoirullazuardi.wordpress.com. (Diakses pada tanggal 5
November 2019)

Manulang, SH. 1995.Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta.

Sukirno, Sadono, 2015, Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta : Rajagrafindo Persada.


Wicaksono, Purwo, 2014, Makalah tentang tenaga kerja Indonesia.
https://purwokowicaksono26.wordpress.com. (Diakses pada tanggal 5 November 2019)

Ferdiansyah (2016) “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran Di Provinsi Jawa


Timur”.
Analisis jumlah pengangguran dan ketenagakerjaan terhadap keberadaan usaha mikro kecil dan
menengah di kota medan oleh Faisal r. Dongoran, khairul nisa, marni sihombing, Lusita devi
purba, dkk, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan umsu Jurnal EduTech Vol. 2 No. 2 September
2016
Journal of Economic and Economic Education Vol.2 No.2 (126 - 133) PENGARUH ANGKA
MELEK HURUF DAN ANGKA HARAPAN HIDUP TERHADAP JUMLAH PENDUDUK
MISKIN DI PROPINSI SUMATERA BARAT Edi Dores Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ekonomi STKIP- PGRI Sumbar Jl. Gunung Pangilun No.1, Padang Sumatera Barat Email

Anda mungkin juga menyukai