Anda di halaman 1dari 27

Tugas Paper Perekonomian Indonesia

Pengangguran Nasional dan Daerah serta

Strategi Mengatasi Pengangguran

Nama: A. Nur Fitrianti, S.E, M.Si

NIM: A013231001

Prodi: S3 Ilmu Ekonomi


A. PENDAHULUAN

Pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang selalu dihadapi setiap

negara. Jika berbicara tentang masalah pengangguran, berarti tidak hanya berbicara tentang

masalah sosial tetapi juga berbicara tentang masalah ekonomi, karena pengangguran selain

menyebabkan masalah sosial juga memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

suatu negara khususnya negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.

Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah yang diberikan kepada orang yang

tidak bekerja sama sekali atau orang yang sedang mencari pekerjaan. Pengangguran juga

dapat diartikan sebagai sebuah situasi ketika seseorang tidak memiliki pekerjaan.

Pengangguran merupakan golongan dari angkatan kerja yang belum melakukan kegiatan

yang dapat menghasilkan uang.

Pengangguran ini tidak terbatas pada orang yang belum bekerja, tetapi dapat termasuk

pula pada orang-orang yang sedang mencari pekerjaan serta orang yang memiliki pekerjaan

namun tidak produktif, sehingga dapat dikategorikan sebagai pengangguran.

Pengangguran ini telah menjadi masalah perekonomian di berbagai negara dan tidak

hanya di Indonesia saja. Karena, adanya pengangguran maka tingkat produktivitas serta

pendapatan masyarakat berkurang. Sehingga terjadilah kemiskinan serta masalah-masalah

sosial. Pengangguran dapat berdampak negatif pada orang itu sendiri serta kepada

masyarakat atau lingkungan sekitar. Hal tersebut dikarenakan berkurangnya kesempatan

kerja yang dapat disebabkan kelesuan ekonomi, turunnya potensi diri, menghilangnya

keterampilan kerja, menurunnya pajak penghasilan serta tingkat kesejahteraan masyarakat

yang menurun.
Secara umum ada beberapa faktor yang menjadi penyebab pengangguran, beberapa

penyebab tersebut adalah sebagai berikut:

1. Besarnya angkatan kerja yang tidak seimbang dengan kesempatan kerja.

Penyebab yang pertama ini dapat dikatakan pula ketika jumlah tenaga kerja dengan jumlah

lapangan kerja yang tidak seimbang. Banyak masyarakat yang telah lulus dan menjadi

seorang sarjana dan warga lulusan SMA/ SMK maupun SMP yang telah siap kerja memiliki

peluang yang sama untuk mendapatkan suatu pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.

Namun, banyaknya warga yang siap kerja tersebut harus bersaing ketat, karena lapangan

kerja yang tersedia di negara tersebut tidak banyak. Sehingga menyebabkan terjadinya

pengangguran.

2. Masyarakat atau warga negara tidak memiliki keterampilan tinggi serta tingkat pendidikan

yang rendah.

Ketika melamar sebuah pekerjaan untuk posisi tertentu, tentu perusahaan akan

menyertakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelamar pekerjaan. Contohnya seperti

pelamar harus lulusan minimal SMA dan melampirkan bukti berupa ijazah atau memiliki

keterampilan khusus. Oleh karena itu, apabila pelamar kerja tidak memiliki keterampilan

khusus maupun tidak memenuhi persyaratan yang diajukan oleh perusahaan maka

pelamar tersebut tentu akan tereliminasi dari posisi tersebut. Sehingga masyarakat yang

ingin mencari kerja harus memenuhi persyaratan keterampilan maupun tingkat

pendidikan yang diajukan oleh perusahaan.

3. Adanya kemajuan teknologi yang menggantikan manusia


Penyebab pengangguran yang ketiga adalah adanya kemajuan teknologi. Dalam beberapa

hal kemajuan teknologi tentu berdampak baik untuk manusia, kemajuan teknologi

bertujuan untuk mempermudah manusia, namun ternyata kemajuan teknologi juga dapat

berdampak buruk, dimana peran manusia digantikan oleh mesin sehingga kesempetan

kerja semakin kecil. Teknologi yang semakin maju dapat menggantikan manusia yang

sebelumnya melakukan kegiatan produksi secara manual, tetapi mesin dapat

menggantikan tenaga manusia dan membuat pekerjaan lebih dan murah. Oleh karena,

banyak perusahaan yang memutuskan mengurangi pegawainya dan menggantikan tugas

pegawai sebelumnya dengan teknologi yang baru. Hal inilah yang menyebabkan

pengangguran menjadi meningkat.

4. Tenaga kerja yang ada di daerah dengan di kota tidak dimanfaatkan dengan seimbang.

Penyebab pengangguran yang keempat bersinambung dengan penyebab pengangguran

yang kedua. Karena perusahaan yang berada tentu memiliki persyaratan dan standar yang

cukup tinggi ketika merekrut karyawan, sehingga warga yang tinggal di kota pun

menyesuaikan hal tersebut dengan menambah keterampilan serta memiliki pendidikan

yang tinggi. Berbeda dengan tenaga kerja di desa, warga desa terkadang tidak terlalu

diperhatikan dan lapangan kerja yang ada di desa pun sedikit. Kebanyakan warga di desa

memilih menjadi petani atau menggarap lahan orang lain, namun tenaga kerja seperti

petani dan lainnya tidak dimanfaatkan lebih baik. Sehingga menyebabkan terjadinya

pengangguran.

5. Pemerintah memberhentikan kebijakan mengirimkan tenaga kerja atau TKI ke luar negeri

Warga negara Indonesia banyak menjadi tenaga kerja Indonesia di negara asing. Selain itu

dengan membuka kerja sama untuk mengirimkan tenaga kerja Indonesia ke negara asing
maka dapat membuka peluang baru dan lapangan kerja yang lebih luas untuk warga yang

pengangguran. Oleh karena itu, apabila pemerintah memutuskan untuk memberhentikan

kebijakan mengirimkan tenaga kerja ke negara asing tersebut akan menyebabkan

terjadinya pengangguran. Hal ini diduga karena adanya bentuk jaringan kejahatan yang

terorganisasi berhubungan dengan perdagangan orang. Pada buku Perdagangan Manusia

Berkedok Pengiriman TKI dibahas berbagai upaya deskriptif serta reflektif mengenai

kenyataan penghargaan dan perlindungan terhadap martabat manusia di Indonesia.

6. Harapan terlalu tinggi untuk tenaga kerja

Selain tidak memiliki keterampilan serta tingkat pendidikan yang rendah, perusahaan

terkadang mematok persyaratan yang terlalu sulit dan mengharapkan tenaga kerja untuk

memiliki keterampilan yang tinggi. Tinggi harapan perusahaan kepada tenaga kerja

tersebut membuat pengangguran meningkat dan menyebabkan terjadinya pengangguran.

7. PHK

Penyebab selanjutnya dari terjadinya pengangguran adalah PHK. Pemutusan Hubungan

Kerja atau PHK umumnya diberlakukan oleh suatu perusahaan untuk menstabilkan kondisi

perusahaan yang saat itu dinilai sedang goyah atau terancam bangkrut.

8. Persaingan pasar global

Perusahaan asing banyak mendirikan perusahaanya di Indonesia, hal tersebut tentu dapat

membuka lapangan pekerjaan baru. Sayangnya kebanyakan perusahaan asing yang berdiri

di Indonesia lebih memilih merekrut tenaga kerja dari asing pula. Sehingga persaingan

global yang terjadi di negara sendiri semakin ketat dan mempersempit peluang warga

negara untuk mendapatkan pekerjaan serta menyebabkan terjadinya pengangguran.


9. Masalah geografis / Jauh dari perkotaan

Penyebab pengangguran yang kesembilan berkesinambungan dengan penyebab

pengangguran yang keempat. Umumnya perusahaan akan membangun kantornya berada

di kota, di mana penduduk kota biasanya memiliki keterampilan tinggi untuk dapat

memajukan perusahaan tersebut serta tingkat pendidikan yang tinggi pula. Oleh karena

itu, penduduk kota lebih besar mendapatkan peluang pekerjaan dibandingkan dengan

warga yang tinggal di desa. Selain itu, perusahaan juga cenderung memilih atau

memberikan persyaratan kepada pelamar yaitu berdomisili dekat dengan kantor atau

perusahaan tersebut.

10. Kemiskinan

Pengangguran menyebabkan kemiskinan dan begitu pula sebaliknya, kemiskinan dapat

menyebabkan pengangguran. Hal ini dikarenakan warga atau penduduk miskin biasanya

tidak memiliki banyak kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, seperti

hingga ke jenjang perkuliahan. Walaupun begitu tentu saja pemerintah telah berupaya

agar setiap warga negaranya mendapatkan pendidikan yang cukup melalui pembiayaan

serta mengadakan beasiswa bagi masyarakat yang membutuhkan.

Semasa pemerintahan Orde Baru, pembangunan ekonomi mampu menambahkan

banyak pekerjaan baru di Indonesia, yang dengan demikian mampu mengurangi angka

pengangguran nasional. Sektor-sektor yang terutama mengalami peningkatan tenaga kerja

(sebagai pangsa dari jumlah total tenaga kerja di Indonesia) adalah sektor industri dan jasa

sementara sektor pertanian berkurang: pada tahun 1980-an sekitar 55 persen populasi

tenaga kerja Indonesia bekerja di bidang pertanian, tetapi belakangan ini angka tersebut

berkurang menjadi di bawah 40 persen.


Namun, Krisis Keuangan Asia (Krismon) yang terjadi pada akhir tahun 1990-an merusak

pembangunan ekonomi Indonesia (untuk sementara) dan menyebabkan angka

pengangguran di Indonesia meningkat menjadi lebih dari 20 persen dan angka tenaga kerja

yang harus bekerja di bawah level kemampuannya (underemployment) juga meningkat,

sementara banyak yang ingin mempunyai pekerjaan full-time, hanya bisa mendapatkan

pekerjaan part-time.

Sementara itu, sebagian besar tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan di daerah

perkotaan karena Krismon pindah ke pedesaan dan masuk ke dalam sektor informal

(terutama di bidang pertanian).

Walaupun Indonesia telah mengalami pertumbuhan makro ekonomi yang kuat sejak

tahun 2000-an (dan Indonesia telah pulih dari Krismon), sektor informal ini - baik di kota

maupun di desa - sampai sekarang masih tetap berperan besar dalam perekonomian

Indonesia. Walau agak sulit untuk menentukan jumlahnya secara pasti, diperkirakan bahwa

sekitar 55 sampai 65 persen pekerjaan di Indonesia adalah pekerjaan informal. Saat ini sekitar

80 persen dari pekerjaan informal itu terkonsentrasi di wilayah pedesaan, terutama di sektor

konstruksi dan pertanian. Dipekerjakan di sektor informal menyiratkan risiko tertentu karena

pekerja sektor informal biasanya memiliki pendapatan yang lebih rendah dan tidak stabil.

Lagipula mereka tidak memiliki akses ke perlindungan dan layanan dasar. Sementara itu, arus

uang di sektor informal tidak dikenakan pajak dan kegiatan informal tidak dapat dimasukkan

dalam perhitungan produk nasional bruto (PNB) atau produk domestik bruto (PDB). Oleh

karena itu, pada dasarnya, sektor informal tidak baik bagi pekerja dan tidak baik bagi

perekonomian.
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade ini secara

berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia. Namun, dengan kira-

kira dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja, adalah tantangan

yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi penciptaan lahan kerja

baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja yang tiap tahunnya terus

bertambah; pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka yang baru lulus kuliah) adalah

salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya tindakan yang cepat.

Dengan jumlah total penduduk sekitar 260 juta orang, Indonesia adalah negara

berpenduduk terpadat keempat di dunia (setelah Cina, India dan Amerika Serikat).

Selanjutnya, negara ini juga memiliki populasi penduduk yang muda karena sekitar setengah

dari total penduduk Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua faktor tersebut

digabungkan, indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan tenaga kerja yang

besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi ke depan, maka menekankan

pentingnya penciptaan lapangan kerja dalam perekonomian terbesar di Asia Tenggara.

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2023

jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,99 juta orang, berkurang sekitar 410 ribu

orang dibanding Februari 2022. Data pengangguran ini mencakup empat kelompok

penduduk, yakni:

➢ Penduduk yang tak punya pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan.

➢ Penduduk yang tak punya pekerjaan dan sedang mempersiapkan usaha.

➢ Penduduk yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak

mungkin mendapat pekerjaan, dan

➢ Penduduk yang sudah punya pekerjaan, tapi belum mulai bekerja.


Tabel 1.1. Data Pengangguran Terbuka Indonesia 5 tahun terakhir

Tahun Jumlah Pengangguran Indonesia (persen)

Februari Agustus

2019 4,98 5,23

2020 4,94 7,07

2021 6,26 6,49

2022 5,83 5,86

2023 5,45 -

Sumber: BPS Nasional

Kemudian Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2023 mencapai 5,45%,

turun juga dibanding Februari tahun lalu yang masih 5,86%. Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah total angkatan kerja

(penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja, atau punya pekerjaan tapi sementara tidak

bekerja dan pengangguran).

Adapun jumlah total angkatan kerja Indonesia pada Februari 2023 mencapai 146,62 juta

orang, bertambah 2,61 juta orang dibanding Februari 2022. Kendati angka pengangguran

Februari 2023 berkurang dari tahun lalu, jumlahnya masih lebih tinggi ketimbang sebelum

pandemi. Jika dibandingkan dengan posisi Februari 2019, jumlah pengangguran pada awal

tahun ini bertambah sekitar 1,2 juta orang.

Pada akhir Tahun 2019 manusia di seluruh belahan dunia dikagetkan dengan

munculnya pandemi Virus Corona-Covid-19 yang mempengaruhi berbagai sektor kehidupan

manusia dan menimbulkan berbagai sektor terjadi krisis. Sampai saat ini jutaan manusia yang

terinfeksi virus dan bahkan mengakibatkan ratusan ribu manusia yang meninggal dunia di
Indonesia akibat dari virus tersebut. Dengan demikian pemerintah telah melakukan

berbagai upaya untuk pencegahan dan penanggulangan pandemi Covid-19 ini.

Pemerintah Indonesia telah melakukan larangan kepada masyarakat untuk tidak

berkerumun dan tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Masyarakat diharuskan tetap

di rumah masing-masing. Dengan adanya peraturan ini maka membuat aktivitas

masyarakat, karyawan, pekerja, buruh pabrik terpaksa harus di rumahkan atau pengurangan

waktu untuk bekerja hingga banyak perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan

Kerja (PHK) secara besar-besaran sehingga menyebabkan meningkatnya pengangguran yang

sangat signifikan. Dengan demikian dampak Covid-19 mengakibatkan terganggunya

perekonomian dan tenaga kerja di negeri ini.

Selanjutnya pada pembahasan masalah mengenai pengangguran di Provinsi Sulawesi

Selatan, di mana kondisi ketenagakerjaan Sulawesi Selatan memperlihatkan tren perbaikan,

seiring dengan pemulihan ekonomi yang berjalan. Hal itu telihat dari Badan Pusat Statistik

Sulawesi Selatan (BPS Sulsel) menujukkan, Februari 2022 Penduduk di Sulawesi Selatan yang

bekerja sebanyak 4.328.117 orang atau mengalami kenaikan sebanyak 151.317 orang dari

Februari 2021. Di tengah pandemi, penduduk bekerja yang terdampak Covid-19 semakin

menurun. Terdapat 292.284 orang (4,19 persen penduduk usia kerja) yang terdampak Covid-

19. Terdiri dari pengangguran karena Covid-19 (23.909 orang), Bukan Angkatan Kerja (BAK)

karena Covid-19 (18.059 orang), sementara tidak bekerja karena Covid-19 (10.037 orang), dan

penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19 (240.279 orang).

Penduduk bekerja yang terdampak Covid-19 mengalami penurunan 224 ribu lebih orang.

Pengangguran karena Covid-19 juga mengalami penurunan hingga 10 ribu lebih orang.
Pemerintah Provinsi Sulsel juga telah melakukan langkah-langkah, kita mau para

pencari kerja itu dilatih dalam hal untuk mengetahui bagaimana mereka bisa mencari

pekerjaan dengan keterampilan-keterampilan tertentu. Itu dilakukan pada berbagai sektor

baik tenaga kerja maupun instansi terkait penyediaan tenaga kerja,” tuturnya. Faktor lain

terjadinya penurunan persentase TPT, kata dia, “kita cukup berhasil dalam upaya

menghidupkan UMKM, masyarakat ekonomi kecil dan menengah dari Dinas Koperasi yang

melakukan langkah-langkah terhadap apa yang sudah dimiliki oleh usaha-usaha kecil itu dapat

berkembang. Itu juga memberikan pengaruh dalam penurunan angka pengangguran.

Tabel 1.2. Data Pengangguran Terbuka Sulawesi Selatan 5 tahun terakhir

Tahun Jumlah Pengangguran Sul-

Sel (persen)

2018 5,34

2019 4,62

2020 6,31

2021 5,72

2022 4,51

Sumber: BPS SulSel

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, tercatat mulai dari 2018 hingga

Maret 2023 pengangguran di Sulsel mengalami fluktuatif. Namun pada 2022 ke 2023 tingkat

pengangguran berkurang sebanyak 24.962 orang atau 4,51%. Namun, berkurangnya

pengangguran, tidak mempengaruhi tingkat kemiskinan di Sulsel. Buktinya, tingkat

kemiskinan dari 2022 ke 2023 itu meningkat sebanyak 11.041 orang, hal demikian perlu dikaji
lebih dalam. Karena terjadi ketimpangan, pengangguran berkurang, tapi kemiskinan

bertambah.

Sementara, data BPS menunjukkan angka kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan

terhitung sejak tahun 2018 sampai dengan 2023 adalah 2018: 792,64 ribu orang atau 9,06%,

2019: 767,80 ribu orang atau 8,69%, 2020: 776,83 ribu orang atau 8,72%, 2021: 784,98 ribu

orang atau 8,78%, 2022: 777,44 ribu orang atau 8,63%, 2023: 788,85 ribu orang atau 8,70%.

Tabel 1.3. Data Pengangguran Makassar 5 tahun terakhir

Tahun Jumlah Pengangguran

Makassar (jiwa)

2018 80.636 (12,19%)

2019 68.455 (9,83%)

2020 110.833 (15,92%)

2021 95.596 (13,18%)

2022 86.267 (11,82%)

Sumber: BPS Makassar

Lebih spesifik lagi membahas masalah pengangguran yang lebih dekat yaitu membahas

terkait tingkat pengangguran yang ada di Kota Makassar yang mencapai angka persentase

13,18% di tahun 2021. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, angka ini mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya di 2020, 15,92 persen. Dan menurun lagi di tahun 2022

sebesar 11,82%, Kendati demikian, pengangguran terbuka di Makassar diklaim masih tinggi.

Dua tahun terakhir ini memang menjadi masa-masa pahit. Pemutusan hak kerja (PHK),

pegawai dirumahkan, bahkan lapangan kerja pun semakin sesak untuk menghidupi

karyawannya. Masalah ini tidak hanya dirasakan satu atau dua daerah, tetapi seluruh dunia
merasakan dampaknya. Dengan adaya pandemi semua serba dibatasi, produksi terbatas, dan

ekonomi terus terhimpit. Di sisi lain, pemicu tingginya penganguran kata Nielma karena

ketersediaan lapangan kerja yang luas sementara angkatan kerja tidak memenuhi kualifikasi.

Selain itu, Makassar kota urbanisasi, tingkat pertumbuhan penduduk cepat, sehingga

urbanisasi yang menyebabkan Makassar tinggi penganggurannya.

Secara sosial, pengangguran berdampak pada meningkatnya angka kriminalitas yang

umumnya terdesak kebutuhan ekonomi. Tindakan kriminalitas yang kerap muncul misalnya,

perampokan, penjambretan, kecanduan alkohol, hingga kerawanan sosial lainnya. Maka dari

itu strategi pemerintah dalam mengatasi pengangguran dianggap sangat berperan penting

dalam mengatasi jumlah pengangguran, diantaranya:

1. Menyelenggarakan bursa pasar kerja

Bursa tenaga kerja merupakan penyampaian informasi kepada masyarakat luas

terkait lowongan kerja. Informasi tersebut disebarkan langsung oleh perusahaan-

perusahaan maupun pihak-pihak yang membutuhkan tenaga kerja. Tujuan dari

bursa kerja yaitu agar terjadinya komunikasi yang baik antara perusahaan dan

pencari kerja di sebuah tempat secara langsung. Selama ini banyak informasi

lowongan kerja yang tidak tersampaikan kepada masyarakat sehingga umumnya

hanya bisa diakses oleh golongan tertentu.

2. Menggalakkan kegiatan ekonomi informal

Salah satu caranya dengan mengembangkan industri rumah tangga di banyak

tempat sehingga menyerap tenaga kerja. Dalam upaya pengembangan sektor

informal tersebut diperlukan keberpihakan dari Pemda setempat.

3. Meningkatkan keterampilan tenaga kerja


Salah satu langkah terbaik sebagai cara menurunkan angka pengangguran dan

dapat bersaing dengan negara lain adalah dengan peningkatan keterampilan

melalui pelatihan bersertifikasi internasional.

4. Meningkatkan mutu pendidikan

Pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan akan mendorong meningkatnya

kualitas sumber daya manusia dan memungkinkannya untuk memperoleh

kesempatan kerja yang lebih luas.

5. Mendirikan pusat-pusat latihan kerja

Pusat-pusat latihan kerja mesti didirikan demi melaksanakan pelatihan tenaga

kerja untuk mengisi formasi yang tersedia. Dengan begitu, SDM yang akan bekerja

memiliki pengalaman dan sertifikat bahwa dia bisa bekerja di bidang tertentu.

6. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Pemerintah perlu secara konsisten meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ketika

ekonomi meningkat dan merata, peluang penciptaan kesempatan kerja pun akan

meningkat.

7. Mendorong investasi

Pemerintah perlu terus mendorong masuknya investasi dari dalam negeri maupun

luar negeri sehingga semakin banyak peluang kerja di Indonesia.

8. Meningkatkan transmigrasi

Transmigrasi merupakan strategi pemerintah untuk memeratakan jumlah

penduduk dari pulau yang berpenduduk padat ke pulau yang masih jarang

penduduknya. Adapun transmigran dapat mengoptimalkan sumber kekayaan

alam yang ada.

9. Melakukan deregulasi dan debirokrasi


Deregulasi dan debirokrasi di berbagai bidang industri dilakukan untuk

merangsang adanya investasi baru. Deregulasi adalah perubahan peraturan

aturan main terhadap bidang-bidang tertentu. Deregulasi biasanya ke arah

penyederhanaan peraturan.

Adapun debirokrasi adalah perubahan struktur aparat pemerintah yang

menangani bidang-bidang tertentu. Debirokrasi umumnya ke arah

penyederhanaan jumlah pegawai/lembaga pemerintah yang menangani sebuah

urusan tertentu.

10. Memperluas lapangan kerja

Perluasan lapangan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru terutama

yang bersifat padat karya. Dengan era perdagangan bebas secara regional dan

internasional sebenarnya terbuka lapangan kerja yang semakin luas yang tidak saja

di dalam negeri juga ke luar negeri. Hal tersebut tergantung pada kesiapan tenaga

kerja untuk bersaing secara bebas di pasar tenaga kerja internasional.

Demikian 10 cara mengatasi pengangguran agar kualitas SDM mampu bersaing

dan sesuai dengan kebutuhan industri yang ada.

B. TEORI-TEORI PENGANGGURAN

Pada penjelasan di atas mengenai persoalan pengangguran maka dapat dikaji secara

ilmiah dengan pendekatan-pendekatan akademis dengan cara mengetahui teori-teori

mengenai pengangguran dan ada beberapa teori yang menjelaskan tentang Toeri-Teori

Pengangguran di Indonesia yaitu:

a. Teori Klasik
Teori Klasik menjelaskan pandangan bahwa pengangguran dapat dicegah melalui sisi

penawaran dan mekanisme harga di pasar bebas supaya menjamin terciptanya

permintaan yang akan menyerap semua penawaran. Menurut pandangan klasik,

pengangguran terjadi karena mis-alokasi sumber daya yang bersifat sementara karena

kemudian dapat diatasi dengan mekanisme harga (Gilarso. 2004). Jadi dalam Teori

Klasik jika terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja maka upah akan turun dan hal

tersebut mengakibatkan produksi perusahaan menjadi turun. Sehingga permintaan

tenaga akan terus meningkat karena perusahaan mampu melakukan perluasan

produksi akibat keuntungan yang diperoleh dari rendahnya biaya tadi. Peningkatan

tenaga kerja selanjutnya mampu menyerap kelebihan tenaga kerja yang ada di pasar,

apabila harga relatif stabil (Tohar. 2000).

b. Teori Keynes

Dalam menanggapi masalah pengangguran Teori Keynes mengatakan hal yang

berlawanan dengan Teori Klasik, menurut Teori Keynes sesungguhnya masalah

pengangguran terjadi akibat permintaan agregat yang rendah. Sehingga

terhambatnya pertumbuhan ekonomi bukan disebabkan oleh rendahnya produksi

akan tetapi rendahnya konsumsi. Menurut Keynes, hal ini tidak dapat dilimpahkan ke

mekanisme pasar bebas. Ketika tenaga kerja meningkat, upah akan turun hal ini akan

merugikan bukan menguntungkan, karena penurunan upah berarti menurunkan daya

beli masyarakat terhadap barang-barang. Akhirnya produsen akan mengalami

kerugian dan tidak dapat menyerap tenaga kerja. Keynes menganjurkan adanya

campur tangan pemerintah dalam mempertahankan tingkat permintaan agregat agar

sektor pariwisata dapat menciptakan lapangan pekerjaan (Soesastro, dkk, 2005). Perlu

dicermati bahwa pemerintah hanya bertugas untuk menjaga tingkat permintaan


agregat, sementara penyedia lapangan kerja adalah sektor wisata. Hal ini memiliki

tujuan mempertahankan pendapatan masyarakat agar daya beli masyarakat terjaga.

Sehingga tidak memperparah resesi serta diharapkan mampu mengatasi

pengangguran akibat resesi.

c. Teori Kependudukan dari Malthus

Teori Malthus menjelaskan bahwa pertumbuhan penduduk cenderung melampaui

pertumbuhan persediaan makanan. Dalam dia punya esai yang orisinal, Malthus

menyuguhkan idenya dalam bentuk yag cukup kaku. Dia mengatakan penduduk

cenderung tumbuh secara “deret ukur” (misalnya, dalam lambang 1, 2, 4, 8, 16 dan

seterusnya) sedangkan persediaan makanan cenderug tumbuh secara “deret hitung”

(misalnya, dalam deret 1,2 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan seterusnya). Dalam karyanya yang terbit

belakangan, Malthus menekankan lagi tesisnya, namun tidak sekaku semula, hanya

saja dia berkata bahwa penduduk cenderung tumbuh secata tidak terbatas hingga

mencapai bata persediaan makanan. Dari kedua uraian tersebut Malthus

menyimpulkan bahwa kuantitas manusia akan terjerumus ke dalam kemiskinan

kelaparan. Dalam janngka panjang tidak ada kemajuann teknologi yang mampuu

mengalihkan keadaan karena kenaikan supply makanan terbatas sedangkan

“pertumbuhan penduduk tak terbatas, dan bumi tak mampu memprodusir makanan

untung menjaga kelangsungan hidup manusia”. Apabila ditelaah lebih dalam toeri

Malthus ini yang menyatakan penduduk cederung bertumbuh secara tak terbatas

hingga mencapai batas persediaan makanan, dalam hal ini menimbulkan manusia

saling bersaing dalam menjamin kelangsungan hidupnya dengan cara mencari sumber

makanan, dengan persaingan ini maka akan ada sebagian manusia yang tersisih serta

tidak mampu lagi memperoleh bahan makanan. Pada masyarakat modern diartikan
bahwa semakin pesatnya jumlah penduduk akan menghassilkan tenaga kerja yang

semakin banyak pula, namun hal ini tidak diimbangi dengan kesempatan kerja yang

ada. Karena jumlah kesempatan yang sedikit itulah maka manussia saling bersaing

dalam memperoleh pekerjaan dan yang tersisih dalam persaingan tersebut menjadi

golongan penganggur.

d. Teori Sosiologi Ekonomi No-Marxian

Berawal dari analisis Marx pada awal abad 20 tentang struktur dan proses ekonomi

yang dapat dibayangkan sebagai sistem kapitalisme kompetitif. Industri kapitalis yang

ada pada zaman itu tergolong masih kecil dan belum ada satupun yang memegang

perekonomian dan mengendalikan pasar. Namun Marx yakin pada suatu saat apabila

kapitalisme sudah muncul dengan demikian pesatnya maka akan memunculkan

kompetisi antar industri yang menjadi semakin pesat dan kemudian menghasilkan

sistem monopoli dari industri yang paling kuat dalam persaingan tersebut. Dengan

munculnya monopoli modal ini maka akan ada satu perusahaaan besar yang akan

mengendalikan perusahaan-perusahaan lain dalam perekonomian kapitalis. Dalam

pengembangan analisis Marx yang dianut oleh para penganut Marxian yang baru ini

konsep “kelas buruh “ tidak mendeskripsikan sekelompok orang atau sekelompok

pekerjaan tertentu, tetapi lebih merupakan pembelian dan penjualan tenaga kerja.

Para tenaga kerja tidak mempunyai alat produksi sama sekali sehingga segolongan

orang terpaksa menjual tenaga mereka kepada sebagian kecil orang yang mempunyai

alat produksi. Dari uraian diatas maka dapat kita telaah lagi bahwa dengan adanya

pergantian antara sistem kapitalis kompetitif menjadi kearah sistem kapitalis

monopoli, maka akan terdapat sebagian perusahaan yang masih tidak mampu

bersaing dan menjadi terpuruk. Apabila semua proses produksi dan pemasaran semua
terpengaruh oleh sebuah perusahaan raksasa saja, maka akan mengakibatkan

perusahaan kecil menjadi sangat sulit dan hal pamasaran, bisa saja perusahaan kecil

tersebut mengalami kebangkrutan dan tidak lagi mampu menggaji pekerjanya.

Setelah perusahaan tersebut tidak mampu baroperasi lagi, maka para pekerja yang

semula bekerja dalam perusahaan tersebut menjadi tidak mempunyai pekerjaan lagi.

Kemudian akhirnya pekerja tersebut menjadi pengangguran.

C. ISU TERKINI TENTANG PENGANGGURAN

Adapun isu terkini meyangkut tentang pengangguran di Kota Makassar, sebagaimana

kecemacasan WaliKota Makassar Danny Pomanto yang akhir-akhir ini punya kecemasan

atas peningkatan jumlah pengangguran di Kota Makassar yang salah satu penyebabnya

adalah warga urban atau perantau warga desa ke kota. Menurutnya pendatang dari luar

daerah datang menyerbu masuk ke Makassar didominasi karena alasan mengadu nasib.

Hanya saja kehadirannya dikhawatirkan menjadi beban jika tidak mampu bersaing. Biasanya

momen ini menjadi momen banyak orang pengangguran masuk kota, sehingga kadang

beban pengangguran kita menjadi tinggi. Lonjakan pendatang atau perantau masuk

Makassar saat arus balik tahun ini imbas dari diizinkannya aktivitas mudik oleh pemerintah,

setelah 2 tahun dilarang akibat pandemi COVID-19. Selain itu, tingginya jumlah warga urban

di Kota Makassar adalah dikarenakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang signifikan,

sehingga warga desa yang merantau ke kota akan semakin meningkat untuk mengadu nasib

di kota dan salah satu penyebab meningkatnya angka pengangguran di Kota Makassar

adalah dengan meningkatnya warga urban setiap tahunnya.


D. JURNAL INTERNASIONAL YANG TERKAIT

1. Increase in Unemployment Rates During the Covid-19 Pandemic (Andi Nur

Ramadani, Dewi Sartika, Hasmiah Herawaty)

Jurnal ini dibuat dengan latar belakang peningkatan angka pengangguran di

Indonesia selama pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif deskriptif untuk mengumpulkan, menganalisis, dan

menyimpulkan data dan informasi. Temuan menunjukkan bahwa jumlah

pengangguran di Indonesia mencapai 9,77 juta orang, atau 7,07%, pada Agustus

2020. Peningkatan pengangguran ini disebabkan oleh pemutusan hubungan kerja

(PHK) dan implementasi kebijakan pemerintah seperti pembatasan sosial dan

pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Pandemi telah berdampak signifikan

pada ekonomi, yang mengakibatkan kehilangan pekerjaan dan penurunan

pertumbuhan ekonomi.

Jurnal ini juga membahas fluktuasi tingkat pengangguran di Indonesia selama

dekade terakhir. Pada 2018, tingkatnya adalah 5,30%, yang menurun dari tahun

sebelumnya. Namun, pada 2019, tingkat tersebut meningkat pesat menjadi 7,07%.

Tingkat pengangguran juga dapat dianalisis berdasarkan tempat tinggal dan

kelompok usia. Pada Agustus 2020, pengangguran perkotaan tercatat sebesar

8,98%, sedangkan pengangguran pedesaan adalah 4,71%. Tingkat pengangguran

tertinggi ada di kelompok usia 15-24, mencapai 20,46% pada Agustus 2020.

Pandemi COVID-19 telah berdampak signifikan pada pengangguran, dengan

jumlah pengangguran meningkat selama pandemi. Implementasi kebijakan

seperti PPKM telah berdampak lebih lanjut pada tingkat pengangguran.


2. The Unemployment Rate Amid the COVID-19 Pandemic: Propose the Best Practices

Policy to Maintain Labor Market Stability (Nazaruddin Malik, Muhammad Sri

Wahyudi Suliswanto, Mochamad Rofik)

Jurnal ini dilatarbelakangi oleh dampak pandemi COVID-19 terhadap pasar

tenaga kerja dan tingkat pengangguran. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dan uji kausalitas Granger untuk memahami pengaruh pandemi

terhadap pengangguran. Jurnal ini juga menggunakan pendekatan kualitatif dan

literatur terkait pertumbuhan ekonomi, manajemen krisis, dan pengangguran.

Penelitian ini menyarankan kebijakan seperti mempertahankan permintaan dan

penawaran agregat, memastikan rantai pasokan berjalan dengan baik,

memaksimalkan sumber anggaran alternatif, dan memperkuat sistem tenaga kerja

serta mengembangkan industri kesehatan dan ketahanan pangan. Penelitian ini

menekankan pentingnya memahami hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan

pengangguran dalam merumuskan kebijakan yang efektif.

3. The Impact of Unemployment on the Economy in Indonesia (Lenny Yanthiani)

Artikel ini membahas masalah pengangguran di Indonesia dan dampaknya

terhadap ekonomi. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) digunakan sebagai

indikator untuk mengukur tingkat pasokan tenaga kerja yang tidak terserap oleh

pasar tenaga kerja. Artikel ini menyoroti penyebab pengangguran, seperti

ketidaksesuaian antara keterampilan pencari kerja dan persyaratan pasar kerja,

peluang kerja yang terbatas, dan populasi yang besar. Dampak negatif dari

pengangguran meliputi kemiskinan, peningkatan tingkat kejahatan, dan masalah

sosial. Artikel ini menyarankan beberapa strategi untuk mengatasi pengangguran,

termasuk menciptakan lebih banyak peluang kerja, meningkatkan pendidikan dan


keterampilan, dan mengembangkan daerah yang kurang berkembang.

Pemerintah diminta untuk mengambil tindakan untuk merangsang pertumbuhan

ekonomi dan mengurangi pengangguran.

Pengangguran dapat dikategorikan menjadi berbagai jenis, termasuk

pengangguran terselubung, pengangguran paruh waktu, dan pengangguran

terbuka. Penyebab pengangguran dapat diklasifikasikan menjadi faktor friksional,

siklikal, struktural, musiman, teknologi, politik, dan deflasi. Pengangguran memiliki

dampak negatif pada pendapatan, pendapatan negara, kesejahteraan psikologis,

dan biaya sosial. Untuk mengatasi pengangguran, strategi dan kebijakan seperti

memberikan bantuan kepada usaha kecil dan menengah, meningkatkan

infrastruktur, mendirikan lembaga sosial, menyederhanakan perizinan,

mengembangkan sektor pariwisata, dan meningkatkan pendidikan dan pelatihan

keterampilan dapat diimplementasikan. Penting untuk menangani pengangguran

sebagai komitmen nasional dan memastikan bahwa setiap warga memiliki

kesempatan untuk pekerjaan yang layak dan hidup yang layak.

E. KESIMPULAN

Adapun Strategi dalam Mengatasi Pengangguran di Indonesia secara umum yakni,

masalah utama yang menjadi perhatian di negara-negara berkembang adalah

pengangguran. Pengangguran disebabkan oleh tingginya tenaga kerja dan tidak tersedianya

lapangan kerja yang mencukupi. Dengan meningkatnya angka pengangguran dapat

mengakibatkan meningkatnya angka kriminalitas, kemiskinan, dan keadaan ekonomi.

Sebelumnya pemerintah sudah melakukan kebijakan untuk mengurangi pengangguran akan

tetapi angka pengangguran masih tinggi terutama pengangguran tenaga sektor informal
yang tidak mampu bersaing dengan tenaga kerja sektor formal. Pemerintah terus

melakukan kebijakan atau program untuk menekan angka pengangguran. Semenjak adanya

wabah Covid-19 mengakibatkan tingginya angka pengangguran di Indonesia yang

disebabkan oleh banyaknya yang terkena PHK oleh perusahaan.

Masalah pengangguran akan semakin dibiarkan akan terjadi masalah yang lain, yaitu

krisis sosial. Hal ini tidak akan saja menimpa para pencari kerja, melainkan akan juga

menimpa para orang tua yang tidak memiliki pekerjaan karena terkena PHK. Krisis sosial

yang dapat dilihat yaitu dengan banyaknya anak-anak yang turun kejalan menjadi

pengamen, pedangan asoangan, maupun pelaku tindak kriminalitas. Faktor yang

mengakibatkan tingginya angka pengangguran di Indonesia adalah banyaknya tenaga kerja

yang diarahkan kepada sektor formal, sehingga saat mereka kehilangan pekerjaan pada

sektor formal mereka tidak bisa berusaha untuk membuat usaha sendiri untuk disektor

informal. Hal lain yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran adalah tidak tersedia

lapangan kerja saat tingginya tenaga kerja yang membutuhkan pekerjaan.

Pengangguran merupakan orang yang tidak mendapat kesempatan bekerja, tetapi

sedang mencari pekerjaan atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa

tidak mungkin memperoleh pekerjaan. Menurut Sukino pengangguran adalah seseorang

yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai

penganggur. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam indikator

ketenagakerjaan, pengangguran merupakan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang

mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak

mencari pekerjaan karena sudah diterima kerja tetapi belum mulai bekerja. Terdapat

macam-macam pengangguran, menurut Sukirno (2000:8-9) dibagi menjadi dua jenis sebab

akibat pengangguran, yaitu pengagguran friksional dan pengangguran struktural. Dampak


pengangguran dapat terjadi pada kegiatan perekenomian dan pada individu dan

masyarakat. Dampak pada kegiatan perekenomian dimana pengangguran bisa menjadi

penyebab pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya) diperoleh masyarakat lebih

tinggi daripada pendapatan nasional riil (nyata). Selain itu penerimaan pajak menjadi rendah

apabila pengangguran terjadi. Pada individu dan masyarakat, pengangguran dapat

memberikan dampak kehilangan pendapatan, hilangnya keterampilan, dan tidak stabilnya

sosial.

Salah satu strategi pemerintah dalam mengatasi pengangguran adalah menciptakan

program kartu pra-kerja. Kartu Pra Kerja adalah bantuan biaya pelatihan untuk masyarakat

Indonesia yang ingin memiliki atau meningkatkan kemampuan keterampilan, dimana

bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja yang belum memiliki pekerjaan dengan

memberikan sebuah treatment seperti meningkatkan softskill yang sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh pekerja. Kartu Pra Kerja resmi diluncurkan oleh Pemerintah Indonesia pada

bulan Februari dengan landasan hukum Perpres Nomor 36 Tahun 2020 tentang

Pengembangan Kompetensi Kerja melalui Program Kartu Pra Kerja. Komite Cipta Kerja

dalam program Kartu Pra Kerja diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

dengan wakil ketua yakni Kepala Staff Kepresidenan yang terdiri dari enam anggota menteri

seperti Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri

Ketenagakerjaan, Menteri Perindustrian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri

Dalam Negeri. Komite ini bertanggung jawab dalam perumusan dan penyusunan kebijakan,

pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS),

tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2022 sebesar 5,86 persen, turun sebesar 0,63

persen poin dibandingkan dengan Agustus 2021. Terdapat 4,15 juta orang (1,98 persen)

penduduk usia kerja yang terdampak COVID-19. Terdiri dari pengangguran karena COVID-
19 (0,24 juta orang), Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena COVID-19 (0,32 juta orang),

sementara tidak bekerja karena COVID-19 (0,11 juta orang, dan penduduk bekerja yang

mengalami pengurangan jam kerja karena COVID-19 (3,48 juta orang).

Selanjutnya penulis menyimpulkan bahwa strategi jitu penanggulangan pengangguran

di Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Sebab,

dengan peningkatan kualitas SDM bisa membuat kemampuan penduduk yang ada di negara

tersebut bisa menyesuaikan dengan lapangan kerja yang tersedia. Dengan begitu.

diharapkan banyak tenaga kerja yang bisa terserap dan akhirnya mampu mengurangi

pengangguran.
DAFTAR PUSTAKA

BPS (2023), Jumlah Pengangguran (Jiwa).

BPS Provinsi Sulawesi Selatan (2023), Jumlah Pengangguran (Jiwa).

BPS (2023) Kota Makassar,Jumlah Pengangguran (Jiwa).

Astuti, W. (2014). Pengangguran Terdidik di Perkotaan. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi.

Yogyakarta: UNY.

Isnayanti, A. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di

Sumatra Utara 1978-2014. Medan: FMIPA UNIMED.

Alghofari, Farid,”Analisis tingkat pengangguran di Indonesia,”(Skripsi, “Universitas

Diponegoro,” Semarang,2010)

Sandono Sukirno, 2006, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Andi Nur Ramadani, dkk, “Increase in Unemployment Rates During the Covid-19 Pandemic”

Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi dan Manajemen, 2022

Nazaruddin Malik, dkk, “The Unemployment Rate Amid the COVID-19 Pandemic: Propose

the Best Practices Policy to Maintain Labor Market Stability” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (JSP, 2021)

Lenny Yanthiani, “The Impact of Unemployment on the Economy in Indonesia, Journal of

Islamic Economics and Business (JIEB, 2022)

https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6064073/danny-waswas-pengangguran-makassar-

meningkat-saat-perantau-berdatangan

https://ekonomi.republika.co.id/berita/ru66wh370/bps-indonesia-punya-799-juta-

pengangguran
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220129095139-97-753184/10-cara-

mengatasi-pengangguran-di-indonesia/2

Anda mungkin juga menyukai