Anda di halaman 1dari 21

MEMPERKENALKAN TUNJANGAN

PENGANGGURAN DI INDONESIA

ANGGOTA KELOMPOK :
GUSTIADI WALUYO (15)
JUN SUI SIAHAAN (18)
RATIH NURANIKA (33)
ZULMY AGUNG PAMBUDI (41)

KELAS VII C REGULER AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA 2016
Topik
Mata Kuliah
Nama Anggota
Dosen

: Jaminan Sosial
: Seminar Keuangan Publik
: Gustiadi Waluyo (15), Jun Sui Siahaan (18), Ratih Nuranika (33), Zulmy
Agung Pambudi (41)
: M. Ridhwan Galela

MEMPERKENALKAN TUNJANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA


PENDAHULUAN
Saat ini Indonesia tidak memiliki sistem formal khusus yang berperan mengatasi masalah
pengangguran, hal ini menjadi salah satu penyebab meluasnya permasalahan ketenagakerjaan
terutama setelah terdampak krisis ekonomi tahun 1997-1998. Hasil kajian ILO Tahun 2003,
melihat adanya kemungkinan Indonesia menerapkan kebijakan tunjangan pengangguran yang
pada tahun-tahun mendatang dapat menjadi tambahan perlindungan sosial bagi masyarakat.
Berdasarkan laporan ketenagakerjaan di indonesia oleh Bank Dunia disebutkan perlunya
memperkenalkan sistem tunjangan pengangguran untuk melengkapi tingkat perlindungan bagi
karyawan yang diberhentikan. Dimana terdapat serangkaian sistem tunjangan pengangguran
yang dapat dipertimbangkan dan dikaji untuk dimasukkan dalam sistem Jaminan Sosial Nasional
di masa depan.
Hal tersebut senada dengan survei OECD Perekonomian Indonesia pada September 2012 yang
juga merekomendasikan untuk mendorong efisiensi ekonomi-mikro dengan cara memberikan
tunjangan pengangguran. Disebutkan salah satu kebijakan yang efektif untuk melindungi pekerja
terhadap risiko pemutusan hubungan kerja di masa depan adalah dengan meluncurkan tunjangan
pengangguran terbatas ditambah dengan asuransi pengangguran perseorangan, disamping
menghapus hambatan dalam pasar ketenagakerjaan formal.
Tunjangan pengangguran merupakan unsur penting dari sistem jaminan sosial yang
komprehensif, tetapi perumusan yang baik sulit dicapai. Perlu dicari titik keseimbangan antara
pemberian manfaat penggantian pemasukan bagi yang tidak bekerja dan menghindari
ketergantungan pada bantuan pemasukan yang mungkin menghambat proses pencarian kerja.
Dana asuransi pengangguran memberikan jaminan pemasukan bagi pekerja, tetapi dibutuhkan
mekanisme untuk berjaga-jaga terhadap penyalahgunaan. Kepatuhan pada kewajiban iuran juga
merupakan masalah tersendiri. Partisipasi mitra sosial dalam merancang dan mengawasi sistem
jaminan sosial dapat berkontribusi pada kelancaran berjalannya sistem tersebut.
Seorang anggota pemerintah mengamati, selain memiliki peran penting bagi individu dan
keluarga, tunjangan pengangguran juga memiliki peran penting lain dalam menstabilkan
perekonomian nasional. Sebab dana dikumpulkan pada periode di mana terjadi pertumbuhan dan
digunakan pada saat terjadi resesi. Pendekatan dan pembangunan skema asuransi pengangguran

tidak bisa disamakan bagi semua. Kondisi masing-masing negara harus dipertimbangkan. Di
banyak negara berkembang, dimana permintaan tinggi dan sumber daya terbatas, bantuan tunai
kepada pengangguran dianggap tidak realistis. Pendekatan lain perlu dicari agar memenuhi
kebutuhannya. Pada dasarnya kekhawatiran utamanya adalah orang menerima tunjangan
pengangguran padahal mereka dapat bekerja.
Krisis finansial Asia menunjukkan, skema asuransi pengangguran berperan penting dalam
menanggapi kesulitan hidup yang meningkat akibat pengangguran yang juga meningkat. Mereka
juga dapat membantu membatasi jatuhnya permintaan konsumen dan kepercayaan bisnis yang
memperparah krisis tersebut. Sebagaimana ditunjukkan pada penelitian ILO yang dilakukan
untuk Pemerintah Thailand, tingkat iuran yang dibutuhkan untuk membiayai skema asuransi
pengangguran yang biasa saja memerlukan kurang dari satu persen penghasilan pada jangka
panjang.
PENGANGGURAN DI INDONESIA
Definisi pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (usia 15 sampai 64 tahun)
yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari
kerja contohnya ibu rumah tangga, siswa sekolah (SMP, SMA), mahasiswa perguruan tinggi, dan
lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan. Untuk mengukur
tingkat pengangguran (unemployment rate) pada suatu wilayah atau negara diperoleh dari
prosentase hasil bagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja dimana angkatan kerja
adalah penduduk yang telah memasuki usia kerja.
Tingkat pengangguran = jumlah pengangguran / jumlah angkatan kerja x 100%
Definisi lain dari pengangguran adalah kesempatan yang timpang yang terjadi antara angkatan
kerja dan kesempatan kerja sehingga sebagian angkatan kerja tidak dapat melakukan kegiatan
kerja. Pengangguran tidak hanya disebabkan karena kurangnya lowongan pekerjaan, tetapi juga
disebabkan oleh kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh pencari kerja. Persyaratanpersyaratan yang dibutuhkan oleh dunia kerja, tidak dapat dipenuhi oleh pencari kerja.
Berdasarkan faktor penyebabnya, pengangguran dibedakan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu:
pengangguran konjungtur, pengangguran struktural, dan pengangguran normal atau friksional.
Ketiga jenis pengangguran ini dapat dikelompokkan sebagai pengangguran terbuka.
Pengangguran

terbuka adalah pengangguran

yang sepenuhnya tidak melakukan/memiliki

pekerjaan apapun dalam periode tertentu. Disamping itu, di negara-negara berkembang seperti
Indonesia, terdapat beberapa bentuk pengangguran lain, yaitu pengangguran tersembunyi,
pengangguran bermusin, dan setengah menganggur.

Pengangguran konjungtur atau cyclical unemployment adalah pengangguran yang disebabkan


oleh perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. Saat ekonomi mengalami
kemunduran, perusahaan-perusahaan mengurangi kegiatan produksinya untuk menekan biaya,
salah satunya dengan pengurangan jam kerja ataupun pengurangan tenaga kerja. Kondisi inilah
yang menyebabkan timbulnya pengangguran konjungtur.
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang timbul karena adanya perubahan struktur
dan kegiatan ekonomi sebagai akibat dari perkembangan ekonomi. Perkembangan perekonomian
dalam jangka panjang, sebagai contoh, akan meningkatkan peranan sektor industri pengolahan
dan mengurangi kegiatan pertambangan, pertanian maupun industri kecil dan rumah tangga.
Kemunduran atas beberapa sektor kegiatan ini akan digantikan oleh kegiatan industri yang
menghasilkan barang yang sama namun mengggunakan peralatan/mesin yang lebih canggih.
Dari kondisi inilah pengangguran struktural timbul. Terdapat dua kemungkinan penyebab
pengangguran struktural: (1) sebagai akibat kemerosotan permintaan, atau (2) sebagai akibat
semakin canggihnya teknik memproduksi.
Pengangguran normal (friksional) adalah kondisi adanya pengangguran yang timbul bukan
sebagai akibat ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan namun ditimbulkan sebagai akibat
adanya keinginan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Pada perekonomian yang terus
menerus bertumbuh, jumlah dan tingkat pengangguran akan semakin rendah. Hingga nantinya
perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, yaitu kondisi dimana tingkat
pengangguran tidak lebih dari 4 persen, yaitu dikategorikan sebagai pengangguran normal.
Dalam sebuah perekonomian, dapat berlaku keadaan dimana sekelompok pekerja melakukan
pekerjaan-pekerjaan untuk memperoleh pendapat namun pekerjaan ini (1) tidak menambah
tingkat produksi yang dicapai, atau (2) dilakukan dalam waktu yang singkat sehingga jumlah
jam kerja jauh lebih sedikit dari jam kerja yang semestinya dilakukan dalam jangka waktu
tertentu (seminggu, sebulan, atau setahun). Kedua kondisi tersebut dapat digolongkan sebagai
penganggur. Termasuk dalam kategori ini adalah pengangguran tersembunyi, pengangguran
musiman, dan setengah menganggur.
Pengangguran tersembunyi (disguised unemployment) muncul sebagai akibat dari suatu kegiatan
perekonomian yang mempunyai jumlah tenaga kerja sangat berlebih, dimana sebagian tenaga
kerja di kegiatan tersebut dapat dipindahkan ke kegiatan ekonomi yang lain tanpa mengurangi
tingkat produksi di kegiatan pertama. Hal ini dapat diartikan bahwa banyaknya tenaga kerja
dalam kegiatan perekonomian tersebut tidak produktif karena tidak memberikan tambahan
peningkatan produksi.

Adapun pengangguran musiman, sering terjadi di sektor pertanian di negara-negara berkembang,


termasuk di Indonesia. Pengangguran musiman merupakan pengangguran yang terjadi pada
waktu-waktu tertentu dalam satu tahun. Biasanya muncul pada waktu-waktu di mana kegiatan
bercocok tanam sedang menurun intensitasnya, yaitu waktu diantara menuai dan masa menanam
berikutnya, dan periode di antara sesudah menanam bibit dan masa memanen hasil. Di sisi lain,
sektor informal banyak ditemui kondisi setengah menganggur (under employment), yaitu kondisi
tenaga kerja yang bekerja dalam jumlah jam kerja jauh lebih rendah dari standar yang dilakukan
dalam periode waktu tertentu.
Saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia,
dengan ekonomi terbesar kesepuluh berdasarkan paritas daya beli. Penduduk Indonesia di tahun
2015 diproyeksikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sejumlah 255.461.700 jiwa. Angkatan
kerja Indonesia pada 2015 adalah sebanyak 128,3 juta orang. Penduduk bekerja sebanyak 120,8
juta jiwa. Tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,81%.
Tabel 1.
Employment (juta)
Informal employment,
percent of employment
Unemployment rate

1995
80,1
-

2000
89,8
-

2005
95,4
70,5

2011
107,4
63,9

2012
112,5
61,4

2013
112,8
60,1

2014
114,6
59,6

7,2

6,1

10,5

7,5

6,1

6,2

5,9

Sumber: OECD Economic Surveys Indonesia 2015


Pasar tenaga kerja di Indonesia terus mengalami perkembangan selama tahun 2014-2015,
dimana pekerjaan mengalami pertumbuhan sedangkan pengangguran terbuka mengalami
penurunan. Namun demikian, terdapat fluktuasi di bidang pekerjaan yang lebih cenderung
diakibatkan oleh ketidakaktifan ketimbang pengangguran. Tren ini menunjukkan persoalan
struktural di pasar tenaga kerja Indonesia, dan menegaskan pentingnya kebijakan dan program
pasar tenaga kerja untuk memfasilitasi alat kelengkapan pasar tenaga kerja dengan menyediakan
layanan pekerjaan dan manfaat terkait bagi pekerja yang masih menganggur.
Angka pengangguran terbuka cenderung menurun selama beberapa tahun terakhir. Dari laporan
survei ekonomi Indonesia oleh OECD tahun 2015, kondisi ini (Tabel 1) menunjukkan bahwa
target pengurangan pengangguran terbuka menjadi 5 hingga 6 persen sebagaimana ditetapkan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014 telah berhasil dicapai.
Meskipun demikian, pengangguran terbuka masih menjadi tantangan, terutama bagi kalangan
muda, khususnya bila terjadi kemunduran ekonomi.

Tabel 2. Indikator Utama Pasar Tenaga Kerja (sebagian)


Variabel (dalam juta)
Penduduk usia 15 tahun
ke atas
Penduduk yang termasuk
angkatan kerja
- Bekerja
- Tidak bekerja
Tingkat pengangguran
Tingkat ketidakaktifan
Rasio pekerjaan
dibanding penduduk

Feb
2013
178,8

Mei
2013
179,4

Agt
2013
180,0

Nov
2013
180,6

Feb
2014
181,2

Mei
2014
181,8

Agt
2014
183,0

Feb
2015
184,6

123,6

124,1

120,2

124,7

125,3

126,0

121,9

128,3

116,4
7,2
5,8
30,8
65,2

117,0
7,1
5,7
30,8
65,2

112,8
7,4
6,2
33,2
62,7

117,7
7,1
5,8
30,9
65,2

118,2
7,2
5,7
30,8
65,2

118,9
7,2
5,7
30,7
65,4

114,6
7,2
5,9
33,4
62,6

120,8
7,5
5,8
30,5
65,5

Sumber: Publikasi ILO 2015


Selama beberapa tahun terakhir, rasio pekerjaan-penduduk di Indonesia terbilang lebih tinggi
dibandingkan rata-rata global (Tabel 2). Hal ini sebagian dikarenakan tingginya persentase
penduduk usia kerja dan terbatasnya pilihan penghasilan di luar dunia kerja. Menurut Pusat
Layanan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan, pengangguran terbuka di Indonesia sebagian
terjadi karena ketidakcocokan keterampilan antara pencari kerja terdaftar dengan lowongan kerja
terdaftar. Secara lebih khusus, analisa dari OECD menunjukkan bahwa permintaan akan tenaga
kerja yang memiliki pendidikan tertier melampaui suplai tenaga kerja dengan latar belakang ini.
Ada pula suplai tenaga kerja yang berlebihan untuk mereka yang memiliki latar belakang
pendidikan SLTP dan SLTA Umum dibandingkan jumlah lowongan kerja yang membutuhkan
latar belakang pendidikan tersebut. Skenario ini menunjukkan situasi ketidakcocokan
keterampilan antara penawaran dan permintaan akan tenaga kerja.

Tabel 3

Employment to population ratio (%


ages 15 and older)
Labour force participation rate
Total unemployment (% of labour
force)
Unemployment benefits recipients (%
of unemployed ages 15-64)

Indonesia

Medium
HDI
55,7

Developin
g
countries
60,7

East Asia
and the
Pasific
67,9

63,5
67,7
6,2

58,8
5,3

64,3
5,6

71,1
3,3

0,0

1,7

2,5

1,6

Sumber: Human Development Report 2015 Indonesia, UNDP


Tabel 3 di atas membandingkan kondisi tenaga kerja dan pengangguran, serta presentase
penerima tunjangan pengangguran di Indonesia dengan negara-negara dengan nilai Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) medium, negara-negara berkembang, dan negara-negara kawasan
Asia Pasifik. Human Development Index (HDI) atau IPM adalah ukuran untuk menilai
perkembangan jangka panjang atas 3 (tiga) dimensi dasar dalam perkembangan manusia di suatu
negara, yaitu: usia yang panjang dan sehat (diukur dari angka harapan hidup), tingkat
pengetahuan (diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa), dan standar hidup
yang layak (diukur dari produk domestik bruto perkapita).
Berdasarkan Laporan BPS Tahun 2015, penduduk bekerja di Indonesia dapat dibagi dalam dua
sektor kegiatan, yaitu kegiatan formal dan informal yang diidentifikasi dari status pekerjaan.
Definisi pekerja formal menurut BPS mencakup kategori karyawan/buruh dan kategori berusaha
dengan dibantu karyawan/buruh tetap. Sedangkan pekerja informal terdiri dari penduduk bekerja
dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian,
pekerja bebas di nonpertanian, dan pekerja keluarga/tidak dibayar. Data BPS tahun 2015
menunjukkan sebanyak 50,8 juta orang (42,06%) bekerja pada kegiatan formal dan 70,0 juta
orang (57,94%) bekerja pada kegiatan informal.
Di Indonesia saat ini, populasi penduduk bekerja masih didominasi pekerja sektor informal
(57,94%), dengan Gross Domestic Product (GDP) perkapita di tahun 2014 sebesar $3.650 (data
World Bank). Menurut kajian ILO (2003), terdapat dua kriteria utama yang perlu dimiliki suatu
negara untuk mendukung pelaksanaan tunjangan pengangguran dalam cakupan luas (wide
coverage). Kriteria tersebut adalah: (i) tunjangan pengangguran jamak dilaksanakan di negara
dengan perekonomian berkembang pada kondisi dimana sebagian besar populasi penduduk
bekerja di negara tersebut merupakan pekerja sektor formal yang memiliki perlindungan
ketenagakerjaan berupa asuransi ketenagakerjaan yang difasilitasi oleh perusahaan tempat
bekerja, (ii) adanya surplus ekonomi yang substansial atas kebutuhan konsumsi rumah tangga,
dan biaya pengembangan dan administrasi.
Tabel 4. Tingkat Pengangguran Beberapa Negara (dalam persen) Tahun 2004-2014

Sumber: Badan Pusat Statistik


Catatan: (r) angka diperbaiki, (e) angka diestimasi

Tabel 4 tersebut di atas menunjukkan perbandingan tingkat pengangguran di Indonesia dengan


beberapa negara maju maupun sebagian negara-negara berkembang di kawasan asia tenggara.

KELAYAKAN EKONOMI DAN SUMBER DANA TUNJANGAN PENGANGGURAN


Dalam APBN 2014 Belanja Fungsi Kependudukan dan Perlindungan Sosial menempati urutan
ke delapan dengan nilai sebesar Rp13 triliyun. Dengan nilai yang cukup besar tersebut apakah
dimungkinkan apabila tunjangan pengangguran diterapkan di Indonesia.
1. Kelayakan Ekonomi
Sistem tunjangan yang sudah ada umumnya hanya ada di negara maju dimana sebagian besar
penduduknya bekerja dalam sektor formal. Di negara tersebut ada surplus ekonomi yang
cukup substansial atas kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga dan biaya-biaya dasar lainnya
seperti biaya administrasi dan pembangunan. Oleh sebab itu, dana APBN yang berasal dari
Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak dapat digunakan untuk mendanai
tunjangan pengangguran.
Tabel 5. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Fungsi (dalam Rupiah)

Sebagian besar angkatan kerja di Indonesia bekerja di sektor informal. PDB per kapita Indonesia
sebesar US $3.492 pada tahun 2014, sedangkan Purchasing Power Parity sekitar US $10.190.
Hal ini membuat ruang lingkup yang terbatas untuk mendanai sistem perlindungan sosial.
Prioritas belanja pemerintah untuk saat ini ditujukan untuk pembangunan, biaya pendidikan dan
kesehatan. Perlindungan sosial yang sekarang sudah ada diprioritaskan untuk membantu
masyarakat miskin.
Akan tetapi, apakah dengan kondisi seperti ini pemberian tunjangan pengangguran tidak
mungkin untuk diterapkan di Indonesia? Tentu saja untuk memberi tunjangan pengangguran
untuk semua pengangguran yang ada di Indonesia melupakan langkah yang sangat sulit atau
hampir tidak mungkin. Karena jumlah dari penduduk Indonesia yang bekerja di sektor informal
dan semua pencari kerja di Indonesia sangat banyak. Pemberian tunjangan pengangguran
menjadi mungkin dan sangat bisa diterapkan apabila diberikan kepada pekerja dari sektor formal
yang berhenti bekerja karena sebab tertentu sampai mereka mendapatkan pekerjaan kembali atau
sampai batas waktu yang sudah ditentukan. Tunjangan pengangguran ini diharapkan bisa
dilaksanakan dengan memperluas manfaat dari BPJS Ketenagakerjaan yang sekarang sudah
berjalan. Jumlah pekerja yang menjadi anggota aktif dari BPJS Ketenagakerjaan sekitar 12% dari
total jumlah pekerja atau sekitar 4% dari total penduduk Indonesia. Proporsi ini masih dapat
ditingkatkan dengan memperluas cakupan pekerja yang terdaftar serta meningkatkan kepatuhan
dalam membayar iuran BPJS Ketenagakerjaan bagi mereka yang sudah terdaftar namun tidak
aktif.
2. Kemungkinan Sumber Pendanaan Tunjangan Pengangguran
Iuran Pengusaha
Salah satu pilihan dalam sumber pendanaan

tunjangan pengangguran adalah pengusaha

membayar seluruh biaya premi tetapi tidak menghilangkan kewajiban memberikan pesangon

kepada pegawai yang berhenti bekerja. Secara administratif pilihan ini layak diterapkan tetapi
akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha. Hal ini dapat menyebabkan tekanan
sehingga pengusaha akan menghindari BPJS Ketenagakerjaan dan iuran dana pensiun lainnya,
tidak mendaftarkan semua pekerja atau tidak memberikan infomasi yang benar tentang gaji
pegawainya. Ada kemungkinan pengusaha menentang pilihan ini.
Iuran Pekerja
Pilihan kedua adalah pekerja yang harus membayar semua premi melalui pemotongan dari gaji
mereka. Secara administratif pilihan ini juga layak untuk diterapkan. Namun, itu berarti akan
mengurangi penghasilan yang diterima oleh para pekerja. Mereka akan menekan kepada
pengusaha untuk tidak bergabung dengan BPJS Ketenagakerjaan atau dana pensiun lainnya.
Pekerja akan menentang pilihan ini melalui serikat pekerja.
Iuran Dibagi Antara Pekerja dan Pengusaha
Pilihan ketiga adalah dengan membagi iuran premi kepada pekerja dan pengusaha sesuai
proporsi yang sudah ditentukan. Pilihan ini akan membagi kewajiban kepada kedua belah pihak.
Sistem seperti ini adalah yang sering dipakai di berbagai negara. Pengusaha tentu saja tidak ingin
apabila biaya yang dikeluarkan meningkat, begitu juga dengan pekerja tidak ingin apabila
pendapatan bersihnya menurun. Oleh sebab itu, opsi ini bisa diterima dalam kondisi
perekonomian yang sedang membaik dimana keuntungan dari pengusaha naik begitu juga gaji
pekerja.
Iuran Pengusaha dan Penyesuaian Pesangon
Pilihan keempat adalah pengusaha yang harus membayar premi, tetapi diizinkan untuk
mengurangi jumlah pesangon yang dibayarkan kepada pegawai yang berhenti bekerja. Ketika
pekerja berhenti bekerja dan mendapat tunjangan pengangguran maka pengusaha dapat
mengurangi pesangon yang dia bayarkan sebesar tunjangan pengangguran yang didapat oleh
pekerja. Pilihan ini akan menarik bagi pengusaha karena pengusaha dapat menghindari
kewajiban untuk membayar pesangon pekerja yang jumlahnya cukup besar dalam satu waktu.
Bahkan pilihan ini dapat dikembangkan menjadi penggantian sepenuhnya uang pesangon yang
diberikan sekaligus menjadi tunjangan pengangguran yang diberikan setiap bulan sampai pekerja
mendapatkan pekerjaan kembali atau periode yang ditentukan. Untuk pengusaha yang tidak
mendaftarkan pekerjanya tidak akan mendapat manfaat ini. Hal ini kan membuat pekerja untuk
menekan agar pengusaha mendaftarkan pekerjanya dalam program tunjangan pengangguran.

Kelemahan dari opsi ini adalah adanya ketidaksesuaian pemberian manfaat apabila pekerja yang
sudah bekerja lebih lama berhenti dan langsung mendapat pekerjaan lagi, dibandingkan dengan
pekerja yang baru bekerja kemudian berhenti dan menganggur dalam jangka waktu yang cukup
lama. Akan tetapi hal ini tidak akan menjadi masalah karena tentu saja pekerja akan lebih
memilih untuk mendapat pekerjaan kembali daripada mendapat tunjangan pengangguran.
Disamping itu opsi ini juga memerlukan sistem administrasi yang lebih komplek.
Penggunaan BPJS Ketenagakerjaan Plus
Pilihan lain adalah dengan menggunakan dana yang sudah dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan
untuk mendanai tunjangan pengangguran. Dengan menambah manfaat yang diberikan oleh BPJS
Ketenagakerjaan tanpa mengurangi jumlah premi yang harus dibayar tentu saja akan menarik
minta dari pengusaha untuk mendaftarkan pekerjanya dalam BPJS Ketenagakerjaan. Hal yang
serupa juga akan dilakukan oleh pekerja melalui serikat pekerja yang akan mendesak pengusaha
untuk ikut serta dalam program BPJS Ketenagakerjaan. Apalagi ditambah dengan adanya
kebijakan pemerintah untuk mewajibkan pengusaha untuk mendaftarkan pekerjanya ke BPJS
Ketenagakerjaan.
Pada tahun 2014 BPJS Ketenagakerjaan mencatatkan keuntungan bersih sebesar Rp690 milyar.
Angka yang cukup besar untuk bisa mendanai tunjangan pengangguran. Akan tetapi tentu saja
tidak akan cukup untuk mendanai seluruh tunjangan pengangguran. Oleh sebab itu maka
dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk mendanai sebagian tunjangan pengangguran yang
dananya bersumber dari APBN, tentu saja dana tersebut dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan.

PENERAPAN TUNJANGAN PENGANGGURANG DI BEBERAPA NEGARA


Argentina
Data Umum:
Website untuk Tunjangan Pengangguran: http://www.anses.gov.ar/desempleados/
Perundang-undangan: http://infoleg.mecon.gov.ar/infolegInternet/anexos/0-4999/412/texact.htm
Data statistik pengangguran dan data lainnya: http://www.indec.gov.ar/
Mata Uang : Argentina Peso (ARS)
Sejarah Perkembangan:
Tunjangan pengangguran merupakan dampak dari gelombang privatisasi BUMN yang
diluncurkan pada akhir tahun 80an yang berlanjut hingga awal tahun 90an. Sebagai hasil dari
kondisi tersebut pemerintah mengadopsi The National Employment Law (Law 24.013) pada

tahun 1991 yang mana termasuk penyediaan jaminan untuk pengangguran sesuai Judul IV dari
The National Employment Law. Tunjangan penganggguran mulai dilaksanakan di tahun 1992
dengan mengacu pada prinsip jaminan sosial dengan menggunakan Integrated Unemployment
Benefit System. Tidak ada perubahan yang signifikan dari penggunakan sistem dimaksud hingga
saat ini. Pada Januari 2001 pemerintah mengadopsi Law No. 25.371 (Industria de la
Construccin. Sistema Integrado de Prestaciones por Desempleo) yang memberikan
perpanjangan tunjangan pengangguran untuk pada pekerja pada industri konstruksi nasional
(dengan potensi penerima manfaat sebesar 200.00 pekerja per tahun). Sebelumnya telah terdapat
skema yang berbeda (System Integral of Unemployment Benefits for Rural Workers) yang
diadopsi dari Law 25.191 yang diperuntukkan untuk para pekerja di bidang pertanian.
Produk Utama dan Cakupan Tunjangan Pengangguran
Tunjangan pengangguran diberikan dalam bentuk uang tunai sesuai dengan pendapatan
sebelumnya dengan jangka waktu antara 2 sampai dengan 12 bulan (tergantung dari besaran dan
lamanya kontribusi yang diberikan selama 3 tahun terakhir). Besaran tunjangan pengangguran
mencakup penghasilan terdaftar pekerja sektor swasta yang kehilangan pekerjaannya bukan
karena keinginan pribadi atau berhenti untuk alasan yang baik. Namun tunjangan ini tidak
berlaku untuk: (i). Pembantu Rumah Tangga, (ii). Pekerja pada sektor publik (federal, provinsi,
dan kota), (iii). Pekerja pada institusi pendidikan swasta yang diatur dalam Law 13.047,
(iv). Guru pada universitas swasta yang diatur dalam Law 24.521.
Selain mendapatkan manfaat uang tunai, penganggur juga mendapatkan manfaat kesehatan dan
tunjangan anak. Kekhususan lainnya adalah periode dimana seorang mendapatkan manfaat
pengangguran dihitung untuk tujuan pensiun.
Kelembagaan yang Mengatur
The Administracin Federal de Ingresos Pblicos (AFPIP) (Badan Pajak Nasional) bertugas
mengumpulkan kontribusi dari para pekerja. Dana tersebut akan disetor kepada The Fondo
Nacional de Empleo (FNE) (Dana Pekerja Nasional), yang berada di bawah manajemen dari
Administracion Nacional de Seguridad Social (ANSES) (Administrasi Jaminan Sosial Nasional),
perwakilan dari Ministerio del Trabajo, Empleo y Seguridad Social (MTEySS) (Kementerian
Tenaga Kerja dan Jaminan Sosial). Pada Tahun 2010 telah terkumpul ARS2,4 miliar dan ARS2,9
miliar di tahun 2011 yang dapat menutupi pembayaran tunjangan pengangguran di tahun 2010
sebesar ARS614 juta.
Sistem Operasional

Pengisian aplikasi dapat dimulai melalui jaringan internet atau melalui telepon, yang dilanjutkan
dengan mendatangi ANSES (Administrasi Jaminan Sosial Nasional). Data akan di cek secara
elektronik yang terhubung kepada database yang digunakan oleh ANSES untuk memverifikasi
kelayakan awal dan langkah selanjutnya (terbatas pada lapangan kerja formal). Tunjangan
pengangguran dikelola melalui sistem komputer tingkat nasional yang dikembangkan dan
digunakan oleh ANSES.
Tingkat Iuran/Kontribusi
Iuran atau kontribusi yang disetorkan kepada FNE (Dana Pekerja Nasional) oleh pemberi kerja
tergantung pada bidang kegiatan perusahaan yaitu 1,11 persen atau 0,89 persen dari gaji. Untuk
pekerja di bidang agrikultur, iuran yang dibayarkan sebesar 1,5 persen dari gaji bulanan. Untuk
kedua kasus diatas tidak ada pungutan dari pekerja.
Ketentuan dan Kualifikasi
Syarat utama yang harus dipenuhi adalah : (i) Pengangguran bukan karena keinginan penganggur
(ii). Keinginan untuk kembali bekerja kapan saja, (iii). Pengajuan klaim dalam waktu 90 hari
sejak menjadi pengangguran, (iv). Berkontribusi setidaknya 6 bulan selama 3 tahun terakhir, (v).
Tidak menerima tunjangan dari skema non-iuran atau atau tunjangan pensiun atau tunjangan
cacat pensiun. Pada prinsipnya orang yang mengajukan tunjangan pengangguran harus: (i).
Menganggur dan secara aktif mencari pekerjaan dan melapor sesekali kepada MTEySS
(Departemen Tenaga Kerja), (ii). Menghadiri wawancara pekerjaan, menerima pekerjaan yang
sesuai atau mengikuti pelatihan. Database yang saling terhubung akan mengecek secara
bersamaan data dari orang yang mengajukan tunjangan pengangguran.
Tingkat Manfaat dan Jangka Waktu
Jangka waktu tunjangan pengangguran tergantung pada lamanya iuran/kontribusi diberikan
selama 3 tahun terakhir dengan skema jangka waktu sebagai berikut:

Iuran 6-11 Bulan : Manfaat 2 Bulan


Iuran 12-23 Bulan : Manfaat 4 Bulan
Iuran 24-35 Bulan : Manfaat 8 Bulan
Iuran 36 Bulan : Manfaat 12 Bulan

Pekerja diatas 45 Tahun bisa mendapatkan manfaat tambahan 6 bulan. Tingkat manfaat
bervariasi tergantung dari jangka waktu menganggur yang diklasifikasikan sebagai berikut:

4 Bulan pertama : 50% dari rata-rata gaji 6 bulan terakhir


Bulan ke 5 s.d Bulan ke 8 : 45%
Bulan 9 sampai dengan seterusnya : 35%

Sejak tahun 2006 telah ditetapkan batas minimum sebesar ARS250 dan batas maksimum sebesar
ARS400. Paket Manfaat tersebut juga termasuk:

Tunjangan keluarga kepada penerima manfaat pengangguran


Kelanjutan dari asuransi kesehatan
Lepasnya kewajiban membayar kontribusi pensiun

Masa Tunggu Sebelum Mendapatkan Pembayaran Pertama


Masa tunggu ditentukan oleh The Consejo Nacional de Empleo, Productividad, Salario minimo,
vital y mbil (Dewan Nasional untuk Pekerjaan, Produktivitas dan Upah Minimum) dengan masa
tunggu sampai dengan 60 hari seperti yang ditetapkan dalam Law 24.013.
Perbandingan Tunjangan Pengangguran dengan Upah Minimum Nasional dan Tingkat
Kemiskinan
Pada Juni 2011 manfaat rata-rata yang dibayarkan adala sebesar ARS354 dan ARS623 untuk
yang termasuk tunjangan keluarga. Upah minimum nasional pada September 2011 adalah
sebesar ARS2300. Terlihat bahwa sejak 2006 besaran manfaat tidak berubah secara signifikan
sehingga semakin jauh dari upah minimun nasional. Pada Januari 2012 dalam rangka
menghitung jumlah garis kemiskinan diperkirakan kebutuhan dasar untuk satu orang dewasa
rata-rata adalah sebesar ARS461 per bulan yang tinggal di Buones Aires (berdasarkan Institusi
Statistik Nasional). Dari hasil pengukuran tersebut diperkirakan 8,3 persen masyarakat berada
dibawah garis kemiskinan.
Kelebihan dan Kelemahan Penerapan Tunjangan Pengangguran
Kelebihan : Orang yang mendapatkan tunjangan pengangguran dapat mempertahankan haknya
untuk mendapatkan manfaat jaminan sosial lainnya.
Kelemahan : Skema nilai maksimum dan minimum tidak dirubah sejak 2006 dimana upah
minimum nasional sudah mengalami peningkatan hingga 4 kali, sehingga manfaat yang diterima
dipandang cukup rendah jika dibandingkan dengan penghasilan sebelumnya.

Thailand
Data Umum:
Kementerian Tenaga Kerja : http://www.mol.go.th
Program Jaminan Sosial : Social Security Programmes Throughout the World Asia and the
Pacific: http://www.ssa.gov/policy/docs/progdesc/ssptw/2010-2011/asia/thailand.html

Kantor Pusat Statistik: http://web.nso.go.th/


Mata Uang : Thai Baht (THB)
Sejarah Perkembangan:
Undang-undang Jaminan Sosial (The Social Security Act, B.E. 253) disahkan pada Tahun 1990,
dan sistem jaminan sosial (Social Security System) ditetapkan pada tahun 1991. Namun undangundang tersebut tidak secara otomatis memasukan ketentuan tunjangan pengangguran. Cakupan
sistem jaminan sosial diperluas secara bertahap, pertama terbatas hanya untuk perusahan dengan
jumlah pekerja minimal 20 orang, berkurang menjadi minimal 10 di tahun 1993 dan minimal 1
orang di tahun 2002. Amandemen undang-undang jaminan sosial diadopsi pada 26 Agustus 2003
dan untuk pertama kalinya diperkenalkan skema tunjangan pengangguran setelah banyak
perdebatan antara pemerintah dengan stake holder. Pengumpulan kontribusi/iuran dilakukan
sejak 1 Januari 2004 dan manfaat tunjangan pengangguran pertama kali dibayarkan pada Juli
2004.
Produk Utama dan Cakupan Tunjangan Pengangguran
Jangka waktu dan manfaat atas tunjangan penggangguran di Thailand ini lebih pendek dan lebih
sedikit diantara negara berkembang lainnya. Skema ini menghasilkan surplus yang berkelanjutan
selama beberapa tahun terakhir. Tunjangan pengangguran mencakup semua pekerja reguler pada
sektor swasta dengan beberapa pengecualian. Kategori tertentu yang tidak tercakup adalah:

Petani
Pembantu Rumah Tangga
Perusahaan yang menerapkan skema jaminan manfaat pekerja

Pegawai negeri sipil dan pegawai BUMN dilindungi dengan skema manfaat yang terpisah.
Sesuai Undang-Undang Jaminan Sosial, tenaga kerja imigran juga tercakup dalam ketentuan
tunjangan pengangguran, walaupun pada prakteknya ijin tinggal mereka

terkait dengan

pekerjaan mereka.

Penerapan Spesifik
Skema tunjangan pengangguran membedakan antara pengangguran bukan karena keinginan
sendiri atau dengan keingingan sendiri, dimana untuk pengangguran yang karena keinginan
sendiri hanya diberikan setengah dari manfaat tunjangan pengangguran. Jangka waktu pemberian
dan besaran manfaat yang diberikan diusahakan serendah mungkin untuk menjaga keberlanjutan
dana tunjangan. Walaupun demikian program tunjangan pengangguran ini membantu

meringankan penderitaan penganggur selama krisis keuangan di Tahun 2008. Tunjangan sebesar
THB2.000 sangat membantu mereka saat itu selama masa pencarian pekerjaan. Demikian pula
pada saat terjadi bencana banjir pada Tahun 2011, kompensasi khuus telah disediakan untuk
menjamin para pekerja yang di PHK, dengan menyediakan tunjangan selama 6 bulan dengan
nilai sebesar 50 persen dari gaji bulanan dengan nilai total maksimal per bulan sebesar
THB7.500. Untuk mempersingkat proses dari sistem tunjangan pengangguran telah direncanakan
untuk menggabungkan perwakilan yang mengelola tunjangan pengangguran seperti perwakilan
yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dana, layanan ketenagakerjaan dan pusat pendidikan
dan pelatihan tenaga kerja.
Kelembagaan yang Mengatur dan Sistem Operasional
Kantor Jaminan Sosial (The Social Security Office) bertanggungjawab dalam mengumpulkan
kontribusi/iuran, memproses pengajuan tunjangan, menyetujui atau tidak menyetujui
pembayaran tunjangan pengangguran, yang mana akan langsung ditransfer ke rekening bank
penerima manfaat.
Departemen Tenaga Kerja (The Department of Employment) menyusun kriteria dan kebijakan
terkait implementasi tunjangan pengangguran, seperti pendaftaran dan proses wawancara.
Kantor Layanan Pekerja dibawah pengawasan dari Departemen Tenaga Kerja bertanggungjawab
atas:
Pendaftaran dari pekerja yang diasuransikan tunjangan pengangguran
Membantu mengisi dan mendaftarkan formulir pengajuan tunjangan pengangguran
Melakukan wawancara serta menyediakan konseling dan konsultasi penempatan pekerjaan

sesuai dengan kualifikasi.


Berkoordinasi dengan Departemen Pelatihan dan Pengembangan Pekerja ketika orang yang
diasuransikan memerlukan pelatihan.

Tingkat Iuran/Kontribusi
Tingkat iuran/kontribusi dibagi sebagai berikut:
Pemberi kerja dan karyawan berkontribusi masing-masing 0,5 persen dari gaji karyawan
Pemerintah memberikan kontribusi 0,25 persen dari pendapatan karyawan
Pendapatan karyawan yang dihitung untuk kontribusi adalah maksimal sebesar THB15.000 per
bulan. Sehingga pemberi kerja dan karyawan setiap bulan memberikan maksimal
iuran/kontribusi sebesar THB75.
Ketentuan dan Kualifikasi

Untuk memenuhi syarat mendapatkan tunjangan pengangguran, maka minimum masa kerja yang
diasuransikan ditetapkan pada sedikit enam bulan kontribusi dalam 15 bulan terakhir sebelum
masa kerja berakhir. Pemohon tunjangan pengangguran harus terdaftar pada Kantor Layanan
Pekerja. Pemutusan hubungan kerja haruslah tidak disebabkan oleh pelanggaran kontrak kerja,
kejahatan yang direncanakan untuk melawan pemberi pekerjaan, tindakan melawan hukum yang
mengakibatkan kerusakan bisnis dari pemberi kerja, atau yang mengakibatkan hukuman penjara.
Karyawan yang memutuskan untuk berhenti bekerja atas kemauan sendiri masih berhak atas
tunjangan pengangguran namun dengan tingkat manfaat yang lebih sedikit dan jangka waktu
yang lebih pendek.
Tingkat Manfaat dan Jangka Waktu
Pekerja yang diberhentikan bukan karena kesalahan datau keinginan pekerja tersebut akan
mendapatkan 50 persen dari penghasilan yang diasuransikan selama 180 hari (6 bulan) dalam
satu tahun. Tingkat penghasilan yang digunakan dalam menghitung tunjangan pengangguran
yang diterima adalah penghasilan tertinggi selama 9 bulan terakhir sebelum di PHK. Untuk
pekerja yang berhenti atas keinginan sendiri dibayarkan sebesar 30 persen dari penghasilan yang
diasuransikan selama 90 hari (3 bulan) dalam satu tahun. Baik diberhentikan maupun berhenti
sendiri, tunjangan pengangguran harian maksimal yang dapat diterima adalah sebesar THB250.
Pada masa krisis 2008, Pemerintah memperpanjang jangka waktu pemberian tunjangan
pengangguran untuk pekerja yang diberhentikan menjadi selama 8 bulan.
Masa Tunggu Sebelum Mendapatkan Pembayaran Pertama
Tidak ada manfaat yang dibayarkan selama tujuh hari pertama menjadi pengangguran.
Perbandingan Tunjangan Pengangguran dengan Upah Minimum Nasional
Pada 1 April 2012 upah minimum sesuai ketentuan pemerintah ditetapkan di Thailand. Upah
tersebut sebesar THB300 per hari, dimana pada tahun 2010 upah rata-rata bulanan adalah sebesar
THB8.412. Rata-rata tunjangan pengangguran yang diberikan untuk pengangguran yang
diberhentikan diperkirakan sebesar THB4.665 dan THB2.586 untuk mereka yang berhenti
bekerja.
Kelebihan dan Kelemahan Penerapan Tunjangan Pengangguran
Kelebihan : Skema pembayaran yang rendah menghasilkan surplus yang berkelanjutan, sehingga
menciptakan ruang untuk perbaikan/peningkatan tunjangan pengangguran.

Kelemahan : Sebagian besar penerima manfaat tunjangan pengangguran adalah pekerja yang
berhenti atas kemauan sendiri (77,4 persen selama tahun 2011) yang menghabiskan hampir 67,5
persen dana tunjangan pengangguran, sehingga perlu dikaji kembali prinsip dasar dari pemberian
tunjangan penggangguran.

SKEMA PENERAPAN TUNJANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA


Sejarah Perkembangan
Indonesia belum menerapkan sistem tunjangan pengangguran. Sampai saat ini Indonesia belum
memiliki aturan mengenai tunjangan pengangguran. Peraturan yang ada adalah mengenai uang
pesangon, uang penghargaan dan uang penggantian hak saat terjadi pemutusan hubungan kerja
yang terdapat dalam pasal 156 Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Skema yang akan diberikan di bawah diadopsi berdasarkan kajian ILO dengan judul The
Feasibility of Introducing an Unemployment Insurance.
Produk Utama dan Cakupan Tunjangan Pengangguran
Tunjangan pengangguran mencakup semua pekerja reguler pada sektor swasta dengan beberapa
pengecualian. Kategori tertentu yang tidak tercakup adalah:

Petani

Pembantu Rumah Tangga

Perusahaan yang menerapkan skema jaminan manfaat pekerja

Pegawai negeri sipil dan pegawai BUMN dilindungi dengan skema manfaat yang terpisah.
Penerapan Spesifik
Skema tunjangan pengangguran membedakan antara pengangguran bukan karena keinginan
sendiri atau dengan keingingan sendiri, dimana untuk pengangguran yang karena keinginan
sendiri hanya diberikan setengah dari manfaat tunjangan pengangguran.

Kelembagaan yang Mengatur dan Sistem Operasional


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah satu-satunya lembaga di Indonesia yang
potensial dapat menyelenggarakan administrasi tunjangan pengangguran. Selama ini BPJS sudah
mampu mengumpulkan dana tunjangan hari tua, tunjangan kematian, dan tunjangan kecelakaan
kerja. Untuk bisa membayar tunjangan pengangguran, BPJS perlu memperbaiki sistem
informasinya.

Tingkat Iuran/Kontribusi
Untuk menutukan biaya administrasi sebelum tunjangan pengangguran diberikan, ILO
menyarankan agar skema pemberian tunjangan pengangguran dengan periode manfaat sampai
dengan 3 bulan dengan iuran sebesar 0,4 persen dari gaji. Selanjutnya untuk mendanai tunjangan
pengangguran, besaran iuran adalah 1,5 persen sampai dengan 3 persen dengan asumsi
pendapatan karyawan yang dihitung untuk kontribusi adalah sebesar IDR3.650.000 per bulan.
Ketentuan dan Kualifikasi
Pemohon tunjangan pengangguran harus terdaftar pada BPJS. Pemutusan hubungan kerja
haruslah tidak disebabkan oleh pelanggaran kontrak kerja, kejahatan yang direncanakan untuk
melawan pemberi pekerjaan, tindakan melawan hukum yang mengakibatkan kerusakan bisnis
dari pemberi kerja, atau yang mengakibatkan hukuman penjara. Karyawan yang memutuskan
untuk berhenti bekerja atas kemauan sendiri masih berhak atas tunjangan pengangguran namun
dengan tingkat manfaat yang lebih sedikit dan jangka waktu yang lebih pendek. Untuk
mendapatkan tunjangan pengangguran, pekerja harus memberikan kontribusi selama 12 bulan.
Ketentuan ini berlaku secara akumulasi jika dalam satu tahun memiliki lebih dari satu pemberi
kerja.
Tingkat Manfaat dan Jangka Waktu
Pekerja yang diberhentikan bukan karena kesalahan dan/atau keinginan pekerja tersebut akan
mendapatkan:

70 persen dari penghasilan yang diasuransikan selama 4 bulan atau 50 persen dari penghasilan

selama 6 bulan dengan asumsi iuran sebesar 1 persen.


70 persen dari penghasilan yang diasuransikan selama 9 bulan atau 50 persen dari penghasilan

selama 13 bulan dengan asumsi iuran sebesar 2 persen.


70 persen dari penghasilan yang diasuransikan selama 18 bulan atau 50 persen dari
penghasilan selama 25 bulan dengan asumsi iuran sebesar 3 persen.

Masa Tunggu Sebelum Mendapatkan Pembayaran Pertama


Tidak ada manfaat yang dibayarkan selama 12 bulan pertama menjadi pengangguran.

KESIMPULAN
Jelas ada kebutuhan untuk beberapa bentuk bantuan pengangguran di Indonesia dalam jangka
panjang. Pengangguran merupakan masalah serius yang memiliki konsekuensi yang sangat
merugikan bagi mereka yang kehilangan pekerjaan mereka. Di saat yang sama sistem

pembayaran gaji tidak bekerja dengan baik bagi banyak pekerja. Pada prakteknya juga penarikan
besar-besaran di awal dari tabungan tunjangan hari tua oleh para pekerja yang tergabung dalam
Jamsostek menunjukkan bahwa secara de facto skema tunjangan hari tua telah menjadi semacam
skema bantuan pengangguran. Ini melemahkan perannya sebagai skema tabungan hari tua, dan
selanjutnya merusak potensi untuk mengubahnya menjadi skema pensiun.
Salah satu pilihan yang tampak paling layak dilaksanakan pada keadaan saat ini adalah tunjangan
penganggguran dalam jangka pendek bagi pekerja yang diasuransikan. Skema bantuan
pengangguran yang lebih luas yang mencakup pekerja yang tidak diasuransikan dianggap tidak
dapat dilaksanakan karena tingginya proporsi tenaga kerja di sektor informal, dan tingginya
orang yang belum mendapatkan pekerjaan dalam angkatan kerja. Pengangguran dalam kelompok
yang tidak diasuransikan perlu solusi lainnya termasuk pengembangan kapasitas dan skema kerja
khusus. Pada tahap ini tampaknya hanya skema tunjangan pengangguran waktu singkat yang
layak untuk diterapkan. Pemberian tunjangan pengangguran dalam jangka panjang dianggap
belum layak diterapkan mengingat keterbatasan kemampuan untuk memverifikasi apakah
seorang pekerja yang telah kehilangan pekerjaan sudah kembali bekerja atau tidak termasuk
pekerja di sektor informal.
Secara ekonomi pemberian tunjangan pengangguran dalam periode yang singkat layak untuk
diterapkan. Skema pemberian tunjangan pengangguran dengan periode manfaat sampai dengan 3
bulan dan penggantian 50 persen tingkat penghasil dapat diterapkan dengan menarik
kontribusi/iuran sebesar 2 persen dari upah yang diasuransikan. Selanjutnya, BPJS
ketenagakerjaan dapat beroperasi dalam menerapkan skema tersebut serta meningkatkan sistem
komputer dan informasi untuk menerapkan skema tersebut.
Skema tunjangan pengangguran dianggap mampu menjamin taraf hidup pekerja yang tergantikan
selama mereka beradaptasi dengan perubahan struktural pada ekomoni. Namun yang terpenting
adalah kebijakan bursa tenaga kerja yang aktif harusnya mendorong pekerjaan melalui
pengembangan keterampilan, pelatihan dan insentif lain serta pekerjaan harus diciptakan untuk
memberikan pekerjaan yang layak bagi angkatan kerja yang terus bertambah.

REFERENSI
Badan Pusat Statistik. 2015. Berita Resmi Statistik No.47/05/Th.XVIII. Jakarta.

Bank Dunia. 2012. Laporan Ketenagakerjaan di Indonesia: Menuju terciptanya pekerjaan yang
lebih baik dan jaminan perlindungan bagi para pekerja. Jakarta.
International Labour Organization (ILO). 2003. The feasibility of introducing an unemployment
insurance benefit in Indonesia. Geneva.
International Labour Organization (ILO). 2003. Restructuring of The Social Security System
Indonesia. Geneva.
International Labour Organization (ILO). 2015. Publikasi: Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di
Indonesia 2014-2015. Jakarta.
OECD Economi Surveys Indonesia. 2015.
OECD. 2012. Survei OECD Perekonomian Indonesia September 2012 Ikhtisar. Jakarta.
Organisasi Perburuhan Internasional. 2008. Jaminan Sosial: Konsensus Baru. Jakarta.
www.bps.go.id diakses pada tanggal 29 s.d. 31 Januari 2016
www.worldbank.org diakses pada 31 Januari 2016
United Nation Development Program (UNDP). 2015. Human Development Report Indonesia

Anda mungkin juga menyukai