Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi
pokok permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah ketidakefisienan
dalam penggunaan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian.
Kedua adalah masalah inflasi, inflasi adalah indicator pergerakan harga-harga
barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga berkaitan dengan
kemampuan daya beli.

Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi


berarti semakin besar adanya kecenderungan kearah stabilitas harga. Namun
masalah inflasi tidak hanya berkaitan dengan masalah melonjaknya harga suatu
barang dan jasa. Inflasi juga sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya
beli dari masyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung kepada
upah riil. Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga di
barengi dengan kenaikan upah riil.

Masalah ketiga adalah ketidakefisienan dalam menggunakan tambahan


faktor-faktor produksi yang berlaku dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan
masalah pengangguran tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lainnya harus
secara terus menerus di fikirkan dan di pecahkan. Memang masalah pengangguran
sudah menjadi momok yang menakutkan khususnya di Negara-negara
berkembang seperti di Indonesia.

Negara berkembang sering kali dihadapkan dengan besarnya angka


pengangguran karna sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah
penduduk. Juga masalah ini menyebabkan dari waktu ke waktu tingkat

4
kemakmuran masyarakat selalu lebih rendah daripada tingkat kemakmuran yang
mungkin mereka capai.

Maka dari itu kami membuat makalah ini dengan tujuan untuk
menunjukkan keadaan-keadaan yang menimbulkan masalah-masalah tersebut.
Kepada seluruh perekonomian dan kepada perorangan-perorangan dalam
perekonomian.

B. Rumusan Masalah
1. Masalah pengangguran
2. Masalah inflasi
3. Masalah pengangguran dan kebijakan fisikal
4. Masalah pengangguran dan kebijakan moneter
5. Masalah inflasi dan kebijakan pemerintah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam kategori angkatan kerja
(penduduk yang berumur 15-59 tahun, ada beberapa Negara lain memakai
kategori 15-64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum
mendapatkannya. Jumlah tenaga kerja atau angkatan kerja tidak boleh disamakan
dengan jumlah penduduk. Sebagian penduduk tidak bisa di golongkan sebagai
angkatan kerja karena terlalu muda atau terlalu tua untuk bekerja secara efektif.
Golongan penduduk ini tidak termasuk dalam angkatan kerja. Tetapi tidak semua

5
penduduk yang berada di lingkungan umur 15-59 tahun atau 15-64 tahun dapat di
pandang sebagai angkatan kerja. Apabila mereka tidak bekerja dan tidak mencoba
mencari pekerjaan, walaupun umur mereka seperti di atas, maka mereka tidak
termasuk golongan angkatan kerja. Golongan masyarakat seperti itu adalah elajar
sekolah menengah (belum tingkat universitas), mahasiswa dan ibu rumah tangga.
Dengan demikian, jumlah tenaga kerja atau angkatan kerja pada suatu waktu
tertentu adalah banyaknya jumlah penduduk yang berada dalam lingkungan umur
diatas yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan.

a. Rumus menghitung tingkat pengangguran


Perbandingan diantara jumlah angkatan kerja yang menganggur dengan
angkatan kerja keseluruhannya disebut tingkat pengangguran. Untuk
mengukur tingkat pengangguran pada satu wilayah bisa di dapat dari
presentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja.

Tingkat pengangguran = jumlah pengangguran/jumlah angkatan kerja x


100%

b. Jenis-Jenis Pengangguran
1) Menurut faktor penyebabnya, terbagi atas:
 Pengangguran friksional/pengangguran normal
Pada setiap masa sebagian kecil dari angkatan kerja adalah dalam
keadaan menganggur atas kemauannya sendiri. Mereka berhenti
dari tempat pekerjaan yang lama dan mencari pekerjaan lain.
Maksud mereka berhenti dari pekerjaan tersebut adalah untuk
mencari pekerjaan yang lebih baik, memperoleh pendapatan yang
lebih tinggi dan memperoleh jaminan sosial atau fasilitas lainnya
yang lebih baik. Pengangguran yang ingin memperoleh pekerjaan
yang lebih baik tersebut di namakan pengangguran friksional.

 Pengangguran struktural/structural unemployment


Kemajuan teknologi di kegiatan-kegiatan ekonomi lain, perubahan
dalam cita rasa masyarakat dan masuknya pesaing baru yang lebih
efisien di pasar adalah beberapa faktor yang dapat mengakibatkan
kemunduran dalam suatu kegiatan ekonomi. Apabila hal ini terjadi,

6
terpaksalah ara pekerja di berhentikan oleh instansi yang
mempekerjakan mereka. Pengangguran yang demikian di namakan
pengangguran structural.

 Pengangguran teknologi
Pengangguran dapat pula di sebabkan oleh adanya pergantian
tenaga manusia oleh mesin atau bahan-bahan kimia. Misalnya :
racun ilalang dan rumput, telah mengurangi penggunaan tenaga
kerja untuk membersihkan sawah, lading dan perkebunan. Begitu
juga mesin telah mengurangi keperluan tenaga kerja untuk
mengorek tanah,memotong rumput, membersihkan hutan untuk
ditanami dan sebagainya. Pengangguran yang di sebabkan oleh
berlakunya pergantian tenaga manusia dengan mesin-mesin yang
lebih modern disebut pengangguran teknologi.
 Pengangguran siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur
akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan
tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.

2) Menurut ciri-cirinya, terdiri atas :


 Pengangguran terbuka
Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang benar-benar
terlihat menganggurnya (nyata dilihat), tidak ada pekerjaan sama
sekali.

 Pengangguran tersembunyi
Apabila dalam suatu kegiatan ekonomi tenaga kerja berlebihan,
sehingga berada dalam suatu keadaan dimana sebagian tenaga
kerjanya dipindahkan ke sector lain tetapi produksi dalam kegiatan
itu tidak berkurang. Maka dalam kegiatan itu berlaku suatu jenis
pengangguran yang dinamakan pengangguran tersembunyi atau
pengangguran tak kentara.

 Pengangguran musiman
Pengangguran yang terjadi pada masa-masa tertentu pada suatu
tahun. Biasanya pengangguran seperti itu berlaku pada masa-masa

7
dimana kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya.
Didalam masa itu,para petani tidak melakukan pekerjaan sama
sekali, berarti mereka dalam keadaan menganggur. Tetapi
pengangguran itu adalah untuk sementara saja, dan berlaku dalam
waktu-waktu tertentu. Oleh sebab itu, dinamakan pengangguran
musiman.

 Setengah pengangguran
Setengah pengangguran,terdiri atas pengangguran sukarela
(voluntary unemployment) dan dukalara (involuntary
unemployment). Pengangguran sukarela adalah pengangguran
yang menganggur untuk sementara waktu karena ingin mencari
pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran dukalara
adalah pengangguran yang menganggur karena sudah berusaha
mencari pekerjaan namun belum berhasil mendaatkan kerja.

c. Beberapa hal yang menyebabkan pengangguran, antara lain:


 Penduduk yang relative banyak
 Pendidikan dan keterampilan yang rendah
 Angkatan kerja tidak dapat memenuhi persyaratan yang diminta
dunia kerja
 Teknologi yang semakin modern
 Pengusaha yang selalu mengejar keuntungan dengan cara
penghematan-penghematan
 Penerapan rasionalisasi
 Adanya lapangan kerja yang dengan di pengaruhi musim
 Ketidakstabilan perekonomian, politik dan keamanan suatu Negara

d. Akibat buruk yang ditimbulkan oleh pengangguran.


 Peningkatan tindakan kriminalitas
 Tingkat kesehatan menurun
 Terjadinya kekacauan sosial dan politik (demonstrasi dan
perebutan kekuasaan)
 Hilangnya kepercayaan diri dan menurunnya kemampuan kerja
 Perselisihan dalam keluarga

8
2. Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai macam faktor-faktor, atau bisa juga disebut penurunan nilai mata uang.

a. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut :


 Tingkat permintaan barang atau jasa meningkat sedangkan persediaan
barang atau jasa terbatas.
 Kenaikan harga bahan dan biaya produksi
 Tuntutan kenaikan uah dari pekerja
 Kenaikan harga barang impor
 Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru
 Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di
Indonesia tahun 1998. Akibatnya angka inflasi mencapai 70%.
 Uang yang beredar terlalu banyak
 Perang

b. Macam-macam inflasi
Berdasarkan tingkat keparahannya :
 Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun)
 Inflasi sedang (antara 10-30% per tahun)
 Inflasi berat (antara 30-100% per tahun)
 Inflasi liar atau hyper inflasi yaitu kenaikan harga-harga barang lebih
dari 100 % per tahun.

Berdasarkan penyebabnya :
 Inflasi permintaan (demand pull inflation) adalah inflasi yang
disebabkan oleh adanya tarikan permintaan terhadap barang dan jasa,
sehingga mendorong harga untuk meningkat. Tarikan permintaan ini
biasanya disebabkan oleh adanya pembelian defisit atau anggaran
belanja pemerintah yang defisit (deficit financing).
 Inflasi penawaran (cost push inflation) adalah inflasi yang ditimbulkan
karena desakan kenaikan biaya produksi, terutama kenaikan biaya
tenaga kerja atau upah buruh.
 Inflasi spiral (siral inflation) adalah inflasi yang disebabkan oleh
kenaikan harga yang di dorong oleh kenaikan upah dan di ikuti oleh
kenaikan harga lagi, dan diikuti oleh kenaikan upah lagi.

9
 Inflasi impor atau imported inflation. Inflasi jenis ini terjadi karena
pengaruh inflasi dari luar negeri, yaitu akibat adanya perdagangan
antar Negara.

c. Mengukur inflasi
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat presentase perubahan
sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut diantaranya :

 Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI),


adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu
yang di beli konsumen.
 Indeks biaya hidup atau cost-of-living index
 Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata
dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan
proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat
IHK dimasa depan karena perubahan harga bahan baku
meningkatkan biaya produksi,yang kemudian akan meningkatkan
harga barang-barang konsumsi.
 Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari
komoditas-komoditas tertentu.
 Indeks harga barang-barang modal
 Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua
barang baru, barang produksi local, barang jadi, dan jasa.

d. Kurva Philips
Terdapat suatu trade-off antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran,
yaitu bila tingkat pengangguran tinggi, laju inflasi rendah. Sedangkan bila
tingkat pengangguran rendah, laju inflasi tinggi. Keadaan ini pertama kali di
kemukakan oleh A.W Philips ada tahun 1958 yang mulanya melukiskan
hubungan antara tingkat perubahan upah dengan tingkat perubahan
kesempatan kerja.

Kurva Philips ini memiliki 3 ciri yaitu :


 Mempunyai lereng yang negative,sehingga kurva ini turun dari kiri
atas ke kanan bawah.

10
 Kurva Philips mempunyai intersep pada sumbu horizontal pada tingkat
pengangguran natural, dimana pada saat itu tingkat inflasi sama
dengan nol.
 Kurva ini menunjukkan tanggapan tingkat pengangguran terhadap
perubahan tingkat inflasi. Ini ditunjukkan oleh besar kecilnya lereng
kurva Philips tersebut.

Kurva Philips ini tidak selalu tetap letaknya, tetapi seperti pendapat
friedman dan phelps, bahwa kurva Philips tidak menunjukkan suatu hubungan
jangka panjang yang stabil. Kurva Philips itu akan bergeser ke luar bila
pengambil keutusan mencoba mempertahankan tingkat pengangguran
dibawah tingkat pengangguran natural, dan sebaiknya bila tingkat
pengangguran di biarkan berada di atas tingkat pengangguran natural, maka
kurva Philips akan bergeser ke bawah. Selanjutnya friedman dan phelps
seperti halnya dengan Philips sendiri menyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga. Dan
semakin tinggi inflasi akan semakin cepat pada kanaikan tingkat upah.

e. Dampak inflasi
 Dampak positif
Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif
dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja,
menabung dan mengadakan investasi.

 Dampak negative
a) Bertambahnya jumlah pengangguran dan memperlambat
pembangunan
b) Menurunkan pendapatan riil dari orang yang
berpenghasilan tetap
c) Kekacauan sosial dan politik.

11
3. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan fisikal dan kebijakan moneter umumnya di anggap sebagai


kebijakan untuk mengelola sisi permintaan atas barang dan jasa dalam suatu
perekonomian. Kedua kebijakan ini menyangkut masalah pengelolaan permintaan
dengan tujuan untuk mempertahankan produksi nasional suatu perekonomian atau
suatu Negara yang mendekati kesempatan kerja penuh (full employment) dan juga
mempertahankan tingkat harga barang dan jasa pada tingkat yang sudah tercapai
sekarang. Apabila terdapat kelebihan permintaan di atas penawaran akan dapat
menimbulkan inflasi, sedangkan apabila terdapat kelebihan penawaran di atas
permintaan akan terjadi deflasi dan pengangguran.

Pemerintah dapat mempengaruhi permintaan dalam perekonomian dengan


menggunakan kebijakan fisikal yaitu dengan cara meningkatkan dan mengurangi
pengeluaran pemerintah dan subsidi, meningkatkan dan mengurangi tingkat pajak,
sedangkan dengan kebijakan moneter pemerintah dapat mengurangi atau
menambah jumlah uang yang beredar, atau dengan campuran dua kebijakan itu
yaitu dengan mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang
beredar secara bersama-sama.

 Kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar surat


berharga.

12
 Kedua pasar tersebut akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga
dan tingkat bunga akan mempengaruhi permintaan agregat.
 Kebijakan fisikal akan mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat
dan penawaran agregat.
 Pada gilirannya permintaan agregat dan penawaran agregat itu akan
menentukan keadaan di pasar barang dan jasa.
 Kondisi pasar barang dan jasa itu akan menentukan tingkat harga dan
pengerjaan dari faktor-faktor produksi.
 Selanjutnya tingkat harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat
pendapatan dan tingkat upah yang di harapkan.
 Keduanya akan mempunyai umpan balik yaitu terhadap permintaan
agregat, dan upah harapan mempunyai umpan balik terhadap penawaran
agregat dan pasar uang serta pasar surat berharga.

a. Kebijakan Fisikal
Kebijakan fisikal adalah kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah
dengan cara memanipulasi anggaran pendapatan dan belanja Negara. Artinya
pemerintah data meningkatkan atau menurunkan pendapatan Negara atau belanja
Negara dengan tujuan untuk mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pendapatan
nasional.

Kebijakan anggaran / politik anggaran :


 Anggaran defisit / kebijakan fisikal ekspansif
Anggaran defisit adalah kebijakan emerintah untuk membuat pengeluaran
lebih besar dari pemasukan Negara guna memberi stimulus pada
perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keadaan ekonomi
sedang resesif.

 Anggaran surplus / kebijakan fisikal kontraktif


Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik
anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang
ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan
permintaan.

 Anggaran berimbang (balanced budget)

13
Anggaran berimbangan terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran
sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni
terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.
b. Kebijakan moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang di ambil oleh pemerintah atau


Bank Central yang berhubungan dengan jumlah uang yang beredar dan tingkat
suku bunga. Dalam kebijakan moneter hal yang biasa di lakukan untuk
mencapai tujuan tertentu adalah menahan inflasi, dan mendorong usaha
pembangunan nasional. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu
kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan
keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya
tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja,kestabilan harga serta neraca pembayaran
internasional yang seimbang.

Kebijakan moneter dapat dilakukan oleh pemerintah dan Bank Central


dengan cara langsung atau tidak langsung.
 Kebijakan moneter langsung yaitu pemerintah langsung campur
tangan dalam hal peredaran uang atau kredit perbankan.
 Kebijakan moneter tidak langsung dilakukan oleh Bank Central
dengan cara mempengaruhi kemampuan bank-bank umum dalam
memberikan kredit.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat di atur dengan


cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
 Kebijakan moneter ekspansif / monetary expansive policy adalah
suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
 Kebijakan moneter kontraktif / monetary contractive policy adalah
suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.
Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

14
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen
kebijakan moneter, yaitu antara lain :
1) Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar
dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah. Jika ingin
menambah jumlah uang yang beredar, pemerintah akan membeli surat
berharga pemerintah. Namun, jika ingin jumlah uang yang beredar
berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah
kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah diantaranya SBI atau
singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau Surat Berharga
Pasar Uang.

2) Fasilitas Diskonto (Discount Rate)


Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan
menaikkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum
terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam pada
bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah
menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan
tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

3) Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)


Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar
dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus
disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah
menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang
yang beredar pemerintah menaikkan rasio.

4) Himbauan Moral (Moral Persuation)


Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah
uang beredar dengan jalan memberi himbauan pada pelaku ekonomi.
Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk
berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang

15
yang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih kepada
bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang yang beredar pada
perekonomian.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian diatas mengenai berbagai macam dan sebab, serta
cara menanggulangi inflasi, kita telah memahami bahwa inflasi pada tingkat yang
rendah akan berfungsi untuk mendorong perkembangan perekonomian, sedangkan
inflasi pada laju yang tinggi justru akan menghambat perkembangan
perekonomian. Inflasi dapat disebabkan oleh tarikan permintaan yang biasanya
timbul karena meningkatnya anggaran defisit pemerintah, dan dapat pula
dikarenakan oleh meningkatnya biaya produksi karena desakan kenaikan upah
tenaga kerja oleh para organisasi buruh.

16
Terdapat suatu trade-off antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran,
yaitu bila tingkat inflasi ditekan,tingkat engangguran meningkat. Sebaliknya bila
tingkat pengangguran di tekan tingkat inflasi akan menjadi lebih cepat. Padahal
kedua keadaan itu sama-sama tidak menyenangkan bagi masyarakat.

Inflasi yang sudah berkembang cepat perlu di tanggulangi karena akan


merusak struktur perekonomian, dan inflasi dapat di tanggulangi secara cepat,
namun di barengi dengan angka tingkat pengangguran yang tinggi, dan alternative
lain inflasi data di tanggulangi secara perlahan, tetapi penyembuhan inflasi
menjadi tidak jelas walaupun di barengi dengan tingkat pengangguran yang
rendah. Tindakan yang di ambil dapat dengan mengurangi jumlah uang yang
beredar. Dengan himbauan, dan dapat pula dengan insentif perpajakan dan
kebijakan penghematan, atau dengan campuran dari semua kebijakan itu.

17

Anda mungkin juga menyukai