Metode Nordic Body Map merupakan metode penilaian yang sangat subjektif artinya
keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami
pekerja pada saat dilakukannya penelitian dan juga tergantung dari keahlian dan pengalaman
observer yang bersangkutan. Kuesioner Nordic Body Map ini telah secara luas digunakan
oleh para ahli ergonomi untuk menilai tingkat keparahan gangguan pada sistem
muskuloskeletal dan mempunyai validitas dan reabilitas yang cukup (Tarwaka, 2011).
Pengisian kuesioner Nordic Body Map ini bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh
dari pekerja yang terasa sakit sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan pada stasiun kerja.
Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang sudah dibagi menjadi 9 bagian
utama, yaitu :
a) Leher
b) Bahu
c) Punggung bagian atas
d) Siku
e) Punggung bagian bawah
f) Pergelangan tangan/tangan
g) Pinggang/pantat
h) Lutut
i) Tumit/kaki
Pembagian bagian-bagian tubuh serta keterangan dari bagian-bagian tubuh dapat
dilihat pada gambar berikut.
Skala BORG merupakan suatu skala ordinal dengan nilai-nilai dari 0 sampai dengan
10. Salah satu contoh kegunaan Skala BORG yaitu dapat digunakan untuk mengukur sesak
napas selama melaksanakan kegiatan/pekerjaan. Pemantauan sesak napas dapat membantu
dalam menyesuaikan aktivitas dengan mempercepat atau memperlambat gerakan. Hal ini
juga dapat memberikan informasi penting kepada dokter. Skala BORG ini disediakan untuk
menstandarisasikan suatu perbandingan-perbandingan antar individu dalam melaksanakan
tugas yang sama. Indikasi nilai pada skala yang digunakan adalah besarnya perasaan
kelelahan, kesakitan, ataupun kadar berkurangnya kemampuan tubuh dalam melakukan
pekerjaanya. Semakin besar perasaan sakit yang dirasakan pada otot maka semakin besar
nilai BORG yang digunakan. Skala ini dapat dilakukan pada pengukuran-pengukuran
fisiologis seperti intensitas latihan meningkat (laju deyut jantung), juga ada korelasi yang
tinggi untuk pengukuran lainnya seperti respirasi yang meningkat, CO 2 produksi, akumulasi
laktat dan suhu tubuh, keringat sampai dengan kelelahan otot. Skala ini memiliki keterbatasan
yaitu pengukuran dilakukan secara subyektif, sehingga penilaian yang digunakan oleh
seorang tersebut dilakukan secara menaksir secara wajar baik dari denyut jantung selama
kerja fisik.
Korelasi antara nilai Skala BORG dengan laju denyut jantung adalah dengan
menggunakan nilai Skala BORG, laju denyut jantung dapat diketahui dengan cara
mengalikan nilai ordinal dari Skala BORG dengan nilai 10, seperti contoh jika nilai seorang
pekerja terhadap kelelahan yang dirasa (Skala BORG) adalah 12, lalu untuk menghitung laju
denyut jantung adalah 12 x 10 = 120; sehingga laju denyut jantung harus kira-kira 120 denyut
per menit. Namun, perhitungan seperti yang telah dijelaskan, merupakan suatu perkiraan awal
saja, pada faktanya laju denyut jantung seseorang akan berbeda tergantung pada usia dan
kondisi badan.
Prinsip dasar penggunaan atau pengisian data Skala BORG adalah pada saat
melakukan pekerjaan, peneliti akan menanyakan presepsi tingkat keluhan yang dirasakan
operator pada otot yang bekerja atau otot yang diteliti. Presepsi tingkat keluhan dapat
mencerminkan seberapa besar beban kerja yang dirasakan, karena semakin besar beban kerja
maka semakin maksimal otot akan berkontraksi. Persepsi tingkat keluhan dilakukan secara
terfokus pada otot yang diteliti, karena pada saat pekerjaan berlangsung banyak otot yang
bekerja ataupun perasaan sakit yang bukan berasal dari otot yang akan diteliti. Penilaian
tingkat keluhan dilakukan secara jujur, tanpa berfikir untuk menjadi yang terbaik antara
individu lain atau menyamakan nilainya dengan individu lain. Perhatikan presepsi tingkat
keluhan yang dirasa kemudian diubah menjadi satuan nilai.
SCALE SEVERITY
Tidak ada Sesak napas sama
0
sekali
Sangat Sangat Sedikit (Hanya
1
Terlihat)
2 sangat Sedikit
3 sedikit Sesak napas
4 Sedang
5 agak berat
6 Sesak napas berat
7 Sesak napas parah
8 Sesak napas sangat parah
9 Sangat parah (hampir maksimum)
10 Maksimum
(Sumber:Borg.BORG RPE-Scale, 1998)
Nilai 0 merupakan nilai terendah yang dapat diberikan, nilai ini memiliki arti tidak
dirasakan sakit sama sekali. Nilai ini menunjukkan bahwa otot operator tidak merasakan sakit
sama sekali. Biasanya nilai ini merupakan nilai awal sebelum melakukan pekerjaan ataupun
baru melakukan pekerjaan.
Nilai 1 memiliki arti rasa sakit yang sangat lemah sekali. Nilai ini diperuntukkan bagi
operator yang baru melakukan kerja dalam beberapa menit. Nilai 3 memiliki arti sakit yang
dirasakan adalah sedang. Dalam hal ini operator menilai bahwa rasa sakit pada ototnya
kadang terasa kadang tidak. Biasanya perasaan ini timbul pada waktu 5-7 menit setelah
memulai pekerjaan. Nilai 4, operator sudah merasakan rasa sakit pada ototnya. Hal ini dapat
terjadi apabila operator sudah melakukan pekerjaan yang cukup lama. Nilai 7 merupakan
nilai kritis, karena rasa sakit yang dirasakan sudah mulai mengganggu kinerja otot pada
khususnya dan mengganggu pekerjaan pada umumnya. Pekerjaan dapat diteruskan apabila
operator terus bersemangat dalam bekerja.