Anda di halaman 1dari 5

Laporan Laboratorium Kesehatan Kerja

Menggunakan Reaction Timer

I. TUJUAN

1. Untuk mengetahui alat yang digunakan untuk mengukur kelelahan.

2. Untuk mengetahui bagian-bagian dan cara kerja dari alat pengukur kelelahan.

3. Untuk dapat menganalisa data hasil pengukuran.

II. LATAR BELAKANG

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari

kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan biasanya

menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada

kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.

Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot

merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot, sedangkan kelelahan umum ditandai

dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monotoni (pekerjaan yang

sifatnya monoton), intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, kondisi mental dan

psikologis, status kesehatan, dan gizi. Pengaruh-pengaruh tersebut terakumulasi di dalam tubuh

manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan seseorang berhenti bekerja

(beraktivitas).

Tanda-tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi kesadaran otak dan

perubahan-perubahan pada organ diluar kesadaran serta proses pemulihan orang-orang yang

menunjukkan:

1. Penurunan perhatian.

2. Perlambatan dan penghambatan persepsi.

3. Lambat dan susah berpikir.

4. Penurunan kemauan dan dorongan untuk bekerja.

Kelelahan dapat diatasi dengan beristirahat untuk menyegarkan tubuh. Apabila kelelahan

tidak segera diatasi dan pekerja dipakasa untuk terus bekerja, maka kelelahan akan semakin

parah dan dapat mengurangi produktivitas pekerja.

Untuk mengetahui tingkat kelelahan ini dapat dilakukan pengukuran-pengukuran seperti

diantaranya dengan pengukuran waktu reaksi dengan reaction timer, uji ketukjari (fingger-tapping

test), uji flicker fusion, critical flicker fusion, uji Bourdon Wiersma Skala kelelahan IFRC (Industrial
Fatique Rating Committe), Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) dan lainnya

dengan indikator pengukuran kelelahan kerja adalah waktu reaksi dan rasa lelah.

Pada praktikum kelelahan kali ini, alat yang digunakan adalah Reaction Timer yang

mempunyai rangsangan berupa suara atau cahaya. Pengukuran waktu reaksi ini memerlukan

beberapa kriteria termasuk satu set meja dan kursi serta ruangan yang tenang untuk pengukuran.

III. ALAT DAN BAHAN

1. Reaction timer.

2. Lembar data reaction timer.

3. 2 kursi dan 1 meja.

4. Alat tulis.

IV. PRINSIP KERJA

1. Pengukuran dilakukan oleh seorang operator dengan menggunakan alat reaction timer.
2. Operator memilih probandus kemudian dilakukan pengambilan data, dimana tiap probandus
melakukan pengukuran sampai 20 kali.
3. Operator dalam menekan saklar sensor rangsang diusahakan temponya variatif.
4. Probandus diusahakan tidak melihat operator saat dilakukan pengukuran agar data yang
didapat lebih valid.
5. Setelah pengukuran, hasil dicatat dalam blangko yang sudah disediakan.

V. CARA KERJA

1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.


2. Menghubungkan alat dengan sumber tenaga (listrik).
3. Menghidupkan alat dengan menekan tombol “ON/OFF” pada ON.
4. Memastikan angka 0,000 pada alat jika angka belum menunjukan angka 0,000 maka
menekan tombol NOL untuk me-reset.
5. Memilih rangsang suara atau cahaya yang dikehendaki degan menekan tombol
“suara/cahaya”.
6. Meminta probandus yang akan diperiksa untuk menekan tombol subyek (kabel hitam), dan
meminta secepatnya menekan tombol subyek (kabel hitam) setelah melihat cahaya atau
mendengar bunyi rangsang.
7. Menekan tombol pemeriksa (kabel biru) untuk memberikan rangsang pada responden.
8. Setelah memberikan rangsang dan probandus menekan tombol maka pada layar kecil akan
terlihat angka waktu reaksi dengan satuan mili detik.
9. Melakukan pemeriksaan sebanyak 20 kali baik rangsang suara maupun rangsang cahaya.
Dimana pemeriksaan nomor 1-5 dan nomor 16-20 dihilangkan karena nomor 1-5 adalah
dalam taraf penyesuaian alat dan nomor 16-20 dianggap tingkat kejenuhan mulai muncul.
10. Mencatat hasil pada lembar data reaction timer.
11. Mematikan alat dengan menekan tombol “on/off” dan melepaskan alat dari sumber tenaga.
12. Menganalisis hasil dan membuat laporan praktikum.

VI. HASIL PENGUKURAN

a. Waktu Praktikum

Hari/tanggal : Jumat/15 Maret 2013

Tempat : Laboratorium IKM UNNES

Pukul : 07.00 WIB

b. Identitas Probandus

Nama Responden : Rendra Kukuh P,

Usia : 20 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

c. Hasil Pemeriksaan

kecepatan reaksi (mili detik)


no
suara cahaya

1 210,1 104,4

2 175,1 193,7

3 200,1 225,8

4 222,2 219,3

5 243,5 197,4

6 183,5 194,0

7 201,2 219,5

8 192,0 272,3

9 236,7 210,1

10 197,9 264,9

11 244,4 180,4

12 199,1 192,1

13 189,3 192,1

14 194,6 213,7

15 122,8 231,7

16 213,3 244,1
17 189,0 222,3

18 192,8 201,2

19 179,2 218,1

20 189,8 182,3

VII. HARGA NORMAL/NAB

Tingkat Kelelahan = rata-rata hasil pengukuran kelelahan (data ke-6 sampai ke-15).

Tingkat kelelahan dapat dibagi menjadi :

1. Normal (N) : 150,0 - 240,0 mili detik

2. Tingkat Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : 240,0 < X < 410,0 mili detik

3. Tingkat Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : 410,0 ≤ X < 580,0 mili detik

4. Tingkat Kelelahan Kerja Berat (KKB) : ≥ 580,0 mili detik

VIII. PEMBAHASAN

Praktikum kelelahan kerja dilakukan 20 kali pemeriksaan. Namun data yang digunakan
hanya 10 data saja, yaitu data ke-6 hingga ke-15, karena data pemeriksaan nomor 1-5 dan nomor
16-20 dihilangkan dengan alasan pemeriksaan 1-5 adalah taraf penyesuaian alat dan
pemeriksaan 16-20 dianggap taraf kejenuhan mulai muncul. Sehingga didapatkan hasil
probandus sebagai berikut:

= 196,15 mili detik

= 217,08mili detik

Berdasarkan dari kriteria tingkat kelelahan, maka dapat dianalisa bahwa probandus
termasuk dalam tingkat normal.
Pengukuran dengan menggunakan alat Reaction Timer ini dilakukan karena alat ini
memiliki kelebihan seperti penggunaannya yang mudah, dan tidak membutuhkan waktu yang
lama. Selain itu juga dapat melihat tingkat kelelahan subyek pada waktu apapun (pagi atau sore). Akan tetapi
alat ini juga memiliki kekurangan yaitu Pengukuran kelelahan mengharuskan pemeriksa melakukan
sebanyak 20x, untuk mendapatkan data yang tepat. Reaction timer hanya bisa berjarak maksimal 0.5 meter dari
subyek.

IX. PENUTUP

a. Simpulan
Dari hasil perhitungan dan pembahasan data pengukuran tingkat kelelahan dapat diambil

kesimpulan bahwa probandus termasuk dalam tingkat normal, tidak mengalami kelelahan.

b. Saran

Alat sebaiknya diperbaiki atau ditambah agar praktikum berjalan lebih lancar.

Praktikan diharapkan dapat mengatur ritme/tempo dalam melakukan pengukuran agar hasil

yang didapat lebih valid.

Praktikan diharapkan mencari posisi yang tepat agar probandus tidak melihat ketika melakukan
pengukuran.

Anda mungkin juga menyukai