Anda di halaman 1dari 22

METODOLOGI PENELITIAN

TEKNIK SAMPLING

Disusun oleh:

Irena Savika Terate 1609035005

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dapat
menyelesaikan makalah ini. Dengan itikad baik saya menulis makalah ini dalam rangka
untuk memenuhi tugas Metodologi Penelitian tentang “populasi dan sampel”. Makalah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Diharapkan dalam makalah
ini pembaca mampu menambah pengetahuan dan mampu menerapkan dan mengaplikasi
pengetahuan yang diperoleh dalam makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini penulis
menyadari bahwa kemungkinan masih adanya kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu
kepada semua pihak sangat terbuka untuk menerima saran, masukan dan kritikan untuk
menyempurnakan makalah ini. Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca yang mempelajarinya khususnya bagi mahasiswa yang ingin menambah
informasi dan pengetahuan di bidang metodologi penelitian khususnya mengenai
populasi dan sempel.

Samarinda, 5 November 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Perumusan masalah ................................................................ 2
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................... 2
D. Metodologi Penulisan ............................................................ 3
E. Sistematika Penulisan ............................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Populasi ................................................................................... 4
B. Sampel .................................................................................... 6
C. Teknik Sampling ..................................................................... 12
D. Menentukan Ukuran Sampel ................................................. 15
BAB III KESIMPULAN .......................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah populasi, sampel dan teknis sampling sering kali kita dengar, namun terkadang
istilah-istilah ini ada yang tidak dipahami betul. Oleh karena itu, tulisan ini akan
membahas mengenai populasi, sampel dan teknik sampling. Populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek
tersebut. Bahkan satu orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu
mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicara, disiplin, pribadi, hobi, dan lain-
lain. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada populasi, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh karena
itu sampel yang akan diambil dari populasi harus betul-betul representatif (dapat
mewakili).

Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Terdapat berbagai


teknik sampling untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu probability sampling dan non probability sampling. Probability sampling adalah
teknik sampling yang memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi simple
random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportinate statified
random sampling dan cluster sampling (area sampling). Sedangkan non probability

1
2

sampling adalah teknik yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini terdiri sampling
sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, sampling purposive, sampling jenuh
dan snowball sampling. Menentukan ukuran sampel merupakan bagian dari teknik
sampling, dimana jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel.

Jumlah sampel yang 100% mewakili populasi adalah sama dengan populasi. Makin besar
jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang keselahan generalisasi semakin kecil
dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar
kesalahan generalisasi (diberlakukan umum). Terdapat dua rumus yang dapat digunakan
untuk menghitung besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian. Selain itu juga
diberikan cara menentukan ukuran sampel yang sangat praktis yaitu dengan
menggunakan tabel dan nomogram. Tabel yang digunakan adalah tabel Krejcie
dan Nomogram Harry King. Dengan kedua cara tersebut tidak perlu dilakukan
perhitungan yang rumit. Untuk pengertian dan penjelasan lebih lanjut
mengenai probability sampling, non probability samplingserta cara menentukan ukuran
sampel akan dibahas pada tulisan khusus mengenai Teknik Pengambilan Sampling.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian populasi?
2. Apakah jenis-jenis populasi?
3. Apakah pengertian sampel?
4. Apakah alasan penelitian menggunakan sampel?
5. Apakah yang dimaksud dengan teknik sampling?
6. Apa saja teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


Dari rumusan masalah di atas memiliki tujuan di antaranya yaitu sebag
ai berikut:
1. Menguraikan pengertian populasi dan sampel
3

2. Memaparkan jenis-jenis populasi


3. Menjelaskan alas an penelitian menggunakan sampel
4. Menguraikan pengertian teknik sampling
5. Menjelaskan teknik-teknik pengambilan sampel

D. Metodologi Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan, yakni mendapatkan sumber


informasi yang berasal dari media cetak berupa buku.

E. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari 3 bab, yakni bab I, bab II dan bab III. Berikut ini merupakan
sistematika penulisan yang digunakan, yakni:
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan
D. Metodologi Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II: PEMBAHASAN
A. Populasi
B. Sampel
C. Teknik Sampling
BAB III : KESIMPULAN
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Populasi

Menurut Drs. S. Margono (2004), Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian
kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi berhubungan
dengan data, bukan manusianya. Jika manusia memberikan suatu data, maka banyaknya
atau ukuran populasi akan sama banyaknya dengan ukuran manusia.

Populasi memiliki parameter yakni besaran terukur yang menunjukkan ciri populasi
tersebut. Besaran-besaran yang kita kenal antara lain: rata-rata, bentengan, rata-rata
simpangan, variansi, simpangan baku sebagai parameter populasi. Parameter suatu
populasi adalah tetap nilainya, jika nilainya berubah, maka populasinyapun berubah.1

Pengertian lain menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang
terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau
peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam
suatu penelitian (Hadari Nawawi, 1993:141).

Data yang di gunakan dalam penelitian (bahan penelitian), dapat berupa populasi
(universe) atau sampel. Menurut Drs. S. Margono (2004), populasi dapat di bedakan
sebagai berikut:
1. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki batas
kuantitatif secara jelas karena memiliki karakteristik yang terbatas. Misalnya
5.000.000 orang guru SMA pada awal tahun 1985, dengan karakteristik: masa kerja
2 tahun, lulusan program strata 1, dan lain-lain.
5

2. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang tidak dapat di
temukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat di nyatakan dalan bentuk jumlah
secara kuantitatif. Misalnya guru di Indonesia, yang berarti harus dihitung jumlahnya
sejak guru pertama ada sampai sekarang dan yang akan datang. Dalam keadaan
seperti itu jumlahnya tidak dapat di hitung, hanya dapat di gambarkan suatu jumlah
objek secara kualitas dengan karakteristik yang bersifat umum yaitu orang-orang,
dahulu, sekarang, dan yang akan menjadi guru. Populasi ini di sebut juga parameter.
Selain itu, populasi dapat di bedakan ke dalam hal berikut ini:
a. Populasi teoritis (Theoritical Population), yakni sejumlah populasi yang batas-
batasnya di tetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil penelitian berlaku
juga bagi populasi yang lebih luas, maka di tetapka terdiri dari guru; berumur 25
tahun sampai 40 tahun, program S1, jalur tesis, dll.
b. Populasi yang tersedia (Accessible population), yakni sejumlah populasi yang
secara kuantitatif dapat di nyatakan dengan tegas. Misalnya, guru sebanyak 250
di kota Bandung terdiri dari guru yang memiliki karakteristik yang telah di
tetapkan dalam populasi teoritis.

Di samping itu persoalan populasi bagi suatu penelitian harus di bedakan ke dalam sifat
berikut ini:
1. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat
yang sama, sehingga tidak perlu di persoalkan jumlahnya secara kuantitatif.
Misalnya, seorang dokter yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia
cukup mengambil setetes darah saja. Dokter itu tidak perlu mengambil satu botol
darah, karena baik setetes maupun satu botol hasilnya akan sama saja.
2. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat
atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu di tetapkan batas-batasnya, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian di bidang sosial yang objeknya manusia atau
gejala-gejala dalam kehidupan manusia menghadapi populasi yang heterogen.

Meskipun banyak anggotanya terbatas jumlahnya seperti jumlah mobil di Samarinda,


jumlah mahasiswa di Universitas Mulawarman, di mana keduanya sebenarnya dapat di
hitung namun karena hal itu sulit di lakukan maka di anggap tidak terbatas. Metode
6

penarikan/pengambil data dengan jelas mengawali/melibatkan seluruh anggota populasi


di sebut sensus. Seorang peneliti meskipun mengetahui bahwa metode sensus ini akan
banyak memerlukan pemikiran, memakan waktu yang lama serta relatif mahal, namun
tetap melakukan sensus, hal ini di sebabkan karena:
1. Untuk ketelitian
Suatu penelitian sering meminta ketelitian dan kecermatan yang tinggi, sehingga
memerlukan data-data yang besar jumlahnya. Apabila unsur ketelitian dan
kecermatan ini harus di prioritaskan maka harus di gunakan metode sensus.
2. Sumber bersifat heterogen
Apabila mengahadapi sumber informasi yang bersifat heterogen di mana sifat dan
karakteristik masing-masing sumber sulit untuk di bedakan maka lebih baik di
gunakan metode sensus.

Karena populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian, maka jika seseorang meneliti
semua elemen ia harus meneliti semua populasi. Penelitian populasi di lakukan dengan
cara sensus. Cara sensus yang baik di lakukan bila sesuai dengan hal-hal berikut:
1. Tingkat presisi karakteristik subjek penelitian sangat diutamakan (seperti jumlah,
jenis, waktu dan ukuran). Misalnya, pada kegiatan sensus penduduk, sensus
ekonomi, dll.
2. Ukuran populasi sangat kecil, bila jumlah populasi sedikit, sempit, sebentar maka
cara sensus tepat di terapkan. Misalnya, pada penelitian kelas atau penilaian diri bagi
para pembuat kebijakan bagi lingkungan kantor.

Pada dasarnya, penelitian dengan cara sensus lebih baik daripada sampling sebab cara
sensus lebih mempresentasikan populasinya. Meskipun demikian, seperti yang di
kemukakan di atas, pada hal-hal tertentu cara sampling bisa lebih efektif dan efisien
daripada cara sensus.

B. Sampel
7

Sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu. Masalah sampel dalam suatu penelitian timbul
disebabkan hal berikut ini :
1. Penelitian bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya
jumlah populasi sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi.
2. Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil–hasil kepenelitiannya,
dalam arti menegakkan kesimpulan–kesimpulan kepada objek, gejala atau kejadian
yang lebih luas.

Adapun alasan-alasan penelitian dilakukan dengan mempergunakan sampel beikut ini


1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) beruppa parameter yang jumlahnya
tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual. Karena itu sama
sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti itu.demikian juga
dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat besar ,tidak praktis untuk
mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang tersebar
diseluruh pelosok Indonesia misalnya.
2. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang diselidiki.
Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang diperlukan, lebih-lebih
bila objek itu tersebar diwilayah yang cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah
satu cara untuk mengurangi biaya.
3. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada penelitian
populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia terbatas, dan
kesimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel, dalam hal ini, lebih
cepat.
4. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena dapat
merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua darah dari
tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin
8

mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus
dilakukan hanya pada sampel.
5. Masalah ketelitian
Adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat dipertanggung
jawabkan. Ketelitian ,dalam hal ini, meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis
data. Penelitian terhadap populasi belum tentu ketelitian terselengar. Boleh jadi
peneliti akan menjadi bosan dlam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu
semua,penelitian terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
6. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seseorang penelitian; apakah kegunaan
dari hasil penelitian sepadan dengan biaya ,waktu, dan tenaga yang telah
dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan kata lain
penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada penelitian populasi
(sudjana, 1975:159-161); ( Hadari Nawawi,1923: 146-148).

Selanjutnya, mengenai penetapan besar kecilnya sample tidaklah ada suatu ketetapan
yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sample harus diambil.
suatu hal yang perlu diperhatikan adalaha keadaan homogenitas dan heterogenitas
populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah sample hampir-hampir tidak menjadi
persoalan, sebaliknya, jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbanagna
pengambilan sample harus memperhatikan hal :
1. Harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas.
2. Besarnya populasi dalam tiap kategori.

Karena itu informasi tentang populasi perlu dikejar seberapa jauh dapat diusahakan. Satu
nasihat yang perlu diingat, bahwa penetapan jumlah sampel yang kelewat banyak selalu
lebih baik dari pada kurang (oversampling is always better than undersampling). Namun
demikian ada cara untuk memperoleh sample minimal yang harus diselidiki dengan
menggunakan rumus:
n ≥ pq z 1/ 2 2

b
9

keterangan :
n = jumlah sampel
≥ = sama dengan atau lebih besar
P = proporsi populasi persentase kelompok pertama
q = proporsi sisa di dalam populasi
z1/2 = derajat koefisien konfidensi pada 99% 95 %
b = persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam menentukan
sampel.

Contoh :
Jika diketahui jumlah populasi guru SMA lulusan D3 di jateng adalah 400.000 orang.
Diantara mereka yang tinggal didaerah pedesaan (luar kota) sebanyak 50.000 orang.
Bebrapa sampel yang perlu diselidki dalam rangka mengunggkapkan hambatan
penanaman disiplin disekolah di wilayah masing-masing.
Perhitungan:
50000
F = X 100 % = 12,5 % atau P = 0,125
400000
q = 1,00 - 0,125 = 0,875
Z½ = 1,96 (pada derajat konfidensi 99% atau 0,05)
B = 5 % atau 0,05

Dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut :

n ≥ 0,125 X 0,875 X 1,96 2

0,05

n < 168,05 dibulatkan 169 orang.

Jika peneliti kurang puas dengan jumlah sampel minimal itu, maka dapat dilakukan
peningkatan jumlah sampel dengan meningkatkan jumlah sampel dengan sebesar 2,58.
Demikian juga ukuran sampel dapat diperbesar lagi dengan memperkecil perkiraan
10

persentase kemungkinaan membuat kesalahan dalam penarikan sampel, misalnya sebesar


2% atau b = 0,02. Dari contoh itu, maka sample minimum menjadi:
2,58
n ≥ 0,125 X 0,875 X ( )2
0,02

n > 1.740,21 dibulatkan 1.740 orang.

Apabila proporsi di dalam populasi yang tersedia tidak diketahui maka variasi p dan q
dapat mengganti dengan harga maksimum, yakni (0,50 X 0,50 = 0,25)
Ran sampel yang harus diselidiki:
2

n ≥ 0,25 1,96
0,05
n ≥ 384.

Sample yang baik adalah sampel yang memiliki populasi atau yang representatif, artinya
yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal
walaupun mewakili sample bukan merupakan duplikat dari populasi. Pada umumnya
masalah sampling timbul apabila penelitian bermaksud untuk :
1. Mereduksi objek penyelidikannya. Karena suatu alasan kerapkali seorang penyelidik
tidak menyelidiki semua objek, semua gejala, semua kejadian atau peristiwa,
melainkan hanya sebagian saja dari objek gejala atau kejadian yang dimaksudkan.
2. Ingin mengadakan generalisasi , dari hasil-hasil, penyelidikannya. Mengadakan
generalisasi berarti mengesahkan kesimpulan-kesimpulan kepada objek-objek,
gejala-gejala, dan kejadian-kejadian yang diselidiki.

Mahasiswa yang baru belajar metodelogi penelitian di tingkat awal harus menyadari
betul bahwa sample bukan merupakan duplikat populasi. Karena itu, ia tidak boleh
berprestensi bahwa suatu sample jika telah ditetapkan dengan cara-cara tertentu dapat
menjadi cermin yang sempurna bagi populasi artinya ia tidak boleh meyakini bahwa
sample tidak mengalami kesesatan walaupun pengambilannya sudah menggunakan
metode-metode statistik tertentu. Petunjuk –petunjuk untuk mengambil sampel :
11

1. Daerah generalisasi
Yang pentinga disini adalah menentukan dahulu luas populasinnya sebagai daerah
generalisasi, selanjutnya barulah menentukan sampelnya sebagai daerah
penelitiannya. Di sampling itu, yang penting adalah “jika yang diselidiki hanya satu
kelas saja, jangan diperluas sampai kelas-kelas lainnya apalagi menyimpulkan untuk
sekolah-sekolah lain”.
2. Pengesahan sifat-sifat populasi dan ketegasan batas-batasnya
Bila luas populasinya telah ditetapkan , harus segera diikuti penegasan tentang sifat-
sifat populasinnya. Penegasan ini sangat penting bila menginginkan adanya valliditas
dan reabilitas bagi penelitiannya. Oleh sebab itu, haruslah ditentukan terlebih dahulu
luas dan sifat-sifat populasi, dan memberikan batas-batas yang tegas, kemudian
menetapkan sampelnya. Jangan terjadi kebalikannya, yaitu menetapkan populasilah
yang lebih dahulu baru kemudian sampelnya.
3. Sumber-sumber informasi tentang populasi
Untuk mengetahui ciri-ciri populasinya secara terperinci dapat diperoleh melalui
bermacam-macam sumber informasi tentang populasi tersebut. Misalnya, sensus
penduduk dokumen-dokumen yang disusun oleh instansi-instansi dan organisasi-
organisasi, seperti pengadilan, kepolisian, kantor P & K, kantor kelurahan, dan
sebagainnya. Meskipun demikian, haruslah diteliti kembali apakah informasi
tersebut telah menunjukkan validitasnya (kesahihan) . Hal itu perlu karena jangan
sampai terjadi data tahun 1954 masih dipakai sebagia sumber untuk tahun 1965,
misalnya bila tahun 1954 tercatat jumlah anak rata-rata dalam seiap keluarga 4 orang,
maka pada tahun 1965 jumlah anak rata-rata mungkin tidak seperti itu (4 orang).
4. Menetapkan besar kecilnya sampel
Mengenai berapa besar kecilnya sampel yang harus diambil untuk sebuah penelitian,
memang tidak ada ketentuan yang pasti.
5. Menetapkan teknik sampling
Dalam masalah sampel , ada yang disebut biased sampel , yaitu sampel yang tidak
mewakili populasi atau disebut juga dengan sample yang menyeleweng.
Pengambilan sampel yang menyeleweng disebut : biased sampling. Biased sampling
adalah pengambilan sampel yang tidak dari seluruh populasi, tetapi hanya dari salah
satu golongan populasi saja, tetapi generalisasinya dikenakan kepada seluruh
12

populasi. Contoh : misalnya mengadakan penelitian tentang penghasilan rata-rata


orang indonesia hanya diambil sample yang kaya raya saja, ataupun hanya yang
miskin saja. Dengan sendirinya akan mengakibatkan adanya kesimpulan yang
menyeleweng atau disebut biased conclusion.
C. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel


yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan. Dalam penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d, Prof. Dr. Sugiyono (2010)
menyatakan Secara skematis, teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non probability Sampling. Probability
Sampling meliputi: simple random, proportionate stratified random, disproportionate
stratifed random, dan area random. Nonprobability sampling meliputi:sampling
sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling
jenuh,dan snowball sampling.

1. Probability sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Macam-macam teknik ini meliputi:
a. Simple random sampling
Simple random sampling merupakan pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
b. Proportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proposional. Suatu organisasi yang mempunyai
pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai
itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1=45 orang, S2=30 orang,
SMK= 800 orang, SMA= 400 orang, SMP= 300 orang, SD= 300 orang. Jumlah
sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
c. Disproportionate stratified random sampling
13

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata
tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu
mempunyai, 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang
SMU, 700 orang SMP. Maka 3 orang lulusan S3 dan 4 orang lulusan S2 tersebut
diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila
dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.
d. Cluster sampling ( Area sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara,
provinsi, atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan jadi
sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang
telah ditetapkan. Misalnya di Indonesia terdapat 30 provinsi, dan sampelnya
akan menggunakan 15 provinsi, maka pengambilan 15 privinsi itu dilakukan
secara random,. Tetapi perlu diingat, karena provinsi-provinsi di Indonesia itu
berstrata (tidak sama) maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan
stratified random sampling. Provinsi di Indonesia ada yang penduduknya padat
ada yang tidak, ada yang mempunyai hutan banyak ada yang tidak, ada yang
kaya bahan tambang ada yang tidak. Karakter semacam ini perlu diperhatikan
sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi itu dapat ditetapkan.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap
pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-
orang yang ada pada daerahn itu ceara sampling juga
2. Nonprobability sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sam bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel.
a. Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang
terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota tersebut diberi nomor urut, yaitu
nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan
dengan nomor ganjil saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
14

kelipatan dari bilangan 5, untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah
nomor1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.
b. Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai
contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap
pelayanan masyarakat dalam urusan Ijin Mendirikan Bangunan. Jumlah sampel
yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada 500
orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum
memenuhi kuota yang ditentukan. Bila pengumpulan data dilakukan secara
kelompok yang terdiri atas 5 orang pengumpul data, maka setiap anggota
kelompok harus dapat menghubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang
tersebut harus dapat mencari data dari 500 orang anggota sampel tersebut.
c. Sampling insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti, hasil
datanya dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
yang ditemui itu cocok sebagai sumber data.
d. Sampling purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Misalnya akan melekukan penelitian tentang kualitas makanan, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Atau penelitian tentang
kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang
ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif atau
penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
e. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif
kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi
dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus,
dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
f. Snowball sampling
15

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya


kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-
lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau
dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap data yang
diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat
melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya,
sehingga jumlah sampel semakin banyak.

Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball, misalnya
akan meneliti siapa provokator kerusuhan, maka akan cocok menggunakan purposive dan
snowball.

D. Menentukan ukuran sampel

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang
diharapkan 100% yang mewakili populasi adalah sama dengan jumlah populasi itu
sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitan itu akan diberlakukan untuk
1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan
jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati
populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya semakin
kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka semakin besar kesalahan generalisasi
(diberlakukan umum).

Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian?
Jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat
ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan
tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah
sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan
semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber dana.

Berikut ini rumus menghitung ukuran sampel dari populasi yang jumlahnya telah
diketahui:
16

λ2 . 𝑁. 𝑃. 𝑄
𝑠=
𝑑2(𝑁 − 1) + λ2 . 𝑃. 𝑄

λ2 dengan dk 1 = taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%.


P = Q = 0,5
d = 0,05
s = jumlah sampel

Cara menentukan ukuran sempel bila sempel tidak berdistribusi normal, misalnya
populasi homogen maka cara-cara tersebut tidak perlu dipakai. Misalnya populasinya
berbeda, katakan logam dimana susunan molekulnya homogen, maka jumlah sempel
yang diperlukan 1% saja sudah bisa mewakili.

Sebenarnya terdapat berbagai rumus untuk menghitung ukuran sempel, misalnya dari
Cochen, Cohen dll. Bila keduanya digunakan untuk menghitung ukuran sempel, terdapat
sedikit perbedaan jumplahnya. Lalu yang dipakai yang mana? Sebaiknya yang dipakai
adalah jumlah ukuran sempel yang paling besar.

Berikut ini adalah contoh menentukan sampel. Akan dilakukan penelitian untuk
mengetahui tanggapan kelompok masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah tertentu. Kelompok masyarakat itu terdiri 1000 orang, yang dapat
dikelompokan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1= 50, Sarjana Muda =
300, SMK = 500, SMP = 100, SD = 50 (populasi berstrata).

Bila jumlah populasi = 1000, kesalahan 5% , maka jumlah sempelnya = 258, Karena
populasi berstrata, maka sampelnya jga berstrata. Stratanya ditentukan menurut jenjang
pendidikan. Dengan demikian masing-masing sempel untuk tingkat pendidikan harus
proporsional sesuai dengan populasi. Berdasarkan perhitungan dengan cara berikut ini
jumlah sempel untuk kelompok S1 = 14, Sarjana Muda (SM) = 83, SMK = 139, SMP =
14, dan SD = 28.

S1 = 50/1000 X 258 = 13,90 = 12,9


17

SM = 300/1000 X 258 = 83,40 = 77,4


SMK = 500/1000 X 258 = 139,0 = 129
SMP = 100/1000 X 258 = 27,8 = 25,8
SD = 50/1000 X 258 = 13,91 = 12,9
Jumlah = 258

Jadi jumlah sempelnya = 12,9 + 77,4 +129 + 25,8 + 12,9 + = 258. Jumlah yang pecahan
bisa dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sempel menjadi 13 + 78 + 129 + 26 + 13 = 259.
Pada perhitungan yang menghasilkan pecahaan (terdapat koma) sebaiknya dibulatkan ke
atas sehingga jumlah sempelnya lebih 259. Hal ini lebih aman daripada kurang dari 258.
Roscoe dalam buku Research Methonds For Business (1982:253) memberikan saran-
saran tentang ukuran sempel untuk penelitian seperti berikut ini:
1. Ukuran sempel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
2. Bila sempel dibagi dalam katagori ( misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta
dan lain-lain) maka jumlah anggota sempel setiap katagori minimal 30.
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan Multivariate (korelasi atau
regresi ganda misalnya). Maka jumlah anggota sempel minimal 10 kali dari jumlah
variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiaanya ada 5 (independen +
dependen), maka jumlah anggota sempel = 10 X 5 = 50.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang mengunakan kelompok
ekspetrimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sempel masing-masing
antara 10 s/d 20.

Probability sampling adalah teknik sempling yang memberi peluang sama kepada
anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sempel. Cara demikian sering disebut
dengan random sampling, atau cara pengambilan sampel secara acak.

Pengambilan sempel secara acak random/acak dapat dilakukan dengan bilangan random,
komputer, maupun dengan undian. Bila pengambilan dilakukan dengan undian, maka
setiap anggota populasi diberi nomer terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota
populasi.
18

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab II, dapat ditarik kesimpulan bahwa:


1. Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup
dan waktu yang kita tentukan.
2. Jenis-jenis populasi: populasi umum dan populasi target
3. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang
diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.
4. Adapun alasan penelitian menggunakan sampel adalah:
a. Ukuran populasi
b. Masalah biaya
c. Masalah waktu
d. Percobaan yang sifatnya merusak
e. Masalah ketelitian
f. Masalah ekonomis
5. Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai
dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representatif.
6. Teknik-teknik yang di gunakan dalam pengambilan sampel
a. Probability/Random Sampling
b. Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak
19

DAFTAR PUSTAKA

Haryono. 1998. Metode penelitian pendidikan II. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan
R & D, Bandung : Cv. Alfa Beta, 2012

Sulistyo, Basuki. Metode Penelitian, Jakarta : Penaku, 2010

Anda mungkin juga menyukai