Disusun Oleh:
Penulis
i
DAFTARISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah...................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian 3
Populasi…………...................................................
B. Penentuan Populasi......................................... 4
C. Teknik Sampling……………….............................. 6
A. Kesimpulan................................................................................. 19
B. Saran…...................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Temuan riset yang meneliti tentang adanya suatu kondisi masyarakat
kehidupan sosial, seperti penelitian pada ilmu sains atau ilmiah, ilmu sosial
dan sebagainya, alasan utama ditujukan agar memperoleh kesimpulan umum
yang valid tentang populasi manusia, bukan orang per orang atau kelompok
kecil manusia. Persoalannya, tidak mungkin peneliti mengamati semua
subyek dalam populasi yang sangat besar untuk membuat kesimpulan tentang
karakteristik maupun fenomena yang ada pada populasi itu. Peneliti hanya
dapat mengamati sebagian dari populasi besar, yang dinamakan sampel.
Makalah ini dimulai dengan pengantar menjelaskan konsep-konsep dasar
populasi, sampel, dan pemilihan informan secara tepat. Tema elemen, subyek,
anggota, individu, unit, item, akan digunakan secara silih-berganti untuk
merujuk kepada pengertian yang sama – yaitu, bagian terkecil dari populasi
yang secara sendiri-sendiri atau kelompok (klaster) merupakan materi untuk
dicuplik membentuk sampel.1
Dalam menentukan populasi, sampel dan pemilihan informan dalam
penelitian, sudah barang tentu haruslah sesuai dengan langkah-langkah yang
ditentukan serta haruslah tepat dan efisien. Kendala-kendala yang timbul
selayaknya dapat diantisipasi oleh peneliti. Oleh karenanya, dalam
menentukan populasi, sampel dan pemilihan informan, peneliti hendaklah
memperhatikan hal-hal yang memang berkaitan dengan populasi dan sampel,
sehingga didapatkan sampel yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Populasi ?
2. Bagaimana cara menentukan populasi
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: ALFABETA CV, 2010).,
1
3. Bagaimana cara atau tahapan dalam menentukan jenis sampling
4. Bagaimana cara atau tahapan dalam menentukan pemilihan
partisipan/informan kunci?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian populasi.
2. Untuk mengetahui cara menentukan populasi
3. Untuk mengetahui cara atau tahapan dalam menentukan jenis sampling
4. Untuk mengetahui cara atau tahapan dalam menentukan pemilihan
partisipan/informan kunci.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa inggris yaitu population, yang
berarti jumlah penduduk. Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi,
orang kebanyakan menghubungkannya dengan masalah-masalah
kependudukan. Hal tersebut ada benarnya juga, karena itulah makna kata
populasi sesungguhnya. Kemudian pada perkembangan selanjutnya, kata
populasi menjadi amat populer, dan digunakan di berbagai disiplin ilmu.
Dalam metode penelitian kata populasi digunakan untuk menyebutkan
serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh
karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan (universal) dari
objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala,
nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat
menjadi sumber data penelitian. Karena pengertian populasi yang
dikemukakan diatas, maka populasi menjadi amat beragam. Kalau populasi
dilihat dari penentuan sumber data, maka populasi dapat dibedakan
menjadi2:
1. Populasi terbatas, yaitu populasi yang memiliki sumber yang jelas batas-
batasnya secara kuantitatif.
2. Populasi tak terhingga, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang
tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif.
Dilihat dari kompleksitas objek populasi, maka populasi dapat dibedakan
menjadi:
1. Populasi homogen, yaitu keseluruhan individu yang menjadi anggota
populasi, memiliki sifat yang relatif sama satu sama lainnya.
2
University HParedsasr,i 1N98aw3)a, wHia, lM. 2e9to de Penelitian Bidang Sosial ,
(Yogyakarta: Gajah Mada
3
B. Penentuan populasi
Contoh Populasi pada Tesis: Analisis Pengaruh Metode Pembelajaran
Berbasis Proyek Terhadap hasil belajar siswa Kelas IX di SMPN 9 Sungai
Penuh.
Yang menjadi Populasi adalah siswa kelas IX di SMPN 9 Sungai Penuh yang
terdiri dari empat kelas dengan total 112 Siswa.
Populasi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu ;
1. Populasi target merupakan populasi yang telah ditentukan sesuai dengan
permasalahan penelitian, dan hasil penelitian dari populasi tersebut ingin
disimpulkan.
2. Populasi survei merupakan populasi yang terliput dalam penelitian yang
dilakukan.
Populasi terdiri dari unsur sampling yaitu unsur/unsur yang diambil sebagai
sampel. Kerangka sampling (sampling Frame) adalah daftar semua unsur
sampling dalam populasi sampling. Unsur sampling ini diambil dengan
menggunakan kerangka sampling (sampling frame).
C. Pemilihan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili
populasi dalam penelitian. Adapun alasan-alasan penelitian dilakukan dengan
mempergunakan sampel, yaitu:
1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter
yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat
konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data
dari populasi seperti itu, demikian juga dalam populasi terbatas
(terhingga) yang jumlahnya sangat besar dan tidak praktis untuk
mengumpulkan data dari populasi. Mislanya, populasi 50 juta murid
sekolah dasar yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia.
2. Masalah biaya
4
Besar kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang
diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang
diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas.
Oleh karena itu, sampling ialah salah satu cara untuk mengurangi biaya.
3. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada
penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang
tersedia terbatas, dan kesimpulan yang diinginkan dengan segera, maka
penelitian sampel dalam hal ini lebih cepat.3
4. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi
karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin
mengeluarkan semua darah dari tubuh seorang pasien yang akan
dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon
untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya
pada sampel.
5. Masalah ketelitian
Adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan dapat
dipertanggung jawabkan. Ketelitian dalam hal ini,
meliputipengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian
terhadap populasi belum tentu ketelitian terselengara. Boleh jadi peneliti
akan menjadi bosan dalam melaksanakan tugasnya. Untuk
menghindarkan itu semua, penelitian terhadap sampel memungkinkan
ketelitian dalam suatu penelitian.
6. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seseorang penelitian: apakah
kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu, dan tenaga
yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian?
3
John Creswell, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Pustaka Pelajar ( Yogyakarta :
2012)
5
Dengan kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis
daripada penelitian populasi.4
Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka sampling yaitu daftar dari
semua unsur sampling dalam populasi sampling, dengan syarat:
1. Harus meliputi seluruh unsur sampel.
2. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali.
3. Harus up to date.
4. Batas-batasnya harus jelas.
5. Harus dapat dilacak dilapangan.
C. Teknik Sampling
4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: ALFABETA CV, 2010).,
5
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA CV,
2019), Hlm.288
6
d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya:
jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki
adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125/125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95.6
7
(2, 4, 6, dan seterusnya) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dan
seterusnya), atau bisa juga mengambil nomor kelipatan (2, 4, 8, 16,
dan seterusnya).
9
Suci Hariyanti, Pengantar Statistika I (Bandung: Media Sains Indonesia,2021)., 3
8
Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang
hampir mirip dengan proportionate stratified random
sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun, ketidak
proporsionalan penentuan sample didasarkan pada pertimbangan
jika anggota populasi berstrata namun kurang proporsional
pembagiannya.
Misalnya;
populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata
berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2.
Namun jumlahnya sangat tidak seimbang, yaitu :
SMP : 100 orang
S1 : 10 orang
S2 : 10 orang
9
berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan dalam
tahapan sebagai berikut :
a) Menentukan sample daerah. Misalnya, ditentukan secara acak
10 Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel.
b) Mengambil sampel SMA di tingkat Provinsi secara acak yang
selanjutnya disebut sampel provinsi. Karena provinsi terdiri dari
Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak SMA tingkat
Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut
Kabupaten Sampel), dan seterusnya, sampai
tingkat kelurahan/Desa yang akan dijadikan sampel. Setelah
digabungkan, maka keseluruhan SMA yang dijadikan sampel
ini diharapkan
akan menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.
b. Non Probabilty Sample
Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kese
mpatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Adapun yang termasuk antara lain:
1. Sampling Kuota
Sampling Kuota adalah teknik sampling yang menentukan
jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri tertentu
sampai jumlah kuota yang diinginkan. Misalnya akan dilakukan
penelitian tentang persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar
10
guru. Jumlah sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat
ditetapkan masing-masing 10 siswa per sekolah10.
2. Sampling Insidential
Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan,
atau siapa saja yang kebetulan (insidential ) bertemu dengan
peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang
ditentukan akan dijadikan sampel.
Misalnya, penelitian tentang kepuasan pelanggan pada pelayanan
Mall A. Sampel ditentukan berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15
tahun dan baru pernah ke Mall A tersebut, maka siapa saja yang
kebetulan bertemu di depan Mall A dengan peneliti (yang berusia
di atas 15 tahun) akan dijadikan sampel.
3. Sampling Purposive
Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Misalnya,
peneliti ingin meneliti permasalahan seputar daya tahan mesin
tertentu. Maka sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli
mesin yang mengetahui dengan jelas permasalahan ini.
Atau penelitian tentang pola pembinaan olahraga renang. Maka
sampel yang diambil adalah pelatih-pelatih renang yang dianggap
memiliki kompetensi di bidang ini. Teknik ini biasanya
dilakukan pada penelitian kualitatif.
4. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi.
Biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari
100. Misalnya akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di
SMA X Jakarta. Karena jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru
dijadikan sampel penelitian.11
10
John Creswell, Pendekatan Kualtitatif, Kuantitatif, Dan Mixed (Yogyakarta: elajar, 2012). 64
11
John Creswell, Pendekatan Kualtitatif, Kuantitatif, Dan Mixed (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012)., 65
11
5. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang
semula kecil kemudian terus membesar ibarat bola salju.
Misalnya akan dilakukan penelitian tentang pola peredaran narkoba
di wilayah A. Sampel mula-mula adalah 5 orang narapidana,
kemudian terus berkembang pada pihak-pihak lain sehingga
sampel atau responden terus berkembang sampai ditemukannya
informasi yang menyeluruh atas permasalahan yang diteliti.
Teknik ini juga lebih cocok untuk penelitian kualitatif.
12
Burhan Bungin , Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), 77
13
Perangin-angin, L. L. K., & Zainal, M, S, Jurnal ASPIKOM, 3, 2018, hal 4
http://.org/10.24329/aspikom.v3i4.210
12
tentang situasi sosial tersebut.14 Kegiatan wawancara kepada semua
komponen individu yang terkait dengan objek penelitian. Selanjutnya dalam
penelitian kualitatif individu-individu yang diwawancarai disebut informan.
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: 2014), 216
13
5. Orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas
mengenai
permasalahan yang diteliti, dan lain-lain.15
Informan kunci sebaiknya orang yang bersedia berbagi konsep dan
pengetahuan dengan peneliti, dan sering dijadikan tempat bertanya
oleh peneliti. Untuk itu sebaiknya dalam pengumpulan data peneliti
sebaiknya memulainya dari informan kunci untuk mendapatkan
gambaran yang utuh dan menyeluruh tentang masalah yang diamati.
Dengan demikian terdapat empat kriteria dalam menentukan
informan kunci (Martha & Kresno,2016).
a) Harus menjadi peserta aktif dalam kelompok, organisasi,
atau budaya yang diteliti, atau telah melalui tahap enkulturasi
b) Harus terlibat dalam budaya yang diteliti “saat ini”. Penekanan
“saat ini” sangat penting, karena jangan sampai informan kunci
lupa dengan masalah yang akan diteliti
c) Harus memiiki waktu yang memadai. Informan kunci tidak
cukup hanya memiliki kemauan, namun dapat memberikan
informasi kapan pun saat dibutuhkan16
d) Harus menyampaikan informasi dengan bahasa sendiri
(natural). Sebaiknya informan yang menyampaikan informasi
dengan “bahasa analitik” dihindari karena informasi yang
dihasilkan sudah tidak natural. 17
b. Informan utama
Informan utama dalam penelitian kualitatif mirip dengan “aktor
utama” dalam sebuah kisah atau cerita. Dengan demikian informan
utama adalah orang yang mengetahui secara teknis dan detail tentang
15
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2010), 101
16
Jamal Habibur Rahman. Informan Dalam Penelitian Kualitatif diakses pada ((PDF)
Informan Penelitian Kualitatif (researchgate.net)
17
Ade Heryana. In forman Dan Pemilihan Informan Dalam Penelitian Kualitatif
14
masalah penelitian yang akan dipelajari. Misalnya pada penelitian
tentang perilaku ibu dalam memanfaatkan pelayanan Posyandu
sebagai informan utama adalah ibu yang memlilki Balita, sedangkan
sebagai informan kunci adalah kader posyandu.
c. Informan Pendukung
Informan pendukung merupakan orang yang dapat memberikan
informasi tambahan sebagai pelengkap analisis dan pembahasan
dalam penelitian kualitatif. Informan tambahan terkadang memberikan
informasi yang tidak diberikan oleh informan utama atau informan
18
kunci.
2. Teknik Penentuan Informan
Informan penelitian di dalam penelitian kualitatif berkaitan
dengan bagaimana langkah yang ditempuh peneliti agar data atau
informasi dapat diperolehnya. Karena itu di dalam bahasan ini yang
paling penting adalah peneliti “menentukan” informan dan bagaimana
“mendapatkan” informan. Menentukan informan bisa dilakukan oleh
peneliti apabila peneliti memahami masalah umum penelitian serta
memahami pula anatomi masyarakat dimana penelitian itu
dilaksanakan. Namun, apabila peneliti belum memahami anatomi
masyarakat tempat penelitian, maka peneliti berupaya agar tetap
mendapatkan informan penelitian. Berikut teknik penentuan informan
yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif :
a. Prosedur Purposif
Adalah salah satu strategi menentukan informan yang paling umum
didalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang
menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan
masalah penelitian tertentu, misalnya , dalam penelitian kualitatif
mengenai pengalaman mahasiswa dalam adaptasi terhadap
pembelajaran daring, kriteria informan dapat mencakup tingkat
18
Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2003), 14
15
partisipasi dalam pembelajaran daring. Tingkat kesulitan menghadapi
perubahan dan persepsi terhadap efektifitas metode pembelajaran.
Ukuran sampel purposif sering kali ditentukan atas dasar teori
kejenuhan (titik dalam pengumpulan data saat data baru tidak lagi
membawa wawasan tambahan untuk pertanyaan penelitian. Namun,
informan berikutnya ditentukan bersamaan dengan perkembanagn
review dan analisis hasil penelitian saat pengumpulan data berlangsung.
Menurut Maxwell, ada empat tujuan dari pemilihan informan secara
purposif, yaitu :
1) Karena kekhasan atau kerepresentatifan dari latar, individu,
atau kegiatan
2) Demi heterogenitas dalam populasi
3) Untuk mengkaji kasus-kasus yang kritis terhadap (mementahkan)
teori-teori yang ada, yakni yang menjadi landasan di
awal penelitianmaupun yang berkembang dalam proses penelitian
4) Mencari perbandingan-perbandingan untuk mencerahkan alas an-
alasan perbedaan antar latar,kejadian, dan individu19
b. Prosedur Kuota
Dalam prosedur kuota, peneliti memutuskan saat
merancang penelitian, berapa banyak orang dengan karakteristik
yang diinginkan untuk dimasukkan sebagai informan. Kriteria yang
dipilih memungkinkan peneliti unuk fokus pada orang yang peneliti
perkirakan akan paling mungkin memiliki pengalaman, tahu tentang,
atau memiliki wawasan ke dalam topik penelitian.peneliti pergi
kemasyararakat lalu menggunakan strategi rekrutmen yang tempat
untuk lokasi, budaya, dan populasi penelitian menemukan orang
yang sesuai dengan kriteria ini, sampai peneliti memenuhi kuota
yang ditentukan. Prosedur kuota lebih spesifik sehubungan dengan
ukuran dan proporsi sub sampel, dengan sub-sub kelompok yang
dipilih untuk mencerminkan proporsi yang sesuai dalam populasi.
19
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007)107-110
16
c. Prosedur Snow Ball Prosedur bola salju (snow ball)-juga dikenal
sebagai prosedur“rantai rujukan”- atau juga prosedur networking-
sering dianggap pula jenis prosedur purposif, namun sesungguhnya
berbeda. Dalam prosedur ini, dengan siapa peserta atau informan
pernah dikontak atau pertama kali bertemu dengan peneliti adalah
penting untuk menggunakan jaringan sosial mereka untuk merujuk
peneliti kepada orang lain yang berpotensi berpartisipasi atau
berkontribusi dan mempelajari atau memberi informasi kepada
peneliti. Prosedur snow ball sering digunakan untuk mencari dan
merekrut “informan tersembunyi” yaitu kelompok yang tidak mudah
diakses para peneliti melalui strategi pengambilan informan lainnya.
Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan disaat
menggunakan prosedur snow ball, yaitu, apabila informan dengan
karakter tertentu sulit ditemukan, informan yang ditemui bersedia
merujuk peneliti ke informan lain, memungkinkan perkembangan
mata rantai rujukan sampai pada snow ball yang memadai sebagai
informan penelitian yang dibutuhkan peneliti. Namun peneliti harus
memverifikasi kelayakan setiap informan, untuk memastikan
informan yang diberikan adalah informasi yang akurat dan karena
informan benar-benar memahami masalah penelitian yang diperlukan
peneliti. Ada beberapa model snow ball yang dapat digunakan di
dalam penelitian, seperti dibawah ini :
a. Linear Snowball Modle
Model Linear memungkinkan peneliti bergerak linier untuk
menemukan informan baru, dari informan ke informan lain, dan
membentuk bola salju yang besar secar linier.
b. Exponential Non-Discriminative Snow Ball Modle
Model ini adalah model komposit tanpa diskriminasi terhadap
informan, artinya semua informan yang dirujuk oleh informan
sebelumnya diambil sebagai informan hingga perkembangan
17
komposit menjadi akar rumput yang besar dan biasanya
berimbang dan subur
c. Exponential Discriminative Snow Ball Modle
Model ini adalah model selektif yang dikembangkan oleh peneliti
dilapangan. Artinya berdasarkan beberapa pertimbangan
dan tindakan selektif peneliti, maka tidak semua informan yang
dirujuk oleh informan selanjutnya dipilih oleh peneliti karena
penelitidiberi hak untuk menyeleksi informan berikutnya,
sehingga perkembangan jaringan snow ball menunjukkan
ada bagian jaringan yang berkembang subur, namun ada bagian
lain yang mati atau tidak banyak berkembang. 20 Penambahan
informan dinyatakan berhenti jika datanya sudah jenuh.
Sebuah keuntungan bagi peneliti, ketika informan yang
dipilih benar-benar menguasai situasi sosial yang diteliti. Karena
peneliti tidak memerlukan banyak informan dan dapat
mempersingkat waktu. Jadi yang menjadi kepedulian bagi peneliti
kualitatif adalah tuntasnya perolehan informasi dengan
keragaman variasi yang ada, bukan banyaknya informan sumber
data.
20
Sugiyono , Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta,2014),221
18
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Demikian makalah ini kami buat, dalam pembuatan makalah ini
tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kritik dan saran yang
konstruktif senantiasa kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anggit M. Siddiq, dkk., Kajian Pustaka dalam Artikel Jurnal, Hasil Laporan
Penelitian, (Bandung: Universitas Pendidikan, 2020) hlm. 6.
Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs dan Christine K. Sorensen. 2010.
Introduction to Research in Education. Edisi ke-8. Belmont, CA:
Cengage Learning
Riduwan, A. 2014. Penulisan Sumber Kutipan dan Daftar Pustaka (Tugas Akhir,
Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Artikel Jurnal) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia (Stiesia) Surabaya.
Setiosary Punaji, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta:
Kencana, 2010), hlm. 32
Sitti Astika Yusuf dan Uswatun Khasanah, Kajian Literature dan Terori
Sosial Dalam Penelitian, Ekonomi Syariah, STAIN Sorong, tt., hlm 2.\
Chamidy,
21
Kajian Pustaka (Online), 2010, (http://www.scribd.com/doc/661023/04-Kajian-
Pustaka) , diakses pada tanggal 1 Desember 2020 Pukul 21.00 WIB.