Anda di halaman 1dari 24

POPULASI DAN SAMPEL

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Metodologi Penelitian


Pendidikan

Dosen Pengampu : Ismani, M.Pd.,M.M.

Disusun Oleh :

1. Karyati 12803241023
2. Rochmad Nugroho 12803241032
3. Anggrahini Dwi P. 12803241038
4. Hanifah Nur I. 12803241042

PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan dalam rangka pembelajaran perkuliahan.

Dalam penyusunan makalah ini, banyak sekali bantuan dan bimbingan yang
penulis dapatkan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Ismani, M.Pd.,M.M. sebagai dosen matakuliah Metodologi


Penelitian Pendidikan
2. Orang tua yang telah memberikan bantuan moril serta meterial
3. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan banyak masukan untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Namun demikian, semoga makalah ini mampu memberikan informasi dan
pengetahuan yang cukup kepada pembaca.

Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi masyarakat dan semua pihak yang
berkepentingan di masa yang akan datang.

Yogyakarta, 12 September 2012

Penulis

1
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 1
C. Tujuan..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 3
A. Pengertian Populasi................................................................................................. 3
B. Jenis-Jenis Populasi.................................................................................................3
C. Pengertian Sampel...................................................................................................4
D. Syarat-Syarat Sampel Yang Baik.............................................................................5
E. Menentukan Jumlah Subjek Penelitian....................................................................5
F. Pertimbangan Dalam Memilih Teknik Sampling.................................................. 10
G. Teknik Sampling................................................................................................... 11
1. Probability Sampling.........................................................................................11
2. Non Probability Sampling................................................................................. 16
BAB III PENUTUP...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 24

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengumpulan data merupakan suatu langkah yang sistematis untuk


memperoleh informasi mengenai objek penelitian, hal ini karena proses
pengumpulan data melalui langkah-langkah tertentu yang dilaksanakan secara
seksama. Proses pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi
tentang objek penelitian yang ada. Mengenai objek penelitian dikenal adanya
istilah populasi atau keseluruhan dari objek penelitian. Populasi ini akan
menggabarkn informasi yang diperoleh dari proses penelitian.

Penentuan populasi haruslah tepat guna menghasilakan hasil penelitian


yang valid dan relevan. Untuk itu haruslah melibatkan keseluruhan subjek
yang diteliti supaya mendapatkan informasi yang valid guna menjadi data.
Data ini dioalah menjadi hasil penelitian yang berguna pagi pihak yang
berkepentingan. Namun pada kenyataannya peneliti terbatas akan biaya dan
waktu untuk meneliti keseluruhan subjek penelitian tersebut. Oleh karena itu,
dimunculkan penelitian sampel yaitu penelitian yang objek peneleitian hanya
sebagaian perwakilan dari populasi.

Penentuan sampel ini haruslah berdasarkan langkah sistematis, karena


sampel harus dapat mewakili populasi atau objek penelitian tersebut. Jumlah
sampel untuk mewakili populasipun memiliki cara penghitungan dan teknik
sampling tersendiri yang harus dilalui. Sampiling yang baikpun harus
diperhatikan. Pada makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan di atas maka dapat


disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut ini :

1. Bagaimana yang disebut dengan populasi?

1
2. Bagaimana penggolongan jenis-jenis populasi?
3. Bagaimana yang disebut dengan sampel?
4. Bagaimana syarat-syarat sampel yang baik?
5. Bagaimana menentukan jumlah subjek penelitian?
6. Bagaiamana pertimbangan dalam memilih sampel?
7. Bagaimana teknik-teknik dalam sampling?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan maslah tersebut maka tujuan dapat disimpulkan


sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan populasi.


2. Untuk mengetahui jenis-jenis populasi.
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan sampel.
4. Untuk mengetahui syarat-syarat sampel yang baik.
5. Untuk menentukan jumlah subjek penelitian.
6. Untuk mengetahui pertimbangan dalam memilih sampel
7. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam sapling.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Populasi

Populasi menurut Suharsimi (2013:173) merupakan keseluruhan subjek


penelitian. Meskipun demikian, keseluruhan subjek penelitian menurut
Suharsimi berdasarkan jumlahnya dapat diklasifikasikan menjadi populasi
terhingga dan tidak terhingga (sulit dicari pembatasannya)

Sedangkan menurut Sandjaja (2006) populasi merupakan keseluruhan


objek yang menjadi pusat perhatian penelitian dan tempat untuk
menggenarilasi temuan penelitian. Sejalan dengan itu Sugiyono (2010:
117)menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Mengulas lebih dalam pengertian populasi menurut Babbie (dalam


Sukardi, 2003: 53) populasi adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal
bersama-sama dan secara teoritis menjadi target hasil penelitian.

B. Jenis-Jenis Populasi

1. Menurut Hadari Nawawi (1983:141), berdasarkan penentuan sumber


datanya populasi dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

a. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yaitu populasi yang


memiliki batasan kuantitatif secara jelas

b. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yaitu populasi yang
tidak dapat ditemukan batasannya

2. Menurut Burhan Bungin, (2005:100), berdasarkan kompleksitas objek


populasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Populasi homogen, yaitu keseluruhan individu yang menjadi anggota


populasi, memiliki sifat-sifat yang relatif sama satu sama lainnya.

3
b. Populasi heterogen, yaitu keseluruhan individu anggota populasi
relatif memiliki sifat-sifat individual, di mana sifat tersebut
membedakan individu anggota populasi

3. Menurut Margono (1997) , dasarkan batasan jumlahnya populasi dapat di


bedakan menjadi dua, yaitu:

a. Populasi teoritis (Theoritical population), yaitu sejumlah populasi


yang batasanya ditetapkan secara kuantitatif.

b. Populasi yang tersedia (Accessible population), yaitu sejumlah


populasi yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas.

C. Pengertian Sampel

Biasanya penelitian tidak akan mengangkat semua populasi yang ada jika
dirasa populasi tersebut sangat banyak sebab akan memakan waktu yang lama
dan biaya yang banyak. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan teknik
penelitian sampel. Sampel itu sendiri menurut Suharsimi (2013:174) adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono
(2010: 118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil
yang diambil dari populasi untuk diteliti, sehingga sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Penentuan sampel merupakan suatu langkah yang sistematis, oleh karena


itu dalam penentuan sampel terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui
dalam pemilihan sampel tersebut

4
D. Syarat-Syarat Sampel Yang Baik

Sampel yang baik memiliki syarat sebagai berikut ini :

1. Akurasi atau ketepatan


Yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sample. Dengan
kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin
akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah
populasi.
2. Presisi
Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi.
Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi. Presisi=standard error, Nilai rata-rata populasi
dikurangi nilai rata-rata sampel

Teknik (metode) penentuan sampel yang ideal memiliki ciri-ciri dapat


memberikan gambaran yang akurat tentang populasi, dapat menentukan
presisi, sederhana sehingga mudah dilaksanakan, dan dapat memberikan
keterangan sebanyak mungkin dengan biaya murah.

Jumlah/Besar sampel perlu mempertimbangkan hal-hal sbb:


1. Derajat keseragaman (degree of homogenity) dari populasi 🡪 completely
heterogeneous
2. Presisi yang dikehendaki dari penelitian
3. Rencana analisis
4. Tenaga, biaya dan waktu
5. Besar populasi
Semakin besar sampel semakin tinggi tingkat presisi yang didapatkan.

E. Menentukan Jumlah Sampel Penelitian

1. Penentuan jumlah sampel menurut pendapat Hadari Nawawi

5
(Margono, 2004: 123) memberikan cara untuk memperoleh jumlah
sampel minimal yang harus diselidiki dengan menggunakan rumus:

Keterangan:
n = Jumlah sampel
p = Proporsi populasi persentase kelompok pertama
q = Proporsi sisa di dalam populasi
Z= Derajat koefisien konfidensi pada 99% dan 95%
b = Persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam
menentukan ukuran sampel

contoh:

Jika diketahui jumlah populasi guru matematika SMA lulusan


D3 di Jateng adalah 400.000 orang. Di antara mereka yang tinggal di
daerah pedesaan (luar kota) sebanyak 50.000 orang. Berapa sampel
yang perlu diselidiki dalam rangka mengungkapkan hambatan
penamaan disiplin sekolah di wilayah masing-masing.
Perhitungan:

50000
F= 400000
𝑥 100 % = 12, 5 %

atau P = 0,125

q = 1,00-0,125 = 0,875

Z ½ = 1,96 (pada derajat konfidensi 99% atau 0,05)

b = 5% atau 0,05

Dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut:

6
1,96 2
n≥ 0,125 x 0,875 ( )
0,05

n≥ 1.740,21 dibulatkan 1740 orang

Apabila proporsi di dalam populasi yang tersedia tidak diketahui


maka variasi

p dan q dapat mengganti dengan harga maksimum, yakni (0,50 ×


0,50 =0,25). Ukuran sampel yang harus diselidiki:

1,96 2
n≥ 0,25 ( )
0,05

n≥ 384

2. Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan Tabel Krejcie

Salah satu teknik untuk menghitung jumlah sampel minimal yang


harus dijadikan sasaran penelitian adalah dengan menggunakan tabel
Krejcie. Krecjie dalam melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan
atas kesalahan 5%. Jadi sampel yang diperoleh itu mempunyai
kepercayaan 95% terhadap populasi. Tabel Krecjie ditunjukkan dalam
tabel di bawah ini. Dari tabel itu terlihat bila jumlah populasi 100 maka
sampelnya 80, bila populasi 1000 maka sampelnya 278, bila populasinya
10.000 maka sampelnya maka sampelnya 370, dan bila jumlah populasi
100.000 maka jumlah sampelnya 384. Dengan demikian makin besar
populasi makin kecil prosentase sampel. Oleh karena itu tidak tepat bila
ukuran populasinya berbeda prosentase sampelnya sama, misalnya 10%.

TABEL KRECIIE

7
Contoh penghitungan:

Penelitian akan dilakukan terhadap iklim kerja suatu


organisasi. Sumber data yang digunakan adalah para pegawai yang
ada pada organisasi tersebut (populasi). Jumlah pegawainya 1000
terdiri atas lulusan S1 = 50 orang, Sarjana muda = 300, SMK = 100,
SD = 50 (poplasi berstrata). Jumlah populasi = 1000. Bila kesalahan
5%, maka jumlah sampelnya = 278. Karena populasi berstrata, maka
sampelnya juga berstrata. Stratanya menurut tingkat pendidikan.
Dengan demikian masing-masing sampel untuk tingkat pendidikan
harus proporsional sesuai dengan populasi. Jadi jumlah sampel
untuk:

8
50
S1 = 1000
𝑋278 = 13, 90 = 14

300
SM = 1000
𝑋278 = 83, 40 = 83

500
SMK = 1000
𝑋278 = 13, 90 = 14

50
SMP = 1000
𝑋278 = 139

100
SD = 1000
𝑋278 = 27, 80 = 28

Jadi jumlah sampelnya = 14 + 83 + 139 + 28 + 14 = 278

Pada perhitungan yang terdapat koma dibulatkan ke atas sehingga


jumlah sampelnya lebih 278 yaitu 280. Hal ini lebih aman daripada
kurang dari 278.

3. Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan Nomogram Harry King

Harry King menghitung sampel tidak hanya didasarkan atas


kesalahan 5% saja, tetapi bervariasi sampai 15%. Tetapi jumlah populasi
paling tinggi hanya 2000. Nomogram ini ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Dari gambar tersebut diberikan pula contoh bila populasi 200,
kepercayaan sampel dalam mewakili populasi 95%, maka jumlah
sampelnya sekitar 58% dari populasi. Jadi 0,58 × 200 = 116. Bila populasi
800, kepercayaan sampel 90% atau kesalahan 10%, maka jumlah sampel =
7,5% dari populasi. Jadi 0,075 × 800 = 60. terlihat di sini semakin besar
kesalahan akan semakin kecil jumlah sampel. Gambar Nomogram Harry
King di bawah ini.

9
Contoh:

Misal populasi berjumlah 200. Bila dikehendaki kepercayaan


sampel terhadap populasi 95% atau tingkat kesalahan 5%, maka
jumlah sampel yang diambil 0,58 × 200 = 16 orang. (Tarik dari
angka 200 melewati taraf kesalahan 5%, maka akan ditemukan titik
di atas angka 60. Titik itu kurang lebih 58).

F. Pertimbangan Dalam Memilih Teknik Sampling

Prof. Dr. S. Nasuiton M.A. mengemukakan beberapa hal yang bisa


menjadi dasar kita dalam pemilihan metode sampling yaitu:

1. Tujuan penelitian
Jika ingin mencapai generalisasi yang berlaku bagi keseluruhan
populasi, maka perlu dipakai sampling acakan atau random. Kalau
memperoleh kesan umum dalam waktu singkat dapat digunakan
non-probability sampling.

10
2. Pengetahuan tentang populasi
Bila tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai populasi,
sampling acakan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Pada taraf
permulaan diadakan studi eksploratif dengan non-probability sampling,
kemudian setelah diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang populasi
baru digunakan sampling acakan.
3. Kesediaan untuk menjadi populasi sampel
Sampel sering timbul kesulitan dalam mendapatkan kesediaan orang
untuk dijadikan sampel.
4. Jumlah biaya yang tersedia untuk penelitian
5. Besar populasi
Bila populasi sangat besar maka sampling daerah yang paling serasi. Jika
populasi kecil ada kemungkinan bagi sampling jenuh atau padat.
6. Fasilitas yang tersedia seperti komputer, kalkulator.
G. Teknik Sampling

1. Probability Sampling

Teknik probability sampling atau random sampling memberikan


hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan
dipilih menjadi sampel, sehingga dalam pengambilan sampe tanpa
pilih-pilih, didasarkan pada prinsip matematis yang telah diuji dalam
praktek. Pengambilan sampel dengan cara random hanya dapat dilakukan
jika keadaan populasi homogen. Menurut Narbuko Cholid dan Abu
Achmadi (2013:111) teknik random sampling dipandang sebagai teknik
sampling paling baik dalam penelitian.

Setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi, diberi nomor urut


mulai dari 1 sampai dengan banyaknya subjek. Dalam pengambilan
sampel biasanya peneliti sudah menentukan terlebih dahulu besarnya
jumlah sampel. Untuk menentukan besarnya sampel, peneliti harus
melakukan berbagai timbangan, seperti keberagaman karakteristik (jenis
kelamin, usia, tingkat pendidikan, suku, agama dan lain-lain).

11
Prosedur random sampling menurut Narbuko Cholid dan Abu
Achmadi (2013:111) yaitu cara undian, cara ordinal, dan cara randomisasi
dari tabel bilangan random. Misalnya sebuah populasi terdiri 1.000 orang
dan sampelnya ditentukan 200 orang. Setelah seluruh subjek diberi nomor,
yaitu 1 sampai dengan 1.000 maka sampel random dilakukan dengan cara:
a. Cara undian
Pada kertas kecil dituliskan nomor subjek, satu nomor untuk tiap
kertas. Kemudian kertas tersebut digulung, karena ditentukan jumlah
sampel sebanyak 200 orang maka diambil 200 kertas gulungan.
Nomor yang tertera dalam gulungan kertas yang terambil merupakan
nomor subjek sampel penelitian.
b. Cara ordinal
1.000 orang subjek diberi nomor, kemudian dibuat 5 gulungan kertas
dengan nomor 1, 2, 3, 4, dan 5. Diambil satu, misalnya setelah dibuka
adalah nomor 3. Karena sampel yang digunakan 200 padahal populasi
ada 1.000 maka besarnya sampel seperlima dari populasi. Dengan
demikian diambil nomor dengan melompat setiap 5 subjek, mulai dari
nomor 3, lalu 8, 13, 18, 23 dan seterusnya. Kalau sudah sampai nomor
terbawah padahal belum diperoleh 200 subjek, maka dapat kembali ke
atas lagi. Nomor-nomor yang terambil itulah nomor subjek sampel
penelitian yang dipakai.
c. Menggunakan tabel bilangan random
Dalam buku statistika bagian belakang biasanya terdapat halaman
yang memuat angka-angka yang disusun secara acak. Angka tersebut
dapat dicari letaknya menurut baris dan kolom. Agar pengambilan
sampel terlepas dari subyektif, maka peneliti menuliskan
langkah-langkah yang akan diambil yaitu:
- Menjatuhkan ujung pensil, menemukan nomor baris
- Menjatuhkan ujung pensil kedua, menemukan nomor kolom.
Pertemuan antara baris dan kolom inilah nomor subjek ke-1

12
- Bergerak dari nomor tersebut 2 langkah ke kanan, menemukan
nomor subjek ke-2
- Bergerak ke bawah 5 langkah menemukan nomor subjek ke-3
- Bergerak ke kiri 2 langkah menemukan nomor subjek ke-4 dan
seterusnya sampai diperoleh jumlah subjek yang dikehendaki.

2. Non Probability Sampling

Menurut Sugiyono (2001: 60) nonprobability sampling adalah


teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Pernyataan serupa juga di kemukanan oleh Narbuko, Cholid dan H.


Abu Achmad (2013:114) non random sampling adalah cara pengambilan
sampel yang tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk
dipilih menjadi sampel.

Adapun teknik dalam non probabilitu sampling ini terdapat beberapa


perbedaan dari tiap sumber yang kami baca. Namun kami mencoba untuk
merangkum beberapa teknik yang umum ada. Sebelum kita membahas
lebih lanjut teknik-teknik tersebut kita lihat terlebih dahulu peta konsep
dari teknik ini menurut beberapa sumber

Cholid Narbuko dan Prof. Dr. S. Nasution, Sugiyono:


H.Abu Achmad : M.A
1. Proportional a. Sampling
Sampling 1. Sampling Sistematis
2. Stratified sitematis b. Sampling Kuota
Sampling 2. Sampling quota c. Sampling
3. Purposive 3. Sampling Aksidental
Sampling aksidental d. Sampling
4. Quota Sampling 4. Purposive Purposive
5. Double Sampling sampling e. Sampling Jenuh

13
6. Area Probability 5. Saturation f. Snowball
Sampling sampling Sampling
7. Cluster Sampling 6. Snowball
sampling

Dari perbedaan tersebut kami mencoba untuk menyederhanakan


menjadi beberapa teknik di antaranya adalah:

1. Purposive Sampling 5. Area Probability Sampling


2. Quota Sampling 6. Snowball sampling
3. Sampling aksidental 7. Sampling Sistematis
4. Sampling Jenuh 8. Double Sampling

Penjelasan dari teknik-teknik tersebut yaitu:

a. Sampling Purposive

Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purposive


adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Menurut Margono (2004: 128), pemilihan sekelompok subjek dalam
purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang
mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang
sudah diketahui sebelumnya. Menurut Suharsimi Arikunto
(2013:183), pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil
subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi
didasarkan atasa adanya tujuan tertentu. Dalam pengambilan sampel
ini ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu:

1) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat atau


karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.

14
2) Subjek yang diambil benar-benar merupakan subjek yang
paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada
populasi.
3) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di
dalam studi pendahuluan.

Dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan


kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan
penelitian. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kemampuan
siswa dalam menghitung, maka sampel yang dipilih adalah orang
yang suka dalam berhitung saja.

Keuntungan dari penggunaan teknik ini adalah sampel yang


dipilih sedemikian rupa, sehingga relevan dengan desain penelitian.
Selain itu cara ini relatif mudah untuk dilaksanakan dan sampel yang
dipilih adalah individu yang menurut peneliti dapat didekati.

Kelemahannya adalah tidak adanya jaminan sepenuhnya bahwa


sampel itu representatif seperti halnya dengan sampel acak atau
random, dan pertimbangan dalam penentuan populasi tidak bebas dari
unsur subjektifitas.

b. Sampling Kuota

Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling kuota


adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
Menurut Margono (2004: 127) dalam teknik ini jumlah populasi tidak
diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok.
Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu
terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit
sampling. Setelah jatah terpenuhi, pengumpulan data dihentikan.
Sebagai contoh, akan melakukan penelitian terhadap siswa yang

15
menyukai matematika, dan penelitian dilakukan secara kelompok.
Setelah jumlah sampel ditentukan 100, dan jumlah anggota peneliti
berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih
sampel secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan
(menyukai matematika) sebanyak 20 orang.

Adapun keuntungan dan kelemahan utama teknik ini menurut


Prof. Dr.S. Nasution,M.A yaitu : Keuntungan metode ini adalah
bahwa pelaksanaanya mudah, murah dan cepat, dan kelemahannya
yaitu adanya kecenderungan memilih orang yang mudah didekati
bahkan yang dekat dengan peneliti yang memungkinkan ada biasnya
dan tidak memiliki ciri yang esensial dari populasi.

c. Sampling Aksidental

Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan


kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono,
2001: 60).

Menurut Margono (2004: 127) menyatakan bahwa dalam teknik


ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti
langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.
Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai penguasaan
materi SMP dengan mempergunakan siswa SMA sebagai unit
sampling. Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap
orang SMA yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan
terpenuhi.

Menurut Prof. Dr. S. Nasution, M.A, sampel yang diambil dengan


teknik ini sama sekali tidak representatif sehingga tidak mungkin
diambil suatu kesimpulan yang bersifat generalisasi. Namun

16
keuntungan dari teknik ini adalah mudah, murah dan cepat untuk
dilakukan.

d. Sampling Jenuh

Menurut Sugiyono (2001: 61) sampling jenuh adalah


teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif
kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus,
dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

e. Area Sampel

Sampel ini memiliki kesamaan dengan proporsional sampel.


Perbedaannya terletak pada subpopulasi yang ditetapkan
berdasarkan daerah penyebaran populasi yang hendak diteliti.
Perbandingan besarnya sub populasi menurut daerah penelitian
dijadikan dasar dalam menentukan ukuran setiap sub sampel.
Misalnya, penelitian yang menggunakan guru SMP Negeri sebagai
unit sampling yang tersebar pada lima kota kabupaten. Setiap
kabupaten memiliki populasi guru sebanyak 500, 400, 300, 200 dan
100. Melihat populasi seperti itu, maka perbandingannya adalah
5:4:3:2:1. Jumlah sampel yang akan diambil 150. Dengan demikian
dari setiap kabupaten harus diambil sampel sebesar 50, 40. 30, 20 dan
10 orang

f. Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang


mula- mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih
teman- temannya untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2001:
61). Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama semakin besar.

17
Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan
snowball. Teknik sampel ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

g. Sampling Sistematis

Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling sistematis


adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi
yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut,
yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari
bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu
maka yang diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya
sampai 100.

Menurut Prof.Dr.S.Nasution, M.A. untuk mengambil sampel


dengan teknik ini caranya yaitu dengan:
1) Tentukan besar sampel yang diinginkan.
2) Selidiki jumlah populasi
3) Tentukan urutan yang menjadi dasar pilihan
4) Untuk menarik nama pertama cabut secara acakan

18
Keuntungan teknik ini adalah mudah untuk pelaksanaannya dan
cepat diselesaikan. Namun kelamahannya terletak pada individu yang
terletak diantara yang kesekian dan kesekian dikesampingkan,
sehingga cara ini tidak sebaik sampling acakan.

h. Teknik Double Sampling

Teknik double sampling menurut Suharsimi (2013:116) yaitu


pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar.
Yang dimaksud sampel kembar yaitu sampel yang diperoleh dengan
angket. Angket biasanya ada yang kembali dan ada yang tidak
kembali. Masing-masing kelompok dicatat, kemudian bagi angket
yang tidak kembali dipertegas dengan interview. Jadi sampling kedua
berfungsi mengecek sampling pertama (yang angketnya kembali).

Contoh:

Pengambilan sampel pada cross validasi, sampel pertama


menggunakan jumlah anggota yang lebih besar dan pada sampel
kedua yang berfungsi sebagai alat kontrol. Sampel yang diperoleh
dengan teknik ini disebut kembar (double sampel).

19
BAB III
PENUTUP

Populaasi merupkan keseluruhan objek penelitian, dalam penelitian


peneliti tidak dapat mengambil informasi atau data dari keseluruhan populasi
karena keterbatasan waktu dan biaya. Oleh karena itu peneliti mengambil sampel
atau perwakilan dari populasi untuk mengambil informasi atau data tersebut.
Dalam penentuan sampel ini pertlu mempertimbangkan derajat keseragaman
(degree of homogenity) dari populasi , presisi yang dikehendaki dari penelitian,
rencana analisis, tenaga, biaya dan waktu serta besar populasi.

Penentuan jumlah sampel ini menggunakan tiga cara yaitu peerhitungan


menurut Hadari Nawawi, Krecji dan Honogram. Banyak sedikitnya ini akan
mewakili populasi itu sendiri sehingga menghasilkan informasi atau data yang
dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu dalam menentukan sampel dapat
dilakukan dengan cara probability sampling dan nonprobability sampling.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (2013), Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik),


Jakarta: Renika Cipta.

Burhan Bungin, (2005), Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana.

Hadari Nawawi, (1983), Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah


Mada University Press.

Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta.

Narbuko, Cholid dan H.Abu Achmad, (2013), Metodologi Penelitian,


Jakarta:Bumi Akasara.

Nasution,S. 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta:Bumi Akasara

Sandjaja, B dan Albertus Heriyanto. 2006.Prosedur Penelitian. Jakarta : Prestasi


Pustakaraya.

Sugiyono, (2001) Statistika untuk Penelitian, Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

21

Anda mungkin juga menyukai