Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

METODE PENELITIAN
SAMPEL POPULASI DAN RANCANGAN PENELITIAN

:OLEH
KELOMPOK 3
Helmira Juniati / 20205011
Tuti Azizah / 20205032

:DOSEN PENGAMPU
Dra. Armiati, M.Pd.

PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Tuhan karena berkat limpahan karunia-Nya, kami dari
kelompok 3 dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.

Makalah yang berjudul “Populasi, Sampel dan Rancangan Penelitian” ini


disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Metode Penelitian di semester I.
Pada makalah ini, akan diuraikan tentang apa itu populasi, sampel, bagaimana
cara mengambil sampel, dan rancangan penelitian dalam penelitian kuntitatif di
bidang pendidikan.

Pada kesempatan kali ini, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada


semua pihak yang telah membantu dalam menyukseskan penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada makalah ini, oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk
perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

Padang, 5 Oktober 2020

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Populasi
1. Pengertian Populasi ...................................................................... 5
2. Pembagian Populasi....................................................................... 6
3. Contoh Populasi ............................................................................ 7
B. Sampel
1. Pengertian Sampel......................................................................... 8
2. Kriteria Dalam Pengambilan Sampel............................................ 9
3. Menentukan Ukuran Sampel......................................................... 12
4. Contoh Menentukan Ukuran Sampel............................................ 15
5. Cara Mengambil Anggota Sampel................................................ 19
C. Rancangan Penelitian Kuantitatif
1. Pengertian Rancangan Penelitian................................................... 23
2. Macam-macam Rancangan Penelitian .......................................... 25

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................... 33
B. Saran.................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum


tujuan penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan
pengembangan. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara
umum data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan dan mengantisipasi masalah.
Ada empat dimensi penelitian yang dapat dibedakan berdasarkan tujuan
penelitian, manfaat penelitian, waktu penelitian, dan teknik pengumpulan data.
Dimensi penelitian itu sendiri berdasarkan teknik pengumpulan data, jenis penelitian
dibedakan menjadi: penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Metode kuantitatif
adalah penerapan metode-metode ilmiah terhadap masalah-masalah rumit yang
muncul dalam pengarahan dan pengelolaan.
Dalam penelitian kuantitatif yang perlu dilakukan yaitu, mencari tahu tantang
populasi, sampel, dan rancangan penelitian yang seperti apa yang cocok untuk subuah
penelitian yang akan diteliti. Dengan demikian, pada makalah ini dijelaskan mengenai
populasi, sampel dan rancangan penelitian terutama pada penelitian dengan metode
kuantitatif.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa itu populasi, sampel dan rancangan penelitian ?
2. Bagaimana teknik dalam pengambilan sampel ?
3. Bagaimana kriteria rancangan penelitian kuantitatif?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui definisi populasi, sampel dan rancangan penelitian.
2. Mengetahui teknik dalam pengambilan sampel.
3. Mengetahui kriteria rancangan penelitian kuantitatif.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Populasi
1. Pengertian Populasi
Populasi dalam KBBI memiliki pengertian sejumlah orang atau penduduk
di suatu daerah, jumlah orang atau pribadi yang mempunyai ciri-ciri yang sama,
dan suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan
masalah penelitian. Menurut Djarwanto, populasi adalah jumlah keseluruhan dari
satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti, satuan-
satuan tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-
institusi, benda-benda, dst.1. Margono berpendapat bahwa populasi dalam
penelitian adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-
benda, hewan, tumbuhan-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-
peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu
penelitian2. Sedangkan menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas:obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya3.
Dari sekian pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa populasi
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek (bukan hanya
orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain) yang memiliki
kuantitatif dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.
2. Pembagian populasi
Populasi penelitian dapat dibedakan menjadi populasi "finit" dan populasi
"infinit".Populasi finit adalah suatu populasi yang jumlah anggota populasi secara
pasti diketahui, sedang populasi infinit adalah suatu populasi yang jumlah anggota
populasi tidak dapat diketahui secara pasti. Pada penelitian dengan judul Biaya
Hidup Mahasiswa Universitas PTS, misalnya, maka jumlah mahasiswa
Universitas PTS dapat diketahui dengan pasti, maka disebut dengan populasi finit.
1
Djarwanto, Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi, (Yogyakarta : Liberty, 1994),
h.67
2
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h 46.

3
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.

5
Sedang jikalau ada penelitian dengan judul "Analisis Pendapat dan Sikap
Konsumen terhadap Pelayanan Toko Bumi Murah", maka akan nampak bahwa
populasi penelitian adalah semua konsumen Toko Bumi Murah tersebut.
Sementara jumlah konsumen Toko Bumi Murah datanya tidak dapat diketahui,
maka jumlah populasi tidak dapat diketahui secara pasti. Oleh karena itu populasi
semacam ini disebut dengan populasi infinit.
Dengan meneliti semua mahasiswa dan atau semua konsumen toko
tersebut (contoh yang kemudian), tentu peneliti harus menyediakan waktu, tenaga
dari biaya yang besar. Oleh karena itu, peneliti dalam kegiatan penelitiannya
dibenarkan untuk menggunakan sampel (contoh) saja yang dapat mewakili
populasi penelitian tersebut.
Dengan demikian sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang
dijadikan subyek penelitian sebagai "wakil" dari para anggota populasi. Seperti
contoh judul penelitian yang pertama, tidak semua mahasiswa diteliti (dijadikan
subyek = responden = sumber data), akan tetapi dapat diambil sebagian untuk
mewakilinya. Begitu pula dengan contoh yang kedua, yang berarti tidak semua
konsumen menjadi responden penelitian, akan tetapi sebagian konsumen untuk
dapat mewakilinya. Penelitian semacam ini disebut dengan penelitian sampling.4
Tujuan diadakannya populasi ialah agar dapat menentukan besarnya
anggota sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya
daerah generalisasi.
Pada umumnya populasi dapat dibagi sebagai beirikut.
a. Populasi berdasarkan keadaannya:
1) Populasi Homogen: populasi dikatakan homogen apabila unsur-unsur dari
populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif seragam satu sama
lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan di bidang eksakta,
misalnya air, larutan, dsb. Apabila kita ingin mengetahui manis tidaknya
secangkir kopi, cukup dengan mencoba setetes cairan kopi tersebut. Setetes
cairan kopi sudah bisa mewakili kadar gula dari secangkir kopi tersebut.
2) Populasi Heterogen: populasi dikatakan heterogen apabila unsur-unsur
dari populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif berbeda satu
sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan dalam penelitian
sosial dan perilaku, yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam
4

6
kehidupan manusia yang bersifat unik dan kompleks. Misalnya, apabila
kita ingin mengetahui rata-rata IQ mahasiswa Unpad angkatan 2009
(berarti rata-rata dari semua Fakultas). Jelas, rata-rata IQ mahasiswa antar
Fakultas kemungkinan besar bervariasi, IQ mahasiswa Fakultas
Kedokteran relatif lebih tinggi dibanding dengan rata-rata IQ mahasiswa
Fakultas lainnya, sehingga kita bisa mengatakan bahwa populasi tersebut
keadaannya heterogen. Untuk mengatasi populasi yang heterogen dalam
melakukan penelitian, perlu adanya pengelompokan berdasarkan
karakteristiknya, sehingga dari populasi yang ada digrupkan dalam
beberapa kelompok, yang nantinya kelompok-kelompok tersebut akan
hogomen dalam kelompoknya, tetapi kelompok-kelompok tersebut sangat
heterogen diantara kelompkonya. Pada pemisalan sebelumnya, kelompok
identik dengan Fakultas.
b. Populasi berdasarkan ukurannya:
1) Populasi terhingga: Populasi dikatakan terhingga bilamana anggota
populasi dapat diperkirakan atau diketahui secara pasti jumlahnya, dengan
kata lain, jelas batas-batasnya secara kuantitatif, misalnya: Banyaknya
Mahasiswa Pendidikan Matematika Kelas A, Angkatan 2020, Tinggi
penduduk yang ada di kota tertentu, dan Panjang ikan di sebuah danau.
2) Populasi tak hingga: populasi dikatakan tak hingga bilamana anggota
populasinya tidak dapat diperkirakan atau tidak dapat diketahui
jumlahnya, dengan kata lain, batas-batasnya tidak dapat ditentukan secara
kuantitatif, misalnya: Air di lautan, Banyaknya pasir yang ada di Pantai
Pangandaran, Banyaknya anak yang menderita kekurangan gizi,
Kedalaman suatu danau yang diukur dari berbagai titik
Namun demikian, dalam praktek kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai
adanya populasi terhingga dianggap sebagai populasi tak terhingga, dan hal
seperti ini dibenarkan secara statistika, misalnya banyaknya orang Indonesia yang
merokok, banyaknya penduduk Indonesia sekarang, dan sebagainya.

3. Contoh populasi
Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini
merupakan populasi. Sekolah X mempunyai sejumlah orang/subyek dan obyek
yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah/kuantitas. Tetapi sekolah X

7
juga mempunyai karakteristik yang ada pada orang/subyek, misalnya motivasi
kerja, disiplin kerja, kepemimpinan, iklim organisasi dan lain-lain, dan juga
mempunyai karakteristik obyek yang lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja tata
ruang kelas, lulusan yang dihasilkan dan lain-lain, ini merupakan populasi dalam
arti karakteristik.
Satu orang-pun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu
mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi,
hobi, cara bergaul kepemimpinannya dan lain-lain. Misalnya akan melakukan
penelitian tentang kepemimpinan presiden Y maka kepemimpinan itu merupakan
sampel dari semua karakteristik yang dimiliki presiden Y.
Dalam bidang kedokteran, satu orang sering bertindak sebagai populasi.
Darah yang ada pada setiap orang adalah populasi, kalau akan diperiksa cukup
diambil sebgaian darah yang berupa sampel. Data yang diteliti dari sampel
tersebut, selanjutnya diberlakukan ke seluruh darah yang dimilki orang tersebut.
D. Sampel
1. Pengertian Sampel
Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).5
Bila sampel tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh
menyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah maka ia
menyimpulkan gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan gajah, maka
ia menyimpulkan gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang
ekornya, maka ia menyimpulken gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah kalau
sampel yang dipilih tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta itu yang
membuat kesimpulan salah tentang gajah.
2. Kriteria dalam pengambilan sampel
Menurut Hardani beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
5
Ibid., hlm. 81

8
a. Peneliti perlu menentukan dulu daerah generalisasinya. Banyak penelitian
menurun mutunya karena generalisasi kesimpulannya terlalu luas dan
menganggap sampel yang dipilihnya sudah mewakili populasi.
b. Berilah batas-batas yang tegas tentang sifat-sifat populasi. Populasi tidak harus
manusia, karena populasi dapat pula berupa benda-benda lainnya. Semua
benda-benda yang akan dijadikan populasi harus ditegaskan batas-batas
karakteristiknya, sehingga dapat menghindari kekaburan atau kebingungan.
c. Tentukan sumber-sumber informasi tentang populasi. Ada beberapa sumber
informasi yang dapat member petunjuk tentang karakteristik suatu populasi,
misalnya didapatkan dari dokumen-dokumen.
d. Pilihlah teknik sampling dan hitunglah besar anggota sampel yang sesuai
dengan tujuan penelitian.
e. Presisi yang dikehendaki dari penelitian6
Sedangkan proses penentuan sampel penelitian dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Tetapkan Luas Populasi
Langkah pertama dalam upaya menentukan sampel penelitian adalah
menentukan luas (besaran) populasi atau jumlah anggota populasi. Besaran
populasi dapat ditentukan atau dibatasi dengan judul penelitian. Misal pada
contoh judul Biaya Hidup Mahasiswa Universitas PTS, manakala seluruh
mahasiswa Universitas PTS dianggap terlalu luas, maka dapat disempitkan
dengan merubah judul penelitian menjadi "Analisis Biaya Hidup Mahasiswa
FMIPA Universitas PTS)". Dengan judul baru ini akan nampak bahwa jumlah
anggota populasi hanya mahasiswa FMIPS, sementara mahasiswa fakultas
yang lain tidak termasuk menjadi anggota populasi.
Di samping itu, dalam pengertian jumlah anggota populasi tersebut,
pada langkah yang pertama ini peneliti harus pula mampu menentukan sifat
populasi penelitian apakah populasi finit atau infinit. Kesemuanya ini akan
mempermudah dan dipergunakan pada langkah-langkah selanjutnya dalam
menentukan sampel penelitian ini.
b. Kenali Kualitas Anggota Populasi

6
Hardani, Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, (Yogyakarta: Penerbit Pustaka Ilmu Group., 2020),
Hlm. 363

9
Peneliti secara dini melakukan penelitian pendahuluan untuk
mengetahui dan mencermali kualitas dan atau ciri-ciri para anggota populasi.
Hal ini diperlukan agar peneliti mampu mengambil suatu kesimpulan apakah
keadaan anggota populasi cenderung homogen (seragam) atau cenderung
heterogen (beragam). Di samping itu, dengan mengenali ciri-ciri anggota
populasi ini, maka peneliti akan lebih mudah untuk menentukan langkah-
langkah selanjutnya, baik dalam upaya menentukan besarnya sampel (sampel
size) maupun dalam rangka memilih teknik pengambilan sampel penelitian.
c. Tetapkan Besaran Sampel (Sampel Size)
Pekerjaan selanjutnya adalah menentukan jumlah sampel yang akan
dipergunakan untuk mewakili anggota populasi dalam penelitian. Kiranya
belum terdapat standar baku sebagai patokan untuk menentukan jumlah
sampel penelitian yang representatif (mewakili) anggota populasi. Oleh karena
itu, uraian berikut merupakan faktor-faktor yang harus memperoleh perhatian
para peneliti dalam menentukan besaran (jumlah) sampel penelitian. Faktor-
faktor tersebut antara lain:
1) Tingkat homogenitas anggota populasi, artinya manakala anggota
populasi cenderung atau bersifat homogen, maka jumlah sampel kecilpun
sudah dapat dipertanggungjawabkan untuk mewakili populasi. Dan
sebaliknya makin heterogen, maka diperlukan jumlah sampel yang Icbih
banyak.
2) Presisi yang diharapkan peneliti, yaitu makin tinggi presisi yang
dikehendaki peneliti, maka diperlukan sampel yang makin besar. Presisi
adalah derajat perbandingan hasil yang didapat dari sampel dengan hasil
yang didapat dari populasi yang secara statistik dikenal adanya standard-
error. Atau dengan lebih barangkali tingkat keakuratan yang dikehendaki
peneliti, dalam menggambarkan hasil penelitian.
3) Rancangan analisis data penelitian. Jumlah sampel harus menjamin bahwa
data yang diperoleh akan dapat dianalisis dengan rancangan analisis data,
baik secara deskriptif maupun analisis statistik. Misalnya, peneliti akan
melakukan analisis kai/chi kuadrat dari besamya biaya hidup mahasiswa
dengan latar belakang pekerjaan orang tuanya, dan jikalau latar belakang
orang tua mahasiswa terbagi menjadi (misal) pegawai, wiraswasta, petani
dan ABRI, makajangan sampai masing-masing item pekerjaan tersebut,

10
terjadi kekosongan sampelnya. Jadi harus dapat terwakili dalam sampel
masing-masing jenis pekerjaan tersebut.
4) Ketersediaan dana, waktu dan tenaga penelitian. Kendala seperti ini
kadang-kadang menjadi pertimbangan utama, namun bagi para peneliti hal
ini diharapkan bukan merupakan kendala yang sangat menentukan,
apalagi bagi peneliti-peneliti pemula. Sebagai petunjuk kiranya beberapa
buku acuan telah menyebutkan pedoman tentang jumlah sampel ini. Masri
Singarimbun dan Sofian Effendi serta Nasution menyebutkan jumlah
sampel penelitian tidak boleh kurang dari 10 %. Scdang Winamo
Surakhmad menyebutkan populasi dengan jumlah 100, maka jumlah
sampel sebanyak 50 % nya bila jumlah anggota populasi 1.000, maka
jumlah sampel 15 % nya sudah dapat dibenarkan.
5) Langkah yang terakhir di dalam menentukan sampel, penelitian adalah
menentukan teknik pengambilan sampel penelitian.
3. Teknik dalam pengambilan sampel (Sampling)
Menurut Murgono teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel
yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data
sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar
diperoleh sampel yang representatif7. Sedangkan menurut Sugiyono teknik
sampling merupakan teknik pengambilan sampel8. Untuk menentukan sampel
yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan. Seperti :

a. Probability Sarnpling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel9. Teknik ini meliputi, simple random
sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified
random, sampling area (cluster) sampling (sampling menurut daerah).

7
Murgono., Op.Cit., hlm.

8
Sugiyono, Op.Cit.,hlm. 81

9
Sugiyono., Op.Cit., hlm.82

11
1) Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap
homogen. Cara pemilihan dilakukan dengan menggunakan undian/lotre, yang
nama-namanya ditempatkan dalam suatu wadah, dan wadah tersebut dikocok-
kocok. Keuntungan menggunakan metode ini ialah anggota sampel mudah dan
cepat diperoleh, sedangkan kelemahannya ialah kadang-kadang tidak
mendapatkan data yang lengkap dari populasinya10. Contohnya, "Jumlah siswa
disebuah kelas di SMA Jakarta yang akan diteliti kemampuan pemecahan
masalah matematisnya dipilih secara acak. Simple random sampling ini bisa
dilakukan melalui undian, tabel bilangan random atau dengan acak sistematis.
Syarat untuk dapat dilakukan teknik simple random sampling adalah :
a) Anggota populasi tidak memiliki strata sehingga relatif homogen.
b) Adanya kerangka sampel yaitu merupakan daftar elemen-elemen populasi
yang dijadikan dasar untuk pengambilan sampel.
Tahapan yang dilakukan dalam menarik sampel teknik random
sederhana adalah:
a) Membentuk kerangka sampel dan kemudian memberi nomor urut seluruh
unsur yang ada dalam kerangka sampel
b) Memelih unsur yang akan dijadikan sampel dengan cara undian atau
menggunakan tabel angka acak.

Populasi
Diambil secara acak Sample
homogen
yang
/relatif Random representif
homogen

Gambar 2.1 Teknik Simple Random Sampling


2) Proportionate Stratified Random Sampling
10
Hardani., Op.Cit., hlm 365

12
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang
tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang
mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka
populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1 = 45,
S2 = 30, STM = 800, ST = 900, SMA = 400, SD = 300. Jumlah sampel yang
harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut11.

Sampel yang
Populasi
Representatif

Diambil secara random

Proposional

Gambar 2.2 Teknik Stratified Random Sampling


Contoh:
Kita akan menarik sampel sebanyak 50 orang dari suatu populasi penduduk
dengan karakteristik: lulusan SD 20 orang, lulusan SMP 40 orang, lulusan
SMA 55 orang dan lulusan PT 15 orang.
Populasi seluruhnya = 130 orang
20
Sampel lulusan SD ¿ ×50=7,69 ≈ 8
130
40
Sampel lulusan SMP¿ ×50=15,38 ≈15
130
55
Sampel lulusan SMA ¿ ×50=21,15 ≈ 21
130
15
Sampel lulusan PT¿ ×50=5,77 ≈ 6
130
Pembulatan dilakukan mengingat jumlah orang memiliki variabel diskret.
Tahapan dalam melaksanakan teknik Proportionate Stratified Random
Sampling secara umum sebagai berikut.
a) Tentukan karakteristik/lapisan/kelompok populasi
b) Tentukan sampel dari setiap lapisan kelompok
c) Pilihlah anggota sampel dari setiap lapisan/kelompok dengan bantuan
teknik penarikan sampel acak sederhana atau sistematis

11
Sugiyono., Op.Cit., hlm. 83

13
Keuntungan menggunakan cara ini ialah anggota sampel yang diambil
lebih representatif. Kelemahannya ialah lebih banyak memerlukan usaha
pengenalan terhadap karakteristik populasi12.
3) Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan Jumlah sampel, bila populasi
berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu
mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang
SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S3, dan empat orang S2 itu
diambil semuanya sebagai sarnpel. Karena dua kelompok terlalu kecil bila
dibandingkan dengan kclompok S1, SMU dan SMP.
Contoh : Kita akan menarik sampel sebanyak 15 orang dari suatu populasi
penduduk dengan karakteristik: lulusan SD 20 orang, lulusan SMP 60 orang,
lulusan SMA 66 orang, dan lulusan PT 4 orang. Jika kita menggunakan cara
proporsional, maka akan diperoleh sebagai berikut
Populasi seluruhnya = 150 orang
20
Sampel lulusan SD ¿ ×15=2≈ 2
150
60
Sampel lulusan SMP¿ ×15=6 ≈ 6
150
66
Sampel lulusan SMA ¿ ×15=6,60 ≈ 7
150
4
Sampel lulusan PT¿ ×15=0,40 ≈ 0
150

Dengan cara proporsional, kita tidak akan memperoleh sampel lulusan PT


sehingga kita dapat menggunakan cara nonproposional agar semua lapisan
dapat terwakili, dengan cara sebagai berikut.
Sampel lulusan SD = 2
Sampel lulusan SMP = 5
Sampel lulusan SMA = 7
Sampel lulusan PT = 1
Setelah ditentukan jumlah sampel dari setiap lapisan, tentukan anggota sampel
berdasarkan acak sederhana atau sistematis.
4) Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila
obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari
suatu negara, provinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana

12
Hardani, Op.Cit., hlm. 366

14
yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan
daerah populasi yang telah ditetapkan.
Misalnya di Indonesia terdapat 30 propinsi dan sampelnya akan
menggunakan 15 provinsi, maka pengambilan 15 provinsi itu dilakukan secara
random. Tetapi perlu diingat, karena provinsi-provinsi di indonesia itu
berstrata (tidak sama), maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan
stratified random sampling. Provinsi di indonesia ada yang penduduknya
padat, ada yang tidak, ada yang mempunyai hutan banyak ada yang tidak, ada
yang kaya bahan tambang ada yang tidak. Karakteristik semacam ini perlu
diperhatikan sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi itu dapat
diterapkan13. Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap,
yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya
menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.
Keuntungan menggunakan teknik ini adalah: (1) dapat mengambil populasi
besar yang tersebar didaerah, (2) pelaksanaanya lebih mudah dan murah
dibandingkan teknik lainnya. Kelemahannya ialah (1) jumlah individu dalam
setiap pilihan tidak sama, (2) ada kemungkinan penduduk satu daerah
berpindah ke daerah lain tanpa sepengetahuan peneliti, sehingga penduduk
tersebut mungkin menjadi anggota rangkap sampel penelitian14.
Populasi daerah Tahap I
Tahap II
A B
C Diambil dengan A C Diambil dengan
E D
D
F random random
F
I
G
Gambar 2.3 Teknik Cluster Sampling
H
b. Nonprobability Sampling
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populası untuk dipilih menjadi sampel.15 Teknik ini dapat dilakukan dengan
mudah dalam waktu yang sangat singkat. Namun kelemahan teknik ini adalah

13
Sugiyono, Op.Cit., hlm 84

14
Hardani., Op.Cit., hlm 367

15
Sugoyono, Op.Cit., hlm 84

15
hasilnya tidak dapat diterima dan berlaku bagi seluruh populasi, karena
sebagain besar dari populasi tidak dilibatkan dalam penelitian16. Teknik
sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh,
snowball.
1) Sampling Sistematis
Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota
populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor
urut, yaitu nomor I sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan
tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil
sebagai sampel adaiah nomor 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.
Keuntungan dari teknik ini adalah mudah dalam pelaksanaannya dan cepat
diselesaikan. Kelemahannya ialah populasi yang berada diantara yang
kesekian dan kesekian dikesampingkan, sehingga cara ini tidak sebaik
sampling acakan.17
POPULASI
1 11 21 31
Diambil secara
2 12 22 32 SAMPEL
sistematis
3 13 23 33 3 24
4 14 24 34 6 27
5 15 25 35 9 30
6 16 26 36 12 33
7 17 27 37 G 15 36
8 18 28 38 18 39
9 19 29 39 21
10 20 30 40

Gambar 2.4. Sampling Sistematis No Populasi Kelipatan Tiga


yang diambil (3, 6, 9, dan seterusnya)

2) Sampling Kuota
Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai
contoh, kita akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap
pelayanan masyarakat dalam urusan ljin Mendirikan Bangunan. Jumlah
sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum didasarkan
16
Hardani, Op.Cit., hlm 367

17
Ibid., hlm. 367

16
pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena
belum memenuhi kuota yang ditentukan.
Bila pengumpulan data dilakukan secara Kelompok yeng terdiri atas 5
orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat
menghubungi 100 orang anggota sampel atau 5 orang tersebut harus dapat
mencari data dari 500 anggota sampel.
3) Sampling Insidental
Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data.18 Misalnya jika kita ingin meneliti
tentang pendapat siswa SMA tentang materi trigonometri. Kita tidak boleh
memiliki asumsi semua siswa SMA sudah belajar trigonometri. Akan tetapi,
yang dapat memberikan pendapat adalah mereka yang telah mempelajari
trigonometri tersebut, sehingga cara yang paling mudah adalah menemui siswa
SMA yang baru saja mempelajari trigonometri.Keuntungan menggunakan
teknik ini adalah murah, cepat dan mudah.Kelemahannya adalah kurang
representatif.19
4) Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas
makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan atau
penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber
datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan
untuk penelitian kualitatıf atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan
generalisasi.
5) Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai Sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel
jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
18
Sugiyono, Op.Cit., hlm. 84

19
Hardani, Op.Cit., hlm 367

17
6) Snowball Sampling
Snowbal sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar lbarat bola salju yang menggelinding
yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama
dipilih satu atau dua orang, tetapi Karena dengan dua orang ini belum merasa
lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang
dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua
orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin
banyak. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel Purposive dan
Snowball. Misalnya akan menelti siapa provokator kerusuhan, maka akan
cocok menggunakan Purposive dan Snowball sampling. Kelemahannya adalah
penanganannya sulit sekali dikendalikan jika jumlah sampel melebihi 100
orang20.
Sampel Pertama

Pilihan A
Pilihan B Pilihan C

Gambar 2.5 Snowball Sampling


Contoh cara pelaksanaan teknik snowball sampling ditunjukkan pada
penelitian terhadap tunawisma di Jakarta. Pada awalnya sulit sekali
menemukan tunawisma hanya berdasarkan wilayah, namun setelah ditemukan
satu atau lebih tunawisma di suatu area, maka dengan mudah dapat ditemukan
tunawisma-tunawisma lain sebagai sampel melalui teknik sampling snowball.
Prosedur pelaksanaan teknik snowball sampling dapat dilakukan
bertahap dengan wawancara mendalam dan kuesioner. Dalam mewawancara
responden, seorang Interviewer harus memiliki kejujuran, kesabaran, rasa
empati, dan semangat yang tinggi dengan tujuan untuk menghasilkan data
yang dibutuhkan. Wawancara mendalam dilakukan dengan sejumlah daftar
pertanyaan. Umumnya wawancara lapangan ini memiliki karakteristik awal
dan akhir yang tidak terlihat jelas. Pertanyaan yang diajukan disesuaikan
dengan kondisi dan situasi di lapangan. wawancara lebih banyak bersifat
informal dan fleksibel, mengikuti norma yang berlaku pada setting lokal,
20
Hardani, Op.Cit., hlm 368

18
kadang diselipkan dengan canda-tawa yang dapat mencairkan suasana dan
membina hubungan yang erat serta meningkatkan kepercayaan individu yang
diteliti. Menurut Neuman (2003), konteks sosial dan setting wawancara perlu
ditulis dalam catatan lapangan dan dilihat sebagai hal yang penting untuk
mendukung penafsiran makna.
4. Menentukan Ukuran Sampel
Ukuran sampel (sample size) adalah banyaknya individu, subyek atau
elemen dari populasi yang diambil sebagai sampel 21. Jumlah anggota sampel
sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100%
mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi
bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000
orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama
dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel
mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan
sebaliknya makin kecil Jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar
kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam
penelitian? Jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang
dikehendaki. Tingkat ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung
pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan
maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin
kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar Jumlah anggota sampel yang
diperlukan sebagai sumber data.
Berikut ini diberikan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu
yang dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan, 1 %, 5%,
dan 10%. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui

γ 2 . N . P .Q
jumlahnya adalah sebagai berikut.X s= 2 2
d ( N−1 ) + γ . P .Q

Keterangan:
γ 2= taraf kesalahan (1%, 5%, 10%).
P = Peluang benar 0,5

21
Husaini Usman, Purnomo, Metode Penelitian Sosial, ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2001), hlm. 46

19
Q = Peluang salah 0,5
d = Derajat Kebebasan = 0,05.
s = Jumlah Sampel
Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel dari populasi
mulai dari 10 sampai dengan 1.000.000. Dari tabel Isaac dan Michael terlihat
bahwa, makin besar taraf kesalahan, maka akan semakin kecil ukuran sampel.
Sebagai contoh: untuk populasi 1000, untuk taraf kesalahan 1%, jumlah
sampelnya = 399; untuk taraf kesalahan 5% Jumlah sampelnya = 258, dan untuk
taraf Kesalahan 10%, jumlah sampelnya = 213. Dari tabel juga terlihat bahwa bila
Jumlah populasi tak terhingga, maka jumlah anggota sampelnya untuk kesalahan
1% = 664, 5% = 349, dan 10%, 272. Untuk jumlah populasi 10 Jumlah anggota
sampel sebenarnya hanya 9,56 tetapi dibulatkan, sehingga menjadi 10.
Cara menentukan ukuran sampel seperti yang dikemukakan di atas
didasarkan atas asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Bila sampel tidak
berdistribusi normal, misalnya populasi homogen maka cara-cara tersebut tidak
perlu dipakai. Misalnya populasinya benda, katakan logam dimana susunan
molekulnya hoinogen, maka jumlah sampel yang diperlukan 1% saja sudah bisa
mewakili.
Sebenarnya terdapat berbagai rumus untuk menghitung ukuran sampel,
rnisalnya dari Cochran, Cohen dll. Bila keduanya digunakan untuk menghitung
ukuran sampel, terdapat sedikit perbedaan jumlahnya. Lalu yang dipakai yang
mana? Sebaiknya yang dipakai adalan Jumlah ukuran sampel yang paling besar.
Selanjutnya pada gambar 2.7 berikut ini diberikan cara menentukan
Jumlah anggota sampel dengan menggunakan Nomogram Herry King seperti
berikut ini.

20
Gambar 2.7 Nomogram Harry King Untuk Menentukan Ukuran Sampel Dari
Populasi Sampai 2000
Dalam Nomogram Herry King tersebut, jumlah populasi maksimum 200,
dengan taraf kesalahan yang bervariasi, mulai 0,3% sampai dengan 15%, dan
faktor pengali yang disesuaikan dengan taraf kesalahan yang tentukan. Dalam
nomogram terlihat untuk confident interval (interval kepercayaan) 80% faktor
pengalinya = 0,780, untuk 85% faktor pengalinya 0,/85; untuk 99% faktor
pengalinya = 1,195 dan untuk 99% faktor pengalinya = 1,573.
Contoh:
Misalnya populasi berjumlah 200. Bila dikehendaki kepercayaan Sampel
terhadap populasi 95% atau tingkat kesalahan 5%, maka jumlah sampel yang
diambil 0,58 x 200 x 1,195 = 19,12 orang. (Tarik dari angka 200 melewati
taraf kesalahan 5%, maka akan ditemukan titik di atas angka 60. Titik itu
kurang lebih 58, untuk kesalahan 5% berarti taraf kepercayaan 95%, sehingga
faktor pengalinya = 1,195).
5. Contoh Menentukan Ukuran Sampel
Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok
masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah tertentu.
Kelompok masyarakat 1tu terdiri 1000 Orang. yang dapat dikelompokkan
berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S, = 50. Sarjana Muda = 300, SMK
= 500, SMP = 100, SD = 50 (populasi berstrata).
Dengan menggunakan tabel Isaac dan Morgan, bila jumlah populasi =
1000, kesalahan 5%, maka jumlah sampelnya = 258. Karena populasi berstrata,
maka sampelnya juga berstrata. Stratanya ditentukan nenurut jenjang pendidikan.

21
Dengan demikian masing-masing sampel untuk tingkat pendidikan harus
proporsional sesuai dengan populasi. Berdasarkan perhiungan dengan cara
berikut ini jumlah sampel untuk kelompok SI = 14, Sarjana Muda (SM) = 83,
SMK = 139, SMP = 14, dan SD = 28.
SI = 50/1000 x 258 = 13,9 = 12,9
SM = 300/1000 x 258 = 83,40 = 77,4
SMK = 500/1000 x 258 = 139,0 = 129
SMP = 100/1000 x 258 = 27, = 25,8
SD = 50/1O x 258 = 13,91 = 12,9
Jumlah = 258
Jadi jumlah sampelnya = 12,9 + 77,4 + 129 + 25,8 + 12,9 = 258. Jumlah
yang pecalhan bisa dibulatkan ke atas, sehingga jumlalı Sampel meenjadi 15 + 78
+ 129 + 20 + 13 = 259.
Pada perhitungan yang menghasilkan pecahan (terdapat koma) sebaiknya
dibulatkan ke atas sehingga jumlah sampelnya lebih 259. Hal ini lebih aman
daripada kurang dari 258. Gambaran jumiah populasi dan sampel dapat
ditunjukkan pada gambar 2.5 berikut:

Gambar 2.5 Sampel yang diambil dari populasi berstrata dengan kesalahan 5%
Roscoe dalam buku Research Methods For Business (1982; 253)
memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini:
a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan
500.
b. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-
swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi
atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari
jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen
+ dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50.

22
d. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing
antara 10 s/d 20.
6. Cara Mengambil Anggota Sampel
Probability Sampling adalah teknik sampling yeng memberi peluang sama
kepada anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara demikian sering
disebut dengan random sampling, atau cara pengambilan sampel secara acak.
Pengambilan sampel secara random/acak dapat dilakukan dengan bilangan
random, komputer, maupun dengan undian. Bila pengambilan dilakukan dengan
undian, maka setap anggota populasi diberi nomor terlebih dahulu, sesuai dengan
Jumlan anggota populasi.
Karena teknik pengambilan sampel adalah random, maka setiap anggota
populasi mempunyai peluang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Untuk
contoh diatas peluang setiap anggota populasi demikian cara pengambilannya bila
nomor satu telah diambil, maka perlu dikembalikan lagi, Kalau tidak dikembalikan
peluangnya menjadi tidak lagi. Misalnya nomor pertama tidak dikembalikan lagi
maka berikutnya menjadi 1: (1000)= 1/999. Peluang akan semakin besar bila yang
telah diambil tidak dikembalikan. Bila yang telah diambi keluar lagi, dianggap tidak
sah dan dikembalikan lagi.
C. Rancangan Penelitian Kuantitatif
Penggolongan jenis penelitian menurut rancangan, dibagi menjadi 5 macam
penelitian yaitu:
1. Penelitian Korelasional (correlational research)
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-
variasi pada suatu faktor berhubungan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih
faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Adapun ciri-ciri penelitian
korelasional adalah:
a. Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit
dan / atau tidak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tidak dapat di
manipulasi.
b. Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan
hubungannya saling secara serentak dalam keadaan realistiknya.
c. Apa yang diperoleh adalah taraf atau tinggi rendahnya saling berhubungan dan
bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.

23
Contoh penelitian korelasional yang umum dilakukan:
a. Studi yang mempelajari saling hubungan antara skor pada test masuk
perguruan tinggi dengan indeks prestasi.
b. Studi analisis faktor mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan,
pendidikan, dan status sosial dengan pemilihan jenis persalinan di desa
tertinggal.
2. Penelitian Kausal-Komparatif (causal-comparative research)
Tujuan penelitian kausal-komparatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab-akibat dengan berdasarkan atas pengamatan terhadap akibat yang
ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data
tertentu. Hal ini berlainan dengan metode eksperimental yang mengumpulkan
datanya pada waktu kini dalam kondisi yang dikontrol. Penelitian kausal-
komperatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian
yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Penelitian yang bersifat ex post facto
merupakan suatu penelitian yang meneliti peristiwa yang telah terjadi dengan cara
mengurut kebelakang melalui data-data atau informasi-informasi yang mendahului
atau menentukan sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang di teliti. Peneliti
mengambil satu atau lebih akibat sebagai “dependent variable” dan menguji data
itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling
hubungan, dan maknanya.
3. Penelitian Eksperimental-Sungguhan (true-experimental research)
Tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk menyelidiki
kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu
atau lebih kelompok eksperimental dengan satu atau lebih kondisi perlakuan dan
memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak
dikenai kondisi perlakuan. Ciri utama dari penelitian eksperimen meliputi:
a. Pengaturan variabel-variabel dan kondisi-
kondisi eksperimental secara tertib-ketat, baik dengan kontrol atau manipulasi
langsung maupun dengan randomisasi (pengaturan secara rambang).
b. Secara khas menggunakan kelompok kontrol
sebagai “garis dasar” untuk dibandingkan dengan kelompok (kelompok-
kelompok) yang dikenai perlakuan eksperimental.
c. Memusatkan usaha pada pengontrolan varians
dengan cara: pemilihan subyek secara acak, penempatan subyek dalam

24
kelompok-kelompok secara rambang, dan penentuan perlakuan eksperimental
kepada kelompok secara rambang.
d. Validitas internal merupakan tujuan pertama
metode eksperimental.
e. Tujuan ke dua metode eksperimental adalah
validitas eksternal.
f. Dalam rancangan eksperimental yang klasik,
semua variabel penting diusahakan agar konstan kecuali variabel perlakuan
yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
4. Penelitian Eksperimental-Semu (quasi-experimental research)
Tujuan penelitian eksperimental-semu adalah untuk memperoleh informasi
yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Si peneliti
harus dengan jelas mengerti kompromi apa yang ada pada validitas internal dan
validiti eksternal rancangannya dan berbuat sesuai dengan keterbatasan-
keterbatasan tersebut.
Ciri penelitian eksperimen semu meliputi:
a. Penelitian eksperimental-
semu secara khas mengenai keadaan praktis, yang di dalamnya adalah tidak
mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa
dari variabel tersebut.
b. Subyek penelitian adalah
manusia, misalnya dalam mengukur aspek minat, sikap, dan perilaku.
c. Tetap dilakukan
randomisasi untuk sampel, sehingga validitas internal masih dapat dijaga.
5. Penelitian Tindakan (action research)
Penelitian tindakan adalah suatu penelitian dengan melakukan tindakan
terhadap suatu kelompok orang atau masyarakat dengan tujuan untuk menjadikan
perubahan terhadap situasi, perilaku, dan/atau organisasi, mekanisme kerja, akhir
kerja dan sebagainya.
Penelitian tindakan bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan
baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan

25
penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain.Contoh penelitian
tindakan misalnya adalah:
a. Penelitian tentang pelaksanaan suatu program inservice training untuk
melatih para konselor bekerja dengan anak putus sekolah;
b. Penelitian untuk menyusun program penjajagan dalam pencegahan
kecelakaan pada pendidikan pengemudi;
c. Penelitian untuk memecahkan masalah apatisme dalam penggunaan
teknologi modern atau metode menanam padi yang inovatif.
Ciri penelitian tindakan adalah:
a. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.
b. Menyediakan rangka-kerja yang teratur untuk pemecahan masalah dan
perkembangan baru.
c. Penelitian mendasarkan diri kepada observasi aktual dan data mengenai
tingkah laku, dan tidak berdasar pada pendapat subyektif yang didasarkan
pada pengalaman masa lampau.
d. Fleksibel dan adaptif, membolehkan perubahan selama masa penelitiannya
dan mengorbankan kontrol untuk kepentingan on-the spot experimentation
dan inovasi.
Contoh penelitian pendekatan ini adalah umpamanya disalah satu kelas dari
sebuah SMA di kota ini, terlihat siswa-siswanya kurang acuh/kurang memperhatikan
penjelasan yang disampaikan guru Matematika. Setelah ditelusuri hal ini mungkin
disebabkan oleh strategi yang dipakai oleh guru yang bersangkutan kurang dapat
menarik pehatian mereka. Kemudian guru tersebut melakukan suatu tindakan,
umpamanya dalam proses pembelajarannya ia memakai media pengajaran yang dapat
memikat perhatian siswa, umpamanya membawa objek yang sesungguhnya kedalam
kelas atau menggunakan slide proyektor dan sebagainya. Dengan demikian guru sudah
melakukan suatu tindakan. Akibat dari tindakan ini, murid-murid yang semula banyak
yang tidak/kurang memperhatikan penjelasan dari guru matematika tadi, menjadi
kurang jumlahnya. Dengan demikian situasi kelas telah berubah.
Terdapat beberapa bentuk rancangan penelitian eksperimen. Hal ini dapat
digambarkan seperti gambar berikut:

26
One-shot Case Studi

Pre- One Group Pretest-


Eksperimental posttset

Intec Group Comparison

Posttest Only Control


Design
Macam – True-
macam Design Eksperimental
Eksperimen Pretest Control Group
Design

Factorial-
Eksperimental
Time-Series Design
Quasi-
Eksperimental Nonequivalent Control
Group Design
1. Pre- Eksperimental Designs (non designs)
Eksperimen ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh, karena terdapat
variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil
eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh
variabel independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel control, dan
sampel tidak dipilih secara random.
Bentuk-bentuknya pre- eksperimental designs ada beberapa macam yaitu :
a. One-Shot Case Study
Paradigma dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut :
X = treatmen yang diberikan (variabel independen)
X 0 O = Observasi (variabel dependen)
Paradigma tersebut dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok
diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. (Treatment adalah
sebagai variable independen, dan hasil adalah sebagai variable dependen).
Contoh: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
(TPS) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Matriks22
b. One Group Pretest-posttset Design

22
Arter Bawala, Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Matriks, VOL 5 NO 1, 2017, Jurnal Sains & Edukasi (JSME) FMIPA Unima

27
Pada desain ini terdapat pretest, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian
hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan
keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan seperti berikut :
O1 = nilai pretest (sebelum diberi pendekatan PMR)
O1 X O 2 O2 = nilai posttest (setelah diberi endekatan PMR)
Contoh: Pengaruh perlakuan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
terhadap hasil belajar siswa dan Respon Siswa Kelas VII SMPN 2 Ngadiluwih pada
Materi Perbandingan = O2 – O123
Pada desain ini terdapat pretest, sebelum diberikan perlakuan. Dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan
sebelum diberikan perlakuan.
c. Intec Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian,
tetapi dibagi dua, yaitu setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan)
dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
O1 = hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi
X O1 perlakuan
O2 O2 = hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak
diberi perlakuan
Contoh: Pengaruh Model Discovery Learning Berbantu Software Wingeom Terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Peserta Didik24
Pada penelitian ini, peneliti melakukan perlakuan terhadap kelompok
eksperimen untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis peserta
didik dan membandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan.
Setelah diberikan metode pembelajaran yang berbeda, kedua kelompok kelas
diberikan tes dengan soal yang sama. Kemudian dibandingkan kemampuan
pemahaman konsep matematis peserta didik dari kedua kelompok kelas tersebut.
2. True- Eksperimental Design

23
Erdina Septia, Pengaruh Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) terhadap Hasil
Belajar Siswa dan Respon Siswa Kelas VII SMPN 2 Ngadiluwih pada Materi Perbandingan, FKIP Pendidikan
Matematika Universitas Nusantara PGRI Kediri 2016.
24
Samuel Setyo Nugroho Putro, Pengaruh Model Discovery Learning Berbantu Software Wingeom Terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Peserta Didik, Universitas Muhammadiyah, Jakarta Vo. 2 No 1,
2009, Majamath

28
Dikatakan true- eksperimental (eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain
ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya
eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan
penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true- eksperimental adalah sampel yang
digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok control diambil secara random
dari populasi tertentu. Jadi cirinya kelompok kontrol dan sampel dipilih secara random.
a. Posttest Only Control Design
O2 X R
O4 R
Desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random
(R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak.
Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen. Kelompok yang tidak
diberi perlakuan disebut kelompok control. Pengaruh adanya perlakuan (treatment)
adalah (O1:O2). Dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh treatment dianalisis
dengan uji beda, pakai statistic t-test misalnya. Kalau terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok control, maka perlakuan yang
diberikan berpengaruh secara signifikan
Contoh: Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Vii, Metode penelitian yang digunakan
yaitu kuantitatif dengan desain eksperimen sederhana (Posttest Only Control Group
Design). Penelitian ini melibatkan 2 kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Kelas ekperimen diberikan perlakuan menggunakan model Talking Stick,
sedangkan kelas kontrol pembelajaran diskusi. Masing masing diberikan post test.
Berdasarkan hasil pengolahan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
eksperimen dan control25.
b. Pretest-posttest Control Group Design
R O1 X O2
R O3 O4
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random,
kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai
kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah

Helma Mustika, Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
25

Matematika Siswa Kelas VII, STKIP Insan Madani Airmolek, 2019, Vol 2 No 1, Jurnal SAINTKA UNPAM

29
( O2 – O1) - ( O4 – O3). Misalnya pada penelitian Model Problem Based Learning
terhadap Hasil Belajar Kognitif Pemecahan Masalah Matematika, Penelitian diawali
dengan melakukan pembelajaran terhadap kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol diberikan pretest berbentuk soal essay untuk mengetahui seberapa besar
tingkatan hasil belajar siswa pada Materi pelajaran pemecahan masalah Matematika.
Pada akhir pembelajaran, kedua kelas tersebut diberikan posttest berupa soal yang
sama dengan soal pretest Dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas
kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama dan setelah diberikan perlakuan
terhadap perbedaan hasil belajar pada kelas eksperimen yang menggunakan model
Problem Based Learning dengan kelas kontrol yang menggunakan model
konvensional 26.
3. Factorial Design
Desain factorial merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan
memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan
(variabel independen) terhadap hasil (variabel dependen). Dapat digambarkan seperti
berikut :

R O1 X Y1 O2
R O3 Y1 O4
R O5 X Y2 O6
R O7 Y2 O8

Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random, kemudian masing-masing
diberi pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatakan baik, bila setiap kelompok nilai
pretestnya sama. Jadi O1 = O3 = O5 = O7. Dalam hal ini variabel moderatornya adalah Y1
dan Y2 , misalkan pada penelitian Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Melalui MMP (Missouri Mathematics Project) Dan
GI(Group Investigation) Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Dan Gaya Belajar Siswa
Pada Siswa SMP Di Kota Blitar, Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 3 x 3 x
3. Faktor pertama adalah model pembelajaran yaitu yang terdiri mekanistik, MMP, dan
GI; faktor kedua tingkat kecerdasan emosional siswa yang terdiri dari tingkat kecerdasan
emosional rendah, tingkat kecerdasan emosional sedang dan tingkat kecerdasan
emosional tinggi dan faktor ketiga adalah gaya belajar yang terdiri dari gaya belajar

Yusuf Setia Wardana, Penerapan Model Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Kognitif Pemecahan
26

Masalah Matematika, 2019, Vol 2 No 1, 2019, TSJC, Universitas PGRI Semarang

30
visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik. Kepada kelompok eksperimen
dua dan tiga diberikan perlakuan model pembelajaran MMP dan GI. Sedangkan
kelompok eksperimen satu diberikan model pembelajaran mekanistik27.
4. Quasi- Eksperimental Design
Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya
untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Quasi-experimental design, digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan
kelompok control yang digunkan untuk penelitian.
a. Time-Series Design

O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8

Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat
dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai
empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejalasan keadaan
kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata
nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu,
dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui dengan
jelas, maka baru diberi treatment . Desain ini hanya menggunakan satu kelompok
saja, sehingga tidak memerlukan kelompok control. Hasil pre test yang baik adalah O1
= O2 = O3 = O4 dan hasil perlakuan yang baik adalah O5 = O6 = O7 = O8 . Besarnya
pengaruh perlakuan adalah = (O5 + O6 + O7 + O8) – (O1 + O2 + O3 + O4). Misalnya
pada penelitian Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Kecerdasan Logis Matematis
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Smp Negeri 1 Polong
Bangkeng Utara Kabupaten Takalar, Variabel bebas pada penelitian tersebut adalah
pendekatan pembelajaran dan kecerdasan logis matematis. Variabel moderator dari
pendekatan pembelajaran yaitu RME (Realistic Mathematic Education) dan tanpa
RME (pembelajaran konvensional) dan kecerdasan logis matematis yaitu kecerdasan
matematik logis tinggi dan kecerdasan matematik rendah, sedangkan variabel terikat
adalah hasil belajar matematika siswa.
b. Nonequivalent Control Group Design

27
Abi Suwito, 2013, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Melalui MMP (Missouri Mathematics Project) dan GI (Group Investigation) Ditinjau Dari Kecerdasan
Emosional Dan Gaya Belajar Siswa Pada Siswa SMP Di Kota Blitar, Vol 4 No 2, Jurnal Kadikma.

31
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada
desian ini kelompok eksperimen maupun kelompok control tidak dipilih secara
random.

O1 X O2
O3 O4

Contoh :
Misalnya pada penelitian Pengaruh Pendekatan Problem Solving Terhadap
Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Sd Pada Materi Bangun Datar. Penggunaan
Nonequivalent Control Group Design dalam penelitian ini untuk melihat kemampuan
kelas eksperimen dan kelas kontrol sama, dimana kelas eksperimen pada awalnya
memiliki kemampuan yang sama dengan kelas kontrol. Pengunjian Pretest dilakukan
kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui apakah kemampuan
kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Setelah diketahui jika kemampuan awal
kelas eksperimen dan kelas kontrol sama, maka dilakukan pembelajaran pada kelas
eksperimen dengan menggunakan pendekatan problem solving oleh peneliti selama
dua kali pertemuan, dan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran biasa atau
konvensional oleh guru kelas, selama dua kali pertemuan. Setelah dua kali pertemuan
maka akan dilakukan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui berapa besar perubahan yang dialami kedua kelas tersebut. Dengan O1
dan O3 merupakan kelas eksperimen dan control sebelum diberikan treatment
pembelajaran. O2 merupakan kelas eksperimen setelah diberikan treatment dengan
pendekatan problem solving, dan O4 adalah kelas control setelah diberikan treatment
dengan pembelajaran seperti biasa atau konvensional28.

28
Farahdiba Maulani, 2015, Pengaruh Pendekatan Problem Solving Terhadap Kemampuan Koneksi
Matematika Siswa Sd Pada Materi Bangun Datar , Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, repository.upi.edu

32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat
berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup
dan sebagainya
Sampel adalah sekelompok objek, orang, peristiwa, dan sebaginya yang
merupakan representasi dari keseluruhan.
Rancangan atau desain penelitian adalah rencana atau struktur penelitian yang
disusun sedemikian rupa, sehingga kita dapat memperoleh jawaban atas permasalahan-
permasalah penelitian. Adapun Jenis-jenis rancangan penelitian yaitu: Rancangan Pra-
Eksperimen (Non-Design), Rancangan Eksperimen Kuasi, Rancangan Eksperimen (
True Eksperimental Design), Rancangan Faktorial, Rancangan-rancangan Eksperimental
Semu. Sedangakan rancangan penelitian eksperimen ada 4 pre -experimental, true
experiental, factorical experiental, dan quasi experiental.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
saran penulis kepada para pembaca yang ingin mengembangkan makalah ini adalah
diharapkan dapat menambah dan memperlas kajian mengenai populasi, sampel, dan
rancangan penelitian, sehingga bisa memberikan gambaran secara lebih lengkap dan
nyata

33
DAFTAR PUSTAKA

Bawala, Aster. 2017. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Matriks, VOL 5 NO 1, Jurnal
Sains & Edukasi (JSME) FMIPA Unima.
Djarwanto. 1994. Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi.
Yogyakarta : Liberty
Hardani. 2020. Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Penerbit
Pustaka Ilmu Group.
Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Maulani, Farahdiba. 2015, Pengaruh Pendekatan Problem Solving Terhadap Kemampuan
Koneksi Matematika Siswa Sd Pada Materi Bangun Datar, Skripsi, Universitas
Pendidikan Indonesia. repository.upi.edu
Mustika, Helma. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII, STKIP Insan Madani Airmolek,
Vol 2 No 1. Jurnal SAINTKA UNPAM
Putro, Samuel Setyo Nugroho. 2009 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantu
Software Wingeom Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Peserta
Didik, Universitas Muhammadiyah, Jakarta: Vo. 2 No 1. Majamath.
Septia, Erdina. 2016.Pengaruh Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik
(PMR) terhadap Hasil Belajar Siswa dan Respon Siswa Kelas VII SMPN 2
Ngadiluwih pada Materi Perbandingan, FKIP Pendidikan Matematika Universitas
Nusantara PGRI Kediri.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&d. Bandung Penerbit
Alfabeta.
Suwito, Abi. 2013. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Melalui MMP (Missouri Mathematics Project) dan GI (Group
Investigation) Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Dan Gaya Belajar Siswa Pada
Siswa SMP Di Kota Blitar. Vol 4 No 2. Jurnal Kadikma.
Usman, Husaini. 2001. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Wardana, Yusuf Setia. 2019. Penerapan Model Problem Based Learning terhadap Hasil
Belajar Kognitif Pemecahan Masalah Matematika. Vol 2 No 1.TSJC. Universitas
PGRI Semarang

34

Anda mungkin juga menyukai