Anda di halaman 1dari 16

Makalah

KOMUNIKASI DASAR KEPERAWATAN SECARA UMUM


Dosen Matakulliah : Ns.Marizki Putri,M.KeP

Disusun Oleh :
Yossiana Dalimunte (22200013)

PRODI S-1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT


TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT, karena atas berkat


rahmat dan limpahan karunia Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul komunikasi dalam
keperawatan secara umum.
Makalah ini disusun untuk membantu
mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca
terhadap komunikasi dalam keperawatan dengan upaya
kesehatan, pemahaman tersebut dapat dipahami melalui
pendahuluan, pembahasan makalah, serta penarikan
kesimpulan dalam makalah ini.
Makalah komunikasi dalam keperawatan dengan
upaya kesehatan disajikan dalam konsep bahasa yang
sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam
memahami makalah ini. Dengan makalah ini, di harapkan
pembaca dapat memahami mengenai hak dan kewajiban
sebagai anggota warga negara.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada dosen
mata kulliah Keperawatan yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk berkarya menyusun
makalah komunikasi dalam keperawatan dengan upaya
kesehatan Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Saran dan kritik sangat saya harapkan dari
seluruh pihak dalam proses membangun mutu makalah.
Bukittinggi, 15 maret 2023

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................I
DAFTAR ISI.................................................................II
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................III
A.Latar Belakang...........................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................3
A.Pengertian Dan Jenis Komunikasi................................3
B. Komunikasi Verbal.....................................................3
C. Komunikasi Non Verbal..............................................6
D. Komunikasi Terapeutik Sebagai Tanggung Jawab Moral
Perawat.............................................................................8
E. Teknik Komunikasi Terapeutik.......................................9
BAB III PENUTUP............................................................14
A.Kesimpulan....................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.........................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus
dan berarti dalam hubungan antar munusia. Pada profesi
keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metoda utama dalam mengimplementasika
proses keperawatan.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi
secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin
hubungan rasa percaya dengan klien mencegah terjadinya
masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam
pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi
keperawatan serta citra rumah sakit ,tetapi yang paling
penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan
pertolongan terhadap sesama manusia.
Selain itu yang perlu diperhatikan bahwa perubahan
bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang
dinamik serta tidak dapat dielakkan. Berubah berarti
beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak
ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan
berubah terjadi ketakutan, kebingungan dan kegagalan dan
kegembiraan. Setiap orang dapat memberikan perubahan
pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implisit
dan eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka. Kenyataan
ini penting khususnya dalam kepemimpinan dan
manajemen, Pemimpin secara konstan mencoba
menggerakkkan sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk
memecahkan masalah. Maka secara konstam pemimpin
mengembangkan strategi untuk merubah orang lain dan
memecahkan masalah. Keperawatan yang sedang berada
pada proses profesionalisasi terus berusaha membuat
merencanakan perubahan. Adaptasi terhadap perubahan
telah menjadi persyaratan kerja dalam keperawatan.
Personal keperawatan hekerja untuk beberapa pimpinan,
termasuk klien dun keluarganya, dokter, manajer
keperawatan, perawat pengawas dan perawat penanggung
jawab yang berbeda dalam tip ship. Perawat pelaksana
menemukan peran bahwa mereka berubah beberapa kali
dalam satu hari. Kadang seorang perawat menjadi manajer,
kadang menjadi perawat klinik, kadang menjadi konsultan
dan selalu dalam peran yang berbeda. Perawat tentu saja
berharap perubahan tersebut jangan sampai menimbulkan
konflik. Oleh karena itu, sebaiknya perawat perlu
mengetahui teori-teori yang mendasari perubahan.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian
komunikasi termasuk "Therapeutic use of sel" dan "helping
relationship" untuk praktek keperawatan,serta teori –teori
tentang perubahan.
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Jenis Komunikasi


Komunikasi merupakan proses kompleks yang
melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi
pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan
publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi
interpersonal yang terapeutik.
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi
antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil,
terutama dalam keperawatan Komunikasi interpersonal
yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai
ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.
Menurut Potter dan Penry (1993), Swansburg (1990),
Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis
komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non- verbal yang
dimanifestasikan secara terapeutik.

B. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam
pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran
informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan
tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan
tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai
untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan
respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan
ingatan.
Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi,
dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi
verbal dalam tatap maka yaitu memungkinkan tiap individu
untuk berespon secara langsung.
Komunikasi Verbal yang efektif harus:
1. Jelas dan sederhana
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan
langsung Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin
kecil kemungkinan terjadinya keracunan.
Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara
lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan
contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk
dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang
disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa
mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana.
Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang
mengekspresikan ide secara sederhana. Contoh
“ Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik
dari pada "saya ingin anda menguraikan kepada saya
bagian yang anda rasakan tidak enak,"
2. Perbendaharaan kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak
mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah
teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran,
dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi
bingung dan tidak mampu mengikati petunjuk atau
mempelajari informasi penting. ucapkan pesan dengan
istilah yang dimengerti klien. Dari pada mengatakan "Duduk,
sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda akan
lebih baik jika dikatakan "Duduklah,sementara saya
mendengarkan paru-paru anda”.
3.Arti Denotatif dan Konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama
terhadap kata yang digunakan, sedangkan anti konotatif
merupakan pikiran, perasan atau ide yang terdapat dalam
suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu
kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan
menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang
mendekati kematian Ketika berkomunikasi dengan klien,
perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak
mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting
ketika menjelaskan tujan terapi, terapi dan kondisi klien.
4. Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut
menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang
lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan
lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat
sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat
sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata
tidak jelas, Selain perlu digunakan untuk menekankan pada
hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata Selaan yang tepat
dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan
dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat
nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan
Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah
ini berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu
untuk diulang

5. Waktu dan relevansi


Waktu yang tepat sangat penting unuk menangkap pesan.
Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk
menjelaskan resin operasi, Kendatipun pesan diucapkan
secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat
menghalangi penerimaan pesan secara akurat Oleh karena
ini, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu unik
berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih
bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan
minat dan kebutuhan klien
6. Humor
Dugan (1989), mengatakan bahwa tertawa membantu
pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan
oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan
dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang
produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan
perasaan sehat meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit,
mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan
dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan
tidak enak atau menutupi ketidakmampuannya untuk
berkomunikasi dengan klien.
C. Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa
menggunakan kata – kata. Merupakan cara yang paling
meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain,
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non- verbal yang
disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai
evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal
menambah arti terhadap pesan verbal, Perawat yang
mendeteksi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan
asuhan keperawatan.
Komunikasi non –verbal teramati pada:
1. Merakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan telapi
juga puda hubungan antara pembicara dengan lawan
bicaranya. Merakomunikasi adalah suatu komentar
terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara
yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang
menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap
pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal
pertama yang diperhatikan selama komunikasi
interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai
4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan
terhadap seseorang berdasarkan penampilannya (Lalli
Asensi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan
kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan
konsep diri Perawat yang memperhatikan penampilan
dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang
positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi
klien terhadap pelayanan asuhan keperawatan yang
diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana
seharusnya penampilan seorang perawat.
3.Intonasi (Nada suara)
Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang
berinteraksi dengan klien,karena maksud untuk
menyamakan rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapat
terhalangi oleh nada suara perawat.
4.Ekspresi wajah
Perawat sebaiknya tidak memandang kebawah ketika
sedang berbicara dengan klien,oleh karena itu ketika
berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak
tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan
dalam keadaan sejajar.
5. Sikap tubuh dan langkah
6. Sentuhan
Kasih sayang,dukungan emosional, dan perhatian
disampaikan melalui sentuhan,Sentuhan merupakan
bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien
,namun harus memperhatikan norma sosial.
D.Komunikasi Terapeutik sebagai tanggung jawab
perawat
Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang
tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh kasih
sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk
tumbuh dan berkembang. Addalati (1983). Bucaille (1979)
dan Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai
seorang beragama. perawat tidak dapat bersikap tidak
perduli terhadap orang lain adalah seseorang pendosa
yang mementingkan dirinya sendiri.Selanjutnya Pasquali
& Amold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa
"human care" terdiri dari upaya untuk melindungi,
meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa
kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti
dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya: membantu
orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengendalian diri. "Sesungguhnya setiap orang diajarkan
oleh Allah untuk menolong sesama yang memerlukan
bantuan". Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan
dibiasakan, sehingga akhimya menjadi bagian dari
kepribadian.
E. Teknik komunikasi terapeutik
Tiap klien tidak sama,oleh karena itu diperlukan
penerapan teknik berkomunikasi yang berbeda pula,
teknik komunikasi berikut ini,terutama pengguna
referensi dari shives (1994), stuart dan sundeen
(1950)dan wilson dan kneisl (1920), yaitu:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
2. Menunjukkan penerimaan
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan
informasi klien
4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-
kata sendiri
5. Klarifikasi
6. Memfokuskan
7. Menyampaikan hasil observasi
8. Menawarkan informasi
9. Meringkas pembicaraan antara perawat-klien
10.Memberikan penghargaan
11.Menawarkan diri
12. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai
pembicaraan
13.Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
14.Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong
perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu
perspektif.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi
terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan serta
ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak
dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan
ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi
yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan
juga kepuasan bagi perawat.
Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik
bila dalam penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik
komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting
diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini
merupakan faktor penunjang yang sangat berpengaruh
dalam mengembangkan kemampuan berhubungan
terapeutik.
Berubah merupakan kegiatan atau proses yang
membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan
keadaan sebelumnya (Atkinson, 1987). Berubah
merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola
perilaku individu atau institusi (Brooten, 1978).
B.Saran

1. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu


berkomunikasi dengan klien untuk mendapatkan
persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Dalam berkomunikasi dengan klien para perawat,
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
sehingga dapat memahami pemahaman komunitasnya
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A.Y.S (1996). Komunikasi Terapeutik


Stuart. G.W & Sundeen S.J (1995). Principles and
Practise of Psychiatric Nursing. St.
Sullivan, JL & Deane. D.M. (1988), humor and Health.
Journal of gerontology nursing 1988.
Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Waluyo. Agung & Asih.
Yasmin. (2001).
Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu Komponen
Pengembangan SDM. FGC.

Anda mungkin juga menyukai