ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kita masih diberi kesempatan untuk hidup hari ini dalam keadaan sehat wal afiat dan
penulis dapat menyelesaikan makalah “Populasi dan Sampel”. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Holilah, selaku dosen pengampu Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Kuantitatif yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pembaca tentang
populasi dan sampel. Selain itu, penulisan makalah ini juga masih jauh dari kata sempurna
sehingga penulis menerima kritik dan saran dari pembaca sekalian.
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
D. Manfaat………………………………………………………………………………...1
BAB II ISI...................................................................................................................................3
A. Kesimpulan...................................................................................................................16
B. Saran..............................................................................................................................16
DAFTAR RUJUKAN...............................................................................................................17
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian merupakan proses kreatif untuk mengungkapkan suatu gejala melalui cara
tersendiri sehingga diperoleh suatu informasi. Pada dasarnya, informasi tersebut
merupakan jawaban atas masalah-masalah yang dipertanyakan sebelumnya. Oleh karena
itu, penelitian juga dapat dipandang sebagai usaha mencari tahu tentang berbagai masalah
yang dapat merangsang pikiran atau kesadaran seseorang.
Penelitian bertujuan menemukan jawaban atas pertanyaan melalui aplikasi prosedur
ilmiah. Prosedur ini dikembangkan untuk meningkatkan taraf kemungkinan yang paling
relevan dengan pertanyaan serta menghindari adanya bias. Sebab, penelitian ilmiah pada
dasarnya merupakan usaha memperkecil interval dugaan peneliti melalui pengumpulan
dan penganalisaan data atau informasi yang diperolehnya.
Dalam penelitian, salah satu bagian dalam langkah-langkah penelitian adalah
menentukan poulasi dan sampel penelitian. Seorang peneliti dapat menganalisa
data keseluruhan objek yang diteliti sebagai kumpulan atas komunitas tertentu. Seorang
peneliti juga dapat mengidentifikasi sifat-sifat suatu kumpulan yang menjadi objek
penelitian hanya dengan mengamati dan mempelajari sebagian dari kumpulan tersebut.
Kemudian, peneliti akan mendapatkan metode atau langkah yang tepat untuk memperoleh
keakuratan penelitian dan penganalisaan data terhadap objek.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan populasi?
2. Apakah yang dimaksud dengan sampel?
3. Apa saja syarat sampel yang baik?
4. Bagaimana cara pengambilan sampel atau teknik sampling?
5. Bagaimana cara menentukan ukuran sampel?
6. Bagaimana bentuk kesalahan sampling?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, diperoleh tujuan makalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian populasi.
1
2. Untuk mengetahui pengertian sampel.
3. Untuk mengetahui syarat sampel yang baik.
4. Untuk mengetahui cara pengambilan sampel atau teknik sampling.
5. Untuk mengetahui cara menentukan ukuran sampel.
6. Untuk mengetahui bentuk kesalahan sampling.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu memberikan
sumbangan pikiran tentang arti dari populasi dan sampel dalam syarat pembuatan
penelitian di lingkungan masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat awam
dan sebagai pijakan serta referensi yang berhubungan dengan populasi dan
sampel.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis makalah ini dapat bermanfaat yaitu bagi penulis dapat menambah
wawasan tentang populasi dan sampel, bagi mahasiswa dapat menambah
pengetahuan dan sumbangan pikiran tentang populasi dan sampel, dan bagi
masyarakat umum sebagai objek yang dikaji serta di harapkan dapat memperoleh
pembelajaran dan wawasan tentang populasi dan sampel.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Populasi penelitian dapat dipilah atas dua kategori, yakni populasi terhingga (finite
population) dan populasi tak terhingga (infinite population). Populasi terhingga adalah
populasi yang jumlah anggotanya terbatas dan dapat ditentukan atau diketahui jumlahnya.
Populasi tak terhingga adalah populasi yang jumlahnya tidak dapat ditentukan dan
diketahui secara pasti. Keterhinggaan dan ketakterhinggaan populasi diacukan pada dua
aspek, yakni aspek jumlah subjek dan aspek kepastian jumlah. Populasi disebut terhingga
jika dapat dipastikan jumlah anggotanya, bukan oleh besarnya jumlah anggota populasi
itu.
Populasi berkaitan erat dengan sampel. Pemikiran tentang populasi, dalam konteks
penelitian kuantitatif, mengisyaratkan pemikiran tentang sampel, walaupun populasi yang
terbatas memungkinkan tidak perlunya sampel. Akan tetapi, dalam populasi yang terbatas
itu pula masih mungkin ditentukan sampelnya. sampel dapat diartikan sebagai bagian
populasi atau sejumlah anggota populasi yang mewakili populasinya. Sebagaimana
karakteristik populasi, sampel yang mewakili populasi adalah sampel yang benar-benar
terpilih sesuai dengan karakteristik populasi itu.3
Sampel menurut pendapat para ahli adalah sebagai berikut:
a. Arikunto: Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jika kita
hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut
penelitian sampel.4
b. Sudjana & Ibrahim: Menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi
terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi.5
c. Sugiyono: Sampel merupakan suatu bagian dari keseluruhan serta karakteristik
yang dimiliki oleh sebuah Populasi. Apabila populasi tersebut besar, sehingga
para peneliti tentunya tidak memungkinkan untuk mempelajari keseluruhan
yang ada pada populasi tersebut beberapa kendala yang akan di hadapi di
antaranya seperti dana yang terbatas, tenaga dan waktu maka dalam hal ini
perlunya menggunakan sampel yang di ambil dari populasi itu. Selanjutnya,
apa yang dipelajari dari sampel tersebut maka akan mendapatkan kesimpulan
yang nantinya di berlakukan untuk populasi.
3
Sulisetijono. (2016). Statistika dalam Bidang Biologi. Malang. Hal. 33
4
Siyoto, S., & Sodik, M. (2015). DASAR METODOLOGI PENELITIAN. Sleman: Literasi Media Publishing.
Hal. 63
5
Ibid. 64.
4
Dari kedua pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa sampel merupakan sebagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Atau sampel juga bisa disebut
sebagai bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu yang
dapat mewakili populasinya. Sampel digunakan jika populasi yang di teliti besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh populasi. Kendala tersebut dapat terjadi
karena adanya keterbatasan biaya, tenaga dan waktu yang di miliki peneliti. Sampel yang
akan digunakan dari populasi haruslah benar-benar dapat mewakili populasi yang diteliti.
6
6
Siyoto, S., & Sodik, M. (2015). DASAR METODOLOGI PENELITIAN. Sleman: Literasi Media Publishing. Hal. 65
7
Sulisetijono. (2016). Statistika dalam Bidang Biologi. Malang. Hal. 34
8
Sulisetijono. (2016). Statistika dalam Bidang Biologi. Malang. Hal. 40
5
1. Pengambilan sampel secara acak (Random sampling) atau sampel
probabilistik
Pengambilan sampel secara acak atau probability sampling merupakan teknik
sampling yang memberikan peluang yang sama terhadap setiap anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Pengambilan dengan cara seperti ini
bersifat obyektif. Agar setiap individu anggota populasi berkesempatan untuk
terpilih menjadi sampel dilakukan pengacakan atau perandoman yang dilakukan
dengan cara diundi atau dengan Tabel Bilangan Acak. Penentuan sampel dari
populasi umum dilakukan pada penelitian observasional atau deskriptif.
Penentuan sampel secara random (random sampling) atau probability sampling
dapat dibedakan Simple Random Sampling, Stratified Random Sampling, Cluster
Sampling, Systematic Sampling, dan Area Sampling.9
a) Simple Random Sampling (Pengambilan Sampel Acak Sederhana)
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung
deskriptif dan bersifat umum. Prosedurnya:
1) Penyusunan “sampling frame”
2) Penetapan jumlah sampel yang akan diambil
3) Penentuan alat pemilihan sampel
4) Pemilihan sampel sampai dengan jumlah terpenuhi.
Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan, jika populasi penelitian
benar-benar homogen. Seluruh anggota populasi didata (dicatat
nomornya), selanjutnya dilakukan penentuan dengan:
1) Dengan undian
Setiap anggota populasi diberi nomor, kemudian diundi untuk
mendapatkan anggota sampel yang diharapkan, yang terpenting
adalah dalam melakukan undian benar-benar tidak ada unsur
memihak. Cara seperti ini dilakukan jika jumlah anggota
populasinya sedikit.10
2) Dengan tabel bilangan acak
Tabel Bilangan Acak (Random), yaitu tabel yang berisi
sekumpulan bilangan yang dikelompokkan ke dalam lima kolom
dan lima baris. Misalnya banyak anggota populasinya ada 900. Jadi
9
Hermawan, H. (2018). Metode Kuantitatif Untuk Riset Bidang Kepariwisataan. Open Sciene Framework
10
Sulisetijono. (2016). Statistika dalam Bidang Biologi. Malang. Hal. 41
6
N = 900. Kemudian anggota-anggota tersebut diberi nomor yang
terdiri dari tiga digit (angka), mulai dari 001, 002, 003, 004, 005,
006, 007, 008, 009, 010, 011, . . ., 898, 899, 900. Sampel yang
dibutuhkan 5% dari populasi, sehingga diperlukan sampel
sebanyak 90 buah. Lalu diambil pensil yang runcing dan dengan
mata tertutup dijatuhkan ujung pensil pada tabel bilangan acak.
Oleh karena 900 terdiri dari 3 angka, hasilnya diambil tiga digit
dari deretan angka ke samping kanan. Misalnya ujung pensil jatuh
pada baris ke-17 dan kolom ke-6, maka angka-angka yang
diperoleh 269 261 513 082 455 783 055 505 852 551 471 820 989
dan seterusnya. Masing-masing angka yang diperoleh dikurangi
100, sehingga diperoleh 269-100 = 169, kemudian berturut-turut
161, 413, -18, 355, dan seterusnya. Dengan demikian yang menjadi
sampel adalah sampel-sampel dengan nomer 169, 161, 413, 355,
dan seterusnya. Apabila penunjukkan bilangan ini sudah sampai ke
samping kanan, maka penunjukkan itu dilanjutkan dengan tiga
digit di bawahnya mulai dari digit keempat. Penunjukkan ini
diteruskan sampai banyak anggota sampel yang harus diambil itu
terpenuhi.11
3) Penggunaan komputer
Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel
secara acak adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel
atau dikenal dengan nama “sampling frame”. Kerangka sampling
adalah daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa
diambil sebagai sampel. Di samping sampling frame, peneliti juga
harus mempunyai alat yang bisa dijadikan penentu sampel. Alat
yang umumdigunakan adalah Tabel Angka Random, kalkulator,
atau undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui
sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Jika
sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep “acak” atau
“random” itu sendiri.
b) Stratified Random Sampling (Sampel Acak Distratifikasikan)
11
Sulisetijono. (2016). Statistika dalam Bidang Biologi. Malang. Hal. 40
7
Unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut
mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka
peneliti dapat mengambil sampel dengan cara stratifikasi. Prosedur
pengambilan sampel secara acak stratifikasi seperti berikut:
1) Penyiapan “sampling frame”
2) Sampling frame tersebut dibagi berdasarkan strata yang
dikehendaki
3) Penentuan jumlah sampel dalam setiap stratum
4) Pemilihan sampel dari setiap stratum secara acak. Pada saat
menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat
menentukan secara
a. Proposional (Proporsionate Stratified Random Sampling),
teknik sampling dari anggota populasi secara acak dan
berstrata secara proporsional, dilakukan sampling ini
apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis).
Anggota populasi heterogen, dan heterogenitas tersebut
mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan
penelitian. Proportionate stratified random sampling ini
dilakukan dengan cara membuat lapisan-lapisan (strata),
kemudian dari setiap lapisan diambil sejumlah subjek
secara acak. Jumlah subjek dari setiap lapisan (strata)
adalah sampel penelitian.
b. Tidak proposional (Disproportionate Stratified Random
Sampling), teknik sampling dimana populasi berstrata tapi
kurang proporsional. Jumlah dalam setiap stratum tidak
proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur atau elemen di
salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit.12
c) Cluster Sampling (Sampel Gugus)
Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel
berdasarkan gugus. Cluster sampling atau sampling gugus digunakan jika
sumber data atau populasi sangat luas misalnya penduduk suatu propinsi,
kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar di seluruh provinsi.
Prosedur penentuan sampel gugus seperti berikut:
12
Sulisetijono. (2016). Statistika dalam Bidang Biologi. Malang. Hal. 41
8
1) Penyusunan sampling frame berdasarkan gugus
2) Penentuan jumlah gugus yang akan diambil sebagai sampel
3) Pemilihan gugus sebagai sampel dengan cara acak
4) Penelitian setiap individu sampel yang ada dalam gugus sampel.
d) Systematic Sampling (Sampel Sistematis)
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak
memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel
sistematis dapat digunakan. Prosedurnya penentuan sampel sistematis:
1) Penyusunan sampling frame
2) Penetapan jumlah sampel yang ingin diambil
3) Penentuan K (kelas interval)
4) Penentuan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut
secara acak atau random–biasanya melalui cara undian saja
5) Pengambilan sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang
terpilih
6) Pemilihan sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya.
e) Area Sampling (Sampel Wilayah)
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi
penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Contoh rumpun (blok) rumah
(RT, RW), rumpun bambu di hutan, kloter jamaah haji. Prosedurnya:
1) Penyusunan sampling frame yang menggambarkan peta.
2) Penentuan wilayah yang akan dijadikan sampel.
3) Penentuan jumlah wilayah yang akan dijadikan sampel
penelitiannya
4) Pemilihan beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara
acak atau random
5) Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus
diambil datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub
wilayah.13
2. Cara tidak acak (non random sampling) atau sampel non probabilistik
Penentuan sampel tidak acak adalah cara pemilihan sejumlah anggota dari
populasi dengan setiap anggotanya tidak mempunyai kemungkinan yang sama
13
Sulisetijono. (2016). Statistika dalam Bidang Biologi. Malang. Hal. 42
9
untuk terpilih menjadi anggota sampel. Dalam hal ini, anggota-anggota tertentu
saja dari populasi yang akan terpilih menjadi anggota sampel, dan pemilihan
anggota-anggota tersebut bersifat subyektif. Unsur populasi yang terpilih menjadi
sampel bisa disebabkan oleh kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya
sudah direncanakan oleh peneliti. Macam-macam teknik pengambilan sampel
dengan cara tidak acak:
a. Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan
kemudahan
Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain
kecuali berdasarkan kemudahan saja. Beberapa kasus penelitian yang
menggunakan jenis sampel ini, hasilnya ternyata kurang obyektif.
b. Purposive Sampling
sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau
sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa
seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi
penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama:
1) Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa sampel adalah
pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitian.
Misalnya untuk memperoleh data tentang penggunaan tanaman
obat, maka responden kunci seperti tetua adat atau dukun obat
merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi.
Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang
menjadi sampel karena mempunyai “information rich”. (Cooper
dan Emory, 1992).14
2) Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan
secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan
secara kebetulan saja. Misalnya, di sebuah desa terdapat
perbandingan orang dewasa laki-laki 60% dan perempuan 40%.
Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang dari kedua jenis
kelamin tadi, maka peneliti harus mengambil sampel orang laki-
laki sebanyak 18 orang, sedangkan perempuan 12 orang. Sekali
14
Sulisetijono. (2016). Statistika dalam Bidang Biologi. Malang. Hal. 43
10
lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan
secara acak, melainkan secara kebetulan saja.
c. Snowball Sampling (Sampel Bola Salju)
Teknik penentuan sampel bola salju ini banyak dipakai ketika peneliti
tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Peneliti hanya tahu satu
atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Oleh
karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu peneliti meminta
kepada sampel pertama untuk menunjukkan orang lain yang kira-kira
dapat dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui
tingkat pemanfaatan tumbuhan sekitar oleh masyarakat Tengger. Peneliti
cukup mencari satu responden kunci, yaitu tetua adat dan kemudian
melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada tetua
adat tersebut untuk bisa mewawancarai responden lainnya, demikian
seterusnya sampai sampel responden cukup.15
D. Menentukan Ukuran Sampel
Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang penting
manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang menggunakan
analisis kuantitatif. Pada penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran sampel
bukan menjadi nomor satu, karena yang dipentingkan adalah kekayaan informasi. Walau
jumlahnya sedikit tetapi jika kaya akan informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat.
Dalam statistik inferensial, besar sampel sangat menentukan representasi sampel yang
diambil dalam menggambarkan populasi penelitian. Oleh karena itu menjadi satu
kebutuhan bagi setiap peneliti untuk memahami kaidahkaidah yang benar dalam
menentukan sampel minimal dalam sebuah penelitian. Penetapan ukuran sampel
tergantung pada karakteristik populasinya. Jumlah sampel untuk populasi yang bersifat
homogen tidak berpengaruh pada kesimpulan, sehingga meskipun jumlah sampel yang
diambil hanya sedikit, hasil penyelidikan dapat memperoleh kesimpulan yang sama.
Pertimbangan untuk penetapkan jumlah sampel adalah:16
1) Tingkat homogenitas populasi, jika populasi 100 persen homogen, besar sampel
tak jadi persoalan, namun jika populasi kurang homogen besar jumlah sampel
harus dipertimbangkan.
15
Sulisetijono. (2016). Statistika dalam Bidang Biologi. Malang. Hal. 43
16
Ibid. 35
11
2) Sampel memenuhi jumlah minimum untuk analisis statistika (untuk penelitian
kuantitatif analitik).
1) Adanya sumber data yang dapat digunakan untuk menetapkan batas maksimal
dari besarnya sampel
2) Kebutuhan dari rencana analisis yang menentukan batas minimal dari besarnya
sampel:
a. Angka perkiraan dari proporsi yang akan diukur
b. Penetapan tingkat kepercayaan (misalnya 5%, atau 1%),
c. Penetapan derajat kepercayaan (confidence levels) misalnya 95%, atau
99%
d. Perhitungan jumlah/besar sampel. 17
Dikaitkan dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada lagi beberapa faktor lain
yang perlu memperoleh pertimbangan yaitu:
Populasi pada manusia cenderung bersifat heterogen dan tersebar mendekati distribusi
normal. Besar sampel dari populasi yang sebarannya berdistribusi nomor diambil secara
proporsional. Ukuran sampel yang harus diambil tergantung pada tingkat ketelitian atau
kesalahan yang dikehendaki. Tingkat ketelitian yang dikehendaki sering tergantung pada
sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia.
Kurniawan, A. W., & Puspitaningtyas, Z. (2016). Metode Peneitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pandiva Buku.
18
Hal. 70
12
4) Kuasa statistik yang diharapkan.
Penelitian observasional, jika ukuran populasinya di atas 1000, sampel sekitar 10% sudah
cukup, tetapi jika ukuran populasinya sekitar 100, sampelnya paling sedikit 30%, dan kalau
ukuran populasinya 30, maka sampelnya harus 100%. Ada pula yang menuliskan, untuk
penelitian deskriptif, sampelnya 10% dari populasi, penelitian korelasional, paling sedikit 30
elemen populasi, penelitian perbandingan kausal, 30 elemen per kelompok, dan untuk
penelitian eksperimen 15 elemen per kelompok (Gay dan Diehl, 1992). Roscoe (1975)
memberikan pedoman penentuan jumlah sampel seperti berikut.
Sebagai informasi lainnya, Champion (1981) menyatakan bahwa sebagian besar uji statistik
selalu menyertakan rekomendasi ukuran sampel. Dengan kata lain, uji-uji statistik yang ada
akan efektif jika diterapkan pada sampel yang jumlahnya 30 s/d 60 atau dari 120 s/d 250.
Bahkan jika sampelnya di atas 500, tidak direkomendasikan untuk menerapkan uji statistika.
1) Penelitian deskriptif: sampel minimal 10% populasi, namun untuk populasi yang
sangat kecil diperlukan minimal 20%.
2) Penelitian korelasi: minimal 30 subjek.
3) Penelitian ex post fakto atau penelitian kausal komparatif: minimal 15 subjek per
kelompok.
4) Penelitian eksperimen: minimal 15 subjek per kelompok.
a. Penentuan besar sampel pada penelitian observasional
Pada penelitian observasional, untuk mennetukan besar sampel dapat menggunakan
Rumus Slovin. Rumus ini dipakai untuk menentukan ukuran sampel hanya jika penelitian
bertujuan untuk yang menduga proporsi populasi. Asumsi tingkat keandalan 95%, karena
menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai angka baku Z=1,96. Asumsi keragaman
13
populasi yang dimasukan dalam perhitungan adalah p = 0,05. Nilai galat pendugaan (d)
didasarkan atas pertimbangan peneliti.
Rumus:
N
n= 2
1+ N ( d )
Keterangan:
N = populasi
N = besar sampel
D = α = 0,05/0,1
Contoh: Diketahui jumlah populasi staf pengajar pada sebuah perguruan tinggi 109 orang
dengan tingkat presisi ditetapkan sebesar 10%, maka jumlah sampel yang akan diteliti
adalah:
109 109 109
n= = = =52,15311=53 orang
1+109(0,1 ) 1+ 1,09 2,09
2
n= (Z e σ)
α /2 2
n= ( ( 1,96)(
0,05
0,25)
) 2
n=96,04=96
14
percobaan itulah yang disebut dengan rancangan penelitian atau rancangan percobaan.
Rancangan percobaan yang sering digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dan
rancangan acak kelompok (RAK). 20
Sampel pada penelitian eksperimental sederhana (Rancangan acak lengkap, rancangan
acak kelompok, rancangan faktorial), salah satu penentuan jumlah sampel atau ulangan
dilakukan dengan:
db-galat ≥ 15
Rancangan Acak Lengkap (RAL) : t (r - 1) ≥ ; r ≥ (15 / t) +1
Rancangan Acak Kelompok (RAK) : (t - 1)(r - 1) ≥ 15 ; r ≥ (15 / (t - 1) + 1)
t = banyak perlakuan (treatment)
r = jumlah ulangan; replikasi (replication)
E. Kesalahan Sampling
Suatu sampel diharapkan dapat mewakili populasi, tetapi dapat dipastikan selalu terdapat
perbedaan antara sampel dan populasi. Perbedaan ini disebabkan oleh kesalahan sampling
yang keberadaannya tidak dapat dihindari. Sampel-sampel yang ditarik dari populasi yang
sama memiliki karakteristik bervariasi. Sebagai contoh, apabila seorang peneliti
mengambil beberapa sampel secara acak dari suatu populasi, akan diperoleh harga mean
dan kesalahan sampling yang berbeda-beda antara sampel satu dengan yang lain.
Kesalahan sampling tergantung dari besarnya sampel, makin besar sampel yang diambil
makin kecil kesalahan sampling yang terjadi.21
20
Sulisetijono. (2016). Statistika dalam Bidang Biologi. Malang. Hal. 39
21
Ibid.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Populasi adalah semua subjek penelitian, sedangkan sampel adalah subjek bagian
populasi. Populasi dan sampel dapat mengacu objek penelitian di samping dapat pula
mengacu sumber data. Populasi dapat dipilah atas dua kategori, yakni populasi terhingga
dan populasi tak terhingga. Sampling merupakan kegiatan penentuan sampel. Sampel
yang terpilih harus bersifat representatif.
Teknik sampling atau untuk memperoleh anggota-anggota populasi menjadi anggota
sampel dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu: 1) Cara Acak, yaitu cara pemilihan
sejumlah anggota dari populasi yang dilakukan sedemikian rupa sehingga anggota-
anggota populasi itu mempunyai kemungkinan yang sama untuk terpilih menjadi anggota
sampel. Cara pemilihan anggota sampel acak dapat dilakukan dengan cara: a) Undian, b)
Tabel Bilangan Acak, c) Komputer. 2) Cara Tidak Acak, yaitu cara pemilihan sejumlah
anggota dari populasi dengan setiap anggotanya tidak mempunyai kemungkinan yang
sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Sampling acak meliputi: 1) Sampling
random sederhana (Simple Random Sampling), 2) Sampling random berstrata (Stratified
Random Sampling), 3) Sampling random rumpun (Cluster Random Sampling), 4)
Sampling random sistematik (Systematic Random Sampling), 5) Area Sampling atau
Sampel Wilayah. Sampling tidak acak meliputi: 1) Convenience sampling; 2) Purposive
sampling: a) Judgment sampling, b) Quota sampling; 3) Snowball Sampling – Sampel
Bola Salju.
B. Saran
Penyusunan makalah mengenai populasi dan sampel ini, di dalamnya masih perlu
pendalaman lebih lanjut dengan tambahan dari berbagai sumber literatur. Selain itu,
pendampingan dan penguatan lebih lanjut dari dosen juga sangat dibutuhkan untuk
meminimalisir miskonsepsi pada materi ini.
16
DAFTAR RUJUKAN
17