Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH BIOSTATISTIKA

“POPULASI, SAMPEL, DAN VARIABEL


PENELITIAN”

OLEH :

KELOMPOK 11 KELAS D III-A

1. SANG AYU PUTU WIDYA WISTARANI (C2121041)

2. NI MADE INTAN DWANI ANANTRA (C2121042)

3. I DEWA GDE RAINDRA JAYA (C2121043)

4. I WAYAN YUSTANA YASA GIRI (C2121044)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2022
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa
karena berkat Asung Kerta Wara Nugraha sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Populasi, Sampel, dan Variabel Penelitian” ini
dengan baik.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
penugasan mata kuliah biostatistika pada Program Studi S1 Keperawatan, Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Usada Bali.
Penyusunan makalah ini dilakukan dengan kerja keras dan dukungan dari
berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan
sesuai dengan harapan, walaupun didalam pembuatannya kami menghadapi
kesulitan, karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami
miliki. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala hormat kami
sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami
butuhkan agar dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang. Semoga apa
yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan pihak
yang berkepentingan.

Denpasar, 19 September 2022


Penyusun
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………..……….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………….1
C. Tujuan Masalah …..…………………………………………… 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Populasi dan Sampel ………………..………….. 3
B. Pemilihan Sampel ……...……………………….....………… 4
C. Teknik Sampling …………………………………………….. 6
D. Pengertian Variabel………………………………………...... 11
E. Klasifikasi Variabel Penelitian…………………………........ 12
F. Macam-macam Variabel Penelitian………………………..... 17
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………….. 20
B. Saran……………………………………………………….... 20

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang bermaksud mengungkapkan
rahasia ilmu secara obyektif, dengan dibentengi bukti-bukti yang lengkap dan
kokoh. Penelitian merupakan proses kreatif untuk mengungkapkan suatu
gejala melalui cara tersendiri sehingga diperoleh suatu informasi. Pada
dasarnya, informasi tersebut merupakan jawaban atas masalah-masalah yang
dipertanyakan sebelumnya.
Salah satu bagian dalam desain penelitian adalah menentukan
populasi, sampel dan variabel penelitian. Kegiatan penelitian banyak
dilakukan dengan penarikan sampel, karena metode penarikan sampel lebih
praktis, biayanya lebih hemat, serta memerlukan waktu dan tenaga yang lebih
sedikit dibandingkan dengan metode sensus. Penentuan sampel dari suatu
populasi, disebut sebagai penarikan sampel.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel ini menjadi
sangat penting dalam berbagai metode penelitian, baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif.
Dalam penelitian yang menggunakan sampel sebagai unit analisis, baik
pada penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan penelitian dengan
pendekatan kualitatif, setidaknya terdapat dua hal yang menjadi masalah atau
persoalan yang dihadapi. Pertama persoalan mengenai sampling untuk
mendapatkan sampel dari suatu populasi yang mampu mencerminkan keadaan
populasi dan menjadi representative populasi. Kedua, masalah yang dihadapi
dalam penelitian yang menggunakan sampel sebagai unit analisis adalah
tentang bagaimana proses pengambilan sampel dan berapa banyak unit
analisis yang akan diambil. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
disusunlah makalah ini untuk membahas materi mengenai populasi, sampel,
variabel dan klasifikasi variabel penelitian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan populasi dan sampel ?
2. Apa saja yang digunakan dalam pemilihan sampel ?
3. Bagaimana teknik pengambilan sampel ?
4. Apa yang dimaksud dengan variabel ?
5. Bagaimana klasifikasi variabel ?
6. Apa saja macam-macam variabel penelitian?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian populasi dan sampel.
2. Untuk mengetahui pemilihan sampel.
3. Untuk mengetahui teknik sampling.
4. Untuk mengetahui pengertian variabel penelitian.
5. Untuk mengetahui klasifikasi variabel penelitian.
6. Untuk mengetahui macam-macam variabel penelitian.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Populasi dan Sampel


Populasi berasal dari kata bahasa inggris yaitu population, yang berarti
jumlah penduduk.  Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi, orang
kebanyakan menghubungkannya dengan masalah-masalah kependudukan. Hal
tersebut ada benarnya juga, karena itulah makna kata populasi sesungguhnya.
Kemudian pada perkembangan selanjutnya, kata populasi menjadi amat
populer, dan digunakan di berbagai disiplin ilmu.
Dalam metode penelitian kata populasi digunakan untuk menyebutkan
serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh
karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan (universal) dari objek
penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai,
peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat
menjadi sumber data penelitian.
Karena pengertian populasi yang dikemukakan diatas, maka populasi
menjadi amat beragam. Kalau populasi dilihat dari penentuan sumber data,
maka populasi dapat dibedakan menjadi:
1. Populasi terbatas, yaitu populasi yang memiliki sumber
yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif.
2. Populasi tak terhingga, yaitu populasi yang memiliki
sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif.
Dilihat dari kompleksitas objek populasi, maka populasi dapat
dibedakan menjadi: 
1. Populasi homogen, yaitu keseluruhan individu yang
menjadi anggota populasi, memiliki sifat yang relatif sama satu sama
lainnya.
2. Populasi heterogen, yaitu keseluruhan individu anggota populasi relatif
memiliki sifat-sifat individual, dimana sifat tersebut membedakan
individu anggota populasi yang satu dengan yang lainnya.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu. kesimpulannya akan dapat
diberlakukan populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representatif (mewakili).

B. Pemilihan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili
populasi dalam penelitian. Adapun alasan-alasan penelitian dilakukan dengan
mempergunakan sampel, yaitu:
1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter
yang jumlahnya tidak diketahui  dengan pasti, pada dasarnya bersifat
konseptual. Karena itu  sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data
dari populasi seperti itu, demikian juga dalam populasi terbatas
(terhingga) yang jumlahnya sangat besar dan tidak praktis untuk
mengumpulkan  data dari populasi. Mislanya, populasi 50 juta murid
sekolah dasar yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia.
2. Masalah biaya
Besar kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek
yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya
yang diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup
luas. Oleh karena itu, sampling ialah salah satu cara untuk mengurangi
biaya.
3. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit
daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu
yang tersedia terbatas, dan kesimpulan yang diinginkan dengan segera,
maka penelitian sampel dalam hal ini lebih cepat.

4
4. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi
karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin
mengeluarkan semua darah dari tubuh seorang pasien yang akan
dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon
untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya
pada sampel.
5. Masalah ketelitian
Adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan dapat 
dipertanggung jawabkan. Ketelitian dalam hal ini, meliputi pengumpulan,
pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi belum tentu
ketelitian terselengara. Boleh jadi peneliti akan menjadi bosan dalam
melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian
terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
6. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seseorang penelitian:
apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu, dan
tenaga yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan
penelitian? Dengan kata lain penelitian  sampel pada dasarnya akan lebih
ekonomis daripada penelitian populasi.

Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka sampling yaitu


daftar dari semua unsur sampling dalam populasi sampling, dengan syarat:
1. Harus meliputi seluruh unsur sampel.
2. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali.
3. Harus up to date.
4. Batas-batasnya harus jelas.
5. Harus dapat dilacak dilapangan.

5
C. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang secara
umum terbagi dua yaitu probability sampling dan non probability sampling.
Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain :
1. Tabel Isaac dan Michael
Tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael memberikan
kemudahan penentuan jumlah sampel berdasarkan tingkat kesalahan 1%, 5%
dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat secara langsung menentukan
besarnya sampel berdasarkan jumlah populasi dan tingkat kesalahan yang
dikehendaki.
2. Rumus Slovin
n = N/N(d)2 + 1
Keterangan:
n = sampel
N = populasi
d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang
dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125/125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95

Adapun teknik sampling dalam penelitian, yaitu:


1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk
menjadi sampel. Teknik ini meliputi:
a. Simple Random Sampling
Teknik ini adalah teknik yang paling sederhana (simple). Sampel
diambil secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam
populasi. Misalnya: Populasi siswa SD Negeri XX Jakarta yang
berjumlah 500 orang. Jumlah sampel ditentukan dengan Tabel Isaac
dan Michael dengan tingkat kesalahan adalah sebesar 5% sehingga

6
jumlah sampel ditentukan sebesar 205. Jumlah sampel 205 ini
selanjutnya diambil secara acak tanpa memperhatikan kelas, usia dan
jenis kelamin.
b. Sampling Sistematis
Adalah teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari
populasi, baik yang berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri oleh
peneliti maupun nomor identitas tertentu, ruang dengan urutan yang
seragam atau pertimbangan sistematis lainnya. Contohnya: Akan
diambil sampel dari populasi karyawan yang berjumlah 125.
Karyawan ini diurutkan dari 1–125 berdasarkan absensi. Peneliti bisa
menentukan sampel yang diambil berdasarkan nomor genap (2, 4, 6,
dan seterusnya) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dan seterusnya), atau bisa
juga mengambil nomor kelipatan (2, 4, 8, 16, dan seterusnya).
c. Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun
penentuan sampelnya memperhatikan strata (tingkatan) yang ada
dalam populasi. Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah
125. Dengan rumus Slovin (lihat contoh di atas) dan tingkat kesalahan
5% diperoleh besar sampel adalah 95. Populasi sendiri terbagi ke
dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan) yang masing-
masing berjumlah:
Marketing: 15
Produksi : 75
Penjualan : 35
Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masing bagian
tersebut ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas/jumlah
populasi keseluruhan) X jumlah sampel yang ditentukan
Marketing : 15 / 125 x 95 = 11,4 dibulatkan 11
Produksi : 75 / 125 x 95 = 57
Penjualan : 35 / 125 x 95 = 26.6 dibulatkan 27

7
Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57+ 27 =
95 sampel.
Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah
heterogen (tidak sejenis) yang dalam hal ini berbeda dalam hal bidang
kerja, sehingga besarnya sampel pada masing-masing strata atau
kelompok diambil secara proporsional.
d. Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang
hampir mirip dengan proportionate stratified random sampling dalam
hal heterogenitas populasi. Namun, ketidak proporsionalan penentuan
sample didasarkan pada pertimbangan jika anggota populasi berstrata
namun kurang proporsional pembagiannya.
Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang
berstrata berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2.
Namun jumlahnya sangat tidak seimbang, yaitu :
SMP : 100 orang
SMA : 700 orang
DIII : 180 orang
S1 : 10 orang
S2 : 10 orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak
seimbang (terlalu kecil dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga
dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai sampel.
e. Cluster Sampling
Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data
atau populasi sangat luas misalnya penduduk suatu propinsi,
kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar di seluruh
provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya, maka
wilayah populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan
menentukan jumlah sample yang digunakan pada masing-masing

8
daerah tersebut dengan menggunakan teknik proporsional stratified
random sampling mengingat jumlahnya yang bisa saja berbeda.
Contoh: Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar
mengajar di tingkat SMU. Populasi penelitian adalah siswa SMA
seluruh Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak dan terbagi dalam
berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan dalam
tahapan sebagai berikut :
a) Menentukan sample daerah. Misalnya, ditentukan secara acak 10
Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel.
b) Mengambil sampel SMU di tingkat Provinsi secara acak yang
selanjutnya disebut sampel provinsi. Karena provinsi terdiri dari
Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak SMU tingkat
Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut
Kabupaten Sampel), dan seterusnya, sampai tingkat
kelurahan/Desa yang akan dijadikan sampel. Setelah digabungkan,
maka keseluruhan SMU yang dijadikan sampel ini diharapkan
akan menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.

2. Non Probabilty Sampling


Non Probability artinya setiap anggota populasi tidak memiliki
kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel. Teknik-teknik yang
termasuk ke dalam Non Probability ini antara lain:
a. Sampling Kuota
Sampling Kuota adalah teknik sampling yang menentukan
jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah
kuota yang diinginkan. Misalnya akan dilakukan penelitian tentang
persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar guru. Jumlah sekolah
adalah 10, maka sampel kuota dapat ditetapkan masing-masing 10
siswa per sekolah.

9
b. Sampling Insidential
Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara
kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan (insidential) bertemu dengan
peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang
ditentukan akan dijadikan sampel. Misalnya, penelitian tentang
kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A. Sampel ditentukan
berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall A
tersebut, maka siapa saja yang kebetulan bertemu di depan Mall A
dengan peneliti (yang berusia di atas 15 tahun) akan dijadikan sampel.
c. Sampling Purposive
Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Misalnya,
peneliti ingin meneliti permasalahan seputar daya tahan mesin tertentu.
Maka sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli mesin yang
mengetahui dengan jelas permasalahan ini. Atau penelitian tentang
pola pembinaan olahraga renang. Maka sampel yang diambil adalah
pelatih-pelatih renang yang dianggap memiliki kompetensi di bidang
ini. Teknik ini biasanya dilakukan pada penelitian kualitatif.
d. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi.
Biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100.
Misalnya akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di SMA XXX
Jakarta. Karena jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru dijadikan
sampel penelitian.
e. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang
semula kecil kemudian terus membesar ibarat bola salju. Misalnya
akan dilakukan penelitian tentang pola peredaran narkoba di wilayah
A. Sampel mula-mula adalah 5 orang narapidana, kemudian terus
berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau responden
terus berkembang sampai ditemukannya informasi yang menyeluruh

10
atas permasalahan yang diteliti. Teknik ini juga lebih cocok untuk
penelitian kualitatif.

D. Pengertian Variabel
Variabel merupakan sebuah istilah yang diambil dari kata “vary” dan
“able” yang berarti “berubah” dan “dapat”. Jadi kata variabel sendiri memiliki
arti ‘dapat berubah’ oleh karena itulah setiap variabel bisa kita bisa kita beri
nilai dan juga nilai itu bisa berubah-ubah.
Pengertian variabel menurut para ahli :
1. Menurut Sugiyono (2009), pengertian variabel
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
2. Menurut F.N. Kerlinger, variabel adalah konstrak
(constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya, tingkat aspirasi,
penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji,
produktivitas kerja, dan lain-lain.
3. Kidder, menyebutkan variabel adalah suatu kualitas
dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
4. Bhisma Murti, menyebutkan variable didefinisikan
sebagai fenomena yang mempunyai variasi nilai. Variasi nilai itu bisa
diukur secara kualitatif atau kuantitatif.
5. Menurut Moh. Kasiram, variabel ialah segala
sesuatu yang menunjukkan adanya variasi (bukan hanya satu macam),
baik bentuknya, besarnya, kualitasnya, nilainya, warnanya dsb.
6. Sudigdo Sastroasmoro, menyebutkan variable
merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu
subyek ke subyek lainnya.
7. Dr. Ahmad Watik Pratiknya, menyebutkan variable
adalah Konsep yang mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah
penggambaran atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang

11
berupa apapun, asal mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut
sebagai variable. Dengan demikian, variable dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang bervariasi.
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Variabel
Penelitian adalah segala sesuatu baik itu berupa attribut, nilai, sifat dari objek
seperti orang ataupun kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil
kesimpulannya.

E. Klasifikasi Variabel Penelitian


Untuk meng-klasifikasi variabel sebuah penelitian bisa dilakukan
dengan beberapa cara seperti berdasarkan sifat, kedudukan, skala, dan alat
ukur pengumpulan datanya. Berikut ulasan lengkap dalam meng-
kalsifikasikan variabel penelitian.
1. Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifatnya variabel terbagi lagi menjadi 3 bagian:
a. Variabel Kategori
Variabel kategori adalah variabel yang bisa diklasifikasikan
secara pilah (mutually exclusive). Salah satu contoh dari variabel
yang memiliki sifat kategoris seperti:
o Jenis kelamin (laki-laki, perempuan)
o Warna kulit (putih, hitam, sawo matang)
o Status perkawinan (belum, menikah, janda/duda)
o Suku (Jawa, Sunda, Batak, Minang, dst)

b. Variabel Diskrit
Variabel diskrit merupakan variabel yang pengumpulan
datanya dilakukan dengan cara membilang atau mencacah. Nah,
dari hasil proses membilang maka data diskrit ini mempunyai
satuan ukuran yang utuh, sehingga tidak memungkinkan data
berupa pecahan. Berikut contoh variabel diskrit:

12
o Jumlah anak
o Jumlah penduduk
o Jumlah sekolah
o Jumlah provinsi
o Jumlah murid
o Jumlah usia dan lain sebagainya

c. Variabel Kontinun
Variabel kontinun adalah variabel yang didalam datanya
terdapat dalam suatu kontinun yang diperoleh dari proses
mengukur. Misalnya, seperti variabel berat badan 10kg yang
diperoleh dari hasil pengukuran. Hasil pengukuran tersebut pada
dasarnya berada dalam suatu kontinun, bisa jadi 9,98 kg atau bisa
juga 10,21 kg data dari variabel kontinun memungkinkan bentuk
pecahan. Karena, hasil dari pengukuran berada dalam sebuah
kontinun.

2. Berdasarkan Kedudukan
Jika, berdasarkan kedudukannya variabel penelitian terbagi menjadi 2
bagian yakni:
a. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dibuat tidak
sama untuk menunjukkan pengaruhnya terhadap variabel terikat.
Biasanya keberadaan variabel ini dalam penelitian menjadi variabel
yang menjelaskan terjadinya fokus atau suatu topik penelitian.
Contohnya:
“Berbagai jenis pupuk adalah variabel bebas. Karena jenis pupuk
dapat dijadikan perbandingan sehingga bisa dibuat bebas oleh
peneliti sperti pupuk kandang, pupuk k, dan lain sebaginya”.
b. Variabel Terikat

13
Variabel terikat merupakan variabel yang mengalami
perubahan karena perlakuan variabel bebas. Biasanya keberadaan
variabel ini dalam penelitian sebagai variabel yang dijelaskan dalam
fokus atau topik penelitian.
Contohnya:
”Prestasi adalah variabel terikat. Karena baik buruknya
dipengaruhi oleh minat baca, dan lain sebagainya. Maka, minat
baca adalah variabel bebasnya”.

3. Berdasarkan Skala
Berdasarkan skalanya variabel penelitian juga terbagi menjadi 4 bagi
yakni:
a. Skala Nominal
Skala Nominal adalah suatu himpunan yang terdiri dari
anggota-anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan
memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain. Misalnya :
o Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan
o Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
o Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB
o Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
o Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak
dsb.
Skala Nominal, variasinya tidak menunjukkan perurutan atau
kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam
skala nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu
mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori
yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari
kategori yang lain.

b. Skala Ordinal

14
Skala Ordinal adalah skala variabel yang menunjukkan
tingkatan- tingkatan. Skala Ordinal adalah himpunan yang
beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau jabatan.
Skala Ordinal adalah kategori yang dapat diurutkan atau diberi
peringkat.
Contoh :
o Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
o Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
o Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I,
II, dan III. Hal ini dapat dikatakan bahwa : Stadium II lebih
berat daripada Stadium I dan Stadium III lebih berat daripada
Stadium II. Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti
besarnya perbedaan keparahan itu.
o Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu –
ragu, Tidak Setuju. Dsb.

c. Skala Interval
Skala Interval adalah skala data kontinum yang batas variasi
nilai satu dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya
dapat dibandingkan. Dikatakan Skala Interval bila jarak atau
perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan
lainnya dapat diketahui secara pasti.
Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat dibandingkan
seperti halnya pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih
Kecil,dsb); tetapi nilai mutlaknya TIDAK DAPAT
DIBANDINGKAN secara Matematis, olehkarena itu batas – batas
variasi nilai pada Skala Interval bersifat ARBIITRER (ANGKA
NOL-nya TIDAK Absolut).
Contoh :
o Temperature / suhu tubuh : sebagai skala interval, suhu 36
derajat celcius jelas lebih panas daripada suhu 24 derajat

15
celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu 36 derajat
celcius 1½ kali lebih panas daripada suhu 24 derajat celcius.
Alasannya : Penentuan skala 0 derajat celcius tidak absolut (0
derajat celcius tidak berarti tidak ada suhu/temperatur sama
sekali).
o Tingkat Kecerdasan, Jarak, dsb.

d. Skala Ratio atau Skala Perbandingan.


Skala Ratio adalah skala yang disamping batas intervalnya jelas,
juga variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak
(mempunyai nilai NOL ABSOLUT).
Misalnya :
o Tinggi Badan : sebagai Skala Ratio, tinggi badan 180 Cm
dapat dikatakan mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi
badan 120 cm, hal ini juga dapat dikatakan bahwa : tinggi
badan 180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 cm.
o Denyut Nadi : Nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan
tidak ada sama sekali denyut nadinya.
o Berat badan
o Dosis obat, dsb.

4. Berdasarkan Alat Ukur Pengumpulan Data


Menurut alat ukur pengumpulan datanya, sebuah variabel dapat
digolongkan menjadi dua bagian:
a. Variabel Faktual
Variabel faktual merupakan variabel yang alat ukurnya tidak
perlu dibakukan, karena kesalahan data bukan merupakan kesalahan
alat ukurnya. Misalnya bila seseorang atau responden tidak jujur
dalam mengisi data tentang variabel usia, maka kesalahan tidak
terletak pada alat ukurnya.

16
Begitupula dengan agama, jenis kelamin, usia, pendidikan,
pekerjaan, asal daerah, dan lain sebagainya merupakan variabel
faktual.

b. Variabel Konsep
Variabel konsep adalah variabel yang alat ukur pengumpulan
datanya harus terlebuh dahulu dibakukan sebelum digunakan untuk
pengumpulan data. Hal ini deisebabkan karena kemungkinan
adanya kesalahan pengumpulan data oleh alat ukur yang salah
konsep.
Contohnya, data motivasi belajar bisa menjadi salah karena
ada beberapa pertanyaan ataupun pernyataan yang tidak mengukur
apa yang semestinya diukur (tidak valid) atau tidak memberikan
hasil yang konsisten (tidak reliabel).
Contoh lain yang termasuk dalam variabel konsep yakni
minat belajar, prestasi belajar, dan sikap terhadap pelajaran.

F. Macam-macam Variabel Penelitian


1. Variabel Independent
Variabel ini sering disebut variable stimulus, predictor,
antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variable bebas.
Variabel bebas adalah merupakan variable yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen
(terikat). Contohnya : Pengaruh Therapi Musik terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan.
2. Variabel Dependen
Sering disebut sebagai variable output, criteria, konsekuen.
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variable tertikat.
Variable terikat merupakan variabel ynag dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variable bebas. Misalnya : Pengaruh
Therapi Musik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan.

17
3. Variabel Moderator
Variabel moderator adalah variable yang mempengaruhi
(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variable independen
dengan dependen. Variable tersebut juga sebagai variable independen
kedua.
Contoh hubungan Variabel Independen – Moderator – Dependen :
Hubungan motivasi (bebas) dan prestasi belajar (terikat) akan semakin
kuat bila peranan dosen dalam menciptakan iklim/lingkungan
(moderator) belajar sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila
peranan dosen kurang baikdalam menciptakan iklim belajar.
4. Variable Intervening
Variabel intervening adalah variable yang secara teoritis
mempengaruhi hubungan antara variable independen dengan dependen
menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan
diukur. Variable ini merupakan variable penyela/antara yang terletak
diantara variable independen, sehingga variable independen tidak
langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variable dependen.
Contoh :
Tinggi rendahnya penghasilan (bebas) akan mempengaruhi secara tidak
langsung terhadap umur (terikat) harapan hidup. Di sini ada varaibel
antaranya yaitu yang berupa Gaya Hidup seseorang (intervening).
Antara variabel penghasilan dan gaya hidup terdapat variabel moderator
yaitu Budaya Lingkungan Tempat Tinggal (moderator).
5. Variabel Kontrol
Variabel control adalah variable yang dikendalikan atau dibuat
konstan sehingga pengaruh variable independen terhadap dependen
tidak dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti. Variable control
sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang
besifat membandingkan.
Contoh :

18
Pengaruh Metode Pembelajaran terhadap Penguasaan Keterampilan
terhadap Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan
Variabel Bebasnya adalah Metode Pembelajaran, misalnya Metode
Ceramah & Metode Demonstrasi. Sedangkan Variabel Kontrol
yangditetapkan adalah sama, misalnya Standard Keterampilan sama,
dari kelompok mahasiswa dengan latar belakang sama
(tingkat/semesternya sama), dari institusi yang sama. Dengan adanya
Variabel Kontrol tersebut, maka besarnya pengaruh Metode
Pembelajaran terhadap Penguasaan Keterampilan Pertolongan
Persalinan dapat diketahui lebih pasti.

G. Contoh Aplikasi Variabel dalam Penelitian


1. Penelitian tentang perbedaan keberhasilan
berdagang antara laki-laki dan perempuan. Dari penelitian tersebut
misalnya diketahui bahwa pedagang laki-laki lebih berhasil dibandingkan
dengan pedagang perempuan, lalu apa manfaat penelitian ini? Tindak
lanjut apa dan bagaimana yang dapat dilakukan? Apakah kita sarankan
pedagang perempuan diubah kelaminnya menjadi laki-laki? Atau apakah
disarankan yang berdagang hanya laki-laki saja, sementara perempuan
mencari pekerjaan lain?
Dengan masalah tersebut anda bisa membantah dan mengusulkan saran
yang berguna misalnya : perempuan yang akan berdagang ditingkatkan
kemampuannya supaya lebih berhasil. Alasan jenis kelamin juga dapat
dikaitkan dengan kegiatan mengasuh anak.
2. Penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap minat baca mahasiswa. Dari makna yang tersirat dalam
penelitian ini, peneliti mencoba mengungkap faktor-faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap minat baca mahasiswa dengan harapan
memperoleh manfaat dapat meningkatkan peranan faktor-faktor yang
ternyata besar terhadap minat baca mahasiswa. Cukup bermanfaatkah
penelitian ini? Dibandingkan dengan penelitian yang pertama mana yang

19
lebih banyak manfaatnya? Untuk melakukan penelitiannya, tentu peneliti
menentukan faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap minat
baca mahasiswa, kemudian melalui kegiatan penelitian nya ia mencari
data untuk melihat faktor-faktor mana yang lebih berpengaruh.

20
21

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah kami mengenai “Variabel Penelitian,
Populasi dan Sampel” maka kami menyimpulkan :
1. Populasi dapat diartikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.
2. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi.
3. Teknik sampling dibedakan menjadi probability
sampling dan nonprobability sampling.
4. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya.
5. Pengukuran variabel penelitian dapat
dikelompokkan menjadi 4 skala pengukuran, yaitu : skala nominal,
skala ordinal, skala interval dan skala ratio.
6. Variable penelitian dibedakan menjadi : variable
independen, variable dependen, variable moderator, variable intervening
dan variable control.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami mengharapkan agar makalah ini
dapat menambah wawasan para pembaca mengenai populasi, sampel dan
variable penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.


Hadi, dkk. 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Hasan, Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Kasiram, Moh. 2008. Metodologi Penelitian. Malang: UIN-Malang Press.
Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ruslan, Rosdy. 2003. Metode Penelitian Publik. Surabaya: PT Raja Grafindo
Persada.
Setyawan, Aditya. 2009. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Diakses
pada 19 September 2022, di :
http://adityasetyawan.files.wordpress.com/2009/01/variable-penelitian-dan-
definisi-operasional-variable2.pdf
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

11

Anda mungkin juga menyukai