Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

METODE PENELITIAN
“POPULASI PENELITIAN DAN SAMPLING”

Disusun Oleh :

NURUL WAHYUDDIN. : 50400122056

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKKASAR


FAKULATAS DAKWAH DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama TUHAN yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Populasi dan Sampel.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Populasi dan Sampel ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

tondano
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang bermaksud mengungkapkan rahasia
ilmu secara obyektif, dengan dibentengi bukti-bukti yang lengkap dan kokoh.
Penelitian merupakan proses kreatif untuk mengungkapkan suatu gejala melalui
cara tersendiri sehingga diperoleh suatu informasi. Pada dasarnya, informasi
tersebut merupakan jawaban atas masalah-masalah yang dipertanyakan
sebelumnya.
Salah satu bagian dalam desain penelitian adalah menentukan populasi dan
sampel penelitian. Kegiatan penelitian banyak dilakukan dengan penarikan
sampel, karena metode penarikan sampel lebih praktis, biayanya lebih hemat,
serta memerlukan waktu dan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan dengan
metode sensus. Penentuan sampel dari suatu populasi, disebut sebagai
penarikan sampel.
Penelitian yang memakai sampel untuk meneliti atau menyelidiki karakteristik
objek penelitian, dilakukan dengan beberapa alasan antara lain objek yang
diteliti sifatnya mudah rusak, objek yang diteliti bersifat homogen, tidak mungkin
meneliti secara fisik seluruh objek dalam populasi, untuk menghemat biaya,
untuk menghemat waktu dan tenaga, serta keakuratan hasil sampling.
Dalam penelitian yang menggunakan sampel sebagai unit analisis, baik pada
penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan penelitian dengan pendekatan
kualitatif, setidaknya terdapat dua hal yang menjadi masalah atau persoalan
yang dihadapi, yaitu pertama, bahwa persoalan sampling adalah proses untuk
mendapatkan sampel dari suatu populasi. Di sini sampel harus benar-benar bisa
mencerminkan keadaan populasi, artinya kesimpulan hasil penelitian yang
diangkat dari sampel harus merupakan kesimpulan atas populasi. Sehingga
masalah yang dihadapi adalah bagaimana memperoleh sampel yang
representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili elemen lain dalam populasi atau
mencerminkan keadaan populasi. Kedua, masalah yang dihadapi dalam
penelitian yang menggunakan sampel sebagai unit analisis adalah tentang
bagaimana proses pengambilan sampel dan berapa banyak unit analisis yang
akan diambil. Sehingga masalah yang dihadapi diantaranya teknik penarikan
sampel manakah yang cocok dengan karakteristik populasi, tujuan dan masalah
penelitian yang akan dikaji. Selain itu berapa banyak unit analisis atau ukuran
sampel (sample size) yang akan dilibatkan dalam kegiatan penelitian.
Berdasarkan pengertian diatas, maka makalah ini membahas materi mengenai
populasi dan sampel dalam penelitian kuantitatif.
B . RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud pengertian populasi dan sampel?
2. Apa saja manfaat-manfaaat sampel
3. Apa saja teknik pengambilan sampel?
4. Bagaimana cara menentukan ukuran sampel?
C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian populasi dan jenis-jenisnya.


2. Untuk mengetahui pengertian sampel.
3. Untuk mengetahui teknik sampling.
4. Untuk mengetahui cara menentukan ukuran sampel.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa inggris population, yang berarti jumlah
penduduk. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Secara sederhana, populasi
adalah semua subjek atau objek sasaran penelitian.
Populasi bukan hanya bersifat orang saja, tetapi juga bisa benda-benda alam
lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang
dipelajari, tetapi juga meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek
atau objek itu. Wujud subjek itu bermacam-macam, bisa berupa: manusa,
hewan, tumbuh-tumbuhan, barang produk (hasil-hasil kerajinan, basil-basil
industri, dan lain-lain), barang-barang nonproduk (batu, pasir, tanah, air, dan lain
-lain), dan bentuk lingual atau ungkapan verbal (kata, frasa, kalimat, paragraf,
teks), atau dokumen dan barang cetak.
Perlakuan peneliti terhadap subjek atau objek tersebut dapat memungkinkan
dua alternatif status populasi. Pertama, populasi penelitian itu bersatus sebagai
objek penelitian jika populasi itu bukan sebagai sumber informasi, tetapi subagai
substansi yang diteliti, seperti hasil produksi (susu kaleng, cat, topeng, dan lain-
lain). Kedua, populasi penelitian itu berstatus sebagai sumber informasi, seperti
manusia dan dokumen. Dalam survei sosial, orang atau sekelompok orang lazim
berfungsi sebagai sumber informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan
diri mereka atau fenomena-fenomena sosial yang berhubungan dengan
mereka. Dalam penelitian tertentu, populasi penelitian dapat berstatus ganda,
sebagai objek penelitian yang informasinya juga dari populasi itu. Penelitian
tentang “perbedaan cara belajar antara mahasiswa bidang eksakta dan
mahasiswa bidang sosial” mengisyaratkan populasi penelitian akan
berstatus ganda: sebagai objek penelitian yang sekaligus juga sebagai sumber
data penelitian.
Menurut S. Margono, Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian
kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi
berhubungan dengan data, bukan manusianya. Jika manusia memberikan suatu
data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama banyaknya dengan
ukuran manusia.
Populasi memiliki parameter yakni besaran terukur yang menunjukkan ciri
populasi tersebut. Besaran-besaran yang kita kenal antara lain: rata-rata
bentengan, rata-rata simpangan, variansi, simpangan baku sebagai parameter
populasi. Parameter suatu populasi adalah tetap nilainya, jika nilainya berubah,
maka populasinyapun berubah.
Data yang di gunakan dalam penelitian (bahan penelitian), dapat berupa
populasi (universe) atau sampel.

2.Sampel
Sampel berasal dari bahasa Inggris “sample” yang artinya contoh, comotan
atau mencomot yaitu mengambil sebagian saja dari yang banyak. Dalam hal ini
yang dimaksud dengan yang banyak adalah populasi. Dalam suatu penelitian,
tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi karena akan
memakan banyak waktu dan biaya yang besar. Oleh karena itu dilakukan
pengambilan sampel, dimana sampel yang diambil adalah sampel yang benar-
benar representasi atau yang mewakili seluruh populasi.
Dalam suatu penelitian yang menjadi dasar pertimbangan pengambilan
sampel adalah memperhitungkan masalah efisiensi (waktu dan biaya) dan
masalah ketelitian dimana penelitian dengan pengambilan sampel dapat
mempertinggi ketelitian karena jika penelitian terhadap populasi belum tentu
dapat dilakukan secara teliti. Seorang peneliti dalam suatu penelitian harus
memperhitungkan dan memperhatikan hubungan antara waktu, biaya dan
tenaga yang akan dikeluarkan dengan presisi (tingkat ketepatan) yang akan
diperoleh sebagai pertimbangan dalam menentukan metode pengambilan
sampel yang akan digunakan. Sampel adalah bagian dari populasi yang
diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian.

B. MANFAAT SAMPEL
Populasi yang jumlahnya tidak terlalu besar, sering juga diteliti secara
keseluruhan tanpa mengambil sampel. Namun kalau jumlah populasi besar,
sebaiknya diambil sampel sebagai bahan kajian. Karena meneliti sebagian saja
sebagai sampel penelitian , mempunyai banyak manfaat, yaitu:
1) Dapat menghemat biaya, tenaga, fikiran dan waktu peneliti.
2) Meneliti sampel hasil yang diperoleh sama atau hampr sama dengan
meneliti populasi.
3) Data lebih cepat diperoleh dibandingkan dengan meneliti populasi secara
keseluruhan.
4) Dapat menghasilkan gambaran (representative) yang dapat dipercaya dari
seluruh populasi. Misal: tinggi badan di kelas, rata-rata pendapatan petani,
dan lain-lain.
5) Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil penelitian. Presisi adalah
ketepatan yang ditentukan oleh perbedaan hasil yang diperoleh.
6) Sederhana sehingga mudah dilaksanakan.
7) Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-
rendahnya.
Manfaat Sampel adalah untuk memperoleh data yang representative dalam
kaitanya dengan populasi yang menjadi sasaran penelitian. Bila metode
pengambilan sampel yang dipakai tepat, diharapkan individu-individu sampel
yang diobservasi maupun mewakili seluruh anggota populasi dan mampu
memberi informasi yang terkait dengan populasi yang diteliti. Informasi yang
diperoleh akan menjadi bahan baku bagi pengambilan keputusan. Dalam hal ini
agar informasi yang diperoleh bisa memenuhi tujuan tersebut dibutuhkan
ketepatan dari data yang dikumpulkan. Agar data yang diambil berguna maka
data tersebut haruslah objektif (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya),
representative (mewakili keadaan yang sebenarnya), variasinya kecil, tepat
waktu dan relevan untuk menjawab persoalan yang sedang menjadi pokok
bahasan
C. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel
acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak
atau nonrandom samping/nonprobability sampling. Yang dimaksud
dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan
kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya
jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25,
maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom
sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai
kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih
sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang
lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).
Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang
berbeda. Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk
mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka
seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak. Namun jika peneliti
tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil penelitian maka sampel
bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika
peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan informasi
lengkap tentang setiap elemen populasi.
Contohnya, jika yang diteliti populasinya adalah konsumen teh botol,
kemungkinan besar peneliti tidak mengetahui dengan pasti berapa jumlah
konsumennya, dan juga karakteristik konsumen. Karena dia tidak mengetahui
ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia mengatakan bahwa 200 konsumen
sebagai sampel dikatakan “representatif”?. Kemudian, bisakah peneliti memilih
sampel secara acak, jika tidak ada informasi yang cukup lengkap tentang diri
konsumen?. Dalam situasi yang demikian, pengambilan sampel dengan cara
acak tidak dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain kecuali sampel diambil
dengan cara tidak acak atau nonprobability sampling, namun dengan
konsekuensi hasil penelitiannya tersebut tidak bisa digeneralisasikan. Jika
ternyata dari 200 konsumen teh botol tadi merasa kurang puas, maka peneliti
tidak bisa mengatakan bahwa sebagian besar konsumen teh botol merasa
kurang puas terhadap the botol.
Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik yang
lebih spesifik lagi. Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan
istilah simple random sampling, stratified random sampling, cluster sampling,
systematic sampling, dan area sampling. Pada nonprobability sampling dikenal
beberapa teknik, antara lain adalah convenience sampling, purposive sampling,
quota sampling, snowball sampling

1. Probability/Random Sampling.
Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara
acak adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan
nama “sampling frame”. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah
daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel.
Elemen populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian,
tentang tempat, atau juga tentang benda. Jika populasi penelitian adalah
mahasiswa perguruan tinggi “A”, maka peneliti harus bisa memiliki daftar semua
mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi “A “ tersebut selengkap mungkin.
Nama, NRP, jenis kelamin, alamat, usia, dan informasi lain yang berguna bagi
penelitiannya.. Dari daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti mengetahui jumlah
populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah tangga dalam sebuah kota,
maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh rumah tangga kota tersebut. Jika
populasinya adalah wilayah Jawa Barat, maka penelti harus mepunyai peta
wilayah Jawa Barat secara lengkap. Kabupaten, Kecamatan, Desa, Kampung.
Lalu setiap tempat tersebut diberi kode (angka atau simbol) yang berbeda satu
sama lainnya.
Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang
bisa dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja
yang bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel
Angka Random, kalkulator, atau undian. Pemilihan sampel secara acak bisa
dilakukan melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak.
Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep “acak” atau
“random” itu sendiri.
a. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung
deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada
setiap unsur atau elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi
rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada
yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-
perbedaan lainnya. Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan
kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan
merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak
sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai
kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Terdapat 2 pendapat
mengenai metode pengambilan sampel acak sederhana. Pendapat pertama
menyatakan bahwa setiap nomor yang terpilih harus dikembalikan lagi sehingga
setiap sampel memiliki prosentase kesempatan yang sama. Pendapat kedua
menyatakan bahwa tidak diperlukan pengembalian pada pengambilan sampel
menggunakan metode ini. Namun, metode yang paling sering digunakan
adalah Simple Random Sampling dengan pengembalian.

Kelebihan metode ini yaitu dapat mengurangi bias dan dapat


mengetahui standard error penelitian. Sementara kekurangannya yaitu tidak
adanya jaminan bahwa sampel yang terpilih benar-benar dapat
merepresentasikan populasi yang dimaksud.

Contoh Pengambilan Sampel Metode Acak Sederhana:


Dalam suatu penelitian dibutuhkan 30 sampel, sedangkan populasi penelitian
berjumlah 100 orang. Selanjutnya peneliti membuat undian untuk mendapatkan
sampel pertama. Setelah mendapatkan sampel pertama, maka nama yang
terpilih dikembalikan lagi agar populasi tetap utuh sehingga probabilitas
responden berikutnya tetap sama dengan responden pertama. Langkah tersebut
kembali dilakukan hingga jumlah sampel memenuhi kebutuhan penelitian.

b. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis


Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak
memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel
sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih
unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan
sampel adalah yang “keberapa”.
Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota
diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan
dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu, yang
diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.

c. Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan

Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut


mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti
dapat mengambil sampel dengan cara ini. Metode Pengambilan sampel acak
berstrata mengambil sampel berdasar tingkatan tertentu. Misalnya penelitian
mengenai motivasi kerja pada manajer tingkat atas, manajer tingkat menengah
dan manajer tingkat bawah. Proses pengacakan diambil dari masing-masing
kelompok tersebut.

 Cluster Sampling atau Sampel Acak Berdasar Area


Cluster Sampling adalah teknik sampling secara berkelompok.
Pengambilan sampel jenis ini dilakukan berdasar kelompok / area tertentu.
Tujuan metode Cluster Random Sampling antara lain untuk meneliti tentang
suatu hal pada bagian-bagian yang berbeda di dalam suatu instansi.

Misalnya, penelitian tentang kepuasan pasien di ruang rawat inap,


ruang IGD, dan ruang poli di RS A dan lain sebagainya.

 Area Sampling atau Sampel Wilayah


Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi
penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Proses pengambilan sampel jenis ini
dilakukan secara bertingkat. Baik itu bertingkat dua, tiga atau lebih.

Misalnya -> Kecamatan -> Gugus -> Desa -> RW –>RT

2. Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak


Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara
acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama
untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel
bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya
sudah direncanakan oleh peneliti.
a) Purposive Sampling
Purposive Sampling adalah teknik sampling yang cukup sering digunakan.
Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih
sampel. Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti


berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria
khusus yang menyebabkan calon responden yang memenuhi kriteria inklusi
harus dikeluarkan dari kelompok penelitian. Misalnya, calon responden
mengalami penyakit penyerta atau gangguan psikologis yang dapat
memengaruhi hasil penelitian.

Contoh Purposive Sampling: penelitian tentang nyeri pada pasien


diabetes mellitus yang mengalami luka pada tungkai kaki. Maka kriteria inklusi
yang dipakai antara lain:

1.Penderita Diabetes Melitus dengan luka gangrene (luka pada tungkai kaki Usia
18-59 tahun

2. Bisa membaca dan menulis

Kriteria eksklusi:

1.Penderita Diabetes Melitus yang memiliki penyakit penyerta lainnya seperti


gangguan ginjal, gagal jantung, nefropati, dan lain sebagainya.

2.Penderita Diabetes Melitus yang mengalami gangguan kejiwaan.

b) Accidental Sampling.
Pada metode penentuan sampel tanpa sengaja (accidental) ini, peneliti
mengambil sampel yang kebetulan ditemuinya pada saat itu. Penelitian ini cocok
untuk meneliti jenis kasus penyakit langka yang sampelnya sulit didapatkan.
Contoh penggunan metode ini, peneliti ingin meneliti tentang penyakit
Steven Johnson Syndrom yaitu penyakit yang merusak seluruh mukosa atau
lapisan tubuh akibat reaksi tubuh terhadap antibiotik.

Kasus Steven Johnson Syndrome ini cukup langka dan sulit sekali
menemukan kasus tersebut. Dengan demikian, peneliti mengambil sampel saat
itu juga, saat menemukan kasus tersebut. Kemudian peneliti melanjutkan
pencarian sampel hingga periode tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti.
Tehnik pengambilan sampel dengan cara ini juga cocok untuk penelitian
yang bersifat umum, misalnya seorang peneliti ingin meneliti kebersihan Kota
Bandung. Selanjutnya dia menanyakan tentang kebersihan Kota Bandung pada
warga Bandung yang dia temui saat itu.

c) Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara
proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan
perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai
dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-
laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi,
teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak,
melainkan secara kebetulan saja.
d) Snowball Sampling – Sampel Bola Salju
Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
wawancara atau korespondensi. Metode ini meminta informasi dari sampel
pertama untuk mendapatkan sampel berikutnya, demikian secara terus menerus
hingga seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi.

Metode pengambilan sampel Snowball atau Bola salju ini sangat cocok
untuk penelitian mengenai hal-hal yang sensitif dan membutuhkan privasi
tingkat tinggi, misalnya penelitian tentang kaum waria, penderita HIV, dan
kelompok khusus lainnya.
e) Teknik Sampling Jenuh
Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel yang menjadikan
semua anggota populasi sebagai sampel. dengan syarat populasi yang ada
kurang dari 30 orang.
D.Ukuran Sampel
Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun
acuan tabel yang dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk penelitian
korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah
30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari
masing-masing kelompok dan untuk penelitian survey jumlah sampel minimum
adalah 100.
Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan
umum untuk menentukan ukuran sampel :
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian
2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior,
dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori
adalah tepat
3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda),
ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam
penelitian
4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen
yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran
sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran
tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal
tingkat kesalahan, pada penelitian sosial maksimal tingkat kesalahannya adalah
5% (0,05). Makin besar tingkat kesalahan maka makin kecil jumlah sampel.
Namun yang perlu diperhatikan adalah semakin besar jumlah sampel (semakin
mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan
sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka
semakin besar peluang kesalahan generalisasi.
Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain :
1. UKURAN SAMPEL DENGAN TEORI SLOVIN (1960)
Salah satu literatur yang paling banyak digunakan adalah penentuan
ukuran sampel menggunakan rumus slovin (1960). Seorang ahli yang bernama
slovin ini ternyata sampai saat ini belum diketahui Siapa nama aslinya, bahkan
pernah menjadi perdebatan mengenai tahun terbit dari naskah yang ditulis oleh
slovin ini yaitu tahun 1960 dan 1843. Dalam tulisan Riduwan (2005), dengan
judul penelitian “belajar mudah penelitian untuk guru”, dia mengutip rumus
slovin dengan formula sebagai berikut;
RUMUS SAMPEL : RUMUS SLOVIN
n=N1+Ne2
n= besar sampel yang ;
N= ukuran populasi atau jumlah elemen dalam populasi ;
e= nilai presisi atau tingkat signifikansi yang telah ditentukan.
Umumnya dalam penelitian tingkat signifikansi ditentukan sebesar 95% atau
0,05.
Karena sampel kita harus berupa angka bulat dan orang, maka kita
lakukan pembulatan mengikuti aturan pembulatan standar yaitu, apabila ≥ 0,5
maka kita bulatkan ke atas dan sebaliknya.
2. UKURAN SAMPEL PENELITIAN PENURUT GAY, LR DAN DIEHL, PL (1992)
Hasil penelitian dari Gay, LR dan Diehl, PL (1992), dengan judul penelitian
“Research Methods for Business and Management disebutkan bahwa ukuran
sampel penelitian haruslah sebesar-besarnya. Asumsi yang disampaikan oleh
Gay dan Diehl didasarkan pada semakin besar sampel yang diambil maka
semakin merepresentasikan bentuk dan karakter populasi serta lebih dapat
untuk digeneralisir. Meskipun demikian, ukuran pasti sampel yang akan diambil
sangat bergantung pada jenis penelitian yang sedang digarap.
Berikut beberapa kondisi yang perlu diperhatikan;
 Apabila penelitian yang sedang dikerjakan merupakan
penelitian deskriptif, maka ukuran sampel sekurang-
kurangnya adalah sebesar 10% dari total elemen populasi.
 Apabila penelitian yang dikerjakan merupakan penelitian
bersifat korelasi atau berhubungan, maka ukuran sampel
sekurang-kurangnya adalah sebesar 30 subjek ( unit
sampel).
 Apabila penelitian yang dikerjakan merupakan penelitian
bersifat perbandingan, maka ukuran sampel penelitian
yang direkomendasikan adalah sebesar 30 subjek.
 Apabila penelitian yang dikerjakan merupakan
eksperimental berkelompok, maka ukuran sampel yang
direkomendasikan adalah sebesar 15 sampel perkelompok.
3. UKURAN SAMPEL PENELITIAN MENURUT WIRATNA SUJARWENI (2008).
Dalam tulisan Wiratna Sujarweni (2008) tentang “Belajar mudah SPSS
untuk skripsi, tesis, desertasi & umum” memang tidak ada jumlah atau nilai
tertentu yang syaratkan. Sujarweni berbendapat bahwa jumlah sampel yang
diharapkan 100% mewakili populasi adalah keseluruhan anggota populasi itu
sendiri.
Menurut saya pendapat ini memberi kita pemahaman yang lebih dalam
bahwa hampir tidak mungkin untuk mendapatkan gambaran 100% populasi dari
data sampel. Untuk itu dibutuhkan kehati-hatian dalam memilih metode
sampling, menentukan jumlah sampel, dan perlunya memperhitungkan tingkat
kesalahan.
Sujarweni juga menambahkan jika ukuran suatu populasi sangat besar
maka penelitiannya dapat dilakukan dengan survei sampel. Penentuan ukuran
sampel boleh menggunakan rumus slovin.
4. UKURAN SAMPEL PENELITIAN MENURUT JACOB COHEN (DALAM
SUHARSIMI ARIKUNTO, 2010:179)
Formula sampel Jacob Cohen
N=LF²+u+
Dimana :
N = Ukuran sampel
F² = Effect Size
u = Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L = Fungsi Power dari u= 0
5. UKURAN SAMPEL PENELITIAN BERDASARKAN PROPORSI (TABEL ISAAC
DAN MICHAEL)
Menentukan ukuran sampel penelitian menggunakan tabel Isaac dan
Michael sedikit lebih mudah, dimana sudah ditentukan tingkat kesalahan untuk
1%, 5% dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat secara langsung menentukan
besaran sampel berdasarkan jumlah populasi dan tingkat kesalahan yang
dikehendaki.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel
jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang
akan kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan
sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti
harus melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti
keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Muri, 2014. Metode Penelitian populasi,sampelf, dan Penelitian


Gabungan; Jakarta Kencana.
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed
Methods), Bandung: Alfabeta.
Soehartono, Irawan, 1995. Metode Peelitian Sosial, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sukandarrumidi, 2012. Metodelogi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti
Pemula, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai