KELAS B3
KELOMPOK 5
UNIVERSITAS UDAYANA
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PETA KONSEP..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
PEMBAHASAN........................................................................................................................1
KESIMPULAN........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
ii
PEMBAHASAN
1.1 Definis Populasi dan Sampel
A. Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa inggris population, yang berarti jumlah
penduduk. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Secara sederhana, populasi adalah semua
subjek atau objek sasaran penelitian.
Populasi bukan hanya bersifat orang saja, tetapi juga bisa benda-benda alam
lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang
dipelajari, tetapi juga meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek
atau objek itu. Wujud subjek itu bermacam-macam, bisa berupa: manusa, hewan,
tumbuh-tumbuhan, barang produk (hasil-hasil kerajinan, basil-basil industri, dan lain-
lain), barang-barang nonproduk (batu, pasir, tanah, air, dan lain-lain), dan bentuk
lingual atau ungkapan verbal (kata, frasa, kalimat, paragraf, teks), atau dokumen dan
barang cetak.
Perlakuan peneliti terhadap subjek atau objek tersebut dapat memungkinkan
dua alternatif status populasi. Pertama, populasi penelitian itu bersatus sebagai objek
penelitian jika populasi itu bukan sebagai sumber informasi, tetapi subagai substansi
yang diteliti, seperti hasil produksi (susu kaleng, cat, topeng, dan lain-lain). Kedua,
populasi penelitian itu berstatus sebagai sumber informasi, seperti manusia dan
dokumen. Dalam survei sosial, orang atau sekelompok orang lazim berfungsi sebagai
sumber informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan diri mereka atau
fenomena-fenomena sosial yang berhubungan dengan mereka. Dalam penelitian
tertentu, populasi penelitian dapat berstatus ganda, sebagai objek penelitian yang
informasinya juga dari populasi itu. Penelitian tentang “perbedaan cara belajar antara
mahasiswa bidang eksakta dan mahasiswa bidang sosial” mengisyaratkan populasi
penelitian akan berstatus ganda: sebagai objek penelitian yang sekaligus juga sebagai
sumber data penelitian.
Menurut S. Margono, Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian
kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi
berhubungan dengan data, bukan manusianya. Jika manusia memberikan suatu data,
maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama banyaknya dengan ukuran manusia.
1
Populasi memiliki parameter yakni besaran terukur yang menunjukkan ciri
populasi tersebut. Besaran-besaran yang kita kenal antara lain: rata-rata bentengan,
rata-rata simpangan, variansi, simpangan baku sebagai parameter populasi. Parameter
suatu populasi adalah tetap nilainya, jika nilainya berubah, maka populasinyapun
berubah. Data yang di gunakan dalam penelitian (bahan penelitian), dapat berupa
populasi (universe) atau sampel.
B. Sampel
Sampel berasal dari bahasa Inggris “sample” yang artinya contoh, comotan
atau mencomot yaitu mengambil sebagian saja dari yang banyak. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan yang banyak adalah populasi. Dalam suatu penelitian, tidaklah
selalu perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi karena akan memakan
banyak waktu dan biaya yang besar. Oleh karena itu dilakukan pengambilan sampel,
dimana sampel yang diambil adalah sampel yang benar-benar representasi atau yang
mewakili seluruh populasi.
Dalam suatu penelitian yang menjadi dasar pertimbangan pengambilan sampel
adalah memperhitungkan masalah efisiensi (waktu dan biaya) dan masalah ketelitian
dimana penelitian dengan pengambilan sampel dapat mempertinggi ketelitian karena
jika penelitian terhadap populasi belum tentu dapat dilakukan secara teliti. Seorang
peneliti dalam suatu penelitian harus memperhitungkan dan memperhatikan hubungan
antara waktu, biaya dan tenaga yang akan dikeluarkan dengan presisi (tingkat
ketepatan) yang akan diperoleh sebagai pertimbangan dalam menentukan metode
pengambilan sampel yang akan digunakan. Sampel adalah bagian dari populasi yang
diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian.
2
Selain metode pemilihan sampel, penting juga untuk menentukan ukuran sampel yang
tepat untuk memastikan bahwa hasil penelitian mencerminkan populasi dengan akurasi
yang cukup. Pemilihan ukuran sampel yang tidak tepat dapat menghasilkan kesalahan
dalam generalisasi hasil penelitian ke populasi yang lebih besar.
Setelah sampel dipilih, peneliti dapat menggunakan berbagai teknik analisis data
untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian. Beberapa teknik analisis
data yang sering digunakan termasuk analisis deskriptif, analisis inferensial, dan analisis
regresi.
Dalam kesimpulannya, penelitian menggunakan sampel adalah teknik penting dalam
penelitian untuk mengumpulkan informasi dari populasi yang lebih besar dengan cara
yang lebih efisien dan praktis. Namun, penting untuk memilih sampel yang representatif
dan menentukan ukuran sampel yang tepat untuk memastikan hasil penelitian yang
akurat.
3
Setiap individu dalam sampel harus hadir dan bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian. Jika ada individu yang tidak hadir atau tidak bersedia untuk berpartisipasi,
ini dapat mempengaruhi hasil penelitian.
f. Etika
Peneliti harus memastikan bahwa etika penelitian dipatuhi dalam memilih dan
menangani sampel. Ini termasuk memberikan informasi yang cukup tentang penelitian
dan mendapatkan persetujuan dari individu atau organisasi yang terlibat dalam
sampel.
4
sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam
penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan
untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah 100.
Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk
menentukan ukuran sampel:
a. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan
penelitian
b. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan
sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
c. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel
sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
d. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat,
penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10
sampai dengan 20
Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran tingkat
ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan,
pada penelitian sosial maksimal tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar
tingkat kesalahan maka makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan
adalah semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi) maka semakin kecil
peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi
jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi. Beberapa rumus
untuk menentukan jumlah sampel antara lain:
A. Ukuran Sampel dengan Teori Slovin (1960)
Salah satu literatur yang paling banyak digunakan adalah penentuan ukuran
sampel menggunakan rumus slovin (1960). Seorang ahli yang bernama slovin ini
ternyata sampai saat ini belum diketahui Siapa nama aslinya, bahkan pernah menjadi
perdebatan mengenai tahun terbit dari naskah yang ditulis oleh slovin ini yaitu tahun
1960 dan 1843. Dalam tulisan Riduwan (2005), dengan judul penelitian “belajar
mudah penelitian untuk guru”, dia mengutip rumus slovin dengan formula sebagai
berikut;
Rumus Sampel: Rumus Slovin
n=N1+Ne2
n= besar sampel
N= ukuran populasi atau jumlah elemen dalam populasi
5
e= nilai presisi atau tingkat signifikansi yang telah ditentukan. Umumnya dalam
penelitian tingkat signifikansi ditentukan sebesar 95% atau 0,05.
Karena sampel kita harus berupa angka bulat dan orang, maka kita lakukan
pembulatan mengikuti aturan pembulatan standar yaitu, apabila ≥ 0,5 maka kita
bulatkan ke atas dan sebaliknya.
6
Untuk itu dibutuhkan kehati-hatian dalam memilih metode sampling, menentukan
jumlah sampel, dan perlunya memperhitungkan tingkat kesalahan.
Sujarweni juga menambahkan jika ukuran suatu populasi sangat besar maka
penelitiannya dapat dilakukan dengan survei sampel. Penentuan ukuran sampel boleh
menggunakan rumus slovin.
7
c. Bias pengambilan sampel
Bias pengambilan sampel terjadi ketika metode pengambilan sampel tidak sesuai
dengan tujuan penelitian. Misalnya, menggunakan metode pengambilan sampel yang
kurang tepat atau memilih ukuran sampel yang terlalu kecil.
8
ketidaklengkapan cakupan daftar unsur populasi (coverage error) timbul karena
ketidaktersediaan daftar kelompok tertentu di daftar unsur populasi
e. Kesalahan karena ketidaklengkapan respon (Non response error)
Tidak setiap responden berkenan merespon suatu survey. Pengalaman menunjukkan
bahwa individu-individu yang berada di kelas ekonomi atas dan bawah cenderung
kurang merespon survey dibandingkan dengan mereka yang berada di kelas
menengah. Kesalahan karena ketidaklengkapan respon (nonresponse error) muncul
dari kegagalan untuk mengumpulkan data dari semua individu dalam sampel.
f. Kesalahan penarikan sampel (sampling error)
Diyakini bahwa sampel yang baik merupakan miniature dari populasi. Meskipun
demikian pengambilan sampel yang berulang-ulang biasanya menghasilkan besaran
suatu karakteristik populasi yang berbeda-beda antar satu sampel ke sampel lainnya.
Dalam hal ini kesalahan penarikan sampel (sampling error) mencerminkan
keheterogenan tau peluang munculnya perbedaan dari satu sampel dengan sampel
yang lain karena perbedaan individu yg terpilih dari berbagai sampel tersebut.
sampling error dapat diperkecil dengan memperbesar ukuran sampel meskipun upaya
ini mengakibatkan peningkatan biaya survey.
g. Kesalahan pengukuran (Measurement error)
Pada umumnya kuisioner dirancang dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi
yang berguna. Data yang diperoleh harus valid dan respon yang benar harus terukur.
Permasalahan yang sering timbul adalah ternyata lebih mudah membicarakan
bagaimana memroleh pngukuran yang bermakna daripada melaksanakannya.
9
Peneliti harus memilih jenis sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian dan
populasi yang diteliti.
d. Menentukan ukuran sampel: Setelah memilih jenis sampel, peneliti harus
menentukan ukuran sampel yang cukup besar untuk mewakili populasi dengan
akurat.
e. Menentukan metode pengambilan sampel: Setelah menentukan jenis sampel dan
ukuran sampel, peneliti harus memilih metode pengambilan sampel yang sesuai.
Beberapa metode pengambilan sampel yang dapat digunakan adalah pengambilan
sampel acak sederhana, pengambilan sampel acak berstrata, dan pengambilan
sampel acak bertingkat.
f. Menerapkan metode pengambilan sampel: Setelah memilih metode pengambilan
sampel, peneliti harus menerapkannya dengan tepat dan mengumpulkan data dari
sampel yang telah dipilih.
g. Menganalisis data: Setelah mengumpulkan data, peneliti harus menganalisis data
dengan menggunakan metode yang sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Dalam pemilihan sampel, peneliti harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi validitas dan reliabilitas hasil penelitian. Dengan memilih sampel yang
tepat, peneliti dapat memastikan bahwa hasil penelitian mencerminkan populasi dengan
akurat.
Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak
atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom
10
samping/nonprobability sampling. Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara
pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada
setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan
sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk
bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom
sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai
kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai
sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena
jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).
Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang berbeda. Jika
peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi,
atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan
diambil secara acak. Namun jika peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan
generalisasi hasil penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak
acak biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran
populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen populasi.
Contohnya, jika yang diteliti populasinya adalah konsumen teh botol, kemungkinan
besar peneliti tidak mengetahui dengan pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga
karakteristik konsumen. Karena dia tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat, bisakah
dia mengatakan bahwa 200 konsumen sebagai sampel dikatakan “representatif”?.
Kemudian, bisakah peneliti memilih sampel secara acak, jika tidak ada informasi yang
cukup lengkap tentang diri konsumen?. Dalam situasi yang demikian, pengambilan
sampel dengan cara acak tidak dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain kecuali sampel
diambil dengan cara tidak acak atau nonprobability sampling, namun dengan
konsekuensi hasil penelitiannya tersebut tidak bisa digeneralisasikan. Jika ternyata dari
200 konsumen teh botol tadi merasa kurang puas, maka peneliti tidak bisa mengatakan
bahwa sebagian besar konsumen teh botol merasa kurang puas terhadap the botol.
Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik yang lebih spesifik
lagi. Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple random
sampling, stratified random sampling, cluster sampling, systematic sampling, dan area
sampling. Pada nonprobability sampling dikenal beberapa teknik, antara lain
adalah convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball sampling
A. Probability/Random Sampling
11
Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak
adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan
nama “sampling frame”. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar
yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen
populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat,
atau juga tentang benda. Jika populasi penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi
“A”, maka peneliti harus bisa memiliki daftar semua mahasiswa yang terdaftar di
perguruan tinggi “A “ tersebut selengkap mungkin. Nama, NRP, jenis kelamin,
alamat, usia, dan informasi lain yang berguna bagi penelitiannya.. Dari daftar ini,
peneliti akan bisa secara pasti mengetahui jumlah populasinya (N). Jika populasinya
adalah rumah tangga dalam sebuah kota, maka peneliti harus mempunyai daftar
seluruh rumah tangga kota tersebut. Jika populasinya adalah wilayah Jawa Barat,
maka penelti harus mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara lengkap. Kabupaten,
Kecamatan, Desa, Kampung. Lalu setiap tempat tersebut diberi kode (angka atau
simbol) yang berbeda satu sama lainnya.
Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa
dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang bisa
dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka
Random, kalkulator, atau undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan
melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah
ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep “acak” atau “random” itu sendiri.
1) Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung
deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap
unsur atau elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana
analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya
dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan
lainnya. Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam
organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal
yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian,
maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan demikian
setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Terdapat 2 pendapat mengenai metode pengambilan sampel acak
sederhana. Pendapat pertama menyatakan bahwa setiap nomor yang terpilih harus
12
dikembalikan lagi sehingga setiap sampel memiliki prosentase kesempatan yang
sama. Pendapat kedua menyatakan bahwa tidak diperlukan pengembalian pada
pengambilan sampel menggunakan metode ini. Namun, metode yang paling
sering digunakan adalah Simple Random Sampling dengan pengembalian.
Kelebihan metode ini yaitu dapat mengurangi bias dan dapat
mengetahui standard error penelitian. Sementara kekurangannya yaitu tidak
adanya jaminan bahwa sampel yang terpilih benar-benar dapat merepresentasikan
populasi yang dimaksud.
13
Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut
mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti
dapat mengambil sampel dengan cara ini. Metode Pengambilan sampel acak
berstrata mengambil sampel berdasar tingkatan tertentu. Misalnya penelitian
mengenai motivasi kerja pada manajer tingkat atas, manajer tingkat menengah dan
manajer tingkat bawah. Proses pengacakan diambil dari masing-masing kelompok
tersebut.
4) Cluster Sampling atau Sampel Acak Berdasar Area
Cluster Sampling adalah teknik sampling secara berkelompok. Pengambilan
sampel jenis ini dilakukan berdasar kelompok / area tertentu. Tujuan
metode Cluster Random Sampling antara lain untuk meneliti tentang suatu hal
pada bagian-bagian yang berbeda di dalam suatu instansi. Misalnya, penelitian
tentang kepuasan pasien di ruang rawat inap, ruang IGD, dan ruang poli di RS A
dan lain sebagainya.
5) Area Sampling atau Sampel Wilayah
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi
penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Proses pengambilan sampel jenis ini
dilakukan secara bertingkat. Baik itu bertingkat dua, tiga atau lebih. Misalnya -
> Kecamatan -> Gugus -> Desa -> RW –>RT
14
dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan
karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh
peneliti.
1) Purposive Sampling
Purposive Sampling adalah teknik sampling yang cukup sering digunakan.
Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih
sampel. Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti
berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria
khusus yang menyebabkan calon responden yang memenuhi kriteria inklusi harus
dikeluarkan dari kelompok penelitian. Misalnya, calon responden mengalami
penyakit penyerta atau gangguan psikologis yang dapat memengaruhi hasil
penelitian. Contoh Purposive Sampling: penelitian tentang nyeri pada pasien
diabetes mellitus yang mengalami luka pada tungkai kaki. Maka kriteria inklusi
yang dipakai antara lain:
Penderita Diabetes Melitus dengan luka gangrene (luka pada tungkai kaki
Usia 18-59 tahun
Bisa membaca dan menulis
Kriteria eksklusi:
Penderita Diabetes Melitus yang memiliki penyakit penyerta lainnya
seperti gangguan ginjal, gagal jantung, nefropati, dan lain sebagainya.
Penderita Diabetes Melitus yang mengalami gangguan kejiwaan.
2) Accidental Sampling
Pada metode penentuan sampel tanpa sengaja (accidental) ini, peneliti
mengambil sampel yang kebetulan ditemuinya pada saat itu. Penelitian ini cocok
untuk meneliti jenis kasus penyakit langka yang sampelnya sulit didapatkan.
Contoh penggunan metode ini, peneliti ingin meneliti tentang penyakit Steven
Johnson Syndrom yaitu penyakit yang merusak seluruh mukosa atau lapisan tubuh
akibat reaksi tubuh terhadap antibiotik.
Kasus Steven Johnson Syndrome ini cukup langka dan sulit sekali
menemukan kasus tersebut. Dengan demikian, peneliti mengambil sampel saat itu
15
juga, saat menemukan kasus tersebut. Kemudian peneliti melanjutkan pencarian
sampel hingga periode tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti.
Tehnik pengambilan sampel dengan cara ini juga cocok untuk penelitian yang
bersifat umum, misalnya seorang peneliti ingin meneliti kebersihan Kota
Bandung. Selanjutnya dia menanyakan tentang kebersihan Kota Bandung pada
warga Bandung yang dia temui saat itu.
3) Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara
proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40% .
Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis
kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18
orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan
ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan
saja.
4) Snowball Sampling – Sampel Bola Salju
Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
wawancara atau korespondensi. Metode ini meminta informasi dari sampel
pertama untuk mendapatkan sampel berikutnya, demikian secara terus menerus
hingga seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi.
Metode pengambilan sampel Snowball atau Bola salju ini sangat cocok untuk
penelitian mengenai hal-hal yang sensitif dan membutuhkan privasi tingkat tinggi,
misalnya penelitian tentang kaum waria, penderita HIV, dan kelompok khusus
lainnya.
16
5) Teknik Sampling Jenuh
Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel yang menjadikan
semua anggota populasi sebagai sampel. dengan syarat populasi yang ada kurang
dari 30 orang.
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Sudijono, A. (2022). Beberapa Sumber Kesalahan Pengukuran Dalam Ujian Bentuk Objektif
dan Ujian Bentuk Subjektif. https://aljamiah.or.id/index.php/AJIS/article/view/3216,
1.
18