Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH METODE PENELITIAN AKUNTANSI

RPS 9 SKALA PENGUKURAN VARIABEL


KELAS B3

KELOMPOK 5

Ni Putu Diah Pranaya Kusuma Putri (26)


I Gusti Ayu Aristya Widya Putri (27)
I Gusti Ayu Sintya Dewi (28)
Ni Putu Diva Intan Lestari (29)
Ni Putu Linda Novita Dewi (33)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN 2022/2023
PETA KONSEP

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PETA KONSEP.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
PEMBAHASAN........................................................................................................................1
1.1 Pengertian Skala Pengukuran......................................................................................1
1.2 Macam-Macam Skala Pengukuran..............................................................................1
1.3 Definisi Operasional Variabel.....................................................................................4
A. Pengertian Operasional Variabel Menurut Para Ahli..................................................4
B. Tujuan Operasional Variabel.......................................................................................4
C. Tipe Operasional Variabel...........................................................................................4
D. Cara Membuat Operasional Variabel..........................................................................4
1.4 Validitas dan Realiabilitas Instrumen Penelitian.........................................................5
A. Validitas Instrumen Penelitian....................................................................................5
B. Reliabilitas Instrumen..................................................................................................6
KESIMPULAN..........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9

iii
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Skala Pengukuran
Skala pengukuran variabel merupakan cara atau metode yang digunakan dalam
mengukur atau menilai suatu variabel dalam penelitian. Skala pengukuran variabel dapat
membantu peneliti untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipercaya, serta
memudahkan dalam menganalisis data yang telah dikumpulkan. Terdapat beberapa jenis
skala pengukuran variabel, yaitu skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala
rasio. Setiap jenis skala memiliki karakteristik dan kegunaan yang berbeda, tergantung
pada jenis variabel yang akan diukur. Oleh karena itu, sebelum memilih skala pengukuran
variabel, peneliti perlu memahami karakteristik dari variabel yang akan diukur dan tujuan
dari penelitian yang dilakukan.

1.2 Macam-Macam Skala Pengukuran


Terdapat empat jenis skala pengukuran yang biasa digunakan dalam penelitian, yaitu
sebagai berikut:
a. Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala pengukuran yang digunakan untuk membedakan
objek atau variabel penelitian menjadi kelompok-kelompok yang berbeda. Skala
nominal hanya memungkinkan pengelompokan data berdasarkan karakteristik
tertentu, seperti jenis kelamin, status perkawinan, atau agama.
b. Skala Ordinal
Skala ordinal merupakan skala pengukuran yang digunakan untuk mengurutkan
variabel penelitian berdasarkan tingkatannya. Skala ini dapat digunakan untuk menilai
kualitas produk atau pelayanan, tingkat pendidikan, atau tingkat kepuasan pelanggan.
c. Skala Interval
Skala interval merupakan skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel
penelitian dengan rentang tertentu. Skala ini memiliki titik nol yang arbitrari, seperti
suhu dalam stuan Celcius atau Fahrenheit. Nilai 0 pada skala interval tidak
menunjukkan tidak adanya variabel, melainkan merupakan titik acuan.
d. Skala Rasio
Skala rasio merupakan pengukuran yang memiliki titik nol yang mutlak. Skala ini
digunakan untuk mengukur variabel yang dapat diukur secara kuantitatif, seperti berat
badan, tinggi badan, atau umur. Skala rasio memiliki sifat-sifat yang sama dengan
skala interval, namun memiliki titik nol yang benar-benar menunjukkan tidak adanya
variabel.
 Jenis-Jenis Variabel Penelitian
Untuk mengetahui jenis-jenis variabel yang digunakan dalam penelitian, maka
peneliti dapat mengetahuinya dengan menghubungkan antara satu variabel dengan
variabel lainnya. Ditinjau dari keberadaan, keterkaitan dan struktur pengaruhnya
di dalam hipotesis penelitian, variabel dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Variabel Independen dan Dependen
Variabel Independen (independent variable) atau juga disebut variabel
bebas, treatment variable, manipulated variable, antecedent variable, dan
predictor variable merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi
penyebab berubah atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan

1
variabel dependen (dependent variable) itu sendiri adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel independen.
Pola hubungan dari variabel Independen dan Dependen dapat berbentuk
macamam-macam. Kalau hubungan itu hanya antara satu variabel dengan satu
variabel saja, maka disebut hubungan bivariat (bivariate relationship). Jika
hubungan itu antara satu atau lebih variabel dengan yang lainnya juga satu
atau lebih variabel, maka hubungan atau kaitan itu disebut hubungan variabel
berganda (multivariate relationship). Dengan demikian, apabila peneliti telah
mengetahui mana di antara variabel itu yang menjadi sebab, dan manakah
yang menjadi akibat (dependent atau independent),maka hubungan itu disebut
hubungan asimetris (asymetric relationship).
Syarat untuk dapat dikatakan bahwa hubungannya itu adalah asymetris,
jika dapat dipastikan bahwa:
1) Ada perbedaan waktu atau saat mengenai terjadinya perubahan antara
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terjadi terlebih dahulu,
kemudian variabel terikat mengikutinya.
2) Di antara dua variabel itu menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh
adalah variabel yang nilai skalanya tidak mungkin berubah dari semula
sampai kapanpun, artinya sudah tetap tidak berubah (fixity) atau
permanen, sedangkan yang terikat itu skalanya dapat berubah atau dapat
diubah (alterability).
Contoh rumusan masalah yang menggambarkan pola hubungan asymetris
(variabel dependen dan independen) adalah sebagai berikut:
1) Apakah terdapat hubungan antara kegiatan pameran (sales promotion)
terhadap peningkatan penjualan perusahaan?
2) Apakah upah atau gaji yang tinggi memiliki hubungan dengan
produktifitas kerja karyawan?
3) Apakah teknologi informasi, saling ketergantungan, karakteristik sistem
akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial
perusahaan?
4) Apakah terdapat hubungan antara ukuran dan pertumbuhan perusahaan
terhadap return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta?
b. Variabel Intervening/Mediating
Variabel intervening atau sering disebut juga sebagai variabel
moderating adalah variabel yang berada di tengah antara variabel independen
dan variabel dependen. Berbeda dengan variabel dependen dan independen,
variabel intervening sulit untuk dilihat, diukur, atau dimanipulasi. Dalam suatu
analisis biasanya variabel ini dipengaruhi oleh variabel independen secara
langsung, dan kemudian variabel sela akan mempengaruhi variabel dependen.
Untuk dapat mengetahui keberadaan dari variabel sela, maka peneliti
harus banyak membaca teori-teori yang yang berkaitan dengan variabel
dependen (terikat). Karena bisa saja terjadi suatu tindakan tidak akan
berpengaruh secara langsung tanpa ada pengaruh dari variabel sebelumnya.
Sebagai contoh, gaji dan kemampuan (variabel independen)
merupakan komponen yang berpengaruh terhadap prestasi kerja (variabel

2
dependen). Namun, pada kenyatannya ada seorang karyawan yang memiliki
gaji yang tinggi, dan kemampuan yang cukup ternyata prestasi kerjanya
rendah juga. Ternyata, setelah diamati karyawan tersebut mengalami stress
pada saat bekerja. Dalam hal ini stress merupakan variabel sela atau antara.
Contoh permasalahan penelitian; seberapa besar pengaruh tingkat
pendidikan terhadap kepuasan karyawan dikaitkan dengan gaji?
c. Variabel Luar Biasa
Kedudukan variabel luar biasa (extraneous variables) atau juga disebut
variabel pembaur (confounding variables) adalah suatu variabel yang tidak
tercakup dalam hipotesis penelitian, akan tetapi muncul dalam penelitian dan
berpengaruh terhadap variabel terikat dan pengaruh tersebut mencampuri atau
berbaur dengan variabel bebas. Variabel ini sering kali mengaburkan
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Oleh karena itu
variabel ini biasa disebut sebagai variabel yang mendahului dua variabel yang
berhubungan. Tetapi, variabel luar biasa justru mempengaruhi pada dua
variabel yang berhubungan sebelumnya. Sehingga hubungan dua variabel
sebelumnya tentu akan lenyap.
Sebagai contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
menerapkan strategi pemotongan harga akan dapat meningkatkan jumlah
penjualan. Bila kita amati, sepintas memang ada hubungan yang kuat antara
strategi pemotongan harga dengan tingkat penjualan. Namun, apabila kita
mengajukan suatu pertanyaan apakah hubungan itu bukan merupakan suatu
kebetulan saja? Bagaimana dengan pengaruh variabel lain? bisa saja faktor
pemotongan harga dan tingkat penjualan itu dipengaruhi oleh kemampuan
daya beli konsumen (variabel luar biasa).
d. Variabel Moderating
Variabel moderating merupakan variabel baru yang dikonstruksi
sendiri oleh peneliti dengan cara mengambil satu variabel dan mengalikannya
dengan variabel lin untuk mengetahui dampak keduanya (seperti, umur X
sikap kualitas hidup). Variabel ini biasanya terdapat dalam penelitian
eksperimen. Lain halnya dengan extraneous variables, variabel moderator
justru akan semakin memperkuat kedudukan variabel independen. Dalam hal
ini, hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen tidak akan
lenyap. Variabel moderator dapat ditempatkan sebagai variabel independen
sehingga variabel independen tadi dapat menjadi variabel dependen. Jadi,
kemampuan daya beli konsumen merupakan variabel independen terhadap
harga dan tingkat penjualan (variabel dependen).
Agar peneliti dapat memimiliki pemahaman yang jelas terhadap
masalah yang akan diteliti, maka kejelasan hubungan antar variabel menjadi
sangat penting. Karena suatu penelitian berawal dari adanya masalah dan
dipotesis yang masing-masing di dalamnya terdapat variabel.
Contoh permasalahan penelitian; Seberapa besar pengaruh besarnya
gaji terhadap produktivitas karyawan? Apakah motivasi kerja dapat
memperkuat pengaruh tesebut?

3
1.3 Definisi Operasional Variabel
A. Pengertian Operasional Variabel Menurut Para Ahli
1. Sugiyono
Definisi operasional variabel adalah seperangkat petunjuk yang lengkap
tentang apa yang harus diamati dan mengukur suatu variabel atau konsep utnuk
menguji kesempurnaan. Definsi operasional variabel ditemukan item-item yang
dituangkan dalam instrumen penelitian (dalam Sugiarto, 2016:38).
2. Sutama
Definisi operasional yaitu pemberian atau penetapan makna bagi suatu
variable dengan spesifikasi kegiatan atau pelaksanaan atau operasi yang
dibutuhkan untuk mengukur, mengkategorisasi, atau memanipulasi variabel.
Definisi operasional mengatakan pada pembaca laporan penelitian apa yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau pengujian hipotesis (2016:52).
3. Nurcahyo dan Khasanah
Definisi operasional variabel penelitian yaitu sebuah definisi berdasarkan pada
karakteristik yang dapat diobservasi dari apapun yang didefinisikan atau
mengubah konsep dengan kata-kata yang menguraikan perilaku yang dapat
diamati dan dapat diuji serta ditentukan kebenarannya oleh seseorang (2016:5).
B. Tujuan Operasional Variabel
1. Menetapkan aturan dan prosedur yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur
variabel.
2. Memberikan arti yang tidak ambigu dan konsisten untuk istilah/variabel yang jika
tidak dilengkapi dengan definisi operasional, maka dapat ditafsirkan dengan cara
yang berbeda.
3. Membuat pengumpulan data serta analisis lebih fokus dan efisien.
4. Memandu jenis data informasi apa yang dicari oleh peneliti.
C. Tipe Operasional Variabel
1. Operasional Variabel Tipe A (Pola I)
Tipe A disusun berdasarkan pada operasi yang harus dilakukan, sehingga
menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata atau dapat
terjadi. Penggunaan prosedur yang dilakukan oleh peneliti dapat membuat gejala
tersebut bisa terealisasikan.
2. Operasional Variabel Tipe B (Pola II)
Tipe B disusun berdasarkan pada bagaimana suatu objek didefinisikan
kemudian dapat dioperasionalisasikan dengan baik, yaitu berupa apa yang
dilakukannya atau yang menyusun karakteristik dinamisnya.
3. Operasional Variabel Tipe C (Pola III)
Tipe C dapat disusun berdasarkan pada penampakan atau gambaran visual
suatu objek atau gejala tersebut seperti apa, yaitu apa saja yang menyusun
karakteristik karakteristik statisnya.
D. Cara Membuat Operasional Variabel
Berikut merupakan tahap-tahap dalam membuat definisi operasional yang bisa
diandalkan (Variabel Terikat, Variabel Luar, dan Variabel Bebas):
1. Pastikan variabel apa saja yang akan diteliti

4
Peneliti akan menentukan kegunaan dari setiap variabel dan klasifikasinya, dapat
merupakan variabel luar, variabel terikat maupun variabel bebas.
2. Temukan arti konseptual yang akurat mengenai setiap variable
Hal ini dapat dicari pada penelitian terdahulu, buku maupun kamus. Atau bisa
memformulasikannya secara mandiri namun harus berlandaskan sumber-sumber
terkait dan pengalaman yang ada di kepustakaan.
3. Kenali apa yang bisa dilaksanakan ketika peneliti sedang mengukur variable
Perlu diketahui dalam melaksanakan pengukuran terdapat berbagai macam
metode yang bisa dilakukan. Dapat dengan observasi, komparasi, bertanya, dan
sebagainya.
4. Tentukan metode yang paling baik dilaksanakan ketika mendeskripsikan atau
menggambarkan variable
Dalam penentuan metodenya harus jelas sumbernya dan detail.
5. Catatlah dalam rupa tabel, bisa juga menggunakan narasi
Penggunaan tabel umumnya dilakukan pada laporan skripsi, sementara narasi
digunakan pada publikasi ilmiah.

1.4 Validitas dan Realiabilitas Instrumen Penelitian


A. Validitas Instrumen Penelitian
Menurut Rahyuda (2004:65), suatu instrumen dikatakan memiliki validitas apabila
instrumen tersebut mampu menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa
yang ingin diukur. Jika seorang peneliti ingin mengukur tentang kemiskinan, peneliti
harus menguji validitas alat ukurnya apakah memang benar alat ukur yang digunakan
mampu mengukur kemiskinan. Validitas ada berbagai macam, yaitu sebagai berikut:
1. Validitas Konstruk
Menurut Rahyuda (2004:66) validitas konstruk adalah kerangka dari suatu konsep.
Misalnya, seorang peneliti ingin mengukur konsep “religiusitas”. Pertama- tama
yang harus dilakukan oleh peneliti ialah mencari apa saja yang merupakan
kerangka dari konsep tersebut. Untuk mencari kerangka konsep tersebut dapat
ditempuh berbagai cara seperti berikut:
a. Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang ada pada
literatur.
b. Bila dalam literatur tidak diperoleh definisi konsep yang ingin diukur, peneliti
harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut.
c. Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau
orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden.
2. Validitas Isi
Menurut Rahyuda (2004:67), validitas isi alat pengukur ditentukan oleh sejauh
mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai
aspek kerangka konsep.
3. Validitas Prediktif
Validitas prediktif adalah kesahihan yang didasarkan pada hubungan yang teratur
antara tingkah laku apa yang diramalkan oleh sebuah tes dan tingkah laku
sebenarnya yang ditampilkan oleh individu atau kelompok. Alat pengukur yang
dibuat oleh peneliti sering kali dimaksudkan untuk memprediksi apa yang akan
terjadi pada masa yang akan datang.

5
4. Validitas Eksternal
Validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara mengolerasikan
alat pengukur baru dengan tolak ukur eksternal (berupa alat ukur yang sudah
valid).
5. Validitas Budaya
Suatu alat pengukur yang sudah valid untuk penelitian di suatu negara belum tentu
akan valid bila digunakan di negara lain yang budayanya berbeda.
6. Validitas Rupa
Validitas rupa adalah jenis validitas yang berbeda dengan validitas lainnya.
Validitas rupa tidak menunjukkan apakah alat pengukur mengukur apa yang ingin
diukur, tetapi hanya menunjukkan bahwa dari segi “rupa” suatu alat ukur
tampaknya mengukur apa yang ingin diukur. Validitas rupa amat penting dalam
pengukuran kemampuan individu seperti pengertian kecerdasan, bakat, dan
keterampilan. Hal ini disebabkan oleh dalam pengukuran aspek kemampuan
seperti itu faktor rupa alat ukur akan menentukan sejauh mana minat orang di
dalam menjawab soal-soal dan pertanyaan dalam alat ukur.
7. Validitas Berdasarkan Kriteria
Validitas berdasarkan kriteria terpenuhi jika pengukuran membedakan individu
menurut suatu kriteria yang diharapkan prediksi. Hal tersebut bisa dilakukan
dengan menghasilkan validitas konkuren atau validitas prediktif.
B. Reliabilitas Instrumen
Menurut Mudrajad Kuncoro (2009:175), reliabilitas menunjukkan konsistensi dan
stabilitas dari suatu skor (skala pengukuran). Reliabilitas berbeda dengan validitas,
karena yang pertama memusatkan perhatian pada masalah konsistensi, sedangkan
yang kedua lebih memperhatikan masalah ketepatan. Dengan demikia, reliabilitas
mencakup dua hal utama, yaitu:
1. Stablitas Ukuran
Stabilitas ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk tetap stabil atau
tidak rentan terhadap perubahan situasi apapun. Kestabilan ukuran dapat
membuktikan kebaikan sebuah ukuran dalam mengukur sebuah konsep. Terdapat
dua jenis uji stabilitas, yaitu:
a. Test-Retest Reliability
Koefisien reliabilitas yang diperoleh dari pengulangan pengukuran konsep
yang sama dalam dua kali kesempatan, yaitu kuesioner yang berisi item-item
untuk mengukur konsep yang diberikan kepada responden pada saat ini akan
diberikan kembali pada responden yang sama dalam waktu yang berbeda
(misalnya dua minggu enam bulan). Kemudian korelasi antar skor yang
diperoleh dari responden yang sama dengan dua waktu berbeda inilah yang
disebut dengan koefisien test-retest reability sehingga semakin stabil sebuah
ukuran untuk waktu yang berbeda.
b. Reliabilitas Bentuk Paralel
Unit stabilitas terjadi ketika respons dari dua pengukuran yang sebanding
dalam menyusun konstruk yang sama memiliki korelasi yang tinggi. Kedua
bentuk pengukur memiliki item yang serupa dan format respons yang sama
dengan sedikit perubahan dalam penyusunan kalimat dan urutan pertanyaan.

6
Yang ingin diketahui di sini adalah kesalahan validitas yang disebabkan oleh
adanya perbedaan dalam menyusun kalimat dan urutan pertanyaan.
2. Konsistensi Internal Ukuran
Konsistensi internal ukuran merupakan indikasi homogenitas item-item yang ada
dalam ukuran yang menyusun konstruk. Dengan kata lain, item-item yang ada
harus “sama” dan harus mampu mengukur konsep yang sama secara independen,
sedemikian rupa sehingga responden seragam dalam mengartikan setiap item. Hal
ini dapat dilihat dengan mengamati apakah item dan subset item dalam instrumen
pengukuran memiliki korelasi yang tinggi. Konsistensi ukuran dapat diamati
melalui reliabilitas konsistensi antar item dan split-half reliability.

7
KESIMPULAN

Skala pengukuran variabel adalah cara atau metode yang digunakan dalam mengukur
atau menilai suatu variabel dalam penelitian. Skala pengukuran variabel dapat membantu
peneliti untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipercaya, serta memudahkan dalam
menganalisis data yang telah dikumpulkan. Ada beberapa jenis skala pengukuran variabel,
yaitu skala nominal (skala pengukuran yang digunakan untuk membedakan objek atau
variabel penelitian menjadi kelompok-kelompok yang berbeda), skala ordinal (skala
pengukuran yang digunakan untuk mengurutkan variabel penelitian berdasarkan
tingkatannya), skala interval (skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel
penelitian dengan rentang tertentu), dan skala rasio (skala pengukuran yang memiliki titik nol
yang mutlak).
Ditinjau dari keberadaan, keterkaitan dan struktur pengaruhnya di dalam hipotesis
penelitian, variabel dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Variabel Independen (independent variable) atau juga disebut variabel bebas,
treatment variable, manipulated variable, antecedent variable, dan predictor variable
merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab berubah atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel dependen (dependent
variable) itu sendiri adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari
variabel independen.
2. Variabel intervening atau sering disebut juga sebagai variabel moderating adalah
variabel yang berada di tengah antara variabel independen dan variabel dependen.
3. Kedudukan variabel luar biasa (extraneous variables) atau juga disebut variabel
pembaur (confounding variables) adalah suatu variabel yang tidak tercakup dalam
hipotesis penelitian, akan tetapi muncul dalam penelitian dan berpengaruh terhadap
variabel terikat dan pengaruh tersebut mencampuri atau berbaur dengan variabel
bebas.
4. Variabel moderating merupakan variabel baru yang dikonstruksi sendiri oleh peneliti
dengan cara mengambil satu variabel dan mengalikannya dengan variabel lin untuk
mengetahui dampak keduanya (seperti, umur X sikap kualitas hidup).
Operasional variabel adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa yang harus
diamati dan mengukur suatu variabel atau konsep untuk menguji kesempurnaan. Tujuan dari
operasional variabel yaitu menetapkan aturan dan prosedur yang digunakan oleh peneliti
untuk mengukur variabel. Adapun tahap-tahap dalam membuat definisi operasional yang bisa
diandalkan, yaitu: (1) Pastikan Apa Saja Variabel yang Diteliti, (2) Temukan Arti Konseptual
yang Akurat Mengenai Setiap Variabel, (3) Kenali Apa yang Bisa Dilaksanakan Ketika
Peneliti sedang Mengukur Variabel (4) Tentukan Metode yang Paling Baik Dilaksanakan
Ketika Mendeskripsikan atau Menggambarkan Variabel, (5) Catatlah Dalam Rupa Tabel,
Bisa Juga Menggunakan Narasi
Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas apabila instrumen tersebut mampu
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin diukur. reliabilitas
menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala pengukuran). Reliabilitas
berbeda dengan validitas, karena yang pertama memusatkan perhatian pada masalah
konsistensi, sedangkan yang kedua lebih memperhatikan masalah ketepatan.

8
9
DAFTAR PUSTAKA

Janna, N. M. (2018). VARIABEL DAN SKALA PENGUKURAN STATISTIK.


https://osf.io/8326r/download, 1-8.
Rzabdulaziz. (2020). VARIABEL DAN SKALA PENGUKURAN PENELITIAN.
https://rzabdulaziz.files.wordpress.com/2020/03/bahan-bacaan-pertemuan-5- variabel-dan-
skala-pengukuran.pdfhttps://osf.io/8326r/downloadhttps://rzabdulaziz.files.wordpress.com/
2020/03/bahan-bacaan-pertemuan-5-variabel-dan-skala-pehttps://rzabdulaziz.files., 1-25.

10

Anda mungkin juga menyukai