METODOLOGI PENELITIAN
SINOPSIS KULIAH
A. PENGERTIAN VARIABEL
Variabel merupakan istilah yang sering kita dengar baik dalam matematis
maupun penelitian. Menurut KBBI variabel merupakan sesuatu yang dapat
berubah-ubah, berbeda-beda, bermacam-macam. Pengertian variabel juga
didefinisikan oleh beberapa ahli seperti menurut Hatch & Farhady (1981)
mendefinisikan bahwa variabel merupakan atribut atau objek yang memiliki
variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek yang lain.
Menurut Kerlinger (1973) mendefinisikan bahwa variabel merupakan sifat
yang diambil dari suatu nilai yang berbeda sehingga variabel merupakan
sesuatu yang bervariasi. Menurut Kidder (1981) mendefinisikan bahwa
variabel adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik
kesimpulan darinya. Bhisma Murti (1996) juga menerangkan bahwa variabel
merupakan fenomena yang mempunyai variasi nilai yang bisa diukur baik
secara kualitatif maupun kuantitatif.
Dr. Soekidjo Notoadmojo (2002) menjelaskan secara rinci mengenai
variabel yakni merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok
yang lain. Juga dapat didefinisikan sebagai ukuran yang dimiliki atau
didapatkan oleh suatu penelitian tentang konsep pengertian tertentu. Misalnya
adalah umur, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan.
Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007) memberikan definisi variabel sebagai
konsep yang mempunyai variabilitas. Atau dapat didefinisikan bahwa
variabel menurut Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007) adalah pengga,baran
atau abstraksi dari fenomena tertentu yang memiliki ciri yang bervariasi.
Dengan memahami beberapa definisi dari variabel menurut para ahli dapat
dirumuskan bahwa variabel merupakan suatu atribut atau nilai yang memiliki
variasi tertentu yang memiliki batas ketetapan sehingga dapat menarik
kesimpulan dari adanya variasi tersebut. Variabel perlu diidentifikasi,
dikalsifikasi dan didefinisikan dengan jelas dan tegas untuk agar tidak
mengaburkan hasil penelitian. Variabel juga memiliki beberapa manfaat
dalam menulis penelitian. Berikut ini adalah manfaat dari variabel:
1. Membangun kerangka konseptual
Yang dimaksudkan manfaat variabel dapat membangun
kerangka konseptual adalah dimana variabel dapat memberikan
analisis kebenaran konsep yang digunakan. Variabel harus bisa
memberikan keterangan yang andal dalam memberikan konsepsi
dasar pada sebuah penelitian.
2. Pedoman eksperimen
Dalam sebuah penelitian variabel dapat dijadikan pedoman
eksperimen. Hal tersebut dikarenakan variabel merupakan sesuatu
pembeda yang terukur dan dapat digunakan sebagai pembanding
saat melakukan eksperimen.
3. Landasan mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data
Variabel juga dapat digunakan sebgai penentu alat dan
metode pengumpulan data karena metode dan cara penelitian
akan mengikuti kontruksi dari variabel yang ditentukan atau yang
dibentuk.
B. JENIS-JENIS VARIABEL
Variabel memiliki banyak jenis. Jenis variabel tergantung pada sifat,
peranannya dan berdasarkan hubungannya. Dalam penelitian jenis variabel
yang akan digunakan harus sesuai dengan konsep penelitian dan dasar teori
penelitian. Penenentuan penggunaan jenis variabel harus sudah melalui
identifikasi dan klasifikasi terlebih dahulu. Jika dilihat dari peranannya
variabel dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Variabel dependen
Variabel ini merupakan variabel yang dijadikan sebagai
faktor yang dipengaruhi oleh sebuah atau sejumlah variabel lain.
Contohnya adalah seperti hubungan prestasi kerja dengan
produktifitas kerja karyawan.
2. Variabel independen
Variabel yang berperan memberi pengaruh kepada variabel
lain merupakan pengertian dari variabel independen. Variabel
independen dibedakan menjadi dua jenis yaitu variabel predictor
dan variabel kontrol. berikut adalah penjelasan dari kedua jenis
variabel independen:
a. Variabel prediktor. Merupakan variabel independent
dari sebuah Analisa atau pengamatan.
b. Variabel kontrol, merupakan variabel yang diduga
sebagai variabel lain yang kemungkinan dapat menguji
hubungan variabel dependen dan variabel independen.
Dikatakan sebagai variabel kontrol apabila variabel ini
dapat dijadikan sebagai pengontrol untuk memastikan
apakah sautu variabel independen tertentu mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen. Disamping itu
variabel kontrol juga disebut sebagai variabel penekan
yang memiliki pengertian bahwa variabel tersebut dapat
menekan hubungan variasi antar variabel sehingga
dapat memperjelas keterhubungan antar variabel.
Jika dilihat dari sifatnya jenis variabel juga dibedakan menjadi dua yaitu
variabel diskret dan kontinyu Variabel diskret merupakan konsep yang
mengandung nilai secara horizontal atau dengan kata lain suatu konsep yang
mempunyai variasi nilai ke dalam bentuk dan jenis. Sedangkan variabel
kontinyu adalah konsep yang mengandung nilai bervariasi ke dalam tingkatan
atau jenjang (Rahmat: 1989: 18).
Jika dilihat dari hubungannya variabel juga memiliki beberapa jenis
diantaranya adalah variabel independent, dependent, moderator, intervening
dan kontrol. berikut merupakan penjelasan dari kelima jenis variabel tersebut:
1. Variabel independen
Variabel independen merupakan variabel bebas atau dapat
diartikan sebagai variabel yang mempengaruhi terjadinya variabel
dependen. Variabel ini juga bisa disebut variabel pengaruh,
variabel perlakuan. Variabel ini bebas mempengaruhi variabel
lain. Dalam Structural Equation Modeling (SEM) variabel
independen disebut sebagai variabel eksogen. Contohnya adalah
“Pengaruh Therapi Musik terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan…”
2. Variabel dependen
Variabel dependen sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen
sehingga sering juga disebut sebagai variabel output, variabel
hasil, variabel standar dan variabel efek. Dalam Structural
Equation Modeling (SEM) variabel dependen disebut sebagai
variabel indogen. Contohnya adalah “Pengaruh Therapi Musik
terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan…”
3. Variabel moderator
Variabel moderator merupakan variabel yang dapat
menguatkan atau melemahkan variabel bebas dan variabel terikat.
Dengan demikian variabel moderator keberadaanya dapat
mempertegas pengaruh dan hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen. Contohnya adalah hubungan motivasi dan
prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan dosen dalam
menciptakan iklim/lingkungan belajar sangat baik, dan hubungan
semakin rendah bila peranan dosen kurang baik dalam
menciptakan iklim belajar.
4. Variabel intervening
Variabel intervening merupakan vaiabel yang
keberadannya dapat mempengaruhi variabel independen dan
variabel dependen tetapi tidak dapat dideteksi dan diukur.
Variabel ini merupakan variabel penyela antara variabel bebas
dan variabel terikat. Contohnya adalah Tinggi rendahnya
penghasilan akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap
umur harapan hidup. Di sini ada varaibel antaranya yaitu yang
berupa Gaya Hidup seseorang. Antara variabel penghasilan dan
gaya hidup terdapat variabel moderator yaitu Budaya
Lingkungan Tempat Tinggal.
5. Variabel kontrol Variabel yang dikendalikan atau dijaga konstan
agar hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan bukan terjadi secara
kebetulan. Contohnya adalah Pengaruh Metode Pembelajaran
terhadap Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala
II. Variabel Bebasnya adalah Metode Pembelajaran, misalnya
Metode Ceramah & Metode Demonstrasi. Sedangkan Variabel
Kontrol yang ditetapkan adalah sama, misalnya Standard
Keterampilan sama, dari kelompok mahasiswa dengan latar
belakang sama (tingkat/semesternya sama), dari institusi yang
sama. Dengan adanya Variabel Kontrol tersebut, maka besarnya
pengaruh Metode Pembelajaran terhadap Penguasaan
Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II dapat diketahui
lebih pasti.
C. PENGUKURAN VARIABEL
Pengukuran merupakan prosedur kuantifikasi dimana peniliti memberikan
angka atau symbol dari suatu objek dengan menggunakan aturan tertentu.
Pengukuran terjadi bilamana suatu alat ukur tertentu digunakan untuk
memastikan suatu ciri dari objek fisik yang dapat diukur. Dalam penelitian
prosedur dan teknik untuk mengukur variabel yang terkandung dalam
hipotesis dikembangkan agar dapat mengumpulkan informasi yanf benar
secara empirik.
Dalam melakukan pengukuran ada dua hal yang harus dipertimbangkan
yaitu sebagai berikut:
1. Standarisasi. Merupakan pembebasan hasil pengukuran dari
subjktifitas pelaksana pengukuran. Dengan demikian
pengukuran harus memiliki titik batas tertentu agar ketika
dilakukan oleh orang lain memiliki hasil yang tetap dan tidak
terpengaruh subjetifitas. Standarisasi membebaskan hasil
pengukuran dari paham multi tafsir akan hasil pengukuran.
2. Isomorfisme. Merupakan kesesuaian antara rentangan skala
dalam pengukuruan dengan rentangan ukuran yang ada pada
populasi.
Persyaratan standarisasi dan isomorfisme dalam pengukuran mendorong
peneliti untuk mengembangkan berbagai skala pengukuran. Hal tersebut juga
berlaku pada pengukuran variabel dimana skala pengukuran dari variabel
dikembangkan menjadi empat skala yaitu skala nominal, skala ordinal, skala
interval, dan rasio. Berikut adalah penjelasan mengenai skala pengukuran
variabel:
1. Skala nominal
Skala ini merupakan suatu bentuk pengukuran yang
melambangkan sesuatu. Dengan skala ini objek penelitian hanya
dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang sama, yang
berbeda dengan ciri-ciri yang ada pada kelompok lain. Pada
dasarnya skala ini bukan diperuntukkan untuka mengukur tetapi
hanya untuk membedakan secara kategori.
Dengan skala nominal peneliti dapat memperoleh informasi
tentang kategori yang sesuai untuk tiap-tiap subjek populasi.
Hasil pengukuran dapat digunakan untuk pengelompokan subjek
berdasarkan variabel tertentu. Contoh dari skala nominal jenis
kelamin, pekerjaan, golongan darah, ras dan suku bangsa.
2. Skala ordinal
Skala ordinal merupakan skala rangking dimana penggunaan
nomor-nomor pada objek-objek untuk menunjukkan tingkat
relative dari beberapa karakteristik objek tersebut. Skala ordinal
memungkinkan untuk menyatakan apakah objek satu memiliki
kelebihan atau kekurangan daripada objek yang lain. Skala
menunjukkan posisi relatif dan bukan magnitude perbedaan
antar objek.
Skala ordinal variasinya tidak menunjukkan peurutan atau
kesinambungan tetapi tiap variasinya berdisi sendiri secara
terpisah. Dalam skala nominal tidak dapat dipastikan apakah
kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih
rendah dari kategori yang lain. Contoh dari skala ordinal adalah
tingkat pendidikan, pendapatan, sikap dan lain sebagainya yang
dapat dijadikan sebagai pembanding tetapi nilai variasinya tidak
jelas.
3. Skala interval
Dalam skala interval jarak skala yang sama menunjukkan
nilai-nilai yang sama dalam karakteristik yang diukur. Skal ini
selain memiliki ciri yang sama dengan skala ordinal yaitu dapat
membedakan objek penelitian ke dalam golongan yang
berjenjang. Kelebihan skala ini adalah mempunyai unit
pengukuran yang sama sehingga jarak antara satu titik yang lain
atau satu golongan dengan golongan yang lain.
Skala interval ini mengandung informasi dari skala ordinal,
namun hal tersebut dapat memungknkan peneliti untuk
mebandingkan perbedaan antar objek. Perbedaan antara setiap
dua nilai skala apapun adalah identic dengan perbedaan antara
setiap nila yang berdekatan dari suatu skala interval.
Nilai variasi dalam skala interval juga dapat dibandingkan
seperti halnya skala ordinal tetapi nilai mutlaknya tidak dapat
dibandingkan secara matematis, oleh karena itu batas-batas
variasi nilai pada skala interval bersifat arbiter atau angka
nolnya tidak absolut. Contohnya adalah temperature, tingkat
kecerdasan, jarak.
4. Rasio
Skala rasio memiliki ciri dari skala nominal, sakala ordinal,
skala interval dan juga memiliki nilai absolut. Dengan demikian
skala ini sering disebut dengan skala tinggi. Dalam penggunaan
skala rasio kita dapat melakukan identifikasi dan
mengelompokkan objek dan membandingkan intervalnya.
Angka-angka yang dicatat dalam skala rasio biasanya
dipergunakan untuk menilai subjek yang nampak, nyata dan
faktual. Setiap objek dapat dihitung bearannya bisa
menggunakan skala rasio seperti produktifitas kerja,
probabilitas, dan lain sebagainya.
Berikut tabel pengelompokan skala beserta ciri-ciri dan operasi dasar
empirisnya
Jenis Skala Ciri-ciri Skala Operasi Empiris Dasar
Nominal Tidak ada urutan, jarak Penentuan kesamaan
atau asal mula
Ordinal Berurutan tetapi tidak Penentuan nilai-nilai
ada jarak atau asal mula lebih besar atau lebih
yang unik kecil dari pada
Interval Berurutan dan berjarak Penentuan kesamaan
teteapi tidak memiliki interval atau selisih
asal mula yang unik
Rasio Berurutan, berjarak dan Penentuan kesamaan
asal mula yang unik rasioa
Sebab
Akibat Akibat
Gambar 10. Hubungan Korelasi Simetris Oleh Satu Faktor Yang Sama
Dapat dilihat pada gambar bahwa satu faktor menyebabkan adanya dua
akibat, dalam kasus ini dapat dicontohkan secara sederhana dengan contoh
berikut:
“ Hubungan antara tinggi badan dan juga berat badan, dari kedua hal
tersebut disebabkan oleh yang namanya pertumbuhan, jadi berat badan dan
juga tinggi badan adalah variabel terikat, sedangkan pertumbuhan adalah
variabel bebas”(Aditya, 2013).
2. Korelasi Asimetris
Korelasi ini merupakan sebuah korelasi yang terjadi akibat adanya
hubungan sebab akibat, jadi bisa dikatakan bahwa adanya suatu variabel
dalam sebuah penelitian diakibatkan oleh adanya variabel lain (Hubungan,
n.d.). dalam kasus ini juga bisa dikatakan bahwa salah satu variabel dapat
mempengaruhi variabel lainnya, ketika dilihat dari pengertiannya maka
dapat dipahami bahwa dalam korelasi ini terdapat variabel bebas dan juga
variabel terikat, yang mana kedua variabel ini memang saling
berhubungan yaitu hubungan sebab akibat, biasanya variabel terikat
dilambangkan dengan “Y” dan variabel bebas dilambangkan dengan “X”.
Pada korelasi ini sebuah korelasi dapat terjadi apabila memenuhi
syarat-syarat, berikut adalah beberapa syarat korelasi asimetris dapat
terjadi:
a. Asosiasi, menunjukkan keterkaitan dari variabel yang ada yang sering
diperoleh dengan teknik korelasi.
b. Prioritas waktu, keterkaitan waktu yang dimaksudkan disini adalah sebuah
variabel bebas yang dilambangkan dengan huruf “X” berada lebih dahulu
dari variabel terikat yang dilambangkan dengan huruf “Y”
c. Hubungan Sebenarnya, dalam suatu hubungan yang benar dalam korelasi
asimetris adalah variabel terikat benar-benar disebabkan oleh adanya
variabel bebas, dengan begitu akibat yang dihasilkan benar-benar
dipengaruhi oleh adanya variabel bebas
d. Rasional, jadi ketika terdapat korelasi asimetris maka akibat yang
dihasilkan harus masuk dalam logika, atau hubungan dari masing-masing
variabel dapat diterima oleh akal.
Dari contoh diatas dapat kita pahami bahwa kedua variabel tersebut sama-
sama mempengaruhi satu sama lain, hal tersebut dapat kita lihat dengan
ketika sebuah motivasi kerja meningkat maka prestasi kerja juga dapat
terpengaruh menjadi lebih baik, begitu pula sebaliknya, ketika prestasi
kerja mengalami peningkatan maka hal tersebut dapat mempengaruhi
motivasi, dengan begitu dapat dikatakan contoh tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain.
F. PARADIGMA
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang
menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan
sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma
penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah,
serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah
penelitian. Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2
kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro
& Supomo, 1999: 12-13). Masing-masing paradigma atau pendekatan ini
mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan
pendekatan atau paradigma yang akan digunakan dalam melakukan
penelitian tergantung pada beberapa hal di antaranya:
(1) jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang
menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi
kasus, maka pendekatan yang sebaiknya dipakai adalah paradigma
kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan untuk mendapat kesimpulan
umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian secara empiris,
maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif, dan
(2) jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas
dengan obyek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang
lebih tepat, dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam
dan detail khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan
naturalis lebih baik digunakan. Hasil penelitian akan memberi kontribusi
yang lebih besar jika peneliti dapat menggabungkan kedua paradigma atau
pendekatan tersebut. Penggabungan paradigma tersebut dikenal istilah
triangulation. Penggabungan kedua pendekatan ini diharapkan dapat
memberi nilai tambah atau sinergi tersendiri karena pada hakikatnya kedua
paradigma mempunyai keunggulan-keunggulan. Dalam penelitian
kuantitatif/positivistic, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu
gejala itu dapat diklasifikasikan, den hubungan gejala bersifat kausal
(sebab akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan
memfokuskan kepada beberapa variabel saja. Pola hubungan antara
variabel yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut paradigma
penelitian. Jadi paradigma dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang
menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus
mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab
melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis,
jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisa statistik yang akan
digunakan.
G. PENGERTIAN DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan
kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk
mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang dibuat dapat
berbentuk definisi operasional yang diukur, ataupun definisi operasional
eksperimental.
Dalam suatu penelitian, variebel perlu diidentifikasi,
diklasifikasikan dan diidentifikasi secara operasional dengan jelas dan
tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan
pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis.
Dari keterangan-keterangan diatas, maka dapat disimpulkan tiga
buah pola dalam memberikan definisi operasional dalam suatu variabel.
Ketiga pola tersebut adalah sebagai berikut.
1. Definisi yang disusun atas dasar kegiatan lain yang terjadi, yang
harus dilakukan atau yang tidak dilakukan untuk memperoleh
variabel yang didefinisikan.
2. Definisi yang disusun berdasarkan bagaimana sifat serta cara
beroperasinya hal-hal yang didefinisikan.
3. Definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan
itu muncul.