Anda di halaman 1dari 9

108

BAB 5
VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Variabel

Pengertian Variabel
Fenomena yang dihadapi mahasiswa sebelum melaksanakan penelitian biasanya berkenaan dengan pertanyaan
tentang variabel. Karena tanpa jawaban pasti tentang variabel, penelitian yang dilakukan mahasiswa akan
mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi yang akan digunakan untuk mengambil kesimpulan. Variabel”
berasal dari bahasa Inggris variable dengan arti :”ubahan”,”faktor tak tetap”, atau “gejala yang dapat diubah-
ubah”. Pengertian yang lainnya bahwa variable adalah karakteristik obyek yang dapat diklasifikasikan kedalam
sekurang-kurangnya dua klasifikasi. Sugiyono, (2007) mengartikan Variabel penelitian pada dasarnya adalah
sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Kerlinger (2000) menyatakan bahwa variable adalah
konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari, sehingga merupakan representasi konkrit dari
konsep abstrak. Sebagai contoh tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis kelamin,
golongan gaji, produktivitas kerja dan lain-lain. Di bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa variable
dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan
demikian variable itu  merupakan suatu yang bervariasi. Selanjutnya Keddles (1981), menyatakan bahwa
variable adalah suatu kualitas(qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
Secara teoritis, variable didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau subyek yang mepunyai “variasi” antara satu
orang dengan orang yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Bervariasi
berarti pada variable tersebut mempunyai nilai, skor, ukuran yang berbeda. Variable juga dapat merupakan
atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan,
disiplin kerja, merupakan atribut dari obyek. Struktur organisasi, model pendelegasian, kepemimpinan,
pengawasan, koordinasi, prosedur dan mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan, kebijakan, adalah
merupakan contoh variable dalam kegiatan administrasi. Berat badan dapat dikatakan variable, karena
berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan yang lain,(ada berat badannya 25
kg, 50kg. 67 kg dst.) Demikian juga motivasi, persepsi dapat juga dikatakan sebagai variable karena
misalnya persepsi dari sekelompok orang tentu bervariasi. Jadi kalau penelii akan memilih bariabel
penelitian, baik yang dimiliki orang obyek, maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus
ada variasinya. Variable yang tidak ada variasinya bukan dikatakn sebagai variable. Untuk dapat
bervariasi, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi.
Selain itu definisi variabel penelitian merupakan suatu objek, atau sifat, atau atribut atau nilai dari orang, atau
kegiatan yang mempunyai bermacam-macam variasi antara satu dengan lainnya yang ditetapkan oleh peneliti
dengan tujuan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Dapat diartikan bahwa variable merupakan segala sesuatu
yang akan menjadi objek pengamatan penelitian, dimana didalamnya terdapat faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa yang akan diteliti. Setelah kita membicarakan beberapa pengertian dasar tentang variabel, berikut ini
kita akan membicarakan beberapa macam variabel ditinjau dari aspek hubungan antar variabel yang digunakan
untuk penelitian. Variabel dapat diartikan sebagai sifat yang akan diukur atau diamati yang nilainya bervariasi
antara satu objek ke objek lainnya. Dengan demikian, penekanan pada variable adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Untuk menentukan variable yang baik ditentukan oleh landasan
teoritis, ditegaskan oleh hypotesis dan tergantung dari sofistifikasi (rumit dan sederhana rancangan
penelitian). Jadi kalau peneliti akan memilih variabel penelitian, baik yang dimiliki orang, obyek maupun bidang
kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya. Untuk dapat bervariasi, maka penelitian harus
109

didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi (Sugiyono, 2009). Fungsi ditetapkannya
variabel adalah untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data, untuk mempersiapkan metode
analisis/pengolahan data dan untuk untuk pengujian hipotesis. Jadi variabel adalah suatu atribut, sifat
atau nilai yang didapat dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu dan
sekurang-kurangnya mempunyai dua klasifikasi yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (
different values), ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau ditarik kesimpulannya. Jadi kalau
dikaitkan dengan proses pengukuran, maka variabel merupakan :
1. Besaran tertentu dari sifat suatu objek/orang (Characteristic of objects or person)
2. Besarannya dapat ditangkap oleh pancaindra (observable)
3. Nilainya berbeda-beda dari pengamatan ke pengamatan berikutnya (differs from observation to observation)
Type Variabel
Ada beberapa type variabel, akan tetapi dalam pembahasan ini terfokus pada 2 variabel terpenting:
1. Variabel Independen (Bebas). Sering disebut juga sebagai variable stimulus, predictor atau antecendent
(Sugiyono, 2009). Merupakan variable yang dapat mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variable dependent (terikat). Dengan demikian variable Independen mempunyai cirri-ciri :
 Variabel yang menentukan variabel lain
 Kegiatan stimulus yang dilakukan peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen
 Biasanya dimanipulasi, diamati dan diukur untuk diketahui hubungannya
2. Variabel Dependen (Tergantung). Sering disebut juga variable output, criteria atau
konsekuen (Sugiyono, 2009). Merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variable bebas. Variabel ini merupakan variabel terikat yang besarannya tergantung dari besaran variabel
independen (bebas). Besarnya perubahan yang disebabkan oleh variabel independen ini, akan memberi
peluang terhadap perubahan variabel dependen (terikat) sebesar koefisien (besaran) perubahan dalam variabel
independen. Artinya, setiap terjadi perubahan sekian kali satuan variabel independen, diharapkan akan
menyebakan variabel dependen berubah sekian satuan juga. Sebaliknya jika terjadi perubahan (penurunan)
variabel indepnden (bebas) sekian satuan, diharapkan akan menyebabkan perubahan (penurunan) variabel
dependen sebesar sekian satuan juga. Dengan demikian variable Dependen mempunyai cirri-ciri :
 Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain
 Aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang dikenai stimulus
 Faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel
bebas
Secara skematis dapat dijelaskan pada bagan berikut ini.
Sebagai contoh :
Hubungan intensitas pijat dengan penambahan berat badan pada bayi

PENAMBAHAN
INTENSITAS PIJAT BERAT BADAN

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

3. Variabel Moderator. Variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan


memparlemah) hubungan antara variabel independent dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai
variabel independent kedua (Sugiono, 2009). Analisis hubungan yang menggunakan minimal dua variabel,
yakni satu variabel dependen dan satu atau beberapa variabel independen, ada kalanya dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model staistik yang kita gunakan. Dalam analisis statistik ada
yang dikenal dengan variabel moderator. Variabel moderator ini adalah variabel yang selain bisa memperkuat
hubungan antar variabel, dilain pihak juga bisa memperlemah hubungan antara satu atau beberapa variabel
independen dan variabel dependen. Misalnya pembelajaran laboratorium yang diikuti oleh mahasiswa
keperawatan dengan tujuan untuk meningkatkan ketrampilan sklil individu. Seluruh mahasiswa yang
110

mengikuti pembelajaran laboratorium tersebut memiliki jenjang pendidikan yang sama. Tetapi setelah selesai
mengikuti pembelajaran laboratorium dan dilakukan uji ketrampilan, ternyata kemampuan mahasiswa yang
berasal dari jurusan IPA, memiliki ketrampilan yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal
dari Jurusan IPS. Perbedaan ketrampilan skil individu yang berasal dari jurusan IPA dan Jurusan IPS pada
ketrampilan skil individu disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan menyerap materi yang disampaikan
ketika melaksanakan pembelajaran Laboratorium. Kondisi ini bisa saja terjadi karena ada variabel moderator
yang bisa menyebabkan mahasiswa yang berasal dari Jurusan IPA memiliki motivasi yang lebih tinggi untuk
mengikuti pembelajaran Laboratorium jika dibandingkan dengan Mahasiswa yang berasal dari Jurusan IPS.
Dalam contoh di atas pembelajaran Laboratorium adalah variabel independen dan Ketrampilan skil individu
adalah variabel dependen, dan motivasi untuk mengikuti pembelajaran Laboratorium adalah variabel
moderator. Atau dengan kata lain, variabel moderator memiliki kontribusi yang signifikan terhadap
kemampuan variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Secara skematis dapat dijelaskan
pada bagan berikut ini.
Sebagai contoh : Pengaruh pembelajaran laboratoriun terhadap ketrampilan skill individu pada materi
pemasangan infus.

PEMBELAJARAN KETRAMPILAN SKIL


KLINIK INDIVIDU

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL INDEPENDEN

MOTIVASI

VARIABEL MODERATOR

Variebel Intervening (antara). Dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan “an intervening variable is
that factor that theoretically affect the observed phenomenon but cannot be seen, measure, or
manipulate”. Variebel yang secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan memperkuat) hubungan antara
variabel independent dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel
Penyela/Antara yang terletak diantara Variabel Bebas dan Variabel Terikat, sehingga Variabel Bebas
tidak secara langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya Variabel Terikat. Variabel ini berperan
meenambah atau mengurangi efek variabel independden terhadap variabel dependen. Dalam setiap penelitian
yang dilakukan oleh mahasiswa, biasanya menemukan variabel yang bisa memperkuat atau memperlemah
hubungan antar variabel (variabel moderator) yang sedang diukur. Secara teori setiap variabel memang ada dan
memiliki satuan ukur. Akan tetapi variabel ada sebagian variabel yang nilainya secara satuan relatif tidak dapat
diukur secara pasti. misalnya nafsu makan, stress, frustasi dan sebagainya. Variabel seperti itu dinamakan variabel
variabel intervening. Sebagai contoh mahasiswa kebidanan ingin meneliti hubungan intensitas pijat bayi dengan
penambahan berat badan. Oleh karena pijat bayi akan mempengaruhi nafsu makan, maka intensitas pijat akan ada
hubungannya dengan penambahan berat badan manakala ada peningkatan nafsu makan pada bayi setelah dipijat.
Dalam hal ini intensitas pijat merupakan variabel independen, penambahan berat badan merupakan variabel
dependen dan sedangkan nafsu makan merupakan variabel intervening. Hal ini terjadi oleh karena pijat bayi
secara langsung tidak dapat mempengaruhi berat badan bayi. Penambahan berat badan bayi masih menunggu
terjadinya peningkatan nafsu makan pada bayi hingga ditemukan penambahan berat badan pada bayi. Secara
skematis dapat dijelaskan pada bagan berikut ini.
111

Contoh: Hubungan intensitas pijat dengan penambahan berat badan pada bayi.

INTENSITAS PENAMBAHAN
PIJAT BERAT BADAN

NAFSU
VARIABEL INDEPENDEN MAKAN VARIABEL DEPENDEN

VARIABEL INTERVENING

4. Variabel Kontrol. Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga


pengaruh variabel independent terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh factor luar yang tidak
diteliti (Sugiyono, 2009). Variabel control sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan
penelitian yang bersifat membandingkan. Variabel yang sering digunakan dalam penelitian
mahasiswa, selain variabel moderator dan variabel intervening adalah variabel kontrol. Variabel ini
(kontrol), kualitas dan kuantitasnya bisa dikendalikan oleh peneliti sesuai dengan waktu dan tempat
yang dikehendaki. Biasanya digunakan penelitian eksperimen. Secara skematis dapat dijelaskan pada
bagan berikut ini. Contoh: Pengaruh relaksasi progresif terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre
operasi. Penelitian ini melihat pengaruh relaksasi progresif terhadap penurunan kecemasan pada pasien
pre operasi. Maka harus ditetapkan variable control berupa pasien yang sama, lingkungan yang sama,
jenis penyakit yang sama, misalnya seluruh pasien Hernia Inguinalis Lateralis dan lain-lain. Tanpa
adanya variabel kontrol maka sulit ditemukan apakah ada pengaruh relaksasi progresif terhadap
penurunan kecemasan karena faktor pasien, lingkungan dan jenis penyakit yang sama. Dengan adanya
Variabel Kontrol tersebut, maka besarnya pengaruh relaksasi progresif terhadap penurunan kecemasan
dapat diketahui lebih pasti.

RELAKSASI KECEMASAN
PROGRESIF

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

pasien yang sama, lingkungan


yang sama, penyakit yang sama,
dll
VARIABEL KONTROL

Untuk dapat menentukan kedudukan variabel independen, dependen, moderator dan variabel intervening atau
bahkan variabel lain, maka harus dilihat kontekstualnya dengan dilandasi konsep teoritis yang melandasi
maupun hasil pengamatan yang emperis ditempat penelitian (sugiyono, 2009). Hal ini berarti bahwa kajian
teoritis benar-benar harus disiapkan oleh si peneliti sebelum melakukan penelitian hingga kajian teoritis
mampu sebagai dasar dalam melakukan penelitian. Dalam Disertasi dikenal istilah Materi Kuliah Penunjang
112

Disertasi, dimana seorang peneliti harus mampu menjelaskan kajian teoritis yang melandasi penelitiannya
melalui seminar, sebelum benar-benar melakukan penelitian. Dengan kejelasan teoritis yang melandasi
penelitian, tentunya dapat diidentifikasi mana variabel independen, dependen, moderator dan variabel
intervening atau bahkan variabel lain. Untuk itu sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti,
selanjutnya Sugiyono (2009) berpendapat perlu melakukan kajian teoritis dulu dan melakukan studi
pendahuluan untuk mencari potret pada objek yang akan diteliti dan tidak membuat rancangan penelitian
terlebih dahulu tanpa terlebih dahulu mengetahui permasalahan yang ada di objek penelitian. Seringkali
rumusan masalah penelitian dibuat tanpa melalui studi pendahuluan atau mengetahui potret pada objek yang
akan diteliti, sehingga setelah ditetapkan rumusan masalah, ternyata masalah tersebut tidak menjadi masalah
pada objek penelitian. Baru setelah masalah dapat dipahami dengan jelas dan dikaji secara teoritis, maka
peneliti dapat menentukan variabel-variabel penelitiannya. Pada penelitian kualitatif, semua variabel
seharusnya diamati semua, karena penelitian kualitatif berasumsi bahwa gejala tersebut tidak dapat
diklasifikasikan, akan tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (holistic)

Jenis Variabel
Ada beberapa jenis Variabel, antara lain :
1. Variabel diskrit dan variabel kontinyu. Nilai numerik yang diberikan pada variable didasarkan pada
sifat yang beragam. Misalnya untuk variabel yang bersifat dikotomi mempunyai 2 nilai yang
menunjukkan ada atau tidak adanya sifat tertentu, contohnya pria-wanita, pengangguran-bukan
pengangguran. Variabel juga bisa terdiri dari dua kategori, misalnya, suku, agama, jenis perusahaan, dan
lain-lain. Semua variabel-variabel dalam bentuk kategori-kategori tersebut disebut variabel diskrit.
Sedangkan pendapatan, suhu, umur, nilai ujian adalah contoh-contoh variabel kontinyu.
2. Variabel bebas (independent) dan variabel tak bebas (dependent). Jenis variabel ini terutama
digunakan dalam menganalisis hubungan antara variabel, yaitu variabel tak bebas dipengaruhi oleh
variabel tak bebas. Misalnya, gaya kepemimpinan (variabel bebas) akan mempengaruhi kinerja atau
kepuasan kerja (variabel tak bebas).
3. Variabel nominal, ordinal, interval, dan ratio. Pengklasifikasian ini didasarkan pada tingkat
pengukurannya, yang akan dijelaskan secara lengkap pada berikutnya.
4. Variabel kuantitatif dan kualitatif. Variabel kuantitatif menggunakan skala numerik atau metrik
sehingga bisa ditransformasikan melalui operasi matematika dan analisis statistika yang lengkap.
Sedangkan variabel kualitatif menggunakan skala non numerik (karakter atau string) atau non metrik.
Teknik analisisnya, baik operasi matematika atau teknik statistikanya, relatif lebih terbatas dibandingkan
variabel kuantitatif.

B. Hubungan Variabel dan Konsep


Dalam suatu penelitian, variebel perlu Diidentifikasi, Diklasifikasi dan Didefinisikan secara
operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan
data serta dalam pengujian hipotesis. Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi sifat yang dapat dinyatakan
dengan jumlah atau besaran yang bernilai kategorikal. Dengan demikian Variable adalah Konsep yang mempunyai
variabilitas. Sedangkan Konsep adalah penggambaran atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep
yang berupa apapun, asal mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variable. Konsep
dibutuhkan dalam penelitian untuk memahami dan mengkomunikasikan informasi mengenai suatu objek.
Konsep adalah sekumpulan arti atau karakteristisk yang berhubungan dengan kejadian, objek, kondisi, atau
situasi tersebut (Emory dan Cooper). Menurut Rusidi (1997), konsep adalah istilah singkat untuk
menyatakan (abstraksi) realita atau fenomena. Di dalam konsep terkandung batasan-batasan arti (definisi)
dari penamaan golongan, kategori dan klasifikasi. Jika konsep ini ditelaah sampai mendasar maka akan
sampai pada istilah variabel. Misalnya saja mahasiswa. Kalau kita berbicara tentang mahasiswa saja, hal ini belum
bisa dikatakan variabel. Karena mahasiswa saja hanya merupakan sebuah konsep. Akan tetapi kalau kita sudah
berbicara tentang Mahasiswa Prodi Keperawatan, Mahasiswa Prodi Kebidanan, artinya kita sudah membicarakan
variabel. Karena mahasiswa Prodi Keperawatan, Prodi Kebidanan merupakan konsep dari mahasiswa yang memiliki
bermacam-macam variasi. Atau jika kita membicarakan tentang badan. Hal ini belum bisa dikatakan variabel. Karena
badan saja hanya merupakan sebuah konsep. Akan tetapi sebaliknya, kalau kita sudah berbicara tentang tinggi badan
mahasiswa, jenis kelamin mahasiswa, atau berat badan mahasiswa, atau motivasi mahasiswa, berarti kita sudah
113

berbicara tentang variabel. Karena tinggi badan, jenis kelamin, berat badan dan motivasi merupakan variasi dari
berbagai macam tentang badan. Untuk kepentingan penelitian, konsep bisa diubah menjadi variabel. Hal itu kita
lakukan dengan cara memusatkan perhatian terhadap karakteristi-karakteristik dari variabel itu sendiri. Misalnya saja
konsep tentang konsumsi, bisa diubah menjadi variabel makanan ringan, makanan berlemak, makanan berserat, dan
lain-lain.

C. Hubungan antar variable (Assosiasi)


Merupakan sifat hubungan antar dua atau lebih variable. Terdapat tiga hubungan Asosiasi antara lain : hubungan
simetris, hubungan asimetris (kausal) dan hubungan interaktif (Supriyanto, S. 2007).
1. Hubungan simetris
Merupakan hubungan apabila sebuah variable berubah nilainya, maka variable yang ada asosiasinya juga
berubah nilainya. Jadi ada kebersamaan perubahan nilai, tetapi bukan penyebab adanya perubahan nilai atau
adanya hubungan saling mempengaruhi (interaktif). Hubungan ini juga dikenal ssebagai hubungan timbal
balik atau hubungan fungsional atau korelasi. Hubungan ini bersiffat semu.

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN


ASOSIASI BIVARIAT

Sebagai contoh : hubungan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi dilahirkan. Ada hubungan positif,
artinya bertambah berat badan ibu yang hamil juga diikuti peningkatan beerat badan bayi lahir. Tetapi ahirnya
diketahui bahwa baik berat badan ibu hamil dan peningkatan berat badan bayi lahir ditentukan oleh kecukupan
gizi, sehingga disimpulkan bahwa berat badan ibu hamil memiliki hubungan fungsional dengan peningkatan
berat badan bayi lahir.
2. Hubungan Asimetris (sebab-kausal, deterministic)
Merupakan hubungan sebab akibat atau deterministic. Jadi ada variable bebas (inddependen, variable yang
mempengaruhi) dan ada variable terikat (variable yang dipengarruhi). Sebagai contoh pengaruh kecemasan
terhadap intensitas nyeri.

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

ASOSIASI BIVARIAT

VARIABEL INDEPENDEN

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

VARIABEL INDEPENDEN

ASOSIASI MULTIVARIAT

3. Hubungan Interaktif
Merupakan hubungan yang saling mempengaruhi (timbal balik) antara dua atau lebih variable. Symbol yang
digunakan sama dengan hubungan simetris. Sebagai contoh pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan
pasien berobat. Kualitas pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan pasien, dan pasien yang merasa
puas akan pelayaanan yang diberikan petugas kesehatan, maka pasien tersebut akan mempergunakan
pelayanan yang sama dimasa mendatang atau akan loyal.
114

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

ASOSIASI BIVARIAT

VARIABEL INDEPENDEN

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN


LT

VARIABEL INDEPENDEN

ASOSIASI MULTIVARIAT

D. Indicator
Satu konsep lain yang sangat penting dan pasti berhubungan dengan variable adalah “Indikator”, yaitu sesuatu
yang diteliti atau diukur. Menurut Supriyanto, S (2007) Indikator yang baik akan memenuhi syarat antara lain
Valid, Objektif, Spesifik dan Sensitif. (1) Valid bila indicator tersebut dapat digunakan untuk menggambarkan
keadaan kondisi yang sebenarnya, (2) Objektif bila indicator tersebut menunjukkan keadaan yang sebenarnya, (3)
Spesifik bila indicator tersebut sebaiknya hanya menunjukkan gambaran satu keadaan dan (4) Senssitif bila
indicator tersebut peka atau perubahan sedikit bisa mencerminkan perubahan suatu keadaan. Sebagai contoh
mengukur status gizi dimasyarakat, dengan menggunakan metoda Antropometri (berat badan, lingkaran lengan,
tinggi badan) merupakan Valid. Untuk menentukan status gizimaka digunakan nilai dari hasil antropometri
terhadap umur merupakan objektif. Namun harus diingat bahwa berat badan terhadap umur cocok untuk
menggambarkan status gizi anak dibawah lima tahun (spesifik) dan tak cocok untuk orang dewasa (tidak
sensitive). Untuk orang dewasa dapat digunakan body Mass Indeks (berat badan dan tinggi badan) dan hasilnya
untuk menyatakan kegemukan seseorang. Sehingga dengan demikian kalau berbicara Indikator pasti berorientasi
pada ukuran dan bagaimana mengukurnya, sama dengan variable. Perbedaannnya adalah pada derajat empiriknya.
Jika variable terletak pada derajat yang abstrak dan konseptual, maka indicator terletak pada derajat empiric dan
operasional. Sehingga indicator sangat erat kaitannya dengan Definisi operasional, dan bahkan melebur jadi satu
dengan definisi operasional. Indikator harus diturunkan dari variable, akan tetapi apabila suatu variable sudah
cukup bersifat empiris dan operasional, maka kita tidak lagi memerlukan indicator untuk variable tersebut.
Contoh. Mengukur berat badan seseorang, maka cukuplah ditimbang.

E. Definisi Operasional
Pengertian dari Definisi Operasional:
Kegiatan yang dilakukan setelah menetapkan variabel-variabel adalah dengan mendefinisikan variabel tersebut
secara operasional. Young dalam Koentjarangningrat (1991) berpendapat bahwa Definisi Operasional ialah suatu
definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau
“mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala
yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain”. Disamping itu Definisi
Operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara
operasional sehingga ahirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian. Definisi operasional
variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara
praktik, secara riil, secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti. Mendefinisikan variable
secara operasional adalah Menggambarkan / mendeskripsikan variable penelitian sedemikian rupa, sehingga
orientasi pengertian definisi operasional terletak pada istilah yang Spesifik (Tidak Beinterpretasi Ganda) dan
Terukur ( Observable atau Measurable ), untuk itu penekannya terletak pada kata “DAPAT DIOBSERVASI”.
Penekanan tersebut menggambarkan bahwa definisi operasional merupakan sebuah seperangkat instruksi yang
lengkap untuk menetapkan apa yang akan diukur dan bagaimana cara mengukur variabel dan apa yang diukur
115

dinyatakan dalam bentuk indikator atau sub variabel (Supriyanto, S 2007). Sebagai contoh variabel pengetahuan
DBD dapat didefinisi opeerasionalkan sebagai segala ketahuaan akan penyakit DBD yang disusun dari beberapa
indikator seperti pengetahuan gejala, penyebab, cara penularan, cara pencegahaan dll. Hal ini dikarenakan
Operasionalisasi (variable) adalah proses mendefinisikan variable dengan tegas, sehingga menjadi faktor-faktor
yang dapat diukur. Mengapa? Sebab, definisi “konsep” bagi penikmat/pembaca hasil riset (apalagi orang awam),
masih samar (fuzzy). Dengan demikian, operasionalisasi variable atau mendefinisikan variable secara lebih
tegas, sangat penting untuk dilakukan. Semakin unik suatu definisi operasional, maka semakin bermanfaat karena
definisi tersebut akan banyak memberikan informasi kepada peneliti, dan semakin menghilangkan obyek-obyek
atau pernyataan lain yang muncul dalam mendifinisikan sesuatu hal yang tidak kita inginkan tercakup dalam
definisi tersebut secara tidak sengaja dan dapat meningkatkan adanya kemungkinan makna variable dapat
direplikasi/ganda. Apabila seorang peneliti melakukan suatu observasi terhadap suatu gejala atau obyek, maka
peneliti lain juga dapat melakukan hal yang sama, yaitu mengidentifikasi apa yang telah didefinisikan oleh
peneliti pertama. Definisi konseptual bermanfaat untuk membuat logika proses perumusan hipotesa. Sebagai
contoh istilah yang mempunyai interpretasi ganda aadalah : Contoh variable yang berinterpretasi ganda :
Status Gizi. Variable ini dapat diukur dan dideskripsikan dengan bermacam kombinasi pengertian atau
pengukuran, seperti :
 Berat Badan (BB) dengan Tinggi Badan (TB).
 BB – TB dengan Usia.
 Kadar Protein serum.
 Lingkar Lengan Atas dan Lingkar Kepala, dsb.

Syarat dalam pembuatan Definisi Operasional


 Harus dapat dibolak balikkan dengan hal yang didefinisikan
 Tidak boleh negatif
 Apa yang didefinisikan tidak boleh masuk dalam definisi
 Tidak boleh dinyatakan dengan bahasa yang kabur

Pola atau type pada Definisi Operasional :


Cara menyusun definisi Operasional banyak macam cara, namun demikian untuk mempermudah pembuatan atau
menyusun definisi operasional, dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu (a) menekankan kegiatan
(operation) apa yang perlu dilakukan, (b) menekankan bagaimana kegiatan (operation) itu dilakukan, dan (c)
menekankan sifat-sifat statis hal yang didefinisikan, sehingga definisi itu secara berturut-turut disebut definisi
Pola I, Pola II dan Pola III (Suryabrata, S. 2009)

1. Pola I (A)
 Disusun berdasarkan atas kegiatan-kegiatan (operations) yang harus dilakukan agar hal yang
didefinisikan itu terjadi
 Menekankan operasi atau manipulasi apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan keadaan atau hal-hal
yang didefinisikan
 Sering berguna mendefinisikan variabel bebas
Contoh pola I
Kepuasan adalah :
Suatu kondisi dimana terdapat suatu pencapain dari yang diinginkan sesuai dengan harapan yang telah
ditetapkan
2. Pola II (B)
Menekankan bagaimana definisi itu disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu beroperasi, yaitu
penyusunan definisi operasional didasarkan pada bagaimana obyek tertentu yang didefinisikan dapat
dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang dilakukannya atau apa yang menyusun karaktersitik-karakteristik
dinamisnya.
Contoh Pola II
Orang cerdas adalah :
 Orang yang tinggi kemampuannya dalm memecahkan masalah
116

 Tinggi kemampuannya dalam menggunakan bahasa dan bilangan


Orang lapar adalah :
Orang yang menyantap makanan kurang dari satu menit setelah makan dihidangkan
3. Pola III (C)
Definisi yang dibuat berdasarkan atas bagaimana yang didefinisikan itu nampak. Penyusunan Definisi
Operasional didasarkan atas penampakan seperti apa obyek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa
saja yang menyusun karaktersitik-karaktersitik statisnya. Dalam menyusun Definisi Operasional, definisi
tersebut sebaiknya dapat mengidentifikasi seperangkat criteria unik yang dapat diamati
Contoh Pola III :
Mahasiswa cerdas adalah :
Mahasiswa yang mempunyai ingatan baik, punya perbendaharaan kata yang luas, mempunyai kemampuan
berfikir baik, punya kemampuan berhitung baik, dll. Sebagai contoh :

Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala


Perilaku Tindakan yang dilakukan melalui Interaksi perawat dengan anak-
caring keluarga secara fisik, emosional, dan spiritual yang menggunakan Menggunakan kuisioner Nominal
perawat nilai-nilai carative factor, dan dapat dipersepsikan oleh keluarga Pilihan jawaban:
anak sehingga menghasilkan kepuasan keluarga pada asuhan Tidak pernah = skor 1
keperawatan yang diberikan antara lain : Kadang-kadang= skor 2
1. Menghargai dan mendahulukan kebutuhan klien sebagai upaya Sering = skor 3
untuk membangun kepercayaan klien, sehingga klien memiliki Selalu = skor 4
pandangan yang positif tentang kesembuhannya.
2. Memandang setiap individu sebagai individu yang unik, sehingga Kriteria:
memerlukan pendekatan tersendiri. Positif : bila T ≤ 50
3. Memberikan asuhan keperawatan berdasarkan pada ilmu Negatif : bila T > 50
keperawatan dan sesuai dengan kewenangannya.
4. Menjalin interaksi secara professional antara pasien dan perawat
5. Memenuhi kebutuhan dasar klien dengan memberi kesempatan
pada klien untuk mengekspresikan apa yang diinginkan serta
menghormati keputusan klien.
Sikap Thd Pandangan respondeDBD yang meliputi perasaan : Menggunakan kuisioner Nominal
DBD  Acuh tak acuh Pilihan jawaban:
 Ketakutan Tidak pernah = skor 1
 Penerimaan Kadang-kadang= skor 2
 Dll Sering = skor 3
Selalu = skor 4

Kriteria:
Positif : bila T ≤ 50
Negatif : bila T > 50

Anda mungkin juga menyukai