Anda di halaman 1dari 15

VARIABEL PENELITIAN

A. Definisi dan Pengertian Variabel

            Sebagian besar para ahli mendefinisikan variabel penelitian sebagai kondisi-kondisi yang
oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol, atau diobservasikan dalam suatu penelitian. Selain itu,
beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan
menjadi obyek pengamatan penelitian. Dari dua pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa
variabel penelitian meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti.
       Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan oleh
hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis suatu penelitian berbeda, akan
berbeda pula variabelnya.
            Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi, dan
diklasifikasikan. Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas serta sempitnya
panelitian yang akan digunakan
            Dalam ilmu-ilmu eksakta, variabel-variabel yang digunakan umumnya mudah diketahui
karena dapat dilihat dan divisualisasikan. Tetapi, variabel-variabe dalam ilmu sosial, sifanya
lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara realita. Variabel-variabel ilmu sosial berasal dari
suatu konsep yang perlu diperjelas dan diubah bentuknya sehingga dapat diukur dan
dipergunakan secara operasional.
            Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007)
Secara Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variable sebagai berikut :

Hatch & Farhady (1981)


Variable didefinisikan sebagai Atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu
orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.
Kerlinger (1973)
 Variable adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.
Misalnya : tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis kelamin, golongan gaji,
produktifitas kerja, dll.
 Variable dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang
berbeda (different values). Dengan demikian, variabel itu adalah suatu yang
bervariasi.

Kidder (1981)
Variable adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan
darinya.

Bhisma Murti (1996)


Variable didefinisikan sebagai fenomena yang mempunyai variasi nilai. Variasi nilai itu bisa
diukur secara kualitatif atau kuantitatif. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau
kuantitatif.

Sudigdo Sastroasmoro
Variable merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek
lainnya.

Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007)


Variable adalah Konsep yang mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah penggambaran
atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal mempunyai ciri
yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variable. Dengan demikian, variable dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang bervariasi.

Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002)


 Variable mengandung pengertian ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota –
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang
lain.
 Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian
tertentu.
Misalnya : umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan,
pendapatan, penyakit, dsb. 

Definisi Operasional
            Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan
cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional
yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang dibuat dapat
berbentuk definisi operasional yang diukur, ataupun definisi operasional eksperimental.
            Dalam suatu penelitian, variebel perlu diidentifikasi, diklasifikasikan dan diidentifikasi
secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam
pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis.
            Dari keterangan-keterangan diatas, maka dapat disimpulkan tiga buah pola dalam
memberikan definisi operasional dalam suatu variabel . Ketiga pola tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Definisi yang disusun atas dasar kegiatan lain yang terjadi, yang harus dilakukan atau yang
tidak dilakukan untuk memperoleh variabel yang didefinisikan.
b. Definisi yang disusun berdasarkan bagaimana sifat serta cara beroperasinya hal-hal yang
didefinisikan.
c. Definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu muncul.

B. Jenis-Jenis Variabel

a. Variabel Dependen atau variabel tidak bebas adalah kondisi atau karakteristik yang
berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi, pengubah atau pengganti variabel
bebas. Menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain.

b. Variabel Independen atau variabel bebas, adalah kondisi-kondisi atau karakteristik yang
oleh peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk menerangkan hubungan-hubungan
dengan fenomena yang diobservasi. Menurut fungsinya variabel ini mempengaruhi variabel
lain, jadi secara bebas berpengaruh dalam variabel lain.

Contoh hubungan variabel independen-dependen

Prestasi Belajar Motivasi Belajar


(Variabel Dependen) (Variabel Independen)
 
c. Variabel intervening, Yaitu variabel yang berfungsi menghubungkan variabel satu dengan
variabel lain. Hubungan itu dapat menyangkut sebab akibat ataupun pengaruh atau
terpengaruh. Variabelini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel
independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi
berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
Contoh hubungan variabel independen-moderator-intervening-dependen

Penghasilan Lingkungan Tempat Tinggal


(Variabel Independen) (Variabel Moderator)

Gaya hidup Harapan Hidup


(Variabel Intervening) (Variabel Dependen)

d. Variabel Moderator, adalah variabel yang mempengaruhi, memperkuat dan memperlemah


hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel tersebut juga sebagai
variabel independen ke dua.
Contoh hubungan variabel independen-moderator-dependen.

Perilaku Suami Jumlah Anak Perilaku Isteri


(Variabel Independen) (Variabel Moderator) (Variabel Dependen)

e. Variabel kontrol adalah variabel yang membatasi atau mewarnai variabel moderator.
Variabel ini berfungsi sebagai kontrol terhadap variabel lain terutama yang berkaitan dengan
variabel moderator dan bebas, ia juga berpengaruh terhadap variabel tergantung.
Contoh hubungan variabel independen-kontrol-dependen

Pendidikan SMA&SMK Keterampilan Mengetik Naskah, tempat, mesin tik sama


(Variabel Independen) (Variabel Dependen) (Variabel Kontrol)
 
f. Variabel acak atau random, yaitu variabel yang fungsinya dapat diabaikan dan
pengaruhnya dapat tidak diperhatikan terhadap bebas maupun tergantung.

C. Pengukuran Variabel

            Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu
1. Skala Nominal
Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota – anggota yang mempunyai kesamaan
tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain.
Misalnya :
 Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan
 Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
 Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB
 Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
 Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.
Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan, tiap variasi
berdiri sendiri secara terpisah.
Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih
tinggi atau lebih rendah dari kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk
dari kategori yang lain.
2. Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan – tingkatan.
Skala Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau
jabatan.
Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.
Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain
tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama atau
lebih rendah daripada nilai yang lain.
Contoh :
 Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
 Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
 Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal ini dapat
dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan Stadium III lebih berat
daripada Stadium II. Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya perbedaan
keparahan itu.
 Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu, Tidak Setuju.

3. Skala Interval
Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang
lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan.
Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai
pengamatan lainnya dapat diketahui secara pasti.
Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal
(Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil, dsb), tetapi Nilai Mutlaknya Tidak Dapat Dibandingkan secara
Matematis, oleh karena itu batas – batas Variasi Nilai pada Skala Interval bersifat ARBITRER
(ANGKA NOL-nya TIDAK Absolut).
Contoh :
 Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 360 Celcius jelas lebih panas
daripada suhu 240 Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu 360 Celcius 1½ kali
lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Alasannya : Penentuan skala 00 Celcius Tidak
Absolut (=00Celcius tidak berarti Tidak Ada Suhu / Temperatur sama sekali).
 Tingkat Kecerdasan,
 Jarak, dsb.

4. Skala Rasio = Skala Perbandingan


Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi nilainya
memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL ABSOLUT ).
Misalnya :
 Tinggi Badan : sebagai Skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan mempunyai
selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini juga dapat dikatakan bahwa : tinggi
badan 180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 Cm.
 Denyut Nadi : nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama sekali denyut
nadinya.
 Berat Badan
 Dosis Obat, dsb
Dari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan Nominal berturut – turut
memiliki nilai kuantitatif dari yang paling rinci ke yang kurang rinci. Skala ratio mempunyai
sifat – sifat yang dimiliki skala interval, ordinal dan nominal. Skala interval memiliki ciri – ciri
yang dimiliki skala ordinal dan nominal, sedangkan skala ordinal memiliki sifat yang dimiliki
skala nominal.
      Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya transformasi skala ratio
dan interval menjadi ordinal atau nominal. Transformasi ini dikenal sebagai Data Reduction atau
Data Collapsing. Hal ini dimaksudkan agar dapat menerapkan metode statistic tertentu, terutama
yang menghendaki skala data dalam bentuk ordinal atau nominal.
      Sebaliknya, skala ordinal dan nominal tidak dapat diubah menjadi interval atau ratio. Skala
nominal yang diberi label 0,1 atau 2 dikenal sebagai Dummy Variable (Variabel Rekayasa).
Misalnya : Pemberian label 1 untuk laki – laki dan 2 untuk perempuan tidak mempunyai arti
kuantitatif (tidak mempunyai nilai / hanya kode). Dengan demikian, perempuan tidak dapat
dikatakan 1 lebih banyak dari laki – laki. Pemberian label tersebut dimaksudkan untuk mengubah
kategori huruf (Alfabet) menjadi kategori Angka (Numerik), sehingga memudahkan analisis
data. (Cara ini dijumpai dalam Uji Q Cochran pada Pengujian Hipotesis).

D. Korelasi antar Variabel


Korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu :
1. Korelasi Simetris
Korelasi Simetris terjadi bila antar dua variable terdapat hubungan, tetapi tidak ada mekanisme
pengaruh – mempengaruhi ; masing – masing bersifat mandiri.
Korelasi Simetris terjadi karena :
 Kebetulan.
        Misalnya :  Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.
 Sama – sama merupakan akibat dari faktor yang sama (Sebagai akibat dari Variabel
Bebas)
        Contoh : Hubungan antara berat badan dan tinggi badan. Keduanya merupakan variable     
terikat dari variable bebas yaitu “Pertumbuhan”.
 Sama – sama sebagai Indikator dari suatu konsep yang sama.
        Misalnya : Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan ketahanan kontraksi otot ;         
Keduanya merupakan indikator “Kemampuan” Kontraksi Otot.

2. Korelasi Asimatris
        Korelasi Asimatris ialah Korelasi antara dua variable dimana variable yang satu bersifat
mempengaruhi variable yang lain ( Variable Bebas dan Variable Terikat )
Contoh : Tingginya kadar lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan arterosklerosis.

3. Korelasi Timbal Balik


        adalah Korelasi antar dua variable yang antar keduanya saling pengaruh – mempengaruhi.
Contoh :
Korelasi antara Malnutrisi dan Malabsorbsi.
Malabsorbsi akan mengakibatkan Malnutrisi, sedangkan Malnutrisi mengakibatkan atrofi selaput
lendir usus yang akhirnya menyebabkan malabsorbsi.

E. Paradigma
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara
pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.
Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta
kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo, 1999: 12-13). Masing-masing
paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk
menentukan pendekatan atau paradigma yang akan digunakan dalam melakukan penelitian
tergantung pada beberapa hal di antaranya:
1) jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada aspek
detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya
dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan untuk mendapat
kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian secara empiris, maka
sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif, dan
2) jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan obyek
penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih tepat, dan jika penelitian
ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk satu obyek
penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan. Hasil penelitian akan
memberi kontribusi yang lebih besar jika peneliti dapat menggabungkan kedua
paradigma atau pendekatan tersebut, Penggabungan paradigma tersebut dikenal istilah
triangulation. Penggabungan kedua pendekatan ini diharapkan dapat memberi nilai
tambah atau sinergi tersendiri karena pada hakikatnya kedua paradigma mempunyai
keunggulan-keunggulan.
            Dalam penelitian kuantitatif/positivistic, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu
gejala itu dapat diklasifikasikan, den hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat), maka
peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variable saja.
Pola hubungan antara variable yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut paradigma
penelitian. Jadi paradigma dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan
hubungan antara variable yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah
rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk
merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisa statistik yang akan
digunakan. Berdasarkan hal ini maka bentuk-bentuk paradigm atau model penelitian kuantitatif
khususnya untuk penelitian survey seperti gambar berikut:

1. Paradigma Sederhana

r
Y
X

Paradigma sederhana ini terdiri atas satu variable independen dan dependen. Hal ini dapat
digambarkan seperti:
 
X: Kualitas Guru                                                          Y: Pretasi Belajar Murid
Berdasarkan paradigm tersebut, maka dapat ditentukan:
a. Jumlah rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu yaitu:
 Rumusan masalah deskriptif (dua)
Bagaimana X? (Kualitas guru)
Bagaimana Y? (Prestasi belajar murid)
 Rumusan masalah asosiatif/hubungan (satu)
Bagaimanakah hubungan atau pengaruh kualitas alat dengan kualitas barang yang dihasilkan.

b. Teori yang digunakan ada dua, yaitu teori  tentang media pendidikan dan prestasi belajar.
c. Hipotesis dirumuskan ada dua macam hipotesis deskriptif dan hipotesis asosiatif
(hipotesis deskriptif sering tidak dirumuskan).
 Dua hipotesis deskriptif: (jarang dirumuskan dalam penelitian)
Kualitas media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut telah mencapai  70% baik
Prestasi belajar siswa lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 99% dari yang diharapkan
 Hipotesis asosiatif: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas media
pendidikan ditingkatkan, maka prestasi belajar murid akan meningkat pada gradasi yang
tinggi (kata signifikan hanya digunakan apabila hasil uji hipotesis akan digeneralisasikan
ke populasi di mana sampel tersebut diambil)
d. Teknik analisis Data
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan mudah ditentukan
teknik statistic yang digunakan untuk analisis data dan menguji hipotesis.
 Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio, maka pengujian
hipotesis menggunakan t-test one sampel.
 Untuk hipotesis asosiatif, bila data ke dua variabel berbentuk interval atau ratio, maka
menggunakan teknik Statistik Korelasi Product Moment (lihat pedoman umum memilih
teknik statistic untuk pengujian hipotesis).

2. Paradigma Sederhana Berurutan


Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya masih sederhana. Lihat
gambar.
X1
Y

X3
X2

X1 = kualitas input
X2 = kualitas proses
X3 = kualitas output
Y   = kualitas outcome
Paradigma sederhana menunjukkan hubungan antara satu variabel independen dengan satu
variabel dependen secara berurutan. Untuk mencari hubungan antar variabel (X1 dengan X2; X2
dengan X3; X3 dengan Y) tersebut digunakan teknik korelasi sederhana. Naik turun harga Y
dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y atau X3, dengan persamaan Y = a + bX3.
Berdasarkan contoh 1 tersebut , dapat dihitung jumlah rumusan masalah, deskriptif dan asosiatif.

3. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen


Dalam paradigm ini terdapat dua variabel independen dan satu dependen. Dalam paradigm ini
terdapat tiga rumusan masalah deskriptif, dan empat rumusan masalah asosiatif (tiga  korelasi
sederhana dan satu korelasi ganda). Perhatikan gambar.

X1 = Kompetensi Guru;
X2 = Lingkungan sekolah;
Y   = Prestasi belajar murid;
      Paradigma ganda dengan dua variabel independen X1 dan X2, dan satu variabel dependen Y.
Untuk mencari hubungan X1 dangan Y dan X2 dengan Y, menggunakan teknik korelasi
sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 secara bersama-sama terhadap Y
menggunakan korelasi ganda.
4. Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Independen
      Dalam paradigma ini terdapat tiga variabel independen (X1, X2, X3) dan satu dependen (Y).
Rumusan masalah deskriptif ada empat dan rumusan masalah asosiatif (hubungan) untuk yang
sederhana ada enam dan yang ganda minimal satu.
r2 berhimpit dengan R
X1 = Kualitas mesin;
X2 = Pengalaman kerja;
X1 = Etos Kerja;
Y    = Produktivitas Kerja

           
X1 = Kualitas mesin;
X2 = Pengalaman kerja;
X1 = Etos Kerja;
Y    = Produktivitas Kerja

Gambar diatas adalah paradigma ganda dengan tiga variabel independen yaitu X1, X2, dan X3.
Untuk mencari besarnya hubungan anatara X1 dengan Y; X2 dengan Y; X3 dengan Y; X1
dengan X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat menggunakan korelasi sederhana. Untuk
mencari besarnya hubungan antar X1 secara bersama-sama dengan X2 dan X3 terhadap Y
digunakan korelasi ganda. Regresi sederhana, dan ganda serta korelasi parsial dapat digunakan
untuk analisis dalam paradigma ini.

5. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen


X   = tingkat pendidikan;
Y1 = karir di tempat kerja;
Y2   = disiplin kerja

 
Paradigma ganda dengan satu variabel independen dan dua dependen. Untuk mencari besarnya
hubungan antara X dan Y1, dan X dengan Y2 digunakan teknik korelasi sederhana. Demikian
juga untuk Y1 dengan Y2. Analisis regresi juga dapat digunakan di sini.
6. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua Dependen
Dalam Paradigma ini terdapat dua variabel independen (X1, X2) dan dua variabel dependen (Y1
dan Y2). Terdapat empat rumusan masalah deskriptif, dan enam rumusan masalah
hubungan sederhana. Korelasi dan regresi ganda juga dapat digunakan untuk menganalisis
hubungan antar variabel secara simultan.
X1 = keindahan kampus;
X2 = pelayanan sekolah;
Y1 = jumlah pendaftar;
Y2 = kepuasan pelayanan;

 
Adalah paradigma ganda dua variabel independen dan dua variabel dependen. Hubungan antar
variabel r1, r2, r3, r4, r5, dan r6 dapat dianalisis dengan korelasi sederhana. Hubungan antara X1
bersama-sama dengan X2 terhadap Y1 dan X1 dan X2 bersama-sama terhadap Y2 dapat
dianalisis dengan korelasi ganda. Analisis regresi sederhana maupun ganda dapat juga digunakan
untuk memprediksi jumlah tiket yang terjual dan kepuasan penumpang Kereta Api.

7. Paradigma Jalur

X1 = status social ekonomi;


X2 = IQ;
X3 = motivasi berprestasi;
Y    = prestasi belajar (achievement);

 
Paradigma jalur. Teknik analisis statistic yang dipergunakan dinamakan path analysis (analisis
jalur). Analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi dan regresi sehingga dapat diketahui
untuk sampai pada variabel dependen terakhir, harus lewat jalur langsung, atau melaluivariabel
intervening. Dalam paradigma itu terdapat empat rumusan masalah deskriptif, dan enam
rumusan masalah hubungan.
Paradigma penelitian gambar diatas dinamakan paradigma jalur, karena terdapat variabel
yang berfungsi sebagai jalur antara (X3). Dengan adanya variabel antara lain, akan dapat
digunakan untuk mengetahui apakah untuk mencapai sasaran akhir harus melewati variabel
antara itu atau bisa langsung ke sasaran akhir.
Dari gambar terlihat bahwa, murid yang berasal dari status sosial tertentu X1, tidak bisa
langsung mencapai prestasi belajar yang tinggi Y (korelasi 0,33) tetapi harus melalui
peningkatan motif berprestasinya X2 (r = 0,41) dan baru dapat mencapai prestasi Y (r = 0,50).
Tetapi bila murid mempunyai IQ yang tinggi (X2) maka mereka langsung dapat mencapai
prestasi (Y) dengan r = 0,57. Contoh tersebut diberikan oleh Kerlinger.
Bentuk-bentuk paradigma penelitian yang lain cukup banyak, dan contoh-contoh yang
diberikan terutama dikaitkan dengan teknik statistic yang dapat digunakan. Teknik statistik yang
bersifat menguji perbedaan tidak tercermin pada paradigma yang telah diberikan, tetapi akan
lebih tampak pada paradigma penelitian dengan metode eksperimen. Dalam eksperimen
misalnya akan dapat diuji hipotesis yang menyatakan ada tidaknya perbedaan produktivitas kerja
antara lembaga yang dipimpin pria dengan wanita.
Daftar Pustaka

Ahmad W. Pratiknya. 2007. Dasar-Dasar Metodologi PenelitianKedokteran dan Kesehatan.


Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.
Kenglinger, Fred, N. Foundation of Behavioral Research.1973. Holt:Renehart.
Kidder, Loiuse.1981. Research Methods Instrument Social Relation. Holt: Rinehart and
Winston.
Sogiyono. 2009.Statistika untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.
Susan Stainback; William Stainback; Understanding & Conducting Qualitative Research;
Kendall/Hunt Publishing Company; Dubuque, Iowa; 1988.
Sutrisno Hadi.  1986. Metodologi Research, Jilid 1, 2, UGM.

Anda mungkin juga menyukai