Anda di halaman 1dari 16

VARIABEL DAN KLASIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

MAKALAH

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Metodologi Penelitian

Disusun Oleh:

Kelompok 3 Kelas ES 3C

1. Weni Noviana (22681055)

2. Siwi Qudsi (22681051)

3. Siti Mastura (22681050)

Dosen Pengampu:

Mega Ilhamiwati, M.A.

MAHASISWA PROGRAM STUDI EKONOMI SYA’RIAH

FAKULTAS SYA’RIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

TAHUN 2023/2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................i

1. Pendahuluan .................................................................................................1

2, Pembahasan .................................................................................................2

2.1 Definisi Variabel Penelitian ..................................................................2

2.2 Tipe-Tipe Variabel Penelitian ................................................................3

2.3 Bentuk-Bentuk Hubungan Variabel Penelitian .....................................7

2.4 Tipe Variabel menurut Skala Nilainya ..................................................9

3. Kesimpulan ..................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

i
VARIABEL DAN KLASIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

1. Pendahuluan

Hambatan yang kadang dialami peneliti adalah menetapkan variabel-


variabel penelitian. Untuk menentukan variabel bukanlah hal yang sulit.
Sebagai contoh: individu-individu dalam masyarakat pada hakikatnya
bervareasi dengan tingkah laku yang kompleks. Kehidupan ini membosankan
bila tidak ada variasi. Bayangkan jika kita hidup dengan masyarakat yang satu
jenis kelamin, satu warna kulit, satu bentuk muka, satu warna baju, satu tingkat
kecerdasan, satu tinggi badan, dsb. Jadi variabel adalah karakteristik yang
memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri.

Kerlinger (1973) menyebut variabel sebagai konstruk atau sifat


(properties) yang diteliti. Jika kita melakukan pengamatan hanya satu
karakteristik pada subyek yang diteliti maka karakteristik tersebut bukan
variabel, tetapi sesuatu yang konstan. Jika kita meneliti kelas lima, maka kelas
bukan variabel, karena hanya satu tingkatan. Jika subjek penelitian kita adalah
laki-laki, maka laki-laki bukan variabel karena hanya satu jenis saja. Tetapi bila
kita mencobakan dua macam metode maka metode tersebut merupakan
variabel. Demikian juga bila kita meneliti anak yang kreatif dan kurang kreatif,
tentu kita mengeset dua atau lebih tingkatan-tingkatan kreativitas hal ini jelas
bahwa kreativitas adalah variabel.1

1
Wagiran, METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN (Teori Dan Implementasi), Cet ke-3
(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2015), hal 219.

1
2. Pembahasan

2.1 Definisi Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk


apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang.


atau obyek, yang mempunyai "variasi" antara satu orang dengan yang lain
atau satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981)
Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan
tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin
kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk,
dan warna merupakan atribut-atribut dari obyek. Struktur organisasi,
model pendelegasian, kepemimpinan, pengawasan, koordinasi, prosedur
dan mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan, kebijakan, adalah merupakan
contoh variabel dalam kegiatan administrasi.

Dinamakan variabel karena ada variasinya. Misalnya berat badan dapat


dikatakan variabel, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi
antara satu orang dengan yang lain. Demikian juga motivasi, persepsi
dapat juga dikatakan sebagai variabel karena misalnya persepsi dari

Sekelompok orang tentu bervariasi. Jadi kalau peneliti akan memilih


variabel penelitian, baik yang dimiliki orang obyek, maupun bidang
kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya. Variabel yang
tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variabel. Untuk dapat
bervariasi, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber
data atau obyek yang bervariasi.2

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan


disini bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai

2
Sugiyono, METODE PENELITIAN Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Cet ke-27 (Bandung: Alfabeta,
2022), hal 38–39.

2
dari orang, obyck atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.

2.2 Tipe-tipe Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel Independen, variabel ini sering disebut sebagai variabel


stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut
sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat). Dalam SEM (Structural Equation
Modeling/Pemodelan Persamaan Struktural, variabel independen
disebut sebagai variabel eksogen.

2. Variabel Dependen

Variabel Dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria,


konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam SEM (Structural
Equation Modeling/Pemodelan Persamaan Struktural, variabel
dependen disebut sebagai variabel indogen.

Intensitas Iklan Intensitas Iklan


3. Variabel(Variabel
ModeratorIndependen) (Variabel Independen)

Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi


(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen
dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai variabel independen ke
dua. Hubungan perilaku suami dan isteri akan semakin baik (kuat)

3
kalau mempunyai anak, dan akan semakin renggang kalau ada pihak ke
tiga ikut mencampuri. Di sini anak adalah sebagai variabel moderator
yang memperkuat hubungan, dan pihak ke tiga adalah sebagai variabel
moderator yang memperlemah hubungan. Hubungan motivasi dan
prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan guru dalam
menciptakan iklim belajar sangat baik, dan hubungan semakin rendah
bila peranan guru kurang baik dalam menciptakan iklim belajar.3

Kepemimpinan Kinerja Pegawai


(Variabel Independen) (Variabel Dependen)

Intensif (Variabel
Moderator)
4. Variabel intervering

Variabel intervening dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan


"An intervening variable is that factor that theoretically affect the
observed phenomenon but cannot be seen measure, or manipulate"
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak
dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel
penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan
dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi
berubahnya atau timbulnya variabel dependen.

Pada contoh berikut dikemukakan bahwa tinggi rendahnya


penghasilan akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap
harapan hidup (panjang pendeknya umur). Dalam hal ini ada vanabel

3
Sugiyono, METODOLOGI PENELITIAN BISNIS Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, Dan
R&D, Cet ke-3 (Bandung: Alfabeta, 2018), hal 68–69.

4
Pendidikan SMA & SMK Keterampilan Mengetik
(Variabel Independen) (Variabel Dependen)
antaranya, yaitu yang berupa gaya hidup seseorang Antara variabel
penghasilan dengan gaya hidup, terdapat variabel moderator, yaitu
budaya lingkungan tempat tinggal.
Naskah, Tempat, Mesin tik sama
(Variabel Kontrol)

Penghasilan Gaya Hidup


(Variabel Independen) (Variabel Intervening)

Budaya Lingkungan Harapan Hidup


(Variabel Dependen)
5. Variabel Kontrol Tempat Tinggal
(Variabel Moderator)
Variabel kontrol: adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen
tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol
sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang
bersifat membandingkan, melalui penelitian eksperimen.

Contoh: pengaruh jenis pendidikan terhadap ketrampilan pemasaran


Variabel independennya pendidikan (SMU dan SMK), variabel kontrol
yang ditetapkan sama misalnya, adalah produk yang dipasarkan sama,
lokasi pemasaran sama, alat-alat yang digunakan sama, ruang tempat
pemasaran sama. Dengan adanya variabel kontrol tersebut, maka
besarnya pengaruh jenis pendidikan terhadap kemampuan pemasaran
dapat diketahui lebih pasti.4

4
Sugiyono, METODE PENELITIAN Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Cet ke-27 (Bandung: Alfabeta,
2022), hal 40–41.

5
6. Variabel Pengganggu

Variabel Pengganggu Variabel yang mengganggu hubungan antara


indepen dengan variabel dependen. Variabel pengganggu merupakan
variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan, sehingga tidak akan
mempengaruhi variabel utama yang akan diteliti. Contohnya jika kita
akan melakukan penelitian untuk membandingkan kinerja bidan di
rumah sakit swasta dengan rumah sakit pemerintah. Untuk penelitian
ini maka perlu ditetapkan variabel pengganggunya yan tempat kerja,
peralatan yang digunakan dan gaji yang diterima Variabel ini dapat
dilihat pada kerangka konsep, tersirat kedudukan tiap-tiap
variabel/konsep. Variabel ini juga tidak mutlak didefinisikan karena
sering tidak diukur. Contoh yang lain adalah Lama penggunaan AKDR
(alat kontrasepsi dalam rahim) dengan Kadar hemoglobin dalam
hubungan dua variabel ini dapat terganggu dengan adanya variabel
Penyakit kelainan darah, Penyakit Infeks Pekerjaan dan Usia.

Variabel pengganggu dapat dikendalikan dengan cara dipilih dari


sampel maksudnya menghindari seminimal mungkin sampel yang
mengandung variabel pengganggu atau jika tidak dianalisis setelah
terkumpul semuanya. Serta bila tidak dikendalikan diasumsikan sama.5

7. Variabel Diskrit dan Variabel Kontinyu

Nilai numerik yang diberikan pada variabel didasarkan pada sifat yang
beragam. Misalnya untuk variabel yang bersifat dikotomi mempunyai dua
nilai yang menunjukkan ada atau tidak adanya sifat tertentu, contohnya pria-
wanita, pengangguran-bukan pengangguran. Variabel juga bisa terdiri dari
5
Munawaroh, PANDUAN MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN, Cet ke-2 (Malang: Intimedia,
2013), hal 69–70.

6
dua kategori, misalnya, suku, agama, jenis perusahaan, dan lain-lain. Semua
variabel-variabel dalam bentuk kategorikategori tersebut disebut variabel
diskrit. Sedangkan pendapatan, suhu, umur, nilai ujian adalah contoh-contoh
variabel kontinyu.6

2.3 Bentuk-Bentuk Hubungan Variabel Penelitian

Keberadaan variabel-variabel dalam suatu penelitian biasanya


mempunyai hubungan satu sama lainnya, dan hubungan itu berbeda-beda
jenisnya. Ada tiga jenis hubungan antarvariabel, yaitu:

1. Hubungan Simetris

Hubungan antarvariabel dikatakan simetris apabila variabel yang


satu tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya. Ada empat kelompok
hubungan secara simetris, yaitu:

a. Kedua variabel mempunyai hubungan karena sama-sama sebagai


indikator sebuah konsep. Misalnya, jumlah anak lahir hidup dan
tingkat kelahiran adalah dua indikator dari konsep fertilitas.

b. Kedua variabel mempunyai hubungan karena sebagai akibat dari


suatu faktor yang sama. Misalnya, meningkatnya pelayanan
kesehatan di sebuah daerah dibarengi dengan bertambahnya jumlah
stasiun televisi. Kedua variabel tidak saling memengaruhi, tetapi
sebagai akibat dari meningkatnya kesejahteraan di daerah tersebut.

c. Kedua variabel mempunyai hubungan karena berkaitan secara


fungsional. Misalnya, ada guru di sana ada murid; ada sopir di sana
ada penumpang, ada majikan di sana ada buruh; dan lain sebagainya.

6
Rafika Ulfa, “VARIABEL PENELITIAN DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN,” Al-Fathonah, 2021, hal
345, https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=tipe+variabel+menurut+skala+nilainya+&oq=#d=gs_qabs&t=169407636
6493&u=%23p%3DrYAko6kcE2QJ.

7
d. Kedua variabel mempunyai hubungan karena kebetulan. Misalnya,
seorang bayi diimunisasi kemudian meninggal keesokan harinya.
Secara empiris kejadian tersebut tidak dapat disimpulkan bahwa bayi
meninggal karena diimunisasi.

2. Hubungan Asimetris

Hubungan antarvariabel dikatakan asimetris apabila satu variabel


dapat memengaruhi variabel lainnya. Ada enam kelompok hubungan
secara asimetris, yaitu:

a. Hubungan antarstimulus (eksternal) dan respon, yaitu salah satu tipe


hubungan kausal. Misalnya, pengaruh suatu pupuk pada tanaman
terhadap produk tanaman tersebut; pengaruh kegaduhan terhadap
tingkat konsentrasi seseorang: pengaruh sebuah metode mengajar
yang diterapkan oleh guru terhadap prestasi hasil belajar siswa yang
diajarnya, dan lain sebagainya.

b. Hubungan antar disposisi (internal) dan respon, yaitu kecenderungan


menunjukkan respon tertentu dalam situasi tertentu. Misalnya,
kepercayaan seseorang ada kecenderungan untuk memilih calon
pemimpin; sikap seseorang terhadap pemimpin perilaku seseorang
dengan jenis pekerjaan: dan lain-lain.

c. Hubungan antarsifat individu dan disposisi (perilaku). Misalnya, suku


banga terhadap perilaku; seks terhadap perilaku, tingkat pendidikan
terhadap perilaku dan sebagainya.

d. Hubungan antarprakondisi dengan akibat tertentu. Misalnya, untuk


menyalurkan perasaan masyarakat dengan jujur diperlukan jaminan
pemerintah untuk melindung kebebasan pers; untuk
mengembangkan usaha kecil diperlukan jaminan pinjaman lunak
dari institusi keuangan, untuk meningkatkan kesejahteraan petani
diperlukan kebijakan dari pemerintah agar pajak impor komoditas
pertanian ditinggikan; dan lain sebagainya.

8
e. Hubungan yang imanen antara dua variabel, yaitu agar variabel yang
satu berubah, maka variabel lainnya harus berubah. Misalnya,
semakin besarnya suatu organisasi semakin rumitnya peraturan yang
ada; semakin banyaknya jumlah moda angkutan semakin rumitnya
kemacetan yang ada; dan sebagainya.

f. Hubungan antartujuan dan cara. Misalnya, hubungan antara kerja


keras dan keberhasilan; hubungan antara tingginya motivasi belajar
dan prestasi belajar, hubungan antara semakin besarnya investasi dan
keuntungan; dan lain-lain.

3. Hubungan Timbal Balik

Hubungan timbal balik adalah suatu variabel dapat menjadi


pengaruh dan juga menjadi yang dipengaruhi terhadap variabel lain.
Artinya, jika suatu ketika satu variabel berpengaruh terhadap variabel
yang lain, maka di lain waktu sebaliknya. Misalnya, satu saat investasi
berpengaruh pada suatu keuntungan, namun pada saat yang lain
keuntungan memengaruhi besarnya investasi.7

2.4 Tipe Variabel menurut Skala Nilainya

1). Skala Nominal

Skala nominal merupakan Skala yang paling lemah rendah di


antara skala pengukuran yang ada, skala nominal hanya bisa
membedakan benda atau peristiwa yang satu dengan yang lainnya
berdasarkan nama (predikat). skala pengukuran nominal digunakan
untuk mengklasifikasi Objek, Individual atau kelompok dalam bentuk
kategori.

7
Puguh Suharso, METODE PENELITIAN KUANTITATIF UNTUK BISNIS: PENDEKATAN FILOSOFI DAN
PRAKTIS (Jakarta: PT Indeks, 2009), hal 45–46.

9
Pemberian angka atau simbol pada skulu nomial tidak memiliki
maksud kuantitatif hanyu menunjukkan ada atau tidak adanya atribut
atau karakteristik pada objek yang diukur. misalnya, jenis kelamin
diberi kode 1 untuk laki-laki dan kode 2 untuk perempuan, angka ini
hanya berfungsi sebagai label kategori, tanpa memiliki nilai intrinsik
dan tidak memiliki arti apapun. kita tidak bisa mengatakan perempuan
dua kali dari laki-laki. kita bisa saja mengkode laki-laki Menjadi 2 dan
perempuan dengan kode 1, atau bilangan apapun Asal kodenya berbeda
antara laki-laki dan perempuan.

Karena tidak memiliki nilai instrinsik, maka angka-angka (kode-


kode) Yang kita berikan tersebut tidak memiliki sifat sebagaimana
bilangan pada umumnya, oleh karenanya, pada variabel dengan skala
nominal tidak dapat diterapkan operasi matematika standar aritmatik)
pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan sebagainya, peralatan
statistik yang sesuai dengan skala nominal adalah peralatan statistik
yang berbasiskan berdasarkan) jumlah dan proporsi seperti modus,
distribusi frekuensi,chi Square dan beberapa peralatan statistik non-
parametrik lainnya.

2). Skala Ordinal

Ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal, dan sering juga disebut
dengan skala peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal, lambang-lambang
bilangan hasil pengukuran selain menunjukkan perbedaan juga menunjukkan
Urutan atau tingkatan objek yang diukur menurut karakteristik tertentu.
misalnya tingkat kepuasan seseorang terhadap produk. bisa kita beri angka
dengan 5= sangat puas,4 = puas, 3=Kurang puas,2= tidak puas dan 1= sangat
tidak puas.

Dalam skala ordinal, tidak seperti skala nominal, ketika kita ingin
mengganti angka-angkanya. harus dilakukan secara berurut dari besar
ke kecil atau dari kecil ke besar, jadi, tidak boleh kita buat 1= sangat

10
puas, 2 tidak puas, 3- puas dstnya. Yang boleh adalah 1-Sangat puas, 2-
puas,3- kurang puas dstnya.

Selain itu, angka perlu diperhatikan dari kata karakteristik skala


ordinal adalah ah meskipun nilainya sudah memiliki batas yang jelas
tetapi belum memiliki jarak selisah). kita tidak tahu berapa jarak
kepuasan dari tidak puas ke kurang puas. dengan kata lain juga,
walaupun sangat puas kita beri angka 5 dan dan sangat tidak buat kita
beri angka 1 kita tidak bisa mengatakan bahwa kepuasan yang sangat
puas lima kali lebih tinggi Dibanding kan yang sangat tidak puas.

3). Skala Interval

Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh


skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain yaitu
berupa adanya interval yang tetap dengan demikian skala interval sudah
memiliki nilai intrinsik, sudah memiliki jarak, tetapi jarak tersebut
belum merupakan kelipatan, pengertian "Jarak belum merupakan
kelipatan" ini kadang-kadang diartikan bahwa skala interval tidak
memiliki nilai nol mutlak. Skala interval ini sudah benar-benar angka
dan dan kita sudah dapat menerapkan semua operasi matematika serta
peralatan statistik kecuali yang berdasarkan pada rasio seperti
koefisien variasi.

4). Skala rasio

Skala rasio adalah skala dara dengan kualitas paling tinggi pada
skala rasio, terdapat semua karakteristik skala nominal, ordinal dan
skala interval ditambah dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat
Mutlak, nilai nol mutlak Wini artinya adalah nilai dasar yang tidak bisa
diubah meskipun menggunakan skala yang lain, oleh karenanya, pada
skala rasio, pengukuran sudah mempunyai nilai perbandingan/ rasio.

11
pengukuran pengukuran dalam skala rasio yang sering digunakan
adalah pengukuran tinggi dan berat. misalnya berat benda A adalah 30
kg, sedangkan benda B adalah 60 kg, maka dapat dikatakan bahwa
henda B dua kali lebih berat dibandingkan benda A.8

3. Kesimpulan
8
Muhammad Dahri, “JENIS VARIABEL DAN SKALA PENGUKURAN, PERBEDAAN STATISTIK
DESKRIPTIF DAN INFERENSIAL DAN STATISTIK PARAMETRIK DAN NONPARAMETRIK,” 2020,
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=tipe+variabel+menurut+skala+nilainya+&oq=#d=gs_qabs&t=169407634
2154&u=%23p%3DObe_lBJYQikJ.

12
Variabel adalah konstruk atau sifat (properties) yang diteliti. Jika kita
melakukan pengamatan hanya satu karakteristik pada subyek yang diteliti
maka karakteristik tersebut bukan variabel, tetapi sesuatu yang konstan.
Variabel sendiri terbagi menjadi variabel bebas disebut juga variabel
independen, variabel terikat, variabel moderator, variabel intervening, variabel
kontrol, variabel penganggu, variabel diskrit dan kontinyu.

Pola hubungan antara variabel selain menunjukkan hubungan antara


variabel yang akan diteliti, sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan
masalah yang perlu dijawab melalui penelitian.

Dalam menentukan kedudukan variabel penelitian, maka peneliti harus


melihat kontekstualnya terlebih dahulu, dengan dilandasi konsep teoritis yang
mendasari maupun hasil pengamatan yang empiris yang ada ditempat
penelitian. Untuk itu sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti
sebaiknya perlu melakukan tinjauan teoritis dulu dan melakukan studi
pendahuluan untuk mencari potret pada objek yang akan diteliti.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dahri, Muhammad. “JENIS VARIABEL DAN SKALA PENGUKURAN,


PERBEDAAN STATISTIK DESKRIPTIF DAN INFERENSIAL DAN
STATISTIK PARAMETRIK DAN NONPARAMETRIK,” 2020.
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=tipe+variabel+menurut+skala+nilainya+&oq=#
d=gs_qabs&t=1694076342154&u=%23p%3DObe_lBJYQikJ.
Munawaroh. PANDUAN MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN. Cet ke-2.
Malang: Intimedia, 2013.
Sugiyono. METODE PENELITIAN Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Cet ke-27.
Bandung: Alfabeta, 2022.
———. METODOLOGI PENELITIAN BISNIS Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
Kombinasi, Dan R&D. Cet ke-3. Bandung: Alfabeta, 2018.
Suharso, Puguh. METODE PENELITIAN KUANTITATIF UNTUK BISNIS:
PENDEKATAN FILOSOFI DAN PRAKTIS. Jakarta: PT Indeks, 2009.
Ulfa, Rafika. “VARIABEL PENELITIAN DALAM PENELITIAN
PENDIDIKAN.” Al-Fathonah, 2021. https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=tipe+variabel+menurut+skala+nilainya+&oq=#
d=gs_qabs&t=1694076366493&u=%23p%3DrYAko6kcE2QJ.
Wagiran. METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN (Teori Dan
Implementasi). Cet ke-3. Yogyakarta: CV Budi Utama, 2015.

Anda mungkin juga menyukai