Anda di halaman 1dari 14

MATA KULIAH METODE PENELITIAN AKUNTANSI

RPS 8 SKALA PENGUKURAN VARIABEL

KELAS B3

KELOMPOK 5

Ni Putu Diah Pranaya Kusuma Putri (26)

I Gusti Ayu Aristya Widya Putri (27)

I Gusti Ayu Sintya Dewi (28)

Ni Putu Diva Intan Lestari (29)

Ni Putu Linda Novita Dewi (33)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN AJARAN 2022/2023


PETA KONSEP

ii
DAFTAR ISI

iii
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Skala Pengukuran
Skala pengukuran variabel merupakan cara atau metode yang digunakan dalam
mengukur atau menilai suatu variabel dalam penelitian. Skala pengukuran variabel
dapat membantu peneliti untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipercaya,
serta memudahkan dalam menganalisis data yang telah dikumpulkan. Terdapat
beberapa jenis skala pengukuran variabel, yaitu skala nominal, skala ordinal, skala
interval, dan skala rasio. Setiap jenis skala memiliki karakteristik dan kegunaan
yang berbeda, tergantung pada jenis variabel yang akan diukur. Oleh karena itu,
sebelum memilih skala pengukuran variabel, peneliti perlu memahami karakteristik
dari variabel yang akan diukur dan tujuan dari penelitian yang dilakukan.

1.2 Macam-Macam Skala Pengukuran


Terdapat empat jenis skala pengukuran yang biasa digunakan dalam penelitian,
yaitu sebagai berikut:

a. Skala Nominal

Skala nominal merupakan skala pengukuran yang digunakan untuk


membedakan objek atau variabel penelitian menjadi kelompok-kelompok yang
berbeda. Skala nominal hanya memungkinkan pengelompokan data
berdasarkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, status perkawinan,
atau agama.

b. Skala Ordinal

Skala ordinal merupakan skala pengukuran yang digunakan untuk


mengurutkan variabel penelitian berdasarkan tingkatannya. Skala ini dapat
digunakan untuk menilai kualitas produk atau pelayanan, tingkat pendidikan,
atau tingkat kepuasan pelanggan.

c. Skala Interval

Skala interval merupakan skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur


variabel penelitian dengan rentang tertentu. Skala ini memiliki titik nol yang
arbitrari, seperti suhu dalam stuan Celcius atau Fahrenheit. Nilai 0 pada skala
interval tidak menunjukkan tidak adanya variabel, melainkan merupakan titik
acuan.

d. Skala Rasio

1
Skala rasio merupakan pengukuran yang memiliki titik nol yang mutlak. Skala
ini digunakan untuk mengukur variabel yang dapat diukur secara kuantitatif,
seperti berat badan, tinggi badan, atau umur. Skala rasio memiliki sifat-sifat
yang sama dengan skala interval, namun memiliki titik nol yang benar-benar
menunjukkan tidak adanya variabel.

 Jenis-Jenis Varaibel Penelitian

Untuk menegtahui jenis-jenis variabel yang digunakan dalam


penelitian, maka peneliti dapat mengetahuinya dengan menghubungkan
antara satu variabel dengan variabel lainnya. Ditinjau dari keberadaan,
keterkaitan dan struktur pengaruhnya di dalam hipotesis penelitian,
variabel dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Variabel Independen dan Dependen

Variabel Independen (independent variable) atau juga disebut


variabel bebas, treatment variable, manipulated variable, antecedent
variable, dan predictor variable merupakan variabel yang
mempengaruhi atau menjadi penyebab berubah atau timbulnya
variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel dependen
(dependent variable) itu sendiri adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat dari variabel independen.

Pola hubungan dari variabel Independen dan Dependen dapat


berbentuk macamam-macam. Kalau hubungan itu hanya antara satu
variabel dengan satu variabel saja, maka disebut hubungan bivariat
(bivariate relationship). Jika hubungan itu antara satu atau lebih
variabel dengan yang lainnya juga satu atau lebih variabel, maka
hubungan atau kaitan itu disebut hubungan variabel berganda
(multivariate relationship). Dengan demikian, apabila peneliti telah
mengetahui mana di antara variabel itu yang menjadi sebab, dan
manakah yang menjadi akibat (dependent atau independent),maka
hubungan itu disebut hubungan asimetris (asymetric relationship).

Syarat untuk dapat dikatakan bahwa hubungannya itu adalah


asymetris, jika dapat dipastikan bahwa:

2
1) Ada perbedaan waktu atau saat mengenai terjadinya perubahan antara
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terjadi terlebih
dahulu, kemudian variabel terikat mengikutinya.
2) Di antara dua variabel itu menunjukkan bahwa variabel yang
berpengaruh adalah variabel yang nilai skalanya tidak mungkin
berubah dari semula sampai kapanpun, artinya sudah tetap tidak
berubah (fixity) atau permanen, sedangkan yang terikat itu skalanya
dapat berubah atau dapat diubah (alterability).

Contoh rumusan masalah yang menggambarkan pola hubungan


asymetris (variabel dependen dan independen) adalah sebagai
berikut:

1) Apakah terdapat hubungan antara kegiatan pameran (sales


promotion) terhadap peningkatan penjualan perusahaan?

2) Apakah upah atau gaji yang tinggi memiliki hubungan dengan


produktifitas kerja karyawan?

3) Apakah teknologi informasi, saling ketergantungan, karakteristik


sistem akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja
manajerial perusahaan?

4) Apakah terdapat hubungan antara ukuran dan pertumbuhan


perusahaan terhadap return saham perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Jakarta?

b. Variabel Intervening/Mediating
Variabel intervening atau sering disebut juga sebagai variabel
moderating adalah variabel yang berada di tengah antara variabel
independen dan variabel dependen. Berbeda dengan variabel dependen dan
independen, variabel intervening sulit untuk dilihat, diukur, atau
dimanipulasi. Dalam suatu analisis biasanya variabel ini dipengaruhi oleh
variabel independen secara langsung, dan kemudian variabel sela akan
mempengaruhi variabel dependen.
Untuk dapat mengetahui keberadaan dari variabel sela, maka peneliti
harus banyak membaca teori-teori yang yang berkaitan dengan variabel
dependen (terikat). Karena bisa saja terjadi suatu tindakan tidak akan
berpengaruh secara langsung tanpa ada pengaruh dari variabel
sebelumnya.
Sebagai contoh, gaji dan kemampuan (variabel independen)
merupakan komponen yang berpengaruh terhadap prestasi kerja (variabel
dependen). Namun, pada kenyatannya ada seorang karyawan yang
memiliki gaji yang tinggi, dan kemampuan yang cukup ternyata prestasi

3
kerjanya rendah juga. Ternyata, setelah diamati karyawan tersebut
mengalami stress pada saat bekerja. Dalam hal ini stress merupakan
variabel sela atau antara.
Contoh permasalahan penelitian; seberapa besar pengaruh tingkat
pendidikan terhadap kepuasan karyawan dikaitkan dengan gaji?

c. Variabel Luar Biasa


Kedudukan variabel luar biasa (extraneous variables) atau juga disebut
variabel pembaur (confounding variables) adalah suatu variabel yang tidak
tercakup dalam hipotesis penelitian, akan tetapi muncul dalam penelitian
dan berpengaruh terhadap variabel terikat dan pengaruh tersebut
mencampuri atau berbaur dengan variabel bebas. Variabel ini sering kali
mengaburkan hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen. Oleh karena itu variabel ini biasa disebut sebagai variabel yang
mendahului dua variabel yang berhubungan. Tetapi, variabel luar biasa
justru mempengaruhi pada dua variabel yang berhubungan sebelumnya.
Sehingga hubungan dua variabel sebelumnya tentu akan lenyap.
Sebagai contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
menerapkan strategi pemotongan harga akan dapat meningkatkan jumlah
penjualan. Bila kita amati, sepintas memang ada hubungan yang kuat
antara strategi pemotongan harga dengan tingkat penjualan. Namun,
apabila kita mengajukan suatu pertanyaan apakah hubungan itu bukan
merupakan suatu kebetulan saja? Bagaimana dengan pengaruh variabel
lain? bisa saja faktor pemotongan harga dan tingkat penjualan itu
dipengaruhi oleh kemampuan daya beli konsumen (variabel luar biasa).

d. Variabel Moderating
Variabel moderating merupakan variabel baru yang dikonstruksi
sendiri oleh peneliti dengan cara mengambil satu variabel dan
mengalikannya dengan variabel lin untuk mengetahui dampak keduanya
(seperti, umur X sikap kualitas hidup). Variabel ini biasanya terdapat
dalam penelitian eksperimen. Lain halnya dengan extraneous variables,
variabel moderator justru akan semakin memperkuat kedudukan variabel
independen. Dalam hal ini, hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen tidak akan lenyap. Variabel moderator dapat
ditempatkan sebagai variabel independen sehingga variabel independen
tadi dapat menjadi variabel dependen. Jadi, kemampuan daya beli
konsumen merupakan variabel independen terhadap harga dan tingkat
penjualan (variabel dependen).
Agar peneliti dapat memimiliki pemahaman yang jelas terhadap
masalah yang akan diteliti, maka kejelasan hubungan antar variabel
menjadi sangat penting. Karena suatu penelitian berawal dari adanya
masalah dan dipotesis yang masing-masing di dalamnya terdapat variabel.

4
Contoh permasalahan penelitian; Seberapa besar pengaruh besarnya
gaji terhadap produktivitas karyawan? Apakah motivasi kerja dapat
memperkuat pengaruh tesebut?

1.3 Definisi Operasional Variabel


A. Pengertian Operasional Variabel Menurut Para Ahli

1. Sugiyono
Definisi operasional variabel adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang
apa yang harus diamati dan mengukur suatu variabel atau konsep utnuk menguji
kesempurnaan. Definsi operasional variabel ditemukan item-item yang dituangkan
dalam instrumen penelitian (dalam Sugiarto, 2016:38).

2. Sutama
Definisi operasional yaitu pemberian atau penetapan makna bagi suatu variable
dengan spesifikasi kegiatan atau pelaksanaan atau operasi yang dibutuhkan untuk
mengukur, mengkategorisasi, atau memanipulasi variabel. Definisi operasional
mengatakan pada pembaca laporan penelitian apa yang diperlukan untuk
menjawab pertanyaan atau pengujian hipotesis (2016:52).

3. Nurcahyo & Khasanah


Definisi operasional variabel penelitian yaitu sebuah definisi berdasarkan pada
karakteristik yang dapat diobservasi dari apapun yang didefinisikan atau
mengubah konsep dengan kata-kata yang menguraikan perilaku yang dapat
diamati dan dapat diuji serta ditentukan kebenarannya oleh seseorang (2016:5).

B. Tujuan Operasional Variabel

1. Menetapkan aturan dan prosedur yang digunakan oleh peneliti untuk


mengukur variabel.

2. Memberikan arti yang tidak ambigu dan konsisten untuk istilah/variabel


yang jika tidak dilengkapi dengan definisi operasional, maka dapat
ditafsirkan dengan cara yang berbeda.

3. Membuat pengumpulan data serta analisis lebih fokus dan efisien.

4. Memandu jenis data informasi apa yang dicari oleh peneliti.

C. Tipe Operasional Variabel

1. Operasional Variabel Tipe A (Pola I)

Tipe A disusun berdasarkan pada operasi yang harus dilakukan, sehingga

5
menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata atau
dapat terjadi. Penggunaan prosedur yang dilakukan oleh peneliti dapat
membuat gejala tersebut bisa terealisasikan.

2. Operasional Variabel Tipe B (Pola II)

Tipe B disusun berdasarkan pada bagaimana suatu objek didefinisikan


kemudian dapat dioperasionalisasikan dengan baik, yaitu berupa apa yang
dilakukannya atau yang menyusun karakteristik dinamisnya.

3. Operasional Variabel Tipe C (Pola III)

Tipe C dapat disusun berdasarkan pada penampakan atau gambaran visual


suatu objek atau gejala tersebut seperti apa, yaitu apa saja yang menyusun
karakteristik karakteristik statisnya.

D. Cara Membuat Operasional Variabel

Berikut merupakan tahap-tahap dalam membuat definisi operasional yang


bisa diandalkan (Variabel Terikat, Variabel Luar, dan Variabel Bebas):

1. Pastikan variabel apa saja yang akan diteliti

Peneliti akan menentukan kegunaan dari setiap variabel dan klasifikasinya,


dapat merupakan variabel luar, variabel terikat maupun variabel bebas.

2. Temukan arti konseptual yang akurat mengenai setiap variabel

Hal ini dapat dicari pada penelitian terdahulu, buku maupun kamus. Atau
bisa memformulasikannya secara mandiri namun harus berlandaskan
sumber-sumber terkait dan pengalaman yang ada di kepustakaan.

3. Kenali apa yang bisa dilaksanakan ketika peneliti sedang mengukur


variabel

Perlu diketahui dalam melaksanakan pengukuran terdapat berbagai macam


metode yang bisa dilakukan. Dapat dengan observasi, komparasi, bertanya,
dan sebagainya.

4. Tentukan metode yang paling baik dilaksanakan ketika mendeskripsikan


atau menggambarkan variabel

Dalam penentuan metodenya harus jelas sumbernya dan detail.

5. Catatlah dalam rupa tabel, bisa juga menggunakan narasi

Penggunaan tabel umumnya dilakukan pada laporan skripsi, sementara

6
narasi digunakan pada publikasi ilmiah.

1.4 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian


1. Validitas Instrumen Penelitian

Menurut Rahyuda (2004:65), suatu instrumen dikatakan memiliki validitas


apabila instrumen tersebut mampu menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
mengukur apa yang ingin diukur. Jika seorang peneliti ingin mengukur tentang
kemiskinan, peneliti harus menguji validitas alat ukurnya apakah memang
benar alat ukur yang digunakan mampu mengukur kemiskinan. Validitas ada
berbagai macam, yaitu sebagai berikut:

a. Validitas Konstruk

Menurut Rahyuda (2004:66) validitas konstruk adalah kerangka dari suatu


konsep. Misalnya, seorang peneliti ingin mengukur konsep “religiusitas”.
Pertama- tama yang harus dilakukan oleh peneliti ialah mencari apa saja
yang merupakan kerangka dari konsep tersebut. Untuk mencari kerangka
konsep tersebut dapat ditempuh berbagai cara seperti berikut:
a) Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang ada pada
literatur.
b) Bila dalam literatur tidak diperoleh definisi konsep yang ingin diukur, peneliti
harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut.
c) Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau
orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden.

b. Validitas Isi

Menurut Rahyuda (2004:67), validitas isi alat pengukur ditentukan oleh


sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang
dianggap sebagai aspek kerangka konsep.

c. Validitas Prediktif

Validitas prediktif adalah kesahihan yang didasarkan pada hubungan yang


teratur antara tingkah laku apa yang diramalkan oleh sebuah tes dan tingkah
laku sebenarnya yang ditampilkan oleh individu atau kelompok. Alat
pengukur yang dibuat oleh peneliti sering kali dimaksudkan untuk
memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

7
d. Validitas Eksternal

Validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara


mengolerasikan alat pengukur baru dengan tolak ukur eksternal (berupa alat
ukur yang sudah valid).

e. Validitas Budaya

Suatu alat pengukur yang sudah valid untuk penelitian di suatu negara
belum tentu akan valid bila digunakan di negara lain yang budayanya
berbeda.

f. Validitas Rupa

Validitas rupa adalah jenis validitas yang berbeda dengan validitas lainnya.
Validitas rupa tidak menunjukkan apakah alat pengukur mengukur apa
yang ingin diukur, tetapi hanya menunjukkan bahwa dari segi “rupa” suatu
alat ukur tampaknya mengukur apa yang ingin diukur. Validitas rupa amat
penting dalam pengukuran kemampuan individu seperti pengertian
kecerdasan, bakat, dan keterampilan. Hal ini disebabkan oleh dalam
pengukuran aspek kemampuan seperti itu faktor rupa alat ukur akan
menentukan sejauh mana minat orang di dalam menjawab soal-soal dan
pertanyaan dalam alat ukur.

g. Validitas Berdasarkan Kriteria

Validitas berdasarkan kriteria terpenuhi jika pengukuran membedakan


individu menurut suatu kriteria yang diharapkan prediksi. Hal tersebut bisa
dilakukan dengan menghasilkan validitas konkuren atau validitas prediktif.

2. Reliabilitas Instrumen

Menurut Mudrajad Kuncoro (2009:175), reliabilitas menunjukkan konsistensi


dan stabilitas dari suatu skor (skala pengukuran). Reliabilitas berbeda dengan
validitas, karena yang pertama memusatkan perhatian pada masalah
konsistensi, sedangkan yang kedua lebih memperhatikan masalah ketepatan.
Dengan demikia, reliabilitas mencakup dua hal utama, yaitu:

a. Stablitas Ukuran

Stabilitas ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk tetap


stabil atau tidak rentan terhadap perubahan situasi apapun. Kestabilan
ukuran dapat membuktikan kebaikan sebuah ukuran dalam mengukur

8
sebuah konsep. Terdapat dua jenis uji stabilitas, yaitu:

1) Test-Retest Reliability

Koefisien reliabilitas yang diperoleh dari pengulangan pengukuran


konsep yang sama dalam dua kali kesempatan, yaitu kuesioner yang
berisi item-item untuk mengukur konsep yang diberikan kepada
responden pada saat ini akan diberikan kembali pada responden yang
sama dalam waktu yang berbeda (misalnya dua minggu enam bulan).
Kemudian korelasi antar skor yang diperoleh dari responden yang sama
dengan dua waktu berbeda inilah yang disebut dengan koefisien test-
retest reability sehingga semakin stabil sebuah ukuran untuk waktu
yang berbeda.

2) Reliabilitas Bentuk Paralel

Unit stabilitas terjadi ketika respons dari dua pengukuran yang


sebanding dalam menyusun konstruk yang sama memiliki korelasi yang
tinggi. Kedua bentuk pengukur memiliki item yang serupa dan format
respons yang sama dengan sedikit perubahan dalam penyusunan
kalimat dan urutan pertanyaan. Yang ingin diketahui di sini adalah
kesalahan validitas yang disebabkan oleh adanya perbedaan dalam
menyusun kalimat dan urutan pertanyaan.

b. Konsistensi Internal Ukuran

Konsistensi internal ukuran merupakan indikasi homogenitas item-item


yang ada dalam ukuran yang menyusun konstruk. Dengan kata lain, item-
item yang ada harus “sama” dan harus mampu mengukur konsep yang
sama secara independen, sedemikian rupa sehingga responden seragam
dalam mengartikan setiap item. Hal ini dapat dilihat dengan mengamati
apakah item dan subset item dalam instrumen pengukuran memiliki
korelasi yang tinggi. Konsistensi ukuran dapat diamati melalui reliabilitas
konsistensi antar item dan split-half reliability.

9
KESIMPULAN

Skala pengukuran variabel adalah cara atau metode yang digunakan dalam mengukur
atau menilai suatu variabel dalam penelitian. Skala pengukuran variabel dapat membantu
peneliti untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipercaya, serta memudahkan dalam
menganalisis data yang telah dikumpulkan. Ada beberapa jenis skala pengukuran variabel,
yaitu skala nominal (skala pengukuran yang digunakan untuk membedakan objek atau
variabel penelitian menjadi kelompok-kelompok yang berbeda), skala ordinal (skala
pengukuran yang digunakan untuk mengurutkan variabel penelitian berdasarkan
tingkatannya), skala interval (skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel
penelitian dengan rentang tertentu), dan skala rasio (skala pengukuran yang memiliki titik nol
yang mutlak).
Ditinjau dari keberadaan, keterkaitan dan struktur pengaruhnya di dalam hipotesis
penelitian, variabel dapat dibedakan sebagai berikut: 
1. Variabel Independen (independent variable) atau juga disebut variabel bebas,
treatment variable, manipulated variable, antecedent variable, dan predictor variable
merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab berubah atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel dependen (dependent
variable) itu sendiri adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari
variabel independen. 
2. Variabel intervening atau sering disebut juga sebagai variabel moderating adalah
variabel yang berada di tengah antara variabel independen dan variabel dependen.
3. Kedudukan variabel luar biasa (extraneous variables) atau juga disebut variabel
pembaur (confounding variables) adalah suatu variabel yang tidak tercakup dalam
hipotesis penelitian, akan tetapi muncul dalam penelitian dan berpengaruh terhadap
variabel terikat dan pengaruh tersebut mencampuri atau berbaur dengan variabel
bebas.
4. Variabel moderating merupakan variabel baru yang dikonstruksi sendiri oleh peneliti
dengan cara mengambil satu variabel dan mengalikannya dengan variabel lin untuk
mengetahui dampak keduanya (seperti, umur X sikap kualitas hidup).

Operasional variabel adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa yang
harus diamati dan mengukur suatu variabel atau konsep untuk menguji kesempurnaan.
Tujuan dari operasional variabel yaitu menetapkan aturan dan prosedur yang digunakan oleh
peneliti untuk mengukur variabel. Adapun tahap-tahap dalam membuat definisi operasional
yang bisa diandalkan, yaitu: (1) Pastikan Apa Saja Variabel yang Diteliti, (2) Temukan Arti
Konseptual yang Akurat Mengenai Setiap Variabel, (3) Kenali Apa yang Bisa Dilaksanakan
Ketika Peneliti sedang Mengukur Variabel (4) Tentukan Metode yang Paling Baik
Dilaksanakan Ketika Mendeskripsikan atau Menggambarkan Variabel, (5) Catatlah Dalam
Rupa Tabel, Bisa Juga Menggunakan Narasi
Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas apabila instrumen tersebut mampu
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin diukur. reliabilitas
menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala pengukuran). Reliabilitas
berbeda dengan validitas, karena yang pertama memusatkan perhatian pada masalah
konsistensi, sedangkan yang kedua lebih memperhatikan masalah ketepatan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Janna, N. M. (2018). VARIABEL DAN SKALA PENGUKURAN STATISTIK.


https://osf.io/8326r/download, 1-8.
Rzabdulaziz. (2020). VARIABEL DAN SKALA PENGUKURAN PENELITIAN.
https://rzabdulaziz.files.wordpress.com/2020/03/bahan-bacaan-pertemuan-5- variabel-dan-
skala-pengukuran.pdfhttps://osf.io/8326r/downloadhttps://rzabdulaziz.files.wordpress.com/
2020/03/bahan-bacaan-pertemuan-5-variabel-dan-skala-pehttps://rzabdulaziz.files., 1-25.

11

Anda mungkin juga menyukai