Anda di halaman 1dari 15

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN FISIOTERAPI

VARIABEL PENELITIAN

NENENG SYAHADAH
PO.71.424.1.15.1.054

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN FISIOTERAPI
PROGRAM STUDI D.IV
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah
Metodologi Penelitian Fisioterapi dengan judul Variabel Penelitian ini tepat waktu.
Makalah ini berisikan informasi mengenai definisi atau pengertian dari variable
penelitian
Saya berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
Kuantitatif dalam sebuah penelitian. Dalam hal ini pun penyusun masih dalam tahapan
belajar, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
harapkan saya demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah dari awal sampai akhir.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
MasalahVariabel merupakan hal penting dalam penelitian. Dalam kehidupan nyata,
banyak persoalan atau fenomena yang meliputi lebih dari sebuah variabel. Misalnya, hasil
produksi padi tergantung pada jumah pupuk yang digunakan, hujan, cuaca dan sebagainya.
Akibatnya, terasa perlu untuk mempelajari analisis data yang terdiri dari banyak variabel.
Jika suatu data terdiri atas dua data atau lebih, maka perlu dipelajari cara bagaimana variabel-
variabel tersebut berhubungan. Hubungan yang didapat pada umumnya dinyatakan dalam
bentuk persamaan matematik yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel-
variabel. Untuk mengetahui bentuk hubungan antar variabel digunakan analisis model
regresi.Model regresi linear digunakanuntuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel
prediktor dan variabel respon yang dinyatakan dalam sebuah persamaan. Model regresi ini
sangat berguna dan telah banyak digunakan dalam berbagai bidang. Tetapi dalam kasus
penelitian tertentu, model regresilinear ini tidak hanya mencakup hubungan antara variabel
prediktor dan variabel respon, tetapi ada kemungkinan pengaruh dari variabel lain yang tidak
terdapat pada model namun mempengaruhi besarnya kekuatan (memperkuat atau
memperlemah) hubungan antara variabel prediktor dan variabel respon. Dalam analisis
regresi linear sederhana, bisa dilihat bahwa kontribusi variabel prediktor X terhadap variabel
respon Y signifikan dan berdasarkan analisis korelasi bisa dilihat besar kecilnya kontribusi
tersebut. Untuk kasus kontribusi X terhadap Y yang sangat kecil, ada kemungkinan variabel
X bukan merupakan variabel prediktor murni. Hal ini memungkinkan adanya pengaruh dari
variabel moderator. Variabel moderator mempunyai pengertian yang berbeda dengan variabel
prediktor. Variabel prediktor merupakan variabel yang mempengaruhi variable.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pemahaman terhadap variabel dan hubungan antar variabel merupakan salah-satu
kunci penting dalam penelitian kuantitatif. Posisi variabel yang senteral menempatkannya
sebagai dasar dari semua proses peneltian; mulai dari perumusan masalah, perumusan
hipotesis, pembuatan instrumen pengumpul data, sampai pada analisisnya. Sehubungan
dengan posisi penting ini, variabel menjadi penting artinya untuk menentukan bermutu-
tidaknya suatu hasil penelitian.
Secara leksikal, istilah variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat beragam
(bervariasi). Arti kata ini menunjukkan bahwa variabel merupakan sesuatu yang di dalamnya
terdapat atribut-atribut, unit-unit, dimensi-dimensi atau nilai-nilai yang beragam. Kerlinger
mendefinisikan variabel sebagai ‘suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai”, atau
“simbol/lambang yang padanya dilekatkan bilangan atau nilai”.
Pada hakikatnya, setiap variabel adalah suatu konsep, yaitu konsep yang bersifat
khusus yang mengandung variasi nilai. Banyak ahli yang menyebutnya dengan konsep
variabel. Yang dimaksud dengan konsep variabel di sini adalah konsep yang bersifat
observatible, maksudnya konsep yang sudah sangat dekat dengan fenomena-fenomena atau
obyek-obyek yang teramati. Jadi konsep variabel itu merupakan sebutan umum yang
mewakili semua atribut, dimensi atau nilai yang perlu diamati. Karena itu tidak semua konsep
disebut variabel, karena masih terdapat konsep-konsep yang tidak mengandung memenuhi
ciri seperti itu.

B. Variabel Kategori dan Dimensi


Sebagai konsep yang mengandung nilai, variabel dapat dikelompokkan pada variabel
kategori dan variabel dimensi. Kedua jenis variabel ini dapat dijelaskan sebagai berikut;
 Variabel kategori adalah konsep yang memiliki beberapa gejala yang dapat dibedakan
satu sama lain berdasarkan label, atribut atau unsur formal dari gejala itu. Variabel
kategori adalah variabel mengandung nilai-nilai yang tidak dapat diutarakan dalam
bentuk angka, tetapi dalam bentuk kategori-kategori. Karena itu, variabel ini disebut juga
variabel kualatitatif. Included terms atau idividu-individu yang terdapat pada konsep itu
dikelompokkan berdasarkan ciri tertentu, tanpa melihat peringkatnya. Jadi, pada dasarnya
tidak ada kelebihan peringkat nilai satu sub-himpunan dari sub-himpunan lainnya.
Mengkategorisasikan berarti menempatkan suatu obyek ke dalam sub-himpunan, sebagai
bagian dari himpunan. Karena itu, individu-individu yang termasuk dalam sub-kategori
hanya mungkin dihitung secara nominal, dan perbedaan antara satu sama lain hanya
karena ciri atributnya (bukan harganya). Contoh variabel kategori ini adalah jenis kelamin
(memiliki dua gejala; laki-laki dan perempuan).
Pembuatan kategori yang terbaik adalah dengan merujuk teori yang sudah ada. Tetapi
jika sistem kategori yang baku belum ditemukan, maka seorang peneliti dapat membentuk
kategori sendiri. Ada dua ketentuan dalam membentuk kategori dari suatu variabel; 1)
bersifat exhaustive; artinya semua unsur dari variabel tersebut harus dapat dimasukkan ke
dalam salah satu kategori, dan 2) bersifat mutually exlusive, artinya satu usnur hanya
dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori.
Pada era perkembangan ilmu yang pesat belakangan ini, para peneliti telah berusaha
untuk mengkuantifikasi variabel-variabel kualitatif. Menurut para ahli ini, terdapat
beberapa jenis variabel kualitatif yang dapat dihitung dengan angka-angka, sekalipun
tetap menyadari bahwa tidak semuanya dapat diangkakan. Cara yang lazim digunakan
untuk mengkuantifikasi vaiabel kualitatif adalah dengan membentuk indeks dan skala.
 Variabel dimensi adalah konsep yang menunjukkan suatu gejala berdasarkan nilai atau
tingkatan. Ini berarti bahwa variabel dimensi itu mengandung dimensi-dimensi yang
dapat diukur dan diberi skore dengan angka. Karena itu variabel dimensi ini disebut juga
variabel kuantitatif.
Pada penelitian kuantitatif, umumnya yang dipilih sebagai variabel adalah konsep
berdimensi tunggal. Konsep berdimensi tunggal (unidimensional) adalah konsep yang
spesifik (bukan bersifat general) yang hanya mengandung satu jenis gejala. Sebagai
contoh, pelaksanaan shalat fardhu. Konsep ini sudah spesifik, karena tidak bercampur
aduk dengan shalat sunat, zikir dan sebagainya. Jika variabel penelitian adalah seperti
‘pengamalan agama’, maka konsep ini termasuk kategori berdimensi majemuk
(multidimensional). Konsep ‘pengamalan agama’ mengandung banyak jenis gejala,
seperti pelaksanaan shalat fardhu, pelaksanaan shalat sunat, pelaksanan puasa,
pelaksanaan zakat, kepatuhan kepada orangtua, hubungan antara sesama dan banyak lagi
yang lain. Setiap jenis gejala pada ‘pengamalan agama’ adalah satu variabel, karena itu
sangat kompleks dan sulit untuk diuji dengan metoda statistik. Karena itu, konsep
multidimensional hanya mungkin dijadikan variabel dalam penelitian yang berskala besar
dan bermaksud untuk menperoleh hasil yang mendalam.
Variabel dimensi dapat dibedakan pada dua jenis; diskret dan kontinu. Secara umum,
perbedaan antara kedua jenis variabel ini adalah bahwa, variabel diskret merupakan hasil
perhitungan sedangkan variabel kontinu merupakan hasil pengukuran. Secara literal,
diskret berarti tidak mempunyai pecahan (utuh). Maksudnya, dalam variabel kuantitatif
diskret (discrete quantitative variables), tiap nilai variabel dipisahkan oleh satu kesatuan
tententu. Jadi, variabel diskret hanya dapat dinyatakan dalam satuan-satuan (satu, dua,
enam), dan satuan-satuan itu tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil.
Dengan demikian, data yang diperoleh dari variabel ini adalah data nominal. Sedangkan
variabel kuantitatif kontinu (continuous quantitative variables) adalah variabel yang
bersambungan, artinya di antara dua unit ukuran masih terdapat unit-unit ukuran lain
yang secara teoritik tidak terhingga banyaknya. Contohnya, di antara 1,5 meter dan 1,6
meter masih terdapat ukuran 1,51, 1,52 dan seterusnya. Data yang diperoleh dari variabel
kontinu ini terdiri dari data skala rasio, skala interval, dan skala ordinal. Kerlinger
menyatakan; bahwa variabel kontinu itu memiliki sehimpunan harga yang teratur dalam
suatu cakupan (range) tertentu. Ini menunjukkan; pertama, harga-harga suatu variabel
kontinu mencerminkan suatu urutan peringkat (rank order). Harga yang lebih besar
menunjukkan lebih banyak sifat tertentu yang dimilikinya dibanding dengan harga yang
lebih kecil, dan kedua, ukuran-ukuran kontinu termuat dalam suatu range dan setiap
individu mendapat skor yang ada dalam range itu.
Dalam penelitian kuantitatif, variabel yang paling baik adalah konsep dimensi.
Alasannya, adalah karena 1) konsep dimensi dapat diterapkan untuk semua budaya, dan
2) konsep dimensi akan menghasilkan data berbentuk skala sehingga lebih mungkin
untuk dianalisis dengan metode-metode statistik yang lebih akurat. Hal ini bukan berarti
konsep kategori tidak berguna, sebab konsep ini juga masih dapat dianalisis dengan
statistik non-prametrik dengan hasil perhitungan kasar atau dapat juga diubah dengan
cara-cara tertentu menjadi konsep dimensi.

C. Variabel Independen dan Variabel Dependen


Secara umum, jenis variabel (dilihat dari sifat hubungan antar variabel) dapat
dibedakan pada variabel indenpenden dan variabel dependen. Istilah variabel independen dan
variabel dependen berasal dari logika matematika, di mana X dinyatakan sebagai yang
‘mempengaruhi atau sebab’ dan Y sebagai yang ‘dipengaruhi atau akibat’. Namun pengertian
ini tentu tidak selalu menggambarkan hakikat yang sebenarnya dari konsep variabel
independen dan dependen. Sebab dalam kenyataan, khususnya dalam penelitian ilmu-ilmu
sosial, hubungan antar variabel tidak selalu merupakan hubungan kausal. Yang dapat
dipastikan adalah, bahwa terdapat variabel yang saling berhubungan, di satu pihak ada yang
disebut variabel independen dan di pihak lain ada yang disebut variabel dependen. Kedua
variabel ini diperlukan oleh setiap penelitian kuantitatif. Adapun sifat hubungan itu ada yang
bersifat kausal, dan ada yang tidak demikian.
Selain itu ada beberapa catatan yang perlu dipahami dalam mempelajari dua variabel,
independen dan dependen. Dalam suatu hubungan antar kedua variabel itu, keberadaan
variabel independen adalah sesuatu yang harus diterima, tanpa mempersoalkan ‘mengapa’
variabel independen itu demikian. Ini dapat dinyatakan sebagai suatu kepastian, sebab jika
suatu variabel masih dicaritahu hal-ihwal pembentuknya, maka ia akan berubah posisi
menjadi variabel antara (intervening variabel), yaitu suatu variabel yang menghubungkan
antara variabel independen dengan variabel dependen.
 Variabel independen, khususnya dalam eksperimen, dapat dimanipulasi oleh peneliti. Di
sini dianut keyakinan, bahwa variabel dependen akan diketahui tingkat perubahannya bila
variabel terlebih dahulu dipersiapkan. Bila seorang ahli farmakologi, misalnya, ingin tahu
dosis pemakaian dan khasiat suatu obat yang baru diraciknya, maka ia harus terlebih
dahulu menakar obat yang akan diberikannya kepada ‘kelinci’ percobaannya. Karena itu
dapat pula dikatakan, bahwa variabel independen adalah variabel yang meramalkan,
sedangkan variabel dependen adalah variabel yang diramalkan.
Dalam penelitian yang menggunakan tiga variabel atau lebih (multivariat), selain
variabel independen dan dependen masih ada lagi sejumlah variabel lainnya yang
menempati posisi tertentu dalam hubungan antar variabel. Secara umum, variabel-
variabel itu disebut variabel kontrol. Disebut variabel kontrol, karena variabel tersebut
berfungsi untuk mengontrol variabel independen dan atau variabel dependen.
Tujuan dari pemunculan variabel kontrol yang paling penting adalah, untuk; a)
menetralisir pengaruh variabel-variabel luar yang tidak perlu, dan atau b) menjembatani
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Karena itu variabel
kontrol dapat menempati posisi-posisi tertentu dalam hubungan antar variabel; ada yang
ditempatkan sebelum variabel independen dan ada yang berada di antara variabel
independen-dependen. Variabel kontrol yang ditempatkan sebelum variabel independen
adalah variabel penekan (suppressor variable) atau variabel pengganggu (distorter
variable), sedangkan variabel kontrol yang berada di antara variabel independen-
dependen adalah variabel antara (intervening variable).
 Variabel Penekan atau pengganggu;
Ketika peneliti mengasumsikan bahwa selain variabel X dan Y masih ada faktor lain
yang sangat menentukan untuk mengetahui hubungan antarvaribel yang sebenarnya,
maka di sini perlu menyertakan faktor itu sebagai variabel penekan atau pengganggu
dalam pengujian. Tujuan penyertaan variabel penekan ini adalah untuk mengeleminir
kemungkinan kesalahan dalam pengambilan kesimpulan. Penelitian mengenai hubungan
antara “lama waktu senggang (di rumah) dengan lama menonton televisi”, misalnya,
diasumiskan akan berbeda antara suami dengan isteri. Karena itu, variabel ‘jenis kelamin’
dapat dijadikan sebagai variabel penekan/pengganggu. Berikut adalah gambaran
penyebaran data tanpa dan dengan menggunakan variabel penekan/pengganngu;

Contoh penyebaran data tanpa variabel penekan/pengganggu;

No Lama waktu senggang Rata-rata lama menonton TV


Dalam Jam/minggu Dalam menit/minggu

1 >61 600

2 51-60 534

3 41-50 340

4 31-40 287

5 <30 210

Contoh penyebaran data dengan variabel Jenis Kelamin sebagai penekan/pengganngu;

No Lama waktu senggang Rata-rata lama menonton tv


Dalam jam/minggu Dalam menit/minggu

Laki-laki Peremp.

1 >61 450 150


2 51-60 412 122

3 41-50 223 117

4 31-40 175 112

5 <30 109 101

Ada beberapa informasi baru yang dapat diperoleh dari hubungan variabel yang
dimasuki oleh variabel kontrol pada contoh kedua ini;

Bahwa hubungan antarvariabel tetap sama, yaitu menunjukkan relasi;


Lama waktu senggang berhubungan secara signifikan dengan lama menonton tv bagi
laki-laki, dan sedikit sekali hubungannya bagi perempuan.
Rank lama penontonan tv sangat berbeda antara laki-laki dengan perempuan, yaitu
antara 109-450 (=341) dengan 101-150 (=49).
 Variabel Antara;
Pada dasarnya ide pemunculan variabel antara berawal dari asumsi bahwa variabel
independen memiliki hubungan kausal dengan variabel dependen. Karena itu variabel ini
diperlukan bilamana; 1) secara logika tidak mungkin kedua variabel berhubungan secara
langsung, 2) tidak ada teori yang mendukung adanya hubungan antar keduanya, dan 3)
diasumsikan ada variabel lain yang dapat digunakan untuk menghubungkan kedua
variabel itu.

C. Hubungan antar Variabel


Pada hakikatnya inti dari setiap kegiatan penelitian ilmiah adalah mencari hubungan
antar variabel. Hubungan yang paling dasar adalah hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen (X dengan Y).
Berdasarkan penjelasan terakhir, Dr. Zamari mencatat sejumlah pola hubungan variabel
independen-dependen dalam penelitian sosial;
1. Pola linear dan posisitf; hubungan yang menunjukkan perubahan pada kedua
variabel dengan arah semakin membesar dan intensitas perubahan bersifat
konstan.
2. Pola linear dan negatif; hubungan yang menunjukkan perubahan pada kedua
variabel dengan arah yang berbeda, yang satu bertambah dan yang lain berkurang
atau sebaliknya.
3. Pola kurva linear dan positif; hubungan yang menunjukkan perubahan pada kedua
variabel dengan arah semakin membesar dan tetapi intensitas perubahan tidak
bersifat konstan, bahkan bila sampai titik tertentu bisa berubah ke arah
berlawanan.
4. Pola kurva linear dan negatif; hubungan yang menunjukkan perubahan pada kedua
variabel dengan arah yang berbeda, yang satu bertambah yang lain berkurang,
namun tidak bersifat konstan dan bahkan bila sampai pada titik tertentu perubahan
kedua variabel menuju arah yang sama.
5. Pola posisitf power; dikatakan hubungan posisitf power apabila perubahan kedua
variabel ke arah yang lebih besar dengan intensitas yang semakin lama semakin
kuat atau besar.
6. Pola negatif power; suatu hubungan bersifat negatif power apabila perubahan
kedua variabel ke arah yang berlawanan dan intensitas perubahan tidak konstan.

Sedikit berbeda dari pendekatan di atas, Zetterberg mengungkap beberapa pola


hubungan antar variabel, yaitu;
1. hubungan determinasi, yaitu hubungan yang mengandung konotasi bahwa sesuatu
akan selalu terjadi apabila ada sesuatu yang lain;
2. hubungan kesetaraan, yaitu hubungan yang apabila sesuatu konsep variabel
mengandung keumungkinan setara atau tidak setara antara satu sama lain;
3. hubungan berurutan, yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa sesuatu pasti
terjadi setelah sesuatu yang lain terjadi;
4. hubungan kebersamaan, yaitu hubungan yang tidak menunjukkan dimensi waktu,
sehingga dua kejadian bisa terjadi dalam waktu yang sama;
5. hubungan kecukupan, yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa jika sesuatu
terjadi maka sesuatu yang lain akan mengikuti;
6. hubungan gabungan, yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa sesuatu akan
terjadi apa ada sesuatu yang mendahului dan ditambah dengan adanya kejadian
lain;
7. hubungan keharusan, yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa untuk terjadinya
sesuatu perlu adanya sesuatu yang lain muncul terlebih dahulu;
8. hubungan tambahan, yaitu hubungan yang menunjukkan perlunya beberapa
alternatif untuk terjadinya sesuatu yang lain.

Dari sudut pandang yang lain masih ada jenis hubungan antar variabel yang perlu
dikteahui, yaitu simetris, timbal-balik (reciprocal), dan asimetris. Dua dari tiga jenis
hubungan ini masih dapat dibedakan pada beberapa kategori.
1. Hubungan Simetrik, terdiri dari:
· Kedua variabel merupakan indikator untuk konsep yang sama.
· Kedua variabel merupakan akibat dari faktor yang sama.
· Kedua variabel berkaitan secara fungsional.
· Hubungan yang kebetulan semata-mata.
2. Hubungan Asimetrik, terdiri dari:
· Hubungan antara stimulus dan respons.
· Hubungan antra disposisi dan respons.
· Hubungan antara ciri individu dan disposisi atau tingkah laku.
· Hubungan yang imanen.
· Hubungan antara tujuan dan cara.
3. Hubungan timbal-balik (korelasi)
Seperti yang sudah dikemukakan, hubungan antara variabel X dan Y cukup banyak
ragamnya, namun untuk mensinkronkan dengan kebutuhan pengujian secara statistik, pola-
pola hubungan itu perlu disederhanakan. Secara garis besar, jenis-jenis hubungan dimaksud
ada tiga kategori; korelasi, regresi dan variasi. Penjelasan mengenai ketiga jenis variabel ini
akan dikemukakan pada pembahasan tentang Uji Statistik Inferensial.

D. Pengukuran Variabel
Pengukuran merupakan keniscayaan dalam penelitian ilmiah, karena pengukuran itu
merupakan jembatan untuk sampai pada observasi. Penelitian selalu mengharuskan
pengukuran variabel dalam relasi yang dipelajarinya. Pengukuran variabel itu ada yang
mudah, seperti konsep ‘jenis kelamin’, dan ada yang sulit, seperti konsep inteligensi.
Pengukuran variabel merupakan tahap awal dari kegiatan pengukuran dalam
penelitian. Tujuan pengukuran variabel ini baru pada tahap menjawab pertanyaan
“bagaimana cara untuk mengukur variabel tersebut”? Selanjutnya muncul pertanyaan
lanjutan; “apa yang diukur” atau “bagaimana cara merubah konsep, dan “apa alat ukurnya”.
Mengukur adalah sebuah proses kuantifikasi, karena itu setiap kegiatan pengukuran
berkaitan dengan jumlah, dimensi atau taraf dari sesuatu obyek/gejala yang diukur. Hasil dari
pengukuran itu biasanya dilambangkan dalam bentuk bilangan.
Posedur pengukuran variabel dimulai dari pembuatan definisi operasional konsep
variabel. Kerlinger mengungkapkan, bahwa definisi operasional itu melekatkan arti pada
suatu konsep variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan
yang perlu untuk mengukur suatu konsep variabel itu. Atau dengan ungkapan lain, definisi
operasional merupakan spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur suatu variabel atau
memanipulasaikannya. Suatu contoh definisi operasional yang sederhana (kasar) dari konsep
‘inteligensi’ adalah skor yan dicapai pada tes intelegensi X.
Ada dua cara pembuatan definisi operasional, terukur dan eksprimental. Definisi
operasional terukur memaparkan cara pengukuran suatu variabel, sedangkan definisi
operasional eksperimental menyebutkan rincian-rincian hal yang dilakukan peneliti dalam
memanipulasi sesuatu variabel. Contoh di atas adalah definisi oprerasional terukur,
sedangkan contoh definisi eksperimental untuk konsep ‘penguatan’ (reinforcement),dapat
diberikan dengan menyatakan secara rinci bagaimana subyek-subyek diberi penguat
(imbalan) dan tidak diberi penguat (tidak diberi imbalan) karena melaksanakan tingkah laku
tertentu.

Adalah konsep yang bervariasi atau konsep yang memiliki nilai ganda atau suatu
factor yang jika diukur akan menghasilkan nilai yang bervariasi. Variabel juga dapat
didefinisikan sebagai atribut seseorang yang atau objek yang mempunyai variasi antara satu
orang dengan yang lain atau suatu objek dengan objek yang lain.

MACAM-MACAM VARIABEL
1. Variabel Prediktor atau Antiseden, variable Bebas atau variable Stimulus.
Adalah variable yang menyebabkan timbulnya variable terikat.
2. Variabel Terikat atau Dependent atau variable Output atau Kriteria atau Konsekuen.
Adalah variable yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variable bebas.
3. Variabel Moderator
Adalah variable yang mempengaruhi (bisa memperkuat atau memperlemah)
hubungan antara variable bebas dan variable terikat.
4. Variabel Kontrol
Adalah variable yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variable
bebas terhadap variable terikat tidak dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti.
5. Variabel Intervening / Antara
Adalah variable yang dipengaruhi leh variable bebas kemudian mempengaruhi
variable variable terikat, jadi variable bebas mempengaruhi variable terikat melalui
variable antara
6. Variabel Anteseden
Variabel ini mempunyai persamaan dengan variable antar yaitu mempunyai hasil
yang lebih mendalam dari penelusuran.

Berdasarkan dari hasil pengukuran terdapat 4 tingkat variable, yaitu :


1. Variabel Nominal :
Yaitu variable yang hanya mampu membedakan ciri atau sifat antara unit yang satu
dengan yang lainnya, dalam variable ini tidak mengenal jenjang atau bertingkat.
Variabel Nominal dapat di kategorikan : Var. Nominal Dikotomus, dan Var. Non
Dikotomus (non kategori)
2. Variabel Ordinal :
Yaitu variable yang tersusun menurut jenjang dalam atribut tertentu . Pada variable ini
menunjukkan urutan atau bertingkat, ada gradasi atau peringkat.
3. Variabel Interval :
Untuk data interval angka yang digunakan adalah nilai yang dapat di dentikkan
dengan bilangan riil, oleh karena itu maka angka dalam data interval dapat
dioperasikan dengan operasi hitung.
4. Variabel Rasio :
Variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nilai nol mutlak.
BAB III
PENUTUP

variabel adalah suatu konsep, yaitu konsep yang bersifat khusus yang mengandung
variasi nilai. Banyak ahli yang menyebutnya dengan konsep variabel. Yang dimaksud dengan
konsep variabel di sini adalah konsep yang bersifat observatible, maksudnya konsep yang
sudah sangat dekat dengan fenomena-fenomena atau obyek-obyek yang teramati. Jadi konsep
variabel itu merupakan sebutan umum yang mewakili semua atribut, dimensi atau nilai yang
perlu diamati. Karena itu tidak semua konsep disebut variabel, karena masih terdapat konsep-
konsep yang tidak mengandung memenuhi ciri seperti itu.
DAFTAR PUSTAKA

Fred N. Kerlinger, Foundation of Behavioral Research, terjemahan Drs.


Landung R. Simatupang, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998).
Koentjaraningrat (ed), Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta:
Gramedia, 1981).
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), Metode Penelitian Survai,
(Jakarta: LP3ES, 1989).
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988).
Suharsini Arikunto, Manjemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990)
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1993)
Zamari, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
1992).

Anda mungkin juga menyukai