Anda di halaman 1dari 23

Penelitian adalah suatu proses mencari tau sesuatu secara sistematis dalam waktu yang

relatif lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.
Supaya proses penelitian akan berjalan lancar, dan dapat berhasil dengan baik maka
peneliti ditekankan untuk membuat rancangan penelitian. Dalam menentukan
rancangan penelitian, hal yang perlu untuk diingat adalah seluruh komponen penelitian
itu harus terjalin secara serasi dan tertib.

Salah satu komponen penelitian yang mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan
proses studi secara komprehensif adalah variabel penelitian. Variabel merupakan
atribut sekaligus objek yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Komponen
dimaksud penting dalam menarik kesimpulan atau inferensi suatu penelitian.

Ada beberapa jenis variabel dalam penelitian. Variabel-variabel dimaksud antara lain:
variabel bebas dan variabel terikat, variabel aktif dan variabel atribut, variabel kontinu
dan variabel kategori termasuk juga variabel laten. Selain itu kriteria atau syarat suatu
variabel yang baik dalam pengembangannya harus dipahami dan dimengerti dengan
baik sehingga menjadi dasar identifikasi dan pengembangan variabel-variabel
penelitian.
Pengertian Variabel Penelitian
Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, sering juga
disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau gejala yang akan diteliti.
Menurut Kerlinger (2006: 49), variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari
yang mempunyai nilai yang bervariasi. Kerlinger juga mengatakan bahwa variabel
adalah simbol/lambang yang padanya kita letakan sebarang nilai atau bilangan.
Menurut Sugiyono (2009: 60), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Selanjutnya menurut Suharsimi Arikunto
(1998: 99), variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian
suatu titik perhatian suatu penelitian. Bertolak dari pendapat para ahli di atas maka
dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut dan sifat atau nilai
orang, faktor, perlakuan terhadap obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Jenis-Jenis Variabel Penelitian


Variabel dapat dikelompokkan menurut beragam cara, namun terdapat tiga jenis tiga jenis
pengelompokkan variabel yang sangat penting dan mendapatkan penekanan. Karlinger, (2006:
58) antara lain:

Variabel bebas dan variabel terikat


Variabel bebas sering disebut independent, variabel stimulus, prediktor, antecedent. Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel terikat. Variabel terikat atau dependen atau disebut variabel output, kriteria,
konsekuen, adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas. Variabel terikat tidak dimanipulasi, melainkan diamati variasinya sebagai hasil yang
dipradugakan berasal dari variabel bebas. Biasanya variabel terikat adalah kondisi yang hendak
kita jelaskan.

Dalam eksperimen-eksperimen, variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasikan


(“dimainkan”) oleh pembuat eksperimen. Misalnya, manakala peneliti di bidang pendidikan
mengkaji akibat dari berbagai metode pengajaran, peneliti dapat memanipulasi metode sebagai
(variabel bebasnya) dengan mengggunakan berbagai metode. Dalam penelitian yang bersifat
tidak eksperimental, yang dijadikan variabel bebas ialah yang “secara logis” menimbulkan
akibat tertentu terhadap suatu variabel terikat. Contohnya, dalam penelitian tentang merokok
dan kanker paru-paru, merokok (yang memang telah dilakukan oleh banyak subyek)
merupakan variable bebas, sementara kangker paru-paru merupakan akibat dari merokok atau
sebagai variabel terikat. Jadi variabel bebas adalah variabel penyebab, sadangkan variabel
terikat yang menjadi akibatnya. Dalam bidang pendidikan variabel terikat yang paling lazim
adalah, misalnya prestasi, atau “hasil belajar”. Untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik,
peneliti memiliki sejumlah besar kemungkinan variabel bebasnya, antara lain: kecerdasan,
kelas sosial, metode pembelajaran, tipe kepribadian, tipe motivasi (imbalan/hadiah dan
hukuman), sikap terhadap sekolah, suasana kelas dan seterusnya. Untuk lebih mudah
dipahami berikut ini ditampilkan skema mengenai penjelasan di atas.

Variabel aktif dan variabel atribut


Variabel aktif adalah variabel bebas yang dimanipulasi. Sebarang variabel yang
dimanipulasikan merupakan variabel aktif. Misalnya peneliti memberikan penguatan positif
untuk jenis kelakuan tertentu dan melakukan hal yang berbeda terhadap kelompok lain atau
memberikan instruksi yang berlainan pada kedua kelompok tersebut atau peneliti menggunakan
metode pembelajaran yang berbeda, atau memberikan imbalan kepada subyek-subyek dalam
kelompok lain, atau menciptakan kecemasan dengan instruksi-instruksi yang meresahkan,
maka peneliti secara aktif memanipulasi variabel metode, penguatan, dan kecemasan.

Variabel atribut adalah yang tidak dapat dimanipulasi atau kata lain variabel yang sudah
melekat dan merupakan ciri dari subyek penelitian. Misalnya: Intelegensi, bakat jenis kelamin,
status sosial-ekonomi, sikap, daerah geografis suatu wilayah, dan seterusnya. Ketika kita
melakukan penelitian atau kajian subyek-subyek penelitian kita sudah membawa variabel-
variabel (atribut-atribut) itu. Yang membentuk individu atau subyek penelitian tersebut adalah
lingkungan, keturunan, dan situasi-situasi lainnya.

Perbedaan variabel aktif dan variabel atribut ini bersifat umum. Akan tetapi variabel atribut
dapat pula menjadi variabel aktif. Ciri ini memungkinkan untuk penelitian relasi “yang sama”
dengan cara berbeda. Misalnya kita dapat mengukur kecemasan subyek. Jelas bahwa dalam
hal ini kecemasan merupakan atribut. Akan tetapi kita dapat pula memenipulasi kecemasan.
Kita dapat menumbuhkan kecemasan dengan tingkat yang berbeda, dengan mengatakan
kepada subyek-subyek yang termasuk dalam kelompok eksperimen (kelompok yang diteliti)
bahwa yang harus mereka kerjakan sulit, maka tingkat kecerdasan mereka akan diukur dan
masa depan mereka tergantung pada skor tes itu. Sedangkan kepada subyek lainya dipesan
bahwa kerja sebaik-baiknya tetapi santai saja; hasil tes tidak terlalu penting dan sama sekali
tidak mempengaruhi hari depan mereka.

Variabel kontinu dan variabel kategori


Sebuah variabel kontinu memiliki sehimpunan harga yang teratur dalam suatu cakupan (range)
tertentu. Arti defenisi ini ialah:

 Harga-harga suatu variabel kontinu mencerminkan setidaknya suatu urutan peringkat.


Harga yang lebih besar untuk variabel itu berarti terdapatnya lebih banyak sifat tertentu
(sifat yang dikaji) yang dikandungnya, dibandingkan dengan variabel dengan harga yang
lebih murah. Misalnya, harga-harga yang diperoleh dari suatu skala untuk mengukur
ketergantungan (depedensi) mengungkapkan ketergantungan dengan kadar yang berbeda-
beda, yakni mulai dari tinggi, menengah/sedang, sampai rendah.

 Ukuran-ukuran kontinu dalam penggunaan nyata termuat dalam suatu range, dan tiap
individu mendapatkan skor yang ada dalam range tersebut. Misalnya suatu skala untuk
mengukur ketergantungan mungkin memiliki range dari 1 hingga 7.
Secara teoritis terdapat himpunan harga atau nilai yang tak berhingga banyaknya dalam range
itu. Demikianlah maka skor seseorang individu mungkin sekali adalah 4,72 dan bukan 4 atau 5.
Variabel kategori variabel yang berkaitan dengan suatu jenis pengukuran yang dinamakan
pengukuran nominal. Dalam pengukuran nominal terdapat dua himpunan bagian (subset) atau
lebih yang merupakan bagian dari himpunan (set) obyek yang diukur. Individu-individu
dikategorisasikan berdasarkan pemilikan ciri-ciri tertentu yang merupakan penentu suatu
himpunan bagian. Jadi persoalah variabel ini adalah antara “ya” atau “tidak”. Contoh paling
mudah adalah variabel kategori dikotomis: jenis kelamin, republik-demokrat, kulit putih-kulit
hitam, dan sebagainya. Politomi, yakni pilihan (partisi) cukup lazim terdapat khususnya dalam
sosiologi dan ilmu ekonomi: anutan agama, pendidikan, kewarganegaraan, pilihan pekerjaan,
dan seterusnya.

Syarat-syarat yang dituntut variabel kategori dan variabel nominal, adalah semua anggota
himpunan bagian dipandang sama. Misalnya, kalau variabel itu adalah anutan agama, semua
penganut protestan adalah sama; semua penganut katolik adalah sama; dan semua penganut
“lain-lain” pun sama. Jika seorang agama katolik, dia dimasukkan dalam kategori “katolik” dan
diberi angka (nomor) “1” dalam kategori tersebut. Variabel ini bersifat “demokratis” artinya, tidak
mengenal tatanan peringkat atau ungkapan “lebih besar” maupun “lebih kecil” daripada di
antara kategorinya. Semua anggota kategori memiliki nilai atau harga sama, yakni:

Ungkapan variabel kualitatif kadang-kadang digunakan untuk menunjuk variabel-variabel


kategori ini, khusunya dikotomi, barangkali juga untuk mengkontraskanya dengan variabel
kuatitatif (variabel kontinu). Penggunaan ungkapan itu mencerminkan adanya gagasan yang
agak menyimpang mengenai hakikat variabel. Variabel selalu dapat dikuantisasikan; jika tidak
demikian, tentunya bukanlah variabel.

Sebelummnya dijelaskan bahwa konstruk adalah hal-hal yang tak teramati (non observable)
sedangkan defenisi variabel secara operasional adalah hal-hal yang teramati (observable).
Kerlinger (2006: 66) menambahkan bahwa hal yang dimaksud adalah “variabel laten”. Variabel
laten adalah suatu utuhan obyek (entity) tak teramati yang diduga melandasi variabel amatan.
Peneliti cenderung lebih berminat pada variabel-variabel laten, daripada relasi antara variabel-
variabel amatan; sebab peneliti berupaya menjelaskan fenomena dan relasinya.

Istilah-istilah lain untuk mengungkapkan gagasan yang kira-kira sama misalnya konstruk
disebut dengan variabel intervensi (intervening variabel). Variabel intervensi adalah istilah yang
dibuat untuk menunjuk pada proses-proses psikologis yang internal dan tak teramati, yang pada
gilirannya mengacu pada perilaku. suatu variabel intervensi ini “hanya ada di otak peneliti” tidak
dapat dilihat, didengar, atau diraba; disimpulkan dari perilaku.

Kegunaan dan Kriteria Variabel Penelitian


1. Kegunaan Variabel

 Untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data

 Untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data

 Untuk pengujian hipotesis


2. Variabel penelitian yang baik

 Relevan dengan tujuan penelitian

 Dapat diamati dan dapat diukur

 Dalam suatu penelitian, variabel perlu diidentifikasi, diklasifikasi, dan didefenisikan secara
operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan
dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis.
 1. METODOLOGI PENELITIAN VARIABEL, SKALA PENGUKURAN dan INSTRUMEN
PENELITIAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS
DIPONEGORO SEMARANG
 2. Pengertian Variabel Penelitian Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007).
 3. Pengertian Variabel Penelitian Menurut Para Ahli Hatch&Farhady Sebagai Atribut
seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau
satu obyek dengan obyek yang lain. Kidder (1981) Variable adalah suatu kualitas qualities)
dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Sudigdo Sastroasmoro
Variable merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke
subyek lainnya. Bhisma Murti (1996) Variable didefinisikan sebagai fenomena yang
mempunyai variasi nilai. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau kuantitatif Dr.
Soekidjo Notoatmodjo (2002) Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat
atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu.
 4. Kegunaan Variabel Penelitian  Untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan
data  Untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data  Untuk pengujian hipotesis
 Variabel Penelitian Yang Baik, yaitu:  Relevan dengan tujuan penelitian  Dapat diamati
dan dapat diukur
 5. Jenis Variabel Penelitian Variabel Penelitian Independen KontrolDependen Moderator
Intervening
 6.  Variabel Independen Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel Dependen (terikat).  Variabel Dependen Variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.  Variabel
Moderator Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (Memperkuat dan
Memperlemah) hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat. Variabel Moderator
disebut juga Variabel Independen Kedua.  Variabel Intervening Variabel Intervening adalah
Variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara Variabel Bebas dengan
Variabel Terikat, tetapi Tidak Dapat Diamati dan Diukur. Variabel ini merupakan variabel
Penyela/Antara yang terletak diantara Variabel Bebas dan Variabel Terikat, sehingga
Variabel Bebas tidak secara langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya Variabel
Terikat.  Variabel Kontrol Variabel Kontrol adalah Variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh
factor luar yang tidak diteliti.
 7.  Definisi Pengukuran Pengukuran (measurement) adalah pemberian nilai properti dari
suatu objek. Objek merupakan suatu entitas yang akan diteliti, dapat berupa perusahaan,
manusia, karyawan, dll. Properti adalah karakteristik dari objek.  Definisi Skala Skala
(scale) adalah suatu alat atau mekanisme yang dapat digunakan untuk membedakan
individual-individual kedalam variabel-variabel yang akan digunakan di dalam riset. Terdapat
empat macam tipe dasar dari skala yaitu noinal, ordinal, interval, dan rasio.  Tipe Skala 1.
Nominal, yaitu bernilai klasifikasi. Misalnya laki-laki, permpuan untuk gender 2. Ordinal, yaitu
bernilai klasifikasi dan order (ada urutannya). Misal peilaian ada urutan baik, kurang, buruk
3. Interval, yaitu bernilai klasifikasi, order dan berjarak. Misal skala likert 1 sampai dengan 5.
Dengan jarak antar nilai sama 4. Rasio, yaitu bernilai klasifikasi, prder, distance, dan
mempunyai nilai awal (origin). Misalnya unit waktu sebesar 20 menit yang dimulai dari 0.
 8.  Metode Penskalaan 1. Skala Rating Skala rating (rating scale) digunakan untuk
memberikan nilai (rating) ke suatu variabel. Beberapa skala rating yang sering digunakan
adalalah Skala Dikotomi (dichotomous scale), Skala Kategori (category scale), Skala Likert
(Likert scale), Skala Perbedaan Semantik (semantic differential scale), Skala Numerik
(numerical scale), Skala Penjumlahan Tetap atau Konstan (fixed or constant sum scale),
Skala stapel (stapel scale), Skala Grafik (graphic rating scale). 2. Skala Ranking Skala
ranking membandingkan dua atau lebih objek untuk memilih objek yang lebih baik. Beberapa
skala ranking adalah skala perbandingan-berpapasan (paired-comparison scale), skala
ranking dipaksakan (forced ranking scale) dan skala komparatif (comparative scale).
 9. Skala Pengukuran 1. Jens Kelamin ( Perempuan, Laki-laki) 2. Pekerjaan (petani, pegawai)
3. Ras 4. Suku Bangsa Skala RasioSkala Nominal Skala IntervalSkala Ordinal 1. Tinggi
Badan 2. Denyut Nadi 3. Berat Badan 4. Dosis Obat 1. Temperature/ suhu tubuh 2. Tingkat
Kecerdasan 3. Jarak 1. Tingkat Pendidikan 2. Pendapatan 3. sikap
 10. Proses teoritis terdiri dari : perumusan konsep, penyusunan proposisi dan teori, serta
identifikasi variabel dan perumusan hipotesa. Proses empiris terdiri dari : perumusan definisi
operasional, pengumpulan data, serta perumusan dan pengujian hipotesa statistik.
 11. 1. Konsep Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga
dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. 2. Proposisi Proposisi
adalah pernyataan (statement) tentang sifat dari realita yang dapat dikaji kebenarannya. 3.
Teori Teori merupakan informasi ilmiah yang diperoleh dengan meningkatkan abstraksi
pengertian-pengertian maupun hubungan- hubungan pada proposisi.
 12. Teori yang lebih kompleks, biasanya merupakan gabungan yang logis dari beberapa
proposisi. Teori keinginan berperilaku (theory of behavior intentions) yang dirumuskan oleh
Fishbein, pada dasarnya merupakan gabungan yang logis dari proposisi 1 dan 2.
 13. Teori ini terdiri dari tiga variabel dan dua hubungan. Variabel terpengaruh (Y)
dipengaruhi oleh dua variabel pengaruh (X1, X2). Hubungan antara Y dan X1 didasarkan
atas proposisi 1 dan hubungan antara Y dan X2 didasarkan atas proposisi 2.
 14. 4. Variabel Variabel merupakan konsep yang mempunyai variasi nilai atau memiliki nilai
yang berbeda. Konsep-konsep yang tidak mengandung pengertian nilai yang beragam
biasanya dapat diubah menjadi variabel dengan memusatkan pada aspek tertentu dari
konsep tersebut. Variabel dalam penelitian sosial mempunyai dua bentuk : Variabel
kategorikal (categorical variables) Variabel yang mempunyai dua golongan dikotomi ataupun
bergolongan ganda politomi. Contoh dari variabel dua golongan : status pekerjaan
(bekerja/tidak bekerja), status perkawinan (kawin/tidak kawin). Contoh variabel bergolongan
ganda : tingkat pendidikan (SD/SLTP/SMA/Akademi atau Universitas), jenis pekerjaan
(Pegawai Negeri/Pegawai Swasta/Pedagang/Buruh). Variabel bersambungan Variabel yang
memiliki rangkaian nilai yang mempunyai jarak-jangkau (range) tertentu, sehingga variabel
bersambungan paling tidak harus mempunyai nilai jenjang (rangking); nilai yang lebih besar
berarti memiliki kualitas yang lebih besar. Contoh variabel bersambungan : Umur,
pendapatan, dan tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita
 15. Kesimpulan sementara atau proposisi tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau
lebih dan selalu disajikan dalam bentuk statement yang menghubungkan secara eksplisit
maupun implisit satu variabel dengan satu atau lebih variabel lainnya. Hipotesa yang baik
harus memenuhi dua kriteria : 1. Hipotesa harus menggambarkan hubungan antara variabel-
variabel. 2. Hipotesa harus memberikan petunjuk bagaimana pengujian hubungan tersebut.
Variabel-variabel yang dicantumkan dalam hipotesa harus dapat diukur dan besar serta arah
hubungan antara variabel-variabel tersebut harus jelas. Seringkali rumusan hipotesa dimulai
dengan suatu proposisi yang menunjukkan hubungan antara variabel dan diikuti oleh
pernyataan yang lebih spesifik tentang arah serta kuatnya hubungan tersebut. Hipotesa
relasional Menunjukkan hubungan antara dua variabel pengaruh dan variabel terpengaruh
serta mengandung pernyataan tentang arah hubungan antara variabel-variabel penelitian.
Hipotesa deskriptif Menggambarkan karakteristik suatu sampel menurut variabel tertentu.
5. HIPOTESA 6. Definisi Operasional Petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur.
Dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan
mengetahui baik- buruknya pengukuran tersebut.
 16. Sumber :  Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai.
Jakarta : LP3ES  Zikmund. Business Research Methods.  Prof.Dr. Suryana, M.Si,. 2010.
Metodologi Penelitian; Model Prakatis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Diambil dari:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/23731890cdc
8189968cf15105c651573.pdf (6 November 2017)  Dr. Sugiyono, Metode penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,Alfabeta, Bandung, 2008. 
Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian,
objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari
permasalahan yang yang akan dibuktikan secara objektif. Menurut Sugiyono (2010:41) menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan objek penelitian adalah “sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliabel tentang suatu hal (variabel
tertentu)”. Objek penelitian adalah objek yang diteliti dan dianalisis. Adapun lingkup objek penelitian
yang ditetapkan penulis sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti adalah mengenai kompetensi
sumber daya manusia, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, dan kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah. 3.1.2 Unit Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada pemerintah kota Bandung.
Hal tersebut dikarenakan peneliti ingin mengetahui tingkat kepatuhan lembaga dan penerapan terhadap
ketentuan yang telah dijelaskan dan ditetapkan mengenai karakteristik kualitas laporan keuangan. 54
3.1.3 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan
atau memperoleh data dalam melakukan suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2013:146) instrumen
penelitian adalah “suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian”. Adapun instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Instrumen yang digunakan adalah dengan menggunakan
kuesioner metode tertutup, dimana kemungkinan pilihan jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu dan
responden tidak diberikan alternatif jawaban. 2. Indikator-indikator untuk variabel tersebut dijabarkan
oleh penulis menjadi sejumlah pernyataan sehingga diperoleh data kualitatif. Data ini akan diubah
menjadi bentuk kuantitatif dengan pendekatan analisis statistik. Secara umum teknik dalam pemberian
skor yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini adalah teknik skala Likert. Penggunaan skala Likert
menurut Sugiyono (2013:132) adalah “skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Menurut Sugiyono (2013:132)
mengemukakan bahwa “macam-macam skala pengukuran dapat berupa: skala nominal, skala ordinal,
skala interval, dan skala rasio, dari skala pengukuran itu akan diperoleh data nominal, ordinal, interval,
dan rasio”. 55 Penelitian ini menggunakan skala ordinal, menurut Sugiyono (2010:98) adalah “skala
ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan
peringkat construct yang diukur”. 3.1.4 Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2010:2) metode
penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Dalam melakukan penelitian perlu adanya suatu metode, cara atau taktik sebagai langkah-langkah yang
harus ditempuh oleh peneliti dalam memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian studi empiris seperti yang dikemukakan
oleh menurut Sugiyono (2010:2) bahwa “penelitian empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu diamati
oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan”.
Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif verifikatif dengan
penelitian studi empiris. Dimana pengertian penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2010:54) adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Jadi,
penelitian dengan metode deskriptif merupakan penelitian yang akan mendeskripsikan atau
menguraikan permasalahan yang berkaitan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri.
56 Metode penelitian verifikatif menurut Sugiyono (2010:21) menyatakan bahwa: “Penelitian verifikatif
pada dasarnya untuk menguji teori dengan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
mengunakan perhitungan statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap
Y. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak”. Hasil
penelitian ini merupakan pengujian dari teori atau hipotesis melalui perhitungan statistik dengan
melakukan pengukuran secara linier serta menjelaskan hubungan kausal antar variabel, dimana hasil
yang akan keluar adalah diterima atau ditolak. Dalam metode ini akan diamati secara seksama aspek-
aspek yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data primer yang menunjang
penyusunan laporan penelitian ini. Data-data yang diperoleh selama penelitian akan diolah, dianalisis
dan diproses dengan teori-teori yang telah dipelajari, sehingga dapat memperjelas gambaran mengenai
objek yang diteliti, dan dari gambaran objek tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang
diteliti. Sesuai dengan tujuan penelitian yang menyangkut kompetensi sumber daya manusia dan
penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan daerah yang terdapat
pada pemerintah kota Bandung maka digunakan penelitian deskriptif guna menjawab rumusan masalah
yang pertama, yakni mengetahui bagaimana kompetensi sumber daya manusia; rumusan masalah yang
kedua, yakni mengetahui bagaimana penerapan sistem akuntansi keuangan daerah; dan rumusan
masalah yang ketiga, yakni mengetahui bagaimana kualitas laporan keuangan daerah yang terdapat
pada pemerintah kota Bandung. 57 Sedangkan untuk menjawab rumusan masalah keempat sampai
keenam peneliti menggunakan penelitian verifikatif karena adanya variabel-variabel yang akan ditelaah
hubungannya, serta tujuannya untuk menyajikan gambaran secara terstruktur, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta dari hipotesis yang diajukan serta hubungan antar variabel yang diteliti. 3.1.5
Model Penelitian Model penelitian merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena yang sedang diteliti.
Dalam hal ini sesuai dengan judul skripsi yaitu “Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia dan
Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah”, maka model penelitian yang dapat digambarkan adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Model
Penelitian Variabel independen dalam penelitian ini adalah kompetensi sumber daya manusia (X1) dan
penerapan sistem akuntansi keuangan daerah (X2). Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini
adalah kualitas laporan keuangan ε Kompetensi Sumber Daya Manusia (X1) Penerapan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah (X2) Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Y) 58 pemerintah daerah (Y),
maka hubungan dari variabel-variabel tersebut dapat digambarkan secara sistematis sebagai berikut: 𝑌
= 𝑓(𝑥1, 𝑥2) Keterangan: 𝑌 = Kualitas laporan keuangan pemerintah daerah 𝑥1 = Kompetensi sumber
daya manusia 𝑥2 = Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah Dari permodelan di atas dapat dilihat
bahwa kompetensi sumber daya manusia dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah
berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 3.2 Definisi Variabel dan
Operasionalisasi Variabel 3.2.1 Definisi Variabel Menurut Sugiyono (2013:59) mendefinisikan bahwa
yang dimaksud dengan variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen (X) dan
variabel dependen (Y). Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1. Variabel Independen (X) Menurut
Sugiyono (2013:59) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan variabel independen adalah variabel
bebas (independent variabel) yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen/terikat. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen yang
diteliti, diantaranya yaitu: 59 a. Kompetensi Sumber Daya Manusia Kompetensi menurut Spencer &
Spencer dalam Sudarmanto (2009:46) adalah “karakteristik dasar perilaku individu yang berhubungan
dengan kriteria acuan efektif dan atau kinerja unggul di dalam pekerjaan atau situasi”. b. Penerapan
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Menurut Abdul Halim (2013:43), yang dimaksud dengan akuntansi
keuangan daerah dapat didefinisikan sebagai berikut: “Proses pengidentifikasian, pengukuran,
pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah (kabupaten,
kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi
oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota, atau provinsi) yang
memerlukan”. 2. Variabel Dependen (Y) Menurut Sugiyono (2013:59) menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan variabel dependen atau variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian variabel
dependen yang diteliti adalah kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, dan menurut Deddi
Nordiawan (2010:44) menyatakan bahwa “karakteristik kualitatif dari laporan keuangan adalah ukuran-
ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya”.

Variabel Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh infotrmasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.121
Sedangkan menurut Arikunto, variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian.122 Dalam penelitian eksperimen, variabel dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat.123 Dalam penelitian
ini, yang menjadi variabel bebas adalah pendekatan pembelajaran kontekstual berbasis pemecahan
masalah. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruihi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas.124 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar matematika
siswa kelas VIII D dan VIII E SMP Negeri 1 Ngantru pada materi bangun ruang sisi datar. 3. Skala
Pengukuran Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga 121 Sugiyono, Metode
Penelitian…., hal.38. 122 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…., hal. 118 123 Sugiyono, Metode
Penelitian…., hal. 39 124 Ibid, hal. 39 91 alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif.125 Jenis-jenis skala pengukuran ada empat yaitu : a. Skala Nominal Skala
nominal yaitu skala paling sederhana disusun menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan sebagai
simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik lainnya.126 b. Skala Ordinal Skala
ordinal yaitu skala yang didasarkan pada rangking diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang
terendah atau sebaliknya.127 c. Skala Interval Skala interval yaitu skala yang menunjukkan jarak antara
satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama.128 d. Skala Rasio Skala rasio yaitu
skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama.129 Dari keempat
skala pengukuran tersebut, untuk mengukur hasil belajar matematika siswa, peneliti menggunakan skala
rasio. 125 Agus Irianto, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 18

Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut,
secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. a. Variabel
Bebas (Independent Variable) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang menyebabkan
timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
locus of control dan kepribadian. b. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas.Variabel terikat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kinerja. Definisi operasional variable penelitian merupakan penjelasan dari masing-
masing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap indikator-indikator yang membentuknya

Skala pengukuran yang digunakan oleh peneliti untuk menyatakan tanggapan dari responden terhadap
setiap pertanyaan yang diberikan adalah dengan menggunakan Skala Likert. Menurut Sugiyono (2004)
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomenasosial. Dalam penelitian fenomenasosial ini telah ditetapkan secaras pesifik oleh
peneliti yang selanjutnya disebut sebagaivariabel penelitian, dengan skala Likert, maka variabel yang
akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik
tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban
setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
negatif yang dapat berupa kata-kata antara lain: a. Sangat setuju (SS) : Skor 5 b. Setuju(S) : Skor 4 c.
Netral (N) : Skor 3 d. Tidak setuju (TS) : Skor 2 e. Sangat tidak setuju (STS) : Skor 1

- Skala Nominal
skala nominal adalah adalah skala yang dipakai untuk mengklasifikasikan objek, individu
maupun kelompok. Contohnya mengklasifikasi agama, jenis kelamin, area geografis, dan
pekerjaan. Pada saat mengidentifikasi hal-hal tersebut dipakai angka-angka sebagai simbol. Jika
kita memakai skala pengukuran nominal, maka statistik non-parammetik dipakai dalam
menganalisa datanya. Dari analisa tersebut akan memperoleh hasil yang dipresentasikan dalam
bentukpersentase. Misalnya ketika kita mengklasifikasi variabel jenis kelamin menjadi seperti ini:
laki-laki diberi simbol angka 1 sedangkan perempuan diberi simbol angka 2. Maka kita bisa
melakukan operasi aritmatika menggunakan angka-angka tersebut, sebab angka tersebut
menunjukan adanya atu tidak adanya karekteristik tertentu.

contoh skala nominal adalah:


Jawaban dari pertanyaan yang hanya berupa 2 pilihan saja yaitu “ya” dan “tidak” yang sifatnya
kategorikal bisa diberi simbol seperti ini: jawaban “ya” diberi simbol angka 1 sedangkan jawaban
“tidak” diberi simbol angka 2.

- Skala Ordinal
skala ordinal adalah skala yang memberikan informasi mengenai jumlah relatif karakteristik
berbeda yang dimiliki suatu objek ataupun individu tertentu. Untuk tingkat pengukurannya
memiliki informasi skala nominal ditambah sarana peringkat relatif tertentu yang dapat memberi
informasi apakah objek tersebut mempunai karakteristik lebih ataukah kurang namun tidak dilihat
dari berapa banyak kelebihan dan kekurangannya.

contoh skala ordinal:


Contoh Jawaban pertanyaan yang berupa peringkat: sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju,
sangat tidak setuju dengan diberi simbol menggunakan angka 5, 4, 3, 2, dan 1. Angka-angka
tersebut hanya merupakan simbol dari peringkat, dan tidak mengekspresikan jumlah.

- Skala Interval
Skala Interval adalah skala yang memiliki karakteristik seperti skala nominal dan skala ordinal
dengan ditambahi karakteristik yang lain yakni adanya interval tetap. Dengan begitu maka
seorang peneliti bisa melihat seberapa besar perbedaan karakteristik antara individu atau objek
satu dengan yang lain. Skala pengukuran interval memang merupakan angka. Angka-angka yang
dipakai bisa digunakan dan dapat dilakukan operasi aritmatika, misalkan dikalikan atau
dijumlahkan. Untuk menganalisa, skala pengukuran ini dapat dengan statistik parametric.

contoh skala interval:


Jawaban pertanyaan yang berkaitan dengan frekuensi dalam pertanyaan, misalkan: Misalkan,
dalamm satu bulan berapa kali melakukan kunjungan ke Semarang? Jawaban: 5 kali, 3 kali dan
1 kali. Angka 5, 3, dan 1 adalah angka sebenarnya dengan interval 2.

- Skala Ratio
skala rasio adalah skala yang memiliki seluruh karakteristik yang dimiliki skala nominal, skala
ordinal dan skala interval dengan kelebihan yang dimiliki skala ini memiliki nilai nol (0) empiris
absolut. Terjadinya nilai absolut nol tersebut ketika ketidak hadiran suatu karrakteristik yang
diukur. Biasanya pengukuran rasio dalam bentuk perbndingan antara satu objek atau individu
tertentu dengan yang lain.

contoh skala rasio:


Berat Intan 40 Kg dan Berat Boby 80 Kg. Maka berat Intan kalau dibanding dengan berat Boby
yaitu 1 banding 2.

Validitas
Sebuah skala pengukuran dapat dibilang valid jika skala tersebut dipakai untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Sebagai contoh skala nominal yang sifatnya non-parametrik dipakai
dalam mengukur variabel nominal bukan digunakan untuk mengukur variabel internal yang
sifatnya parammetrik. Terdapat 3 tipe validitas pengukuran yang perlu untuk diketahui:

- Validitas Isi (Content Validity)


Validitas isi adalah validitas yang menyangkut tingkatan dimana item-item skala yang
mencerminkan domain konsep yang diteliti. Sebuah domain konsep tertentu tidak bisa dihitung
begitu saja semua dimensinya, sebab kadang domain tersebut memiliki atribut yang banyak dan
sifatnya multidimensional.

- Validitas Kosntruk (Construct Validity)


validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan tingkatan yang mana skala berperan
dan mencerminkan sebagai konsep yang diukur. 2 aspek yang menjadi pokok dalam validitas
konstruk yaitu secara alamiah sifatnya statik dan teoritis.

- Validitas Kriteria (Criterion Validity)


validitas kriteria adalah validitas yang berkaitan dengan masalah tingkatan dimana skala yang
sedang dipakai dapat memperkirakan suatu variabel yang disusun sebagai kriteria.

Reliabilitas
Reliabilitas adalah menunjuk pada adanya stabilitas dan konsistensi nilai hasil skala
pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi dengan masalah akurasi pengukuran serta
hasilnya.

Variabel Nominal/Skala Nominal

Variabel nominal merupakan variabel dengan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya dan hanya bisa
digunakan untuk klasifikasi kualitatif atau kategorisasi. Artinya, variabel tersebut hanya dapat diukur dari segi
apakah karakteristik suatu objek bisa dibedakan dari karekateristik lainnya, tetapi kita tidak dapat mengukur atau
bahkan mengurutkan peringkat kategori tersebut. Sebagai contoh, kita dapat mengatakan bahwa jenis kelamin ke 2
orang tersebut berbeda, satu perempuan dan satunya lagi laki-laki. Di sini kita bisa membedakan karakteristik
keduanya, tetapi kita tidak bisa mengukur dan mengatakan mana yang “lebih” atau mana yang “kurang” dari kualitas
yang diwakili oleh variabel tersebut. Kita hanya bisa memberikan kode/label pada kedua karakteristik tersebut,
misalnya angka 0 untuk perempuan dan angka 1 untuk laki-laki. Kode/label angka tersebut bisa saja di tukar. Kode di
sana hanya berfungsi sebagai pembeda antara kedua objek dan tidak menunjukkan urutan atau kesinambungan.
Angka 1 tidak menunjukkan lebih tinggi atau lebih baik di banding 0.

Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala nominal hanya tanda “=” atau “≠”.

Contoh-contoh variabel nominal lainnya adalah:


 jenis tanah,
 varietas,
 ras,
 warna,
 bentuk,
 kota,
 Golongan darah
 Jenis penyakit
 Agama
 Suku
 Nomor KTP/SIM/Kartu Pelajar

Variabel Ordinal/ Skala Ordinal

Variabel ordinal memungkinkan kita untuk mengurutkan peringkat dari objek yang kita ukur. Dalam hal ini kita
bisa mengatakan A “lebih” baik dibanding B atau B “kurang” baik dibanding A, namun kita tidak bisa mengatakan
seberapa banyak lebihnya A dibanding B. Dengan demikian, batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak
jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah apakah nilai tersebut lebih tinggi, sama, atau lebih rendah
daripada nilai yang lain, namun kita tidak bisa mengatakan berapa perbedaan jarak (interval) diantara nilai-nilai
tersebut. Contoh umum variabel ordinal adalah status sosial ekonomi keluarga. Sebagai contoh, kita tahu bahwa
kelas menengah ke atas lebih tinggi status sosial ekonominya dibanding kelas menengah ke bawah, tapi kita tidak
bisa mengatakan berapa lebihnya atau mengatakan bahwa kelas menengah ke atas 18 % lebih tinggi. Pemberian
simbol/kode angka pada skala ordinal, selain berfungsi untuk membedakan karakteristik antar objek juga sudah
menetukan urutan peringkat dari objek tersebut.

Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala ordinal adalah tanda “=”, “≠”, “<” dan “>”. Misal kode
angka untuk kelas bawah = 0, menengah = 1, dan atas = 2. Angka 0 berbeda dengan 1 ataupun 2 (operator
aritmetk: = dan ≠), 0 lebih rendah dibanding 1 (operator aritmetk: < dan >),

Contoh:

 Tingkat pendidikan atau kekayaan


 Tingkat keparahan penyakit
 Tingkat kesembuhan
 Derajat keganasan kanker

Variabel Interval/ Skala Interval

Variabel Interval tidak hanya memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan, mengurutkan peringkatnya,
tetapi kita juga bisa mengukur dan membandingkan ukuran perbedaan diantara nilai. Sebagai contoh, suhu, yang
diukur dalam derajat Fahrenheit atau Celcius, merupakan skala interval. Kita dapat mengatakan bahwa suhu 50
derajat lebih tinggi daripada suhu 40 derajat, demikian juga suhu 30 derajat lebih tinggi dibanding dengan suhu 20
derajat. Perbedaan selisih suhu antara 40 dan 50 derajat nilainya sama dengan perbedaan suhu antara 20 dan 30
derajat, yaitu 10 derajat. Jelas disini bahwa pada skala interval, selain kita bisa membedakan (mengkategorikan),
mengurutkan nilainya, juga bisa di hitung berapa perbedaannya/selisihnya dan jarak atau intervalnya juga dapat
dibandingkan. Perbedaan antara kedua nilai pada skala interval sudah punya makna yang berarti, berbeda dengan
perbedaan pada skala ordinal yang maknanya tidak berarti. Misalnya, perbedaan antara suhu 40 dan 50 derajat dua
kali lebih besar dibandingkan dengan perbedaan antara suhu 30 dan 35. Dengan demikian, selain sudah mencakup
sekala nominal, juga sudah termasuk skala ordinal, tetapi nilai mutlaknya tidak dapat dibandingkan secara
matematik, oleh karena batas-batas variasi nilai pada interval adalah arbiter (angka nolnya tidak absolut).

Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala ordinal adalah tanda “=”, “≠”, “<“, “>”, “+”, “-“. Misal
suhu: 30 +10 = 40 derajat.
Contoh Skala Interval lainnya:

 Tingkat kecerdasan (IQ)


 Beberapa indeks pengukuran tertentu

Variabel Rasio/ Skala Rasio

Variabel rasio sangat mirip dengan variabel interval; di samping sudah memiliki semua sifat-sifat variabel interval,
juga sudah bisa diidentifikasi titik nol mutlak, sehingga memungkinkan
menyatakan rasio atau perbandingan di antara kedua nilai, misalnya x adalah dua kali lebih y. Contohnya adalah
berat, tinggi, panjang, usia, suhu dalam skala kelvin. Sebagai contoh, berat A = 70 kg, berat B =35 kg, Berat C = 0
kg. Disini kita bisa membandingkan rasio, misalnya kita bisa mengatakan bahwa berat A dua kali berat B. Berat C = 0
kg, artinya C tidak mempunyai bobot. Angka 0 di sini jelas dan berarti dan angka 0 menunjukkan nilai 0 mutlak.
Memang agak sedikit susah dalam membedakan antara skala interval dengan rasio. Kuncinya adalah di angka 0,
apakah nilai nol tersebut mutlak (berarti) atau tidak? Sebagai contoh, suhu bisa berupa skala interval tapi bisa juga
skala rasio, tergantung pada skala pengukuran yang digunakan. Apabila kita menggunakan skala Celcius atau
Fahrenheit, termasuk skala interval, sedangkan apabila Kelvin yang digunakan, suhu termasuk skala rasio. Mengapa?
Karena suhu 0 derajat Kelvin adalah mutlak! Kita tidak saja dapat mengatakan bahwa suhu 200 derajat lebih tinggi
daripada suhu 100 derajat, tetapi kita juga sudah dapat menyatakan dengan pasti bahwa rasionya benar dua kali
lebih tinggi.

Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala rasio adalah tanda “=”, “≠”, “<“, “>”, “+”, “-“, “x” dan
“÷”.

Misal nilai Berat A 70 kg, berat B = 35 kg.

 Operator aritmetik “=”, “≠”, kita bisa mengatakan Berat A berbeda dengan Berat B (A ≠ B);
 Operator aritmetik “<“, “>”: A lebih berat dibanding B (A > B),
 Operator Aritmetik “+”, “-“: Beda antara berat A dengan B = 35 kg (A – B = 70 – 35 = 35) kg,
 Operator aritmetik “x” dan “÷”:A dua kali lebih berat dibanding B ( A = 2xB).
Contoh:

 Waktu, panjang, tinggi, berat, usia


 Kadar zat dan jumlah sel tertentu
 Dosis obat, dll
Skala interval tidak memiliki karakteristik rasio. Kebanyakan prosedur analisis data statistik tidak
membedakan antara data yang diukur dalam skala interval dan rasio.

Ringkasan skala pengukuran:

Skala Definisi Level Operasi Contoh


Aritmetik

Nominal Data Kategori =, ≠


 Mutually  Jenis Kelamin
exclusive  Wana Kulit

Ordinal Data yang hanya bisa diurutkan =, ≠


 Mutually  Status sosial ekonomi
dari kecil ke besar atau sebaliknya <, >
exclusive keluarga
 Urutannya  Peringkat Kelas
Pasti/Jelas  Pangkat/Jabatan/Golongan
Interval Selain mencakup karakateristik =, ≠,
 Mutually  Suhu (Celsius & Fahrenheit)
Nomina dan Ordinal, juga sudah bisa <, >,
dilakukan operasi penjumlahan karena exclusive +, –  IQ (tingkat kecerdasan)
jarak antara datanya sudah jelas.  Urutannya
Tidak mempunyai nilai nol mutlak Pasti
 Jarak antara
kode sama

Ratio Mencakup karakteristik Interval =, ≠,


 Mutually  Suhu (Kelvin)
dan mempunyai nilai nol mutlak <, >,
exclusive +, -,  Waktu
 Urutannya x, ÷  Panjang
Pasti
 Berat
 Jarak antara
 Tinggi
kode sama
 Terdapat
nilai nol
mutlak
Hubungan antara skala pengukuran dengan jenis datanya (kuantitatif dan kualitatif)

Skala pengukuran Kualitatif Kuantitatif

Nominal √
Ordinal √
Interval √
Ratio √
Flowchart untuk menentukan skala pengukuran variabel
Bagan Alir Skala Pengukuran Variabel
Contoh Penerapan:
Jenis Perilaku/ Ujian Peringkat Huruf
Kelamin Sikap Mutu

(L-P) (20-80) (0-100) (1-11) (A-F)

Barb P 80 100 1 A
Robert L 35 93 4 A

Ron L 55 89 7 B
Jeff L 56 89 7 B

Brenda P 74 88 9 C
Mike L 65 75 11 C
Skala pengukuran: ? ? ? ? ?
Jenis Perilaku/ Ujian Peringkat Huruf
Kelamin Sikap Mutu

(L-P) (20-80) (0-100) (1-11) (A-F)

Barb P 80 100 1 A

Robert L 35 93 4 A

Ron L 55 89 7 B

Jeff L 56 89 7 B

Brenda P 74 88 9 C

Mike L 65 75 11 C

Skala pengukuran: nominal interval rasio ordinal Ordinal

A. SKALA LIKERT: digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Contoh :.

Preferensi
1.Sangat Setuju
2.Setuju
3.Ragu-ragu
4.Tidak Setuju
5.Sangat Tdk Setuju

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel
penelitian.

Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif)
bersifat bersifat unfavorable (negatif).
Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negative. Sistem penilaian dalam skala Likert adalah sebagai
berikut:
Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2),
sangat tidak setuju/baik (1)
Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik
(4), sangat tidak setuju/ baik (5).

Contoh :

No. Pernyataan Jawaban

SS S RR TS STS

1 Kita harus menjaga kebersihan X


2 Kita harus mematuhi peraturan X
3 …………………………………………………
REPORT THIS AD

SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju

S = Setuju 1STS = Sangat Tidak Setuju

RR = Ragu-Ragu

B. SKALA GUTTMAN: Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang
tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, pernah

atau tidak, positf atau negatif, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval
atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert terdapat interval 1,2,3,4,5
interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka dalam skala Gutmann
hanya ada dua interval yaitu “setuju atau tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala
Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang di tanyakan.

Contoh :

Apakah anda setuju dengan kenaikan harga BBM ?


a. Setuju b. tidak setuju

C. SKALA THURSTONE: Skala Thurstone adalah skala yang disusun dengan memilih
butir yang berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci
skor menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk
sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak diukur kemudian
sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk
yang hendak diukur.
Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini.

Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan
sangat relevan.

REPORT THIS AD

Contoh : minat siswa terhadap pelajaran kimia,

No. Pernyataan Jawaban

7 6 5 4 3 2 1

1 Saya senang belajar kimia


2 Pelajaran kimia bermanfaat
3 Saya berusaha hadir tiap
pelajaran kimia
4 Saya berusahan memiliki buku
pelajaran kimia
Contoh lain : Angket yang disajikan menggunakan skala thurstone

Petunjuk : Pilihlah 5(lima) buah pernyataan yang paling sesuai dengan sikap anda terhadap
pelajaran matematika, dengan cara membubuhkan tanda cek (v) di depan nomor
pernyataan di dalam tanda kurung.

( ) 1. Saya senang belajar matematika

( ) 2. Matematika adalah segalanya buat saya

( ) 3. Jika ada pelajaran kosong, saya lebih suka belajar matematika

( ) 4. Belajar matematika menumbuhkan sikap kritis dan kreatif


( ) 5. Saya merasa pasrah terhadap ketidak-berhasilan saya dalam matematika

( ) 6. Penguasaan matematika akan sangat membantu dalam mempelajari bidang


studi lain

( ) 7. Saya selalu ingin meningkatkan pengetahuan & kemampuan saya dalam


matematika

( ) 8. Pelajaran matematika sangat menjemukan

( ) 9. Saya merasa terasing jika ada teman membicarakan matematika

D. SEMANTIK DIFERENSIAL: Skala diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi
bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis
kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban
yang sangat negative terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.

Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic differential adalah data
interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik
tertentu yang dimiliki seseorang.

Contoh : Penggunaan skala Semantik Diferensial mengenai gaya kepemimpinan kepala


sekolah.

Demokrasi 7 6 5 4 3 2 1 Otoriter
Bertanggung 7 6 5 4 3 2 1 Tidak
Jawab Bertanggung
Jawab
Memberi 7 6 5 4 3 2 1 Mendominasi
Kepercayaan
Menghargai 7 6 5 4 3 2 1 Tidak
Bawahan Menghargai
Bawahan
Keputusan 7 6 5 4 3 2 1 Keputusan
Diambil Bersama Diambil Sendiri
Contoh lain : Penilaian pelajaran kimia

Menyenangkan !……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..! Membosankan

Sulit !……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..! Mudah


Bermanfaat !……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..! Sia-Sia

Menantang !……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..! Menjemukan

E. PENILAIAN (RATING SCALE): Data-data skala yang diperoleh melalui tiga macam
skala yang dikemukakan di atas adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Berbeda
dengan rating scale, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya, dalam rating scale
responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.

Rating scale lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi dapat juga digunakan
untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk
mengukur status sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain. Dalam rating
scale, yang paling penting adalah kemampuan menterjemahkan alternative jawaban yang
dipilih responden.

Contoh :

Kenyamanan ruang tunggu RSU Kartini :

5 4 3 2 1

Kebersihan ruang parkir RSU Kartini :

5 4 3 2 1

kala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang di gunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan
dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Macam-macam skala pengukuran tersebut antara lain:
1. Skala Nominal
Skala pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasikan obyek, individual atau
kelompok. Sebagai contoh pengklasifikasi jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan area geografis.
Dalam mengidentifikasi hal-hal diatas digunakan angka-angka sebagai symbol. Contohnya : jenis
kelamin rsponden, laki-laki = 1, dan wanita = 2

2. Skala Ordinal
Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik yang
berbeda yang dimiliki oleh obyek atau indvidu tertentu. Tingkat pengukuran ini mempunyai
informasi skala nominal ditambah dengan sarana peringkat relative tertentu yang memberikan
informasi apakah suatu obyek memiliki karakteristik yang lebih atau kurang tetapi bukan berapa
banyak kekurangannya atau kelebihannya.
Skala pengukuran yang meyatakan kategori sekaligus melakukan rangking terhadap kategori.
Contoh : kita ingin mengukur preferensi responden terhadap empat merek produk air mineral.
Merek Air Mineral Ranking
Aquana 1
Aquaria 2
Aquasan 3
Aquasi 4

3. Skala Interval
Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal dan skala
ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap. Dengan
demikian peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karakteristik antara satu individu atau obyek
dengan lainnya.

4. Skala Ratio
Skala pengukuran ratio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala nominal,
ordinal, dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut. Nilai
absolut nol tersebut terjadi pada saat ketidakhadirannya suatu karakteristik yang sedang diukur.
Pengukuran ratio biasanya dalam bentuk perbandingan antara satu individu atau obyek tertentu
dengan lainnya.

5. Skala Pengukuran Sikap


Ada empat jenis skala pengukuran sikap menurut Daniel J Mueller (1992), yaitu:
a. Skala Likert
Skala Likert di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan resepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena social. Dalam penelitian, fenomena social ini telah di
tetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya di sebut sebagai variable penelitian.
Contoh :.
Preferensi Preferensi Preferensi
1.Sangat Setuju 1.Setuju 1. Sangat Positif
2.Setuju 2.Sering 2. Positif
3.Ragu-ragu 3.Kadang-kadang 3. Netral
4.Tidak Setuju 4.Hampir tdk pernah 4. Negatif
5.Sangat Tdk Setuju 5.Tidak Pernah 5. Sangat Negatif

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut diberi nilai skor, Misalnya : sangat
setuju/setuju/sangat positif diberi skor 5, selanjutnya setuju/sering/positif diberi skor 4 dan
seterusnya.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen
yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif) bersifat bersifat
unfavorable (negatif).
Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai sangat negatif, yang berupa kata-kata antara lain:
a. Sangat Setuju, b. Setuju, c. Ragu-ragu, d. Tidak Setuju, e. Sangat Tidak Setuju.
a. Sangat Baik, b. Baik, c. Ragu-ragu, d. Tidak Baik, e. Sangat Tidak Baik.
Sistem penilaian dalam skala Likert adalah sebagai berikut:
Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2),
sangat tidak setuju/baik (1)
Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik (4),
sangat tidak setuju/ baik (5).

b. Skala Thurstone
Skala Thurstone merupakan skala sikap yang pertama dikembangkan dalam pengukuran sikap.
Skala ini mempunyai tiga teknik penskalaan sikap, yaitu :
 metode perbandingan pasangan
 metode interval pemunculan sama, dan
 metode interval berurutan.
Ketiga metode ini menggunakan bahan pertimbangan jalur dugaan yang menganggap kepositifan
relatif pernyataan sikap terhadap suatu obyek.

c. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu ya atau tidak, benar
atau salah, pernah atau tidak, positif atau negative dan lain - lain. Data yang di peroleh dapat
berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala likert terdapat
3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada dalam skala
Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju atau tidak setuju”. Penelitian menggunakan sakal
Guttman di lakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang
di tanyakan.
Contoh :
1. Apakah anda setuju dengan kebijakan perusahaan menaikkan harga jual?
a. Setuju b. Tidak Setuju

d. Semantic Deferensial
Skala pengukuran yang berbentuk Semantic defferensial di kembangkan oleh Osgood. Skala
ini juga di gunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist,
tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian
kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data
yang di peroleh adalah daya interval, dan biasanya skala ini di gunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang di punyai oleh seseorang.

e. Skala rating
Dalam skala rating data yang diperoleh adalah data kuantitatif kemudian peneliti baru
mentranformasikan data kuantitatif tersebut menjadi data kualitatif.
Contoh:
Kenyaman ruang tunggu RSU Kartini:
5 4 3 2 1
Kebersihan ruang parkir RSU Kartini :
5 4 3 2 1
Macam-Macam Skala Pengukuran Untuk Instrumen

Skala pengukuran yang umumnya digunakan dalam penelitian meliputi Skala Likert , Skala Guttman, Semantic
Differential, Rating Scale, dan skala thurstone.

1. Skala Likert
Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator
tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan.

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan
ganda. Keuntungan skala Likert adalah :
1) Mudah dibuat dan diterapkan

2) Terdapat kebebasan dalam memasukkan pertanyaan-pertanyaan, asalkan mesih sesuai dengan konteks
permasalahan
3) Jawaban suatu item dapat berupa alternative, sehingga informasi mengenai item tersebut diperjelas.
4) Reliabilitas pengukuran bisa diperoleh dengan jumlah item tersebut diperjelas.
Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.

1) Contohbentuk checklist:
Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan member tanda (Ö) pada kolom yang
tersedia.
3. Skala Semantic Differential

Skala ini merupakan salah satu dari skala factor yang dikembangkan untuk menganalisis dua masalah: Pengukuran
populasi dan multidimensional pengungkapan dimensi yang belum dikenal atau belum diketahui. Metode skala ini
dikembangkan khususnya untuk mengukur arti psikologis dari suatu objek di mata seseorang. Metode ini didasarkan
pada proporsi bahwa suatu objek memiliki berbagai dimensi pengertian konotatif yang berada dalam ruang ciri
multidimensi yang disebut ruang semantic.
Metode ini dibuat dengan menempatkan dua (dua) skala penilaian dalam titik ekstrim yang berlawanan yang biasa
disebut bipolar. Biasanya di antara titik ekstrim di dadapati 5 atau 7 tititk-titik butir skala dimana responden menilai
suatu konsep atau lebih pada setiap butir skala.
Untuk lebih jelasnya tampilan butir-butir skala semantic diffrensial sebagai berikut
Baik —–, ——, ——, ——, ——, ——-, —— Buruk
Lambat —–, ——, ——, ——, ——, ——-, —— Cepat
Berikut contoh penggunaan skala semantic differential mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah.
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

◦ skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, namun
tersusun dalam satu garis di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis,
dan jawaban yang sangat negative terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.

◦ Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic differential adalah data interval.
Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang
dimiliki seseorang

Anda mungkin juga menyukai