Anda di halaman 1dari 15

1.

Pengertian Skala Pengukuran Menurut Para Ahli

Ramli, 2011, dalam tulisannya menyebutkan bahwa skala pengukuran adalah


kesepakatan yang digunakan sebagai acuan atau tolak ukur untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur sehinga alat ukur tersebut
bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data.
Pengukuran adalah proses hal mana suatu angka atau simbol dilekatkan
pada karakteristik atau properti suatu stimuli sesuai dengan aturan/prosedur
yang telah ditetapkan (Imam Ghozali, 2005). Misal, orang dapat digambarkan
dari beberapa karakteristik: umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, tingkat
pendapatan, dll.
Dalam hasil penelitian Stanley Smith Stevens (1946), dia membuat klasifikasi
skala pengukuran penelitian sosial menjadi empat jenis skala pengukuran yaitu
skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio, ke empat jenis skala
tersebut yang menjadi acuan sampai saat ini.
Jenis-Jenis Skala Pengukuran
1 . Skala nominal
Skala nominal merupakan jenis skala pengukuran yang termasuk kedalam
kategori atau kelompok dari suatu subyek. Misalnya, dapat anda lihat pada
variabel jenis kelamin, dimana pengelompokan umumnya hanya menjadi dua,
yaitu laki-laki (L) dan perempuan(P) yang masing-masing diberi kode 1 dan 2.
Angka tersebut hanya berfungsi sebagai label kategori, tanpa memiliki nilai
numerik seperti angka sejati. Angka tersebut tidak memiliki sifat sebagaimana
angka pada umumnya, sehingga pada variabel dengan skala nominal tidak dapat
diterapkan operasi matematika seperti pengurangan, penjumlahan, perkalian,
dll.
Contoh skala nominal
 Jenis kelamin (Laki-laki dan Perempuan)
 Tingkat kedewasaan (anak-anak, remaja, dan dewasa)
 Suku (Batak, Bugis Jawa dll)
 Golongan Darah (O, A, B, AB)
 Agama
 dll
Uji statistik yang sesuai dengan skala nominal adalah uji yang mendasarkan
pada jumlah seperti modus dan distribusi frekuensi.
2. Skala ordinal
Skala ordinal merupakan salah satu jenis skala pengukuran dimana lambang-
lambang bilangan hasil pengukurannya berupa urutan atau tingkatan. Uji
statistik yang sesuai adalah modus, median, distribusi frekuensi dan statistik
non-parametrik seperti rank order correlation.
3. Skala Interval
Merupakan jenis skala pengukuran yang mempunyai karakteristik mirip dengan
skala ordinal yaitu memiliki urutan tertentu. Sifat lain yang melekat pada skala
interval adalah adanya satuan skala (scale unit). Uji statistik yang sesuai adalah
semua uji statistik kecuali uji yang mendasarkan pada rasio seperti koefisien
variasi.
4. Skala rasio
Skala rasio adalah jenis skala pengukuran yang menghasilkan data dengan mutu
yang paling tinggi. Perbedaan skala rasio dengan skala interval terletak pada
keberadaan nilai nol (based value). Pada skala rasio, nilai nol bersifat mutlak,
tidak seperti pada skala interval. Data yang dihasilkan oleh skala rasio adalah
data rasio. Tidak ada pembatasan terhadap alat uji statistik yag sesuai.

2. Pengertian Variabel Penelitian


Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, sering
juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau gejala yang
akan diteliti. Menurut Kerlinger (2006: 49), variabel adalah konstruk atau sifat
yang akan dipelajari yang mempunyai nilai yang bervariasi. Kerlinger juga
mengatakan bahwa variabel adalah simbol/lambang yang padanya kita letakan
sebarang nilai atau bilangan. Menurut Sugiyono (2009: 60), variabel adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Selanjutnya menurut Suharsimi Arikunto (1998: 99), variabel
penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu titik
perhatian suatu penelitian. Bertolak dari pendapat para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut dan sifat atau nilai
orang, faktor, perlakuan terhadap obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. 

Jenis-Jenis Variabel Penelitian 


Variabel dapat dikelompokkan menurut beragam cara, namun terdapat tiga jenis
tiga jenis pengelompokkan variabel yang sangat penting dan mendapatkan
penekanan. Karlinger, (2006: 58) antara lain:

Variabel bebas dan variabel terikat


Variabel bebas sering disebut independent, variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel terikat
atau dependen atau disebut variabel output, kriteria, konsekuen, adalah variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel terikat tidak dimanipulasi, melainkan diamati variasinya sebagai hasil
yang dipradugakan berasal dari variabel bebas. Biasanya variabel terikat adalah
kondisi yang hendak kita jelaskan.

Dalam eksperimen-eksperimen, variabel bebas adalah variabel yang


dimanipulasikan (“dimainkan”) oleh pembuat eksperimen. Misalnya, manakala
peneliti di bidang pendidikan mengkaji akibat dari berbagai metode pengajaran,
peneliti dapat memanipulasi metode sebagai (variabel bebasnya) dengan
mengggunakan berbagai metode. Dalam penelitian yang bersifat tidak
eksperimental, yang dijadikan variabel bebas ialah yang “secara logis”
menimbulkan akibat tertentu terhadap suatu variabel terikat. Contohnya, dalam
penelitian tentang merokok dan kanker paru-paru, merokok (yang memang telah
dilakukan oleh banyak subyek) merupakan variable bebas, sementara kangker
paru-paru merupakan akibat dari merokok atau sebagai variabel terikat. Jadi
variabel bebas adalah variabel penyebab, sadangkan variabel terikat yang
menjadi akibatnya. Dalam bidang pendidikan variabel terikat yang paling lazim
adalah, misalnya prestasi, atau “hasil belajar”. Untuk mengetahui prestasi
belajar peserta didik, peneliti memiliki sejumlah besar kemungkinan variabel
bebasnya, antara lain: kecerdasan, kelas sosial, metode pembelajaran, tipe
kepribadian, tipe motivasi (imbalan/hadiah dan hukuman), sikap terhadap
sekolah, suasana kelas dan seterusnya. Untuk lebih mudah dipahami berikut ini
ditampilkan skema mengenai penjelasan di atas. 

Variabel aktif dan variabel atribut 


Variabel aktif adalah variabel bebas yang dimanipulasi. Sebarang variabel yang
dimanipulasikan merupakan variabel aktif. Misalnya peneliti memberikan
penguatan positif untuk jenis kelakuan tertentu dan melakukan hal yang berbeda
terhadap kelompok lain atau memberikan instruksi yang berlainan pada kedua
kelompok tersebut atau peneliti menggunakan metode pembelajaran yang
berbeda, atau memberikan imbalan kepada subyek-subyek dalam kelompok
lain, atau menciptakan kecemasan dengan instruksi-instruksi yang meresahkan,
maka peneliti secara aktif memanipulasi variabel metode, penguatan, dan
kecemasan.

Variabel atribut adalah yang tidak dapat dimanipulasi atau kata lain variabel
yang sudah melekat dan merupakan ciri dari subyek penelitian. Misalnya:
Intelegensi, bakat jenis kelamin, status sosial-ekonomi, sikap, daerah geografis
suatu wilayah, dan seterusnya. Ketika kita melakukan penelitian atau kajian
subyek-subyek penelitian kita sudah membawa variabel-variabel (atribut-
atribut) itu. Yang membentuk individu atau subyek penelitian tersebut adalah
lingkungan, keturunan, dan situasi-situasi lainnya.

Perbedaan variabel aktif dan variabel atribut ini bersifat umum. Akan tetapi
variabel atribut dapat pula menjadi variabel aktif. Ciri ini memungkinkan untuk
penelitian relasi “yang sama” dengan cara berbeda. Misalnya kita dapat
mengukur kecemasan subyek. Jelas bahwa dalam hal ini kecemasan merupakan
atribut. Akan tetapi kita dapat pula memenipulasi kecemasan. Kita dapat
menumbuhkan kecemasan dengan tingkat yang berbeda, dengan mengatakan
kepada subyek-subyek yang termasuk dalam kelompok eksperimen (kelompok
yang diteliti) bahwa yang harus mereka kerjakan sulit, maka tingkat kecerdasan
mereka akan diukur dan masa depan mereka tergantung pada skor tes itu.
Sedangkan kepada subyek lainya dipesan bahwa kerja sebaik-baiknya tetapi
santai saja; hasil tes tidak terlalu penting dan sama sekali tidak mempengaruhi
hari depan mereka. 
Variabel kontinu dan variabel kategori 
Sebuah variabel kontinu memiliki sehimpunan harga yang teratur dalam suatu
cakupan (range) tertentu. Arti defenisi ini ialah:
 Harga-harga suatu variabel kontinu mencerminkan setidaknya suatu
urutan peringkat. Harga yang lebih besar untuk variabel itu berarti
terdapatnya lebih banyak sifat tertentu (sifat yang dikaji) yang
dikandungnya, dibandingkan dengan variabel dengan harga yang lebih
murah. Misalnya, harga-harga yang diperoleh dari suatu skala untuk
mengukur ketergantungan (depedensi) mengungkapkan ketergantungan
dengan kadar yang berbeda-beda, yakni mulai dari tinggi,
menengah/sedang, sampai rendah.
 Ukuran-ukuran kontinu dalam penggunaan nyata termuat dalam suatu
range, dan tiap individu mendapatkan skor yang ada dalam range
tersebut. Misalnya suatu skala untuk mengukur ketergantungan mungkin
memiliki range dari 1 hingga 7. 

3. Pengetian Validitas
Validitas menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes itu bisa
mengukur. Validitas tes memberi tahu kita tentang apa yang kita bisa simpulkan
dari skor-skor
Di dalam buku Encyclopedia of Educational yang ditulis oleh Searvia B.
Anderson dan kawan-kawan disebutkan: A test is valid if meansures what it
purpose to meansure. Atau jika diartikan lebih kurang demikian: sebuah tes
dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam
bahasa Indonesia “valid” disebut istilah “sahih”.
Sebenarnya pembicaraan validitas ini bukan ditekankan pada tes itu sendiri
tetapi pada hasil pengetesan atau skornya.
Jenis-Jenis Validitas
Berikut ini terdapat empat jenis-jenis validitas, yakni sebagai berikut:
 Validitas Logis
Istilah validitas logis  mengandung kata “logis” berasal dari kata “logika”, yang
berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah
instrument evaluasi menunjukan pada kondisi bagi sebuah instrumen yang
memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut
dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang
secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Sebagaimana pelaksanaan
tugas lain misalnya membuat sebuah karangan, jika penulis sudah mengikuti
aturan mengarang, tentu secara logis karangannya sudah baik. Berdasarkan
penjelasan tersebut maka instrumen yang sudah disusun berdasarkan teori
penyusunan instrumen, secara logis sudah valid. Dari penjelasan tersebut kita
dapat memahami validitas logis dapat dicapai apabila instrumen disusun
mengikuti ketentuan yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi secara langsung diperoleh
sesudah instrumen tersebut selesai disusun.

Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu:
valditas isi dan validitas konstrak (construct validity). Validitas isi bagi sebuah
instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan
isi materi pelajaran yang dievaluasi. Selanjutnya validitas konstrak sebuah
instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan
konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi. Penjelasan lebih
jauh tentang jenis validitas logis ini akan diberikan berturut-turut dalam 
membahas jenis-jenis validitas instrumen nanti.
 Validitas Empiris
Istilah validitas empiris memuat kata “empiris” yang artinya “penga-laman”.
Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah
diuji dari pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari, seorang dapat diakui jujur
oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut
memang jujur. Contoh lain, seseorang dapat dikatakan kreatif apabila dari
pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut sudah banyak menghasilkan ide-
ide baru yang diakui berbeda dari hal-hal yang sudah ada. Dari penjelasan dan
contoh-contoh tersebut diketahui bahwa validitas empiris tidak dapat diperoleh
hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya
validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman.
Ada dua macam validitas empiris, yakni ada dua cara yang dapat dilakukan
untuk menguji bahwa instrumen memang valid. Pengujian tersebut dilakukan
dengan membandingkan kondisi instrumen yang bersangkutan dengan kriterium
atau sebuah ukuran. Kriterium yang digunakan sebagai pembanding kondisi
instrumen dimaksud ada dua, yaitu: yang sudah tersedia dan yang belum ada
tetapi akan terjadi di waktu yang akan datang. Bagi instrumen yang kondisinya
sesuai dengan kriterium yang sudah tersedia, yang sudah ada, disebut memiliki
validitas “ada sekarang”, yang dalam istilah bahasa Inggris disebut memiliki
concurrent validity. Selanjutnya instrumen yang kondisinya sesuai dengan
kriterium yang diramalkan akan terjadi, disebut memiliki validitas prediksi,
yang dalam istilah bahasa Inggris disebut memiliki predictive validity.

Dari uraian adanya dua jenis validitas, yakni validitas logis yang ada dua
macam, dan validitas empiris, yang juga ada dua macam, maka secara
keseluruhan kita mengenal adanya empat validitas, yaitu:
1. Validitas isi
2. Validitas konstrak,
3. Validitas “ada sekarang”, dan
4. Validitas predictive.
Dua yang pertama yakni (1) dan (2) dicapai melalui penyusunan berdasarkan
ketentuan atau teori, sedangkan dua berikutnya yakni (3) dan (4) dicapai atau
diketahui melalui pengalaman. Adapun penjelasan masing-masing validitas
adalah sebagai berikut.
 Validitas Isi (Content Validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh
karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini
sering juga disebut validitas kurikuler.
Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara
memerinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran. Bagaimana cara
memerinci materi untuk kepentingan diperolehnya validitas isi sebuah tes akan
dibicarakan secara lebih mendalam pada waktu menjelaskan cara penyusunan
tes.
 Validitas Kontruksi (Construct Validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang
membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang
disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus. Dengan kata lain jika butir-butir
soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yang
menjadi tujuan instruksional.
Sebagai contoh jika rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK): “Siswa dapat
membandingkan antara efek biologis dan efek kologis”, maka butir soal pada
tes merupakan perintah agar membedakan antara dua efek tersebut.
“Konstruksi” dalam pengertian ini bukanlah “susunan” seperti yang sering
dijumpai dalam teknik, tetapi merupakan rekaan psikologis yaitu suatu cara
tertentu “memerinci” isi jiwa atas beberapa aspek seperti: ingatan
(pengetahuan), pemahaman, aplikasi, dan seterusnya. Dalam hal ini, mereka
menganggap seolah-olah jiwa dapat dibagi-bagi. Tetapi sebenarnya tidak
demikian. Pembagian ini hanya merupakan tindakn sementara untuk
mempermudah mempelajari.
Seperti halnya validitas isi, validitas konstruksi dapat diketahui dengan cara
memerinci dan memasangkan setiap soal dengan setiap aspek dalam TIK.
Pengerjaannya dilakukan berdasarkan logika, bukan pengalaman. Dalam
pembicaraan mengenai penyusunan tes hal ini akan disinggung lagi.
 Validitas “Ada Sekarang” (Concurrent Validity)
Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada
istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini hasil
dipasangkan dnegan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang
telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada
sekarang, concurrent).

Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau
alat banding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan. Untuk
jelasnya di bawah ini dikemukakan sebuah contoh.
Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah
valid atau belum. Untuk ini diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang
sekarang datanya dimiliki. Misalnya nilai ulngan harian atau nilai ulangan
sumatif yang lalu.
 Validitas Prediksi (Predictive Validity)
Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenai hal yang akan
dating jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas
prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk
meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Misalnya tes masuk Perguruan Tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan
mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah di masa
yang akan datang. Calon yang tersaring berdasarkan hasil tes diharpkan
mencerminkan tinggi-rendahnya kemampuan mengikuti kuliah. Jika nilai tesnya
tinggi tentu menjamin keberhasilannya kelak. Sebaliknya seorang dikatakan
tidak lulus tes karena memiliki nilai tes yang rendah jadi diperkirakan akan
tidak mampu mengikuti perkuliahanyang akan datang.
Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh
setelah peserta tes mengkuti pelajaran di Perguruan Tinggi. Jika ternyata siapa
yang memiliki nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujian semester I dibandingkan
dengan yang dahulu nilai tesnya lebih rendah maka tes masuk yang dimaksud
tidak memiliki validitas prediksi.

Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran


atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur
yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk
pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor
yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas.
Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten,
tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes
tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam
kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil
yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila
pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.
Jenis-jenis Reliabilitas
Walizer (1987) menyebutkan bahwa ada dua cara umum untuk mengukur
reliabilitas, yaitu:
1. Relibilitas stabilitas. Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama atau
serupa untuk setiap orang atau setiap unit yang diukur setiap saat anda
mengukurnya. Reliabilitas ini menyangkut penggunaan indicator yang sama,
definisi operasional, dan prosedur pengumpulan data setiap saat, dan
mengukurnya pada waktu yang berbeda. Untuk dapat memperoleh reliabilitas
stabilitas setiap kali unit diukur skornya haruslah sama atau hampir sama.
2. Reliabilitas ekivalen. Menyangkut usaha memperoleh nilai relatif yang sama
dengan jenis ukuran yang berbeda pada waktu yang sama. Definisi konseptual
yang dipakai sama tetapi dengan satu atau lebih indicator yang berbeda,
batasan-batasan operasional, paeralatan pengumpulan data, dan / atau
pengamat-pengamat.
Menguji reliabilitas dengan menggunakan ukuran ekivalen pada waktu yang
sama bias menempuh beberapa bentuk. Bentuk yang paling umum disebut
teknik belah-tengah. Cara ini seringkali dipakai dalam survai.Apabila satu
rangkaian pertanyaan yang mengukur satu variable dimasukkan dalam
kuesioner, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi dua bagian persis lewat
cara tertentu. (Pengacakan atau pengubahan sering digunakan untuk teknik
belah tengah ini.) Hasil masing-masing bagian pertanyaan diringkas ke dalam
skor, lalu skor masing-masing bagian tersebiut dibandingkan. Apabila dalam
skor kemudian skor masing-masing bagian tersebut dibandingkan. Apabila
kedua skor itu relatif sama, dicapailah reliabilitas belah tengah.
Reliabilitas ekivalen dapat juga diukur dengan menggunakan teknik pengukuan
yang berbeda. Kecemasan misalnya, telah diukur dengan laporan pulsa. Skor-
skor relatif dari satu indikator macam ini haruslah sesuai dengan skor yang lain.
Jadi bila seorang subyek nampak cemas pada ”ukuran gelisah” orang tersebut
haruslah menunjukkan tingkatan kecermatan relatif yang sama bila tekanan
darahnya yang diukur.

PENGERTIAN bias
Menurut Luknis Sabri dan Sutanto. P.H (2010). Data adalah bentuk
jamak (plural) dari kata dotum, data adalah himpunan angka yang merupakan
nilai dari unit sampel kita sebagai hasil mengamati/mengukurnya.
Sutanto (2007). Mengemukakan data adalah merupakan kumpulan
angka/huruf hasil dari penelitian terhadap staf/karakteristik yang akan kita teliti.
Data merupakan materi mentah yang membentuk semua laporan riset
(Dempsey, 2002). Jadi dari pengertian di atas dapat saya simpulakan bahwa
Data adalah sekumpulan informasi yang biasanya berbentuk angka yang
dihasilkan dari pengukuran atau penghitungan.

JENIS-JENIS bias
Jenis Data Menurut Cara Memperolehnya
a)      Data Primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari objek / obyek penelitian oleh
peneliti perorangan maupun organisasi. Contoh : Mewawancarai langsung
penonton bioskop 21 untuk meneliti preferensi konsumen bioskop.
b)     Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh
pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non
komersial. Contohnya adalah pada peneliti yang menggunakan data statistik
hasil riset dari surat kabar atau majalah.
4. Definisi operasional merupakan suatu definisi yang berdasarkan pada
suatu karakteristik yang dapat diobservasi(pengamatan) dari apa yang
sedang didefinisikan ataupun juga “mengubah konsep-konsep yang
berupa konstruk dengan kata-kata yang dapat menggambarkan suatu
perilaku maupun gejala yang dapat diamati serta yang dapat diuji dan
ditentukan kebenarannya oleh orang lain.

5. Definisi Tendensi Sentral


Setiap pengukuran aritmatika yang ditujukan untuk menggambarkan suatu nilai
yang mewakili nilai pusat atau nilai sentral dari suatu gugus data (himpunan
pengamatan) dikenal sebagai ukuran tendensi sentral
Nilai sentral atau tendensi sentral adalah nilai dalam rangkaian data yang
mewakili rangkaian data tersebut. Tendensi sentral merupakan suatu ukuran
yang digunakan untuk mengetahui kumpulan data mengenai sampel atau
populasi yang disajikan dalam tabel atau diagram, yang dapat mewakili sampel
atau populasi. Bila ukuran tersebut diambil dari sampel disebut statistik dan jika
ukuran itu diambil dari populasi disebut parameter. Tendensi sentral digunakan
untuk menggambarkan sifat sekumpulan data dari suatu pengamatan. Sentral
Tendensial juga bisa disebut nilai yang representatif dalam suatu kelompok
observasi atau studi.  Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:
1. Harus dapat mewakili rangkaian data
2. Perhitungannya harus didasarkan pada seluruh data
3. Perhitungannya harus objektif
4. Perhitungannya harus mudah
5. Dalam suatu rangkaian hanya ada 1 nilai sentral
Terdapat tiga ukuran tendensi sentral yang sering digunakan, yaitu mean (rata-
rata hitung/rata-rata aritmetika), median, modus, kuartil, desi dan presentil.

Anda mungkin juga menyukai