Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam eksperimen perlu diperhatikan masalah variabel penelitian, sebab pada
dasarnya penelitian itu untuk melihat pengaruh variabel yang satu terhadap
variabel yang lain. Variabel adalah segala faktor, kondisi, situasi, perlakuan
(treatment) dan semua tindakan yang bisa dipakai untuk memengaruhi hasil
eksperimen.

Hipotesis (atau ada pula yang menyebutnya dengan istilah hipotesa) dapat diartikan
secara sederhana sebagai dugaan sementara. Hipotesis berasal dari bahasa
Yunani hypo yang berarti di bawah dan thesis yang berarti pendirian, pendapat yang
ditegakkan, kepastian. Jika dimaknai secara bebas, maka hipotesis berarti pendapat yang
kebenarannya masih diragukan. Untuk bisa memastikan kebenaran dari pendapat
tersebut, maka suatu hipotesis harus diuji atau dibuktikan kebenarannya.

Kata populasi berasal dari bahasa Inggris yaitu population yang berarti jumlah
penduduk. Populasi dalam istilah statistik khususnya yang berkenaan dengan
penelitian adalah keseluruhan subyek penelitian. Sampel adalah bagian dari
populasi yang sengaja dipilih oleh peneliti untuk diamati, sehingga sampel
ukurannya lebih kecil dibandingkan populasi dan berfungsi sebagai wakil dari
populasi. Jadi, sampel adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dianggap
representatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada


kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono,
2005).

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan variabel penelitian?
b. Apa saja jenis-jenis variabel penelitian?
c. Bagaimana Hubungan variabel penelitian?
d. Apa definisi operasional?
e. Apa pengertian dari hipotesis?
f. Apa saja ciri-ciri dari hipotesis?
g. Apa saja jenis-jenis dari hipotesis?
h. Bagaimana jenis data dari hipotesis?
i. Bagaimana metode pengumpulan data (pengamatan)?
j. Bagaimana metode pengumpulan data (pengukuran)?
k. Bagaimana instrumen penelitian (validitas, reliabilitas instrumen, dan
pengembangan instrumen penelitian)?
l. Bagaimana konsep dasar populasi dan sampel?
m. Apa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif?
n. Bagaimana Teknik Pengumpulan Data?

1.3 Tujuan Pembelajaran


a. Untuk mengetahui variabel penelitian.
b. Untuk mengetahui jenis-jenis variabel penelitian.
c. Untuk mengetahui Hubungan variabel penelitian.
d. Untuk mengetahui definisi operasional.
e. Untuk mengetahui pengertian dari hipotesis.
f. Untuk mengetahui ciri-ciri dari hipotesis.
g. Untuk mengetahui jenis-jenis dari hipotesis.
h. Untuk mengetahui jenis data dari hipotesis.
i. Untuk mengetahui metode pengumpulan data (pengamatan).
j. Untuk mengetahui metode pengumpulan data (pengukuran).
k. Untuk mengetahui instrumen penelitian (validitas, reliabilitas instrumen, dan
pengembangan instrumen penelitian).

2
l. Untuk mengetahui konsep dasar populasi dan sampel.
m. Untuk mengetahui penelitian kualitatif.
n. Untuk mengetahui Teknik Pengumpulan Data.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Variabel Penelitian


2.1.1 Pengertian
Dalam eksperimen perlu diperhatikan masalah variabel penelitian, sebab
pada dasarnya penelitian itu untuk melihat pengaruh variabel yang satu
terhadap variabel yang lain. Variabel adalah segala faktor, kondisi, situasi,
perlakuan (treatment) dan semua tindakan yang bisa dipakai untuk
memengaruhi hasil eksperimen. Karena penelitian eksperimen untuk
melihat pengaruh, maka variabel itu bisa kita kelompokkan menjadi
variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat atau tergantung
(dependent variable).

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang terbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti di pelajari sehingga di proleh informasi
tentang hal tersebut. Teori variabel didenifinisikan sebagai antribut
seseorang atau objek, yang mempunyai “variasi “ antara satu orang dengan
yang lain atau satu objek dengan objek yang lain (Hatch dan Farhady.
1981). Variabel merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan
tertentu. Tinggi , Berat badan, sikap, motivasi, kepemipinan, disiplin kerja,
merupakan atribut – atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan
warna merupakan atribut- atribut dari abjek. Struktur organisasi, model
pendelegasian, kepemipinan, pengawasaan, koordinasi, prosedur dan
mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan, kebijakan adalah merupakan contoh
variabel dalam kegiatan administrasi pendidikan.

4
Variabel karena ada variasinnya. Misalnya berat badan dapat dikatakan
variabel, karena berat badan sekolompok orang itu bervariasi antara satu
orang dengan yang lain. Demikian juga prestasi belajar, kemampuan guru
dapat juga dikatakan sebagai variabel karena misalnya prestasi belajar dari
seklompok murid tertentu, maka harus ada variasinnya bukan dikatakan
variabel. Berdasarkan variasi penelitian didasarkan sumber data atau objek
yang bervariasi.

Kerlinger(1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstrak ( constructs)


atau sifat yang dipelajari.misalnya : tingkat aspirasi, penghasilan,
pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja
dan lain –lain. Kerlinger menyatakan bahwa variabel dikatakan suatu sifat
diambil dari nilai yang berbeda ( different values). Variabel ini merupakan
suatu yang bervariasi. Menurut Kidder (1981), menyatakan bahwa variabel
adalah suatu kualitas ( qualities) dimana penelitin mempelajari dan menarik
kesimpulan darinya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian


adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang , objek atau kegiatann
yang mempunyai variasi tertentu ditatapkan oleh peneliti.

2.1.2 Jenis-jenis Hipotesis


1. Variabel independen, variabel ini disebut variabel stimulus, predictor,
antececedent. Dalam bahasa indinesia variabel bebas. Variabel bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen ( terikat) dalam SEM (
Structurul E quation modeling / permodelan persamaan structural,
variabel dependen yang di sebut variabel indogen.
2. Variabel dependen : disebut variabel output, criteria , konsekuen, atau
sering disebut variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang

5
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Dalam SEM persamaan structural, variabel dependen desebut sebagai
variabel indogen.
3. Variabel moderator : adalah variabel yang mempengaruhi hubungan
antara variabel independen dengan dependen. Varibel disebut juga
sebagai variabel independen ke dua. Hubungan perilaku suami dan isteri
akan semakin baik (kuat )kalau mempunyai anak, dan akan semakin
renggang kalau ada fihak ketiga ikut mencampuri. Disini anak sebagai
sebagai variabel moderator yang memperkuat hubungan, dan fihak ke
tiga adalah sebagai variabel moderator yang memperlemah hubungan,
hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan
guru dan menciptakan iklim belajar sangat baik, dan hubungan semakin
rendah bila perenan guru kurang baik dalam menciptakan iklim belajar.
4. Variabel intervening : tuckman (1988) menyatakan “An intervening
variable is that factor that theoretically affect the manipulate “ variabel
intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi
hubungan yang tidak lansung dan tidak dapat diamati dan diukur.
Variabel adalah variabel merupakan variabel penyela terletak diantara
variabel independen dan variabel dependen, sehingga variabel variabel
independen tidak lansung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya
variabel dependen.
5. Variabel control : variabel dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi
oleh factor luar yang tidak teliti. Variabel control digunakan oleh
penelitian bersifat membandingkan.

Rumusan masalah penelitian melalui study pendahuluan objek penelitian,


sehingga setelah dirumuskan teryata masalah itu tidak menjadi masalah
pada objek penelitian.

6
2.1.3 Hubungan Variabel Penelitian
1. Variabel bebas dan variabel terikat
Variabel bebas sering disebut independent, variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.
Variabel terikat atau dependen atau disebut variabel output, kriteria,
konsekuen, adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat tidak dimanipulasi,
melainkan diamati variasinya sebagai hasil yang dipradugakan berasal
dari variabel bebas. Biasanya variabel terikat adalah kondisi yang
hendak kita jelaskan.

Dalam eksperimen-eksperimen, variabel bebas adalah variabel yang


dimanipulasikan (“dimainkan”) oleh pembuat eksperimen. Misalnya,
manakala peneliti di bidang pendidikan mengkaji akibat dari berbagai
metode pengajaran, peneliti dapat memanipulasi metode sebagai
(variabel bebasnya) dengan mengggunakan berbagai metode. Dalam
penelitian yang bersifat tidak eksperimental, yang dijadikan variabel
bebas ialah yang “secara logis” menimbulkan akibat tertentu terhadap
suatu variabel terikat. Contohnya, dalam penelitian tentang merokok
dan kanker paru-paru, merokok (yang memang telah dilakukan oleh
banyak subyek) merupakan variable bebas, sementara kangker paru-
paru merupakan akibat dari merokok atau sebagai variabel terikat. Jadi
variabel bebas adalah variabel penyebab, sadangkan variabel terikat
yang menjadi akibatnya. Dalam bidang pendidikan variabel terikat
yang paling lazim adalah, misalnya prestasi, atau “hasil belajar”. Untuk
mengetahui prestasi belajar peserta didik, peneliti memiliki sejumlah
besar kemungkinan variabel bebasnya, antara lain: kecerdasan, kelas
sosial, metode pembelajaran, tipe kepribadian, tipe motivasi
(imbalan/hadiah dan hukuman), sikap terhadap sekolah, suasana kelas

7
dan seterusnya. Untuk lebih mudah dipahami berikut ini ditampilkan
skema mengenai penjelasan di atas.

2. Variabel aktif dan variabel atribut


Variabel aktif adalah variabel bebas yang dimanipulasi. Sebarang
variabel yang dimanipulasikan merupakan variabel aktif. Misalnya
peneliti memberikan penguatan positif untuk jenis kelakuan tertentu
dan melakukan hal yang berbeda terhadap kelompok lain atau
memberikan instruksi yang berlainan pada kedua kelompok tersebut
atau peneliti menggunakan metode pembelajaran yang berbeda, atau
memberikan imbalan kepada subyek-subyek dalam kelompok lain, atau
menciptakan kecemasan dengan instruksi-instruksi yang meresahkan,
maka peneliti secara aktif memanipulasi variabel metode, penguatan,
dan kecemasan.

Variabel atribut adalah yang tidak dapat dimanipulasi atau kata lain
variabel yang sudah melekat dan merupakan ciri dari subyek penelitian.
Misalnya: Intelegensi, bakat jenis kelamin, status sosial-ekonomi,
sikap, daerah geografis suatu wilayah, dan seterusnya. Ketika kita
melakukan penelitian atau kajian subyek-subyek penelitian kita sudah
membawa variabel-variabel (atribut-atribut) itu. Yang membentuk
individu atau subyek penelitian tersebut adalah lingkungan, keturunan,
dan situasi-situasi lainnya.

Perbedaan variabel aktif dan variabel atribut ini bersifat umum. Akan
tetapi variabel atribut dapat pula menjadi variabel aktif. Ciri ini
memungkinkan untuk penelitian relasi “yang sama” dengan cara
berbeda. Misalnya kita dapat mengukur kecemasan subyek. Jelas
bahwa dalam hal ini kecemasan merupakan atribut. Akan tetapi kita
dapat pula memenipulasi kecemasan. Kita dapat menumbuhkan

8
kecemasan dengan tingkat yang berbeda, dengan mengatakan kepada
subyek-subyek yang termasuk dalam kelompok eksperimen (kelompok
yang diteliti) bahwa yang harus mereka kerjakan sulit, maka tingkat
kecerdasan mereka akan diukur dan masa depan mereka tergantung
pada skor tes itu. Sedangkan kepada subyek lainya dipesan bahwa kerja
sebaik-baiknya tetapi santai saja; hasil tes tidak terlalu penting dan
sama sekali tidak mempengaruhi hari depan mereka.

3. Variabel kontinu dan variabel kategori


Sebuah variabel kontinu memiliki sehimpunan harga yang teratur
dalam suatu cakupan (range) tertentu. Arti defenisi ini ialah: Harga-
harga suatu variabel kontinu mencerminkan setidaknya suatu urutan
peringkat. Harga yang lebih besar untuk variabel itu berarti terdapatnya
lebih banyak sifat tertentu (sifat yang dikaji) yang dikandungnya,
dibandingkan dengan variabel dengan harga yang lebih murah.
Misalnya, harga-harga yang diperoleh dari suatu skala untuk mengukur
ketergantungan (depedensi) mengungkapkan ketergantungan dengan
kadar yang berbeda-beda, yakni mulai dari tinggi, menengah/sedang,
sampai rendah.

Ukuran-ukuran kontinu dalam penggunaan nyata termuat dalam suatu


range, dan tiap individu mendapatkan skor yang ada dalam range
tersebut. Misalnya suatu skala untuk mengukur ketergantungan
mungkin memiliki range dari 1 hingga 7.

Secara teoritis terdapat himpunan harga atau nilai yang tak berhingga
banyaknya dalam range itu. Demikianlah maka skor seseorang individu
mungkin sekali adalah 4,72 dan bukan 4 atau 5.

9
Variabel kategori variabel yang berkaitan dengan suatu jenis
pengukuran yang dinamakan pengukuran nominal. Dalam pengukuran
nominal terdapat dua himpunan bagian (subset) atau lebih yang
merupakan bagian dari himpunan (set) obyek yang diukur. Individu-
individu dikategorisasikan berdasarkan pemilikan ciri-ciri tertentu yang
merupakan penentu suatu himpunan bagian. Jadi persoalah variabel ini
adalah antara “ya” atau “tidak”. Contoh paling mudah adalah variabel
kategori dikotomis: jenis kelamin, republik-demokrat, kulit putih-kulit
hitam, dan sebagainya. Politomi, yakni pilihan (partisi) cukup lazim
terdapat khususnya dalam sosiologi dan ilmu ekonomi: anutan agama,
pendidikan, kewarganegaraan, pilihan pekerjaan, dan seterusnya.

Syarat-syarat yang dituntut variabel kategori dan variabel nominal,


adalah semua anggota himpunan bagian dipandang sama. Misalnya,
kalau variabel itu adalah anutan agama, semua penganut protestan
adalah sama; semua penganut katolik adalah sama; dan semua penganut
“lain-lain” pun sama. Jika seorang agama katolik, dia dimasukkan
dalam kategori “katolik” dan diberi angka (nomor) “1” dalam kategori
tersebut. Variabel ini bersifat “demokratis” artinya, tidak mengenal
tatanan peringkat atau ungkapan “lebih besar” maupun “lebih kecil”
daripada di antara kategorinya. Semua anggota kategori memiliki nilai
atau harga sama, yakni:

Ungkapan variabel kualitatif kadang-kadang digunakan untuk


menunjuk variabel-variabel kategori ini, khusunya dikotomi, barangkali
juga untuk mengkontraskanya dengan variabel kuatitatif (variabel
kontinu). Penggunaan ungkapan itu mencerminkan adanya gagasan
yang agak menyimpang mengenai hakikat variabel. Variabel selalu
dapat dikuantisasikan; jika tidak demikian, tentunya bukanlah variabel.

10
Sebelummnya dijelaskan bahwa konstruk adalah hal-hal yang tak
teramati (non observable) sedangkan defenisi variabel secara
operasional adalah hal-hal yang teramati (observable). Kerlinger (2006:
66) menambahkan bahwa hal yang dimaksud adalah “variabel laten”.
Variabel laten adalah suatu utuhan obyek (entity) tak teramati yang
diduga melandasi variabel amatan. Peneliti cenderung lebih berminat
pada variabel-variabel laten, daripada relasi antara variabel-variabel
amatan; sebab peneliti berupaya menjelaskan fenomena dan relasinya.

Istilah-istilah lain untuk mengungkapkan gagasan yang kira-kira sama


misalnya konstruk disebut dengan variabel intervensi (intervening
variabel). Variabel intervensi adalah istilah yang dibuat untuk
menunjuk pada proses-proses psikologis yang internal dan tak teramati,
yang pada gilirannya mengacu pada perilaku. suatu variabel intervensi
ini “hanya ada di otak peneliti” tidak dapat dilihat, didengar, atau
diraba; disimpulkan dari perilaku.

Kegunaan dan Kriteria Variabel Penelitian


a. Kegunaan Variabel
- Untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data
- Untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data
- Untuk pengujian hipotesis
b. Variabel penelitian yang baik
- Relevan dengan tujuan penelitian
- Dapat diamati dan dapat diukur

Dalam suatu penelitian, variabel perlu diidentifikasi, diklasifikasi, dan


didefenisikan secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak
menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data
serta dalam pengujian hipotesis.

11
2.1.4 Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang
bersangkutan. Definisi Operasional ini penting dan diperlukan agar
pengukuran variabel atau pengumpulan data (variabel) itu konsisten antara
sumber data (responden) yang satu dengan responden yang lain. Disamping
variabel harus di definisi operasionalkan yang juga perlu dijelaskan cara
atau metode pengukuran, hasil ukur atau kategorinya, serta skala
pengukuran yang digunakan.

Misalnya :
1. Definisi tentang operasional variabel “status gizi” anak balita adalah
hasil penimbangan atau pengukuran berat badan dari tinggi badan anak
balita berdasarkan umur.
2. Definisi operasional variabel “pendidikan” adalah lamanya sekolah
atau tingkat sekolah yang telah diikuti oleh responden.
3. Definisi operasional variabel “kinerja” Bidan ruangan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh Bidan dalam pasien diruangan, atau kegiatan
Asuhan Kebidanan oleh perawat ruangan.

2.2 Hipotesis
2.2.2 Pengertian Hipotesis
Hipotesis (atau ada pula yang menyebutnya dengan istilah hipotesa) dapat
diartikan secara sederhana sebagai dugaan sementara. Hipotesis berasal dari
bahasa Yunani hypo yang berarti di bawah dan thesis yang berarti pendirian,
pendapat yang ditegakkan, kepastian. Jika dimaknai secara bebas, maka hipotesis
berarti pendapat yang kebenarannya masih diragukan. Untuk bisa memastikan
kebenaran dari pendapat tersebut, maka suatu hipotesis harus diuji atau dibuktikan
kebenarannya.

12
Untuk lebih memudahkan pencarian data yang relevan dengan masalah
penelitian diperlukan hipotesis. Sebab, dengan hipotesis seluruh kegiatan
penelitian akan terarah dan jelas. “Tanpa hipotesis, maka proses
pengumpulan data itu merupakan suatu usaha pencarian secara membabi
buta. Sebab, hipotesis itu memberikan pedoman dan pengarahan pada
penyelidikan dan pemecahan masalah” (Kartini Kartono, 1986). Mengapa
demikian? Karena data yang tersedia itu sangat banyak, sehingga membuat
kita sulit memilihnya.

Tuckman (1986) menjelaskan : “ A hypothesis is an expectation about


events, based on generalization of the assumed relationship between
variables”. Jadi dalam setiap rumusan hipotesis terdapat jawaban atau
harapan berdasarkan generalisasi. Hipotesis adalah jawaban sementara dari
masalah penelitian yang perlu diuji melalui pengumpulan data dan analisis
data. Namun demikian, walaupun hipotesis sifatnya hanya jawaban
sementara, bukanlah jawaban yang asal jawaban. Jawaban itu harus
didasarkan pada kenyataan dan fakta-fakta yang muncul berdasarkan hasil
studi pendahuluan kita, kemudian dari berbagai fakta tersebut dirumuskan
keterkaitannya antara variabel satu dengan variabel lainnya, sehingga pada
akhirnya, berdasarkan hasil pemikiran tersebut akan terbentuk suatu konsep
atau kesimpulan sementara yang akan diuji kebenarannya. Oleh sebab itu,
perumusan hipotesis tergantung kepada pemahaman tentang permasalahan
serta gejala-gejala yang tampak. Sebab, walaupun sifatnya hanya
sementara, perumusannya harus dilandaskan teori, sehingga benar-benar
menjiwai penelitian ilmiah.

Pengertian hipotesis menurut para ahli


1. Menurut Prof. Dr. S. Nasution
Menurut Nasution hipotesis adalah perkiraan tentang apa yang kita
amati dalam upaya untuk memahaminya.

13
2. Menurut Zikmund
Zikmund berpendapat bahwa hipotesis adalah dugaan sementara belum
terbukti yang menjelaskan fakta atau fenomena dan kemungkinan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian.
3. Menurut Erwan Agus Purwanto & Diah Ratih Sulistyastuti
Mereka berdua berpendapat, hipotesis adalah dugaan sementara
terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih perlu diuji secara
empiris.
4. Menurut Mundilarso
Mundilarso mendefinisikan hipotesis sebagai sebuah pernyataan yang
masih lemah kebenarannya dan perlu diuji lagi menggunakan teknik
tertentu.
5. Menurut Kerlinger
Hipotesis adalah pernyataan/dugaan hubungan antara dua variabel atau
lebih.

2.2.3 Ciri-ciri Hipotesis


Selain hal tersebut, Surachmad (1987), mengemukakan cirri-ciri hipotesis
yang baik :
1. Hipotesis harus tumbuh dari atau ada hubungannya dengan lapangan
ilmu pengetahuan yang sedang dijelajahi oleh penyelidik.
2. Hipotesis harus dapat diuji. Hipotesis yang baik senantiasa
menunjukkan variabel-variabel yang dapat diukur dan dibanding-
bandingkan.
3. Hipotesis harus sederhana dan terbatas, guna untuk mengurangi
kesalahpahaman yang timbul dari perbedaan-perbedaan pengertian dan
sifat terbatas dimaksudkan sebagai penjelasan mengenai luas dan
dalamnya masalah yang diselidiki.

14
Rumusan hipotesis yang baik sangat diperlukan dalam suatu proses
penelitian, selain berperan sebagai pengarah, juga hipotesis tersebut
memiliki daya ramal yang kuat yang dapat menunjang terhadap
pembentukan suatu konsep dan prinsip.

2.2.4 Jenis-jenis Hipotesis


Hipotesis terdiri atas beberapa jenis. Dilihat dari rumusan masalah yang
inti, hipotesis dapat dibedakan menjadi hipotesis umum dan hipotesis
khusus. Hipotesis umum atau juga disebut hipotesis mayor, adalah
hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab sementara dari masalah yang
bersifat umum, sedangkan hipotesis khusus adalah hipotesis yang
dirumuskan untuk menjawab permasalahan khusus sebagai penjabaran dari
masalah umum.

2.2.5 Jenis Data


1. Data Berdasarkan Cara Memperolehnya
a. Data Primer, yaitu data asli atau data baru yang dikumpulkan
langsung oleh orang yang melakukan penelitian.
b. Data Sekunder, yaitu data tersedia yang dikumpulkan dari berbagai
sumber yang sudah ada sebelumnya. Misalnya; dari perpustakaan,
dokumen penelitian terdahulu, dan lain-lain.
2. Jenis Data Berdasarkan Sumbernya
a. Data Internal, yaitu data yang didapatkan dari internal suatu
organisasi yang menggambarkan keadaan organisasi tersebut.
Misalnya; informasi jumlah pegawai, jumlah modal, jumlah
produksi, dan sebagainya.
b. Data Eksternal, yaitu data yang diperoleh dari luar organisasi yang
menggambarkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
organisasi tersebut. Misalnya; informasi tentang daya beli
masyarakat, perubahan kebiasaan masyarakat, dan lain sebagainya.

15
3. Jenis Data Berdasarkan Sifatnya
a. Data Kualitatif, yaitu suatu data yang dinyatakan dalam bentuk
verbal, simbol, atau gambar. Misalnya; kuesioner mengenai tingkat
kepuasan konsumen terhadap pelayanan suatu perusahaan.
b. Data Kuantitatif, yaitu suatu data yang dinyatakan dalam bentuk
angka atau bilangan. Misalnya; harga saham, nilai pendapatan, dan
lain-lain.
4. Data Berdasarkan Waktu Pengumpulannya
a. Data Cross Section, yaitu data yang dikumpulkan hanya pada waktu-
waktu tertentu saja untuk mengetahui keadaan pada waktu tersebut.
Misalnya; data penelitian dengan kuesioner.
b. Data Berkala, yaitu data yang dikumpulkan secara berkala dari waktu
ke waktu untuk mengetahui perkembangan suatu kejadian pada
periode tertentu. Misalnya; data harga sembako.

2.2.6 Metode Pengumpulan Data (Pengamatan)


A. Metode Pengumpulan Data (Pengamatan) secara umum:
1. Survey kuesioner
Peneliti melakukan survey dengan cara menyebar kuesioner atau
angket sebagai instrumen penelitiannya. Cara ini sangat tipikal pada
riset kuantitatif dimana kuesioner menjadi wadah yang efektif dan
efisien untuk mengumpulkan data yang akan diukur secara numerik
nantinya.

Sebagai contoh, penelitian tentang ”Pengaruh tingkat pendidikan,


relasi sosial, dan status pernikahan terhadap peluang memperoleh
pekerjaan di sektor formal”. Peneliti bisa mengumpulkan data
dengan menyebar kuesioner yang di dalamnya sudah tercantum
pertanyaan setidaknya mengenai tingkat pendidikan, status
pernikahan, relasi sosial, dan peluang kerja formal.

16
2. Dataset statistic
Menggunakan dataset statistik juga tipikal penelitian kuantitatif.
Bedanya, jika survey kuesioner dilakukan guna mengumpulkan data
secara langsung oleh peneliti, penggunaan dataset statistik adalah
penggunaan data yang sudah tersedia. Dataset yang digunakan
biasanya dikumpulkan oleh pihak ketiga yang memiliki otoritas.
Cara ini biasanya lebih cepat karena yang dibutuhkan peneliti
hanyalah mengakses dataset, tidak perlu menyebar kuesioner ke
lapangan.

Sebagai contoh, penelitian tentang ”Tingkat pengangguran terdidik


di Indonesia dalam tiga dekade terakhir”. Peneliti bisa menggunakan
dataset hasil survey BPS atau lembaga lainnya yang pernah
melakukan survey terkait. Cara ini terbilang lebih efisien dan sangat
umum diaplikasikan dalam penelitian kuantitatif mengingat mahal
dan lamanya riset kuantitatif bila peneliti membuat dataset sendiri.
3. Wawancara
Metode ini lumrah dilakukan baik dalam riset kuantitatif maupun
kualitatif. Wawancara atau interview adalah proses pengumpulan
data dimana informan menjawab pertanyaan yang diajukan
pewawancara secara ekslusif untuk kepentingan penelitian. Jenis
atau tipe wawancara penelitian cukup beragam. Interview bisa dalam
bentuk terstuktur, semi-struktur, dan tidak terstruktur atau informal.

Sebagai contoh, penelitian tentang ”Ancaman terorisme terhadap


pembangunan ekonomi negara”. Peneliti bisa mengumpulkan data
dengan cara melakukan wawancara terhadap beberapa ahli di bidang
teorisme. Sebelumnya saya pernah secara lebih detail memposting
tulisan tentang Teknik Wawancara Penelitian bila pembaca tertarik
mendalami beberapa jenis metode pengumpulan data ini.

17
4. Observasi
Observasi secara sederhana bisa diartikan sebagai pengamatan.
Tentu saja tidak sembarang pengamatan karena dilakukan dengan
ketelitian dan kecermatan dalam rangka memperoleh data penelitian.
Praktik observasi melibatkan pengerahan berberapa indera peneliti,
terutama penglihatan dan pendengaran untuk menangkap fenomena
di sekitar yang bisa dijadikan data.

Sebagai contoh, penelitian tentang ”Kekerasan pemuda di Kampung


Kincir”, peneliti bisa melakukan observasi dengan mendatangi
kampung kincir untuk melihat dimana para pemuda biasanya
berkumpul, seberapa mencekam suasana kampung tersebut,
bagaimana dialek sehari-hari masyarakat setempat dan sebagainya.
Metode observasi sangat lumrah dipalikasikan dalam riset kualitatif.
Seperti wawancara, observasi juga terdiri dari bebrapa jenis, seperti
observasi partisipatoris dan nonpartisipatoris.
5. Fokus grup (FGD)
Metode fokus grup atau focus group discussion (FGD) sebenarnya
merupakan variasi dalam format wawancara. Fokus grup melibatkan
lebih dari satu informan. Format ideal fokus grup adalah dilakuan
dalam satu meja dimana para informan dan peneliti tidak mengenal
secara personal sebelumnya satu sama lain. Hal ini guna
meningkatkan objektivitas proses dan hasil diskusi melalui fokus
grup.

Pelaksanaan FGD pada praktiknya dilakukan dengan cara diskusi


dimana satu orang berperan sebagai moderator. Moderator berasal
dari kalangan peneliti sendiri yang mengajukan pertanyaan tanpa
mengintervensi jawaban setiap informan. Berdebatan antar informan
biasanya terjadi selama proses FGD. Di sini peneliti bisa mengambil

18
data dari substansi apa yang diperdebatkan dan juga proses
bagaimana perdebatan itu berlangsung.
6. Dokumen
Metode pengumpulan data terakhir yang umum digunakan dalam
penelitian sosial adalah pemeriksaan dokumen. Data dokumen bisa
berupa literatur, buku harian, majalah, notulensi rapat, korpus audio,
video, foto dan lain sebagainya. Proses pengumpulan dokumen
dilakukan karena peneliti memiliki argumentasi yang kuat bahwa
data penting terdapat pada dokumen tertentu. Tentu saja tidak semua
dokumen digunakan. Peneliti menyeleksi dan memfilter setiap
dokumen yang dikumpulkan.

Sebagai contoh, penelitian tentang ”Stigma jilbab pasca peristiwa 11


September”. Peneliti bisa menyeleksi dokumen berupa laporan
jurnalistik atau penelitian yang penting digunakan sebagai data. Jika
subjek penelitiannya adalah para perempuan muslim yang curhat di
blog tentang perlakukan diskriminatif yang dialaminya terkait
peristiwa 11 September, maka peneliti bisa menggunakan blog
tersebut sebagai dokumen untuk dianalisis.

B. Metode Pengumpulan Data dalam Asuhan Kebidanan


Pengambilan data ini dilakukan dengan metode:
1. Observasi
Yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap pasien dari
hari pertama sampai hari ke tujuh guna mengetahui keadaan umum
dan perubahan-perubahan selanjutnya.
2. Wawancara
Yaitu serangkaian tanya jawab yang dilakukan pada pertemuan tatap
muka kepada penderita, keluarga dekat maupun bidan yang
menolong.

19
3. Pemeriksaan Fisik
Yaitu pengumpulan data tertentu, untuk menunjang observasi yang
lebih tepat melalui:
a. Inspeksi
Yaitu pemeriksaan pada penderita yang dilakukan dengan jalan
melihat penderita dari ujung rambut sampai ujung kaki.
b. Palpasi
Yaitu periksa raba yang membantu menentukan diangosa serta
mengetahui adanya kelainan yang terjadi
4. Studi Perpustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-buku yang
masih aktual secara teori agar mendapatkan sumber yang benar dan
akurat yang berhubungan dengan penyusunan karya tulis ilmiah.

2.2.7 Metode Pengumpulan Data (Pengukuran)


1. Pengumpulan Data dengan Metode Tes
Tes merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh
informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan
batin seseorang, dengan menggunakan pengukuran (measurement) yang
menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang diteliti.

Keunggulan metode ini adalah lebih akurat karena tes berulang-ulang


direvisi dan instrument penelitian yang objektif. Sedangkan kelemahan
metode ini adalah hanya mengukur satu aspek data, memerlukan jangka
waktu yang panjang karena harus dilakukan secara berulang-ulang, dan
hanya mengukur keadaan siswa pada saat tes itu dilakukan. Adapun
jenis-jenis tes, yaitu:
a. Tes Intelegensi
Tes kemampuan intelektual, mengukur taraf kemampuan berpikir,
terutama berkaitan dengan potensi untuk mencapi taraf prestasi

20
tertentu dalam belajar di sekolah (Mental ability Test; Intelegence
Test; Academic Ability Test; Scholastic Aptitude Test). Jenis data
yang dapat diambil dari tes ini adalah kemampuan intelektual atau
kemampuan akademik.
b. Tes Bakat
Tes kemampuan bakat, mengukur taraf kemampuan seseorang untuk
berhasil dalam bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional
tertentu atau bidang pekerjaan tertentu, lingkupnya lebih terbatas
dari tes kemampuan intelektual (Test of Specific Ability; Aptitude
Test ). Kemampuan khusus yang diteliti itu mencakup unsur-unsur
intelegensi, hasil belajar, minat dan kepribadian yang bersama-sama
memungkinkan untuk maju dan berhasil dalam suatu bidang tertentu
dan mengambil manfaat dari pengalaman belajar dibidang itu.
c. Tes Minat
Tes minat, mengukur kegiatan-kegiatan macam apa paling disukai
seseorang. Tes macam ini bertujuan membantu orang muda dalam
memilih macam pekerjaan yang kiranya paling sesuai baginya (Test
of Vocational Interest).
d. Tes Kepribadian
Tes kepribadian, mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas
bersifat kognitif, seperti sifat karakter, sifat temperamen, corak
kehidupan emosional, kesehatan mental, relasi-relasi social dengan
orang lain, serta bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan
kesukaran dalam penyesuaian diri. Tes Proyektif, meneliti sifat-sifat
kepribadian seseorangmelalui reaksi-reaksinya terhadap suatu kisah,
suatu gambar atau suatu kata; angket kepribadian, meneliti berbagai
ciri kepribadian seseorang dengan menganalisa jawaban-jawaban
tertulis atas sejumlah pertanyaan untuk menemukan suatu pola
bersikap, bermotivasi atau bereaksi emosional, yang khas untuk
orang itu. Kelemahan Tes Proyektif hanya diadministrasi oleh

21
seorang psikolog yang berpengalaman dalam menggunakan alat itu
dan ahli dalam menafsirkannya.
e. Tes Perkembangan Vokasional
Tes vokasional, mengukur taraf perkembangan orang muda dalam
hal kesadaran kelak akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan
(vocation); dalam memikirkan hubungan antara memangku suatu
jabatan dan cirri-ciri kepribadiannya serta tuntutan-tuntutan social-
ekonomis; dan dalam menyusun serta mengimplementasikan
rencana pembangunan masa depannya sendiri. Kelebihan tes
semacam ini meneliti taraf kedewasaan orang muda dalam
mempersiapkan diri bagi partisipasinya dalam dunia pekerjaan
(career maturity).
f. Tes Hasil Belajar (Achievement Test)
Tes yang mengukur apa yang telah dipelajari pada berbagai bidang
studi, jenis data yang dapat diambil menggunakan tes hasil belajar
(Achievement Test) ini adalah taraf prestasi dalam belajar.

2. Pengumpulan Data dengan Metode Non Tes


Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat hasilnya bila
dipadukan dengan data-data yang dihasilkan dengan menggunakan
tehnik yang berbeda, berikut disajikan alat pengumpul data dalam bentuk
non tes. Adapun jenis-jenis metode non tes, yaitu:
a. Observasi
Observasi diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Berikut alat dan
cara melaksanakan observasi. Keunggulan metode ini adalah banyak
gejala yang hanya dapat diselidiki dengan observasi, hasilnya lebih
akurat dan sulit dibantah, banyak objek yang hanya bersedia diambil
datanya hanya dengan observasi, misalnya terlalu sibuk dan kurang
waktu untuk diwawancarai atau menisci kuesioner, kejadian yang

22
serempak dapat diamati dan dan dicatat serempak pula dengan
memperbanyak observer, dan banyak kejadian yang dipandang kecil
yang tidak dapat ditangkap oleh alat pengumpul data yang lain, yang
ternyata sangat menentukan hasil penelitian. Kelemahan metode ini
adalah observasi tergantung pada kemampuan pengamatan dan
mengingat, kelemahan-kelemahan observer dalam pencatatan,
banyak kejadian dan keadaan objek yang sulit diobservasi, terutama
yang menyangkut kehidupan peribadi yang sangat rahasia, dan
oberservasi sering menjumpai observer yang bertingkah laku baik
dan menyenangkan karena tahu bahwa ia sedang diobservasi.

Banyak gejala yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan


tertentu, sehingga dapat terjadi gangguan yang menyebabkan
observasi tidak dapat dilakukan. Berikut ini adalah alat dan cara
melaksanakan observasi, yaitu:
1) Catatan Anekdot (Anecdotal Record )
Alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut
urutan kejadian, catatan dibuat segera setelah peristiwa terjadi.
Pencatatan ini dilakukan terhadap bagaimana kejadiannya, bukan
pendapat pencatat tentang kejadian tersebut.
2) Catatan Berkala (Incidental Record)
Pencatatan berkala walaupun dilakukan berurutan menurut waktu
munculnya suatu gejala tetapi tidak dilakukan terus menerus,
melainkan pada waktu tertentu dan terbatas pula pada jangka
waktu yang telah ditetapkan untuk tiap-tiap kali pengamatan.
3) Daftar Chek (Check List )
Penataan data dilakukan dengan menggunakan sebuah daftar yang
memuat nama observer dan jenis gejala yang diamati.

23
4) Skala Penilaian (Rating Scale)
Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti chek list.
Perbedaannya terletak pada kategorisasi gejala yang dicatat.
Dalam rating scale tidak hanya terdapat nama objek yang
diobservasi dan gejala yang akan diselidiki akan tetapi tercantum
kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan atau jenjang setiap
gejal tersebut.
5) Peralatan Mekanis (Mechanical Device)
Pencatatan dengan alat ini tidak dilakukan pada saat observasi
berlangsung, karena sebagian atau seluruh peristiwa direkan
dengan alat elektronik sesuai dengan keperluan.
b. Angket atau kuesioner (questionnaire)
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data
secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan
responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut
angket berisi sejumlah pertnyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau
direspon oleh responden. Responden mempunyai kebiasaan untuk
memberikan jawaban atau respon sesuai dengan presepsinya.
Kuesioner merupakan metode penelitian yang harus dijawab
responden untuk menyatakan pandangannya terhadap suatu
persoalan. Sebaiknya pertanyaan dibuat dengan bahasa sederhana
yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat pendek dengan maksud
yang jelas. Penggunaan kuesioner sebagai metode pengumpulan data
terdapat beberapa keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan yang
akan diajukan pada responden dapat distandarkan, responden dapat
menjawab kuesioner pada waktu luangnya, pertanyaan yang diajukan
dapat dipikirkan terlebih dahulu sehingga jawabannya dapat
dipercaya dibandingkan dengan jawaban secara lisan, serta
pertanyaan yang diajukan akan lebih tepat dan seragam.

24
Kuesioner dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1) Kuesioner tertutup
Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan jawaban.
Responden hanya memilih jawaban yang paling sesuai.
2) Kuesioner terbuka
Dimana tidak terdapat pilihan jawaban sehingga responden haru
memformulasikan jawabannya sendiri.
3) Kuesioner kombinasi terbuka dan tertutup
Dimana pertanyaan tertutup kemudian disusul dengan pertanyaan
terbuka.
4) Kuesioner semi terbuka
Pertanyaan yang jawabannya telah tersusun rapi, tetapi masih ada
kemungkinan tambahan jawaban.
c. Wawancara
Wawancara informasi merupakan salah satu metode pengumpulan
data untuk memperoleh data dan informasi dari siswa secara lisan.
Proses wawancara dilakukan dengan cara tatap muka secara langsung
dengan siswa. Selama proses wawancara petugas bimbingan
mengajukan pertanyaan, meminta penjelasan dan jawaban dari
pertanyaan yang diberikan dan membuat catatan mengenai hal-hal
yang diungkapkan kepadanya. Secara garis besar aa dua macam
pedoman wawancara, yaitu:
1) Pedoman wawasan tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara
yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja
kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil
wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari
pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban
responden. Jenis interviu ini cocok untuk penilaian khusus.
2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang
disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.

25
Pewawancara tinggal membubuhkan tanda (check) pada nomor
yang sesuai. Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah
bentuk “semi structured”. Dalam hal ini maka mula-mula
interviewer menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah
terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam mengorek
keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh
bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap
dan mendalam.
d. Studi Dokumenter (documentary sudy)
Studi dokumenter merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan
data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis,gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah
diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan
(sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan
utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan
menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang
sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil
analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.

Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau


variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.
Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak
begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih
tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati
bukan benda hidup tetapi benda mati. Dalam menggunakan metode
dokumentasi ini peneliti memegang check-list untuk mencari variabel
yang sudah ditentukan. Apabila terdapat/muncul variabel yang dicari,
maka peneliti tinggal membubuhkan tanda check atau tally di tempat
yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum

26
ditentukan dalam daftar variabel peneliti dapat menggunakan kalimat
bebas.
e. Otobiografi
Otobiografi merupakan karangan yang dibuat oleh siswa mengenai
riwayat hidupnya sampai pada saat sekarang. Riwayat hidup itu dapat
mencakup keseluruhan hidupnya dimasa lamoau atau hanya beberapa
aspek kehidupannya saja. Keunggulan metode ini adalah di samping
menceritakan kejadian-kejadian dimasa lalu terungkap pula pikiran
dan perasaan subjektif tentang kejadian tersebut, menolong Konselor
memahami kehidupan batin siswa dan membantu siswa menyadari
garis besar riwayat perkembangannya sampai sekarang, berunsur
subjektifitas sehingga siswa menggambarkan duniaini, dilihat dari
sudut pandang sendiri (internal frame of reference). Sedangkan
kelemahan metode ini adalah unsur subjektifitas juga menimbulkan
kesulitan bagi interpretasi, karena siswa cenderung melebihkan-
lebihkan kebaikan atau kelemahan sendiri dan menilai peranan orang
lain secara berat sebelah dan memerlukan waktu yang lama,
f. Sosiometri
Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang
jaringan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil antara
10-50 orang, data diambil berdasarkan preferensi pribadi antara
anggota kelompok. Keunggulan metode ini adalah mungkin
kelebihan terbesar teknik sosiometri adalah teknik ini memberikan
informasi obyektif mengenai fungsi-fungsi individu dalam
kelompoknya, dimana informasi ini tidak dapat diperoleh dari
sumber yang lain. Sedangkan kelemahan metode ini adalah perlu
diketahui bahwa tes sosiometri, tidak memberikan jawaban yang
pasti. Tes ini hanya bisa memberikan indikasi struktur social atau
petunjuk bagi peneliti tentang individu pada periode tertentu, seluruh
teori sosiometri atau postulatnya belum dites dan dikembangkan

27
sampai pada tingkat yang tak tersangkal kebenarannya, dan siswa
cenderung memilih bukan atas dasar pertimbangan dengan siapa dia
akan paling berhasil dalam melakukan kegiatan (sosiogroup)
melainkan atas dasar simpati dan antipati (psychogroup).

2.2.8 Instrumen penelitian (validitas, reliabilitas instrumen, dan pengembangan


instrumen penelitian)
A. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus memiliki dua
syarat yaitu Valid dan reliabel. Valid berarti instrumen secara akurat
mengukur objek yang harus diukur. Reliabel berarti hasil pengukuran
konsisten dari waktu ke waktu.

Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan oleh


dua kriteria utama: validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen
menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang
hendak diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi
dan akurasi hasil pengukuran.

Sumadi Suryabrata (2008:60) mengemukakan bahwa validitas


instrumen didefinisikan sebagai sejauh mana instrumen itu
merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam/diukur.
Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil
perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang
atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau
instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang
berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan.

Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah akurasi


alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di

28
mana-mana. Sedangkan reliabilitas alat ukur menurutnya adalah
kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Misalnya, menimbang beras
dengan timbangan beras, mengukur panjang kain dengan meter, dan
sebagainya.

Reliabilitas mempunyai tiga dimensi yaitu Stabilitas, Ekivalensi, dan


Konsistensi Internal (O'Sullivan & Rassel, 1995). Stabilitas mengacu
pada kemampuan instrumen untuk menghasilkan data yang sama dari
waktu ke waktu (dengan asumsi objek yang diukur tidak berubah).
Ekivalensi mengacu pada kemampuan dua atau lebih macam instrumen
yang dibuat dua atau lebih peneliti untuk mengukur satu hal yang sama.
Misalnya, dua peneliti mengukur penggunaan listrik di suatu aula. Dua
peneliti ini menggunakan dua instrumen yang berbeda. Tetapi jika
temuan kedua peneliti ini sama, maka instrumen mereka memilki sifat
"ekivalen".

Konsistensi internal tercapai jika semua item dalam instrumen


mengukur satu hal yang sama. Jika terdapat 10 pertanyaan tentang
motivasi, maka ke 10 pertanyaan itu mengukur hal yang sama
(motivasi).

Pengujian Validitas dan realibilitas Instrumen


1. Pengujian Validitas Instrumen
Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010)
a. Pengujian Validitas Konstruk
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan
dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas
kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas

29
kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk
mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi.

Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan


pendapat ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-
aspek yang akan diukur, dengan berlandaskan teori tertentu, maka
selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta
pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah
tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya
mereka telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.

Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan


uji coba instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian
validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu
dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.
b. Pengujian Validitas Isi (Content)
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen
yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur
efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun
instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka
instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk
mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun
berdasarkan program yang telah direncanakan.

Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi


dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen
dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen
memberikan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti
instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi.

30
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi
dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam
kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok
ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang
telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu,
maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan
sistematis.
c. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan
(untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada
instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok
pegawai. Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut
dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris)
tentang kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara
kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat
dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal
yang tinggi.

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen


Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat
dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian
dilakukan dengan test – retest (stability), equivalent, dan gabungan
keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan menganalisis
konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik
tertentu.
a. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden
yang sama dengan instrumen yang sama dengan waktu yang
berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara

31
percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien
korelasi positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah
dinyatakan reliabel.
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa
berbeda, tetapi maksudnya sama. misalnya, berapa tahun
pengalaman Anda bekerja di lembaga ini? Pertanyaan
tersebut ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di
lembaga ini?

Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi


instrumennya dua dan berbeda, pada responden yang sama.
Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data
instrumen yang satu dengan instrumen yang dijadikan
ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka
instrumen dapat dinyatakan reliabel.
c. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen
yang ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini
merupakan gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen.

Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua


instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan
selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali
pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis
keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu
semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan
bahwa instrumen itu reliabel.

32
d. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan
dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data
yang diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Hasil
analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas
instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan
dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Sp lit half),
KR20, KR21 dan Anova Hoyt.

B. Pengembangan Instrumen Penelitian


Instrument penelitian adalah alat – alat yang digunakan untuk
memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan
masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian. Jika data yang
diperoleh tidak akurat (valid), maka keputusan yang diambilpun akan
tidak tepat.

Instrumen memegang peranan penting dalam menentukan mutu suatu


penelitian dan penilaian. Fungsi instrumen adalah mengungkapkan
fakta menjadi data. Menurut Arikunto, data merupakan penggambaran
variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis,
benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen
pengumpulan data.

Secara garis besar instrument penelitian sosial dan pendidikan terbagi


menjadi dua bagian yaitu penelitian kualitatif dan penelitian
kuantitatif. Penelitian kualitatif dilakukan pada latar yang alami
(natural setting), lebih memperhatikan proses daripada hasil semata,
dan yang terpenting adalah berusaha memahami makna dari suatu
kejadian atau berbagai interaksi dalam situasi yang wajar (Bogdan &
Biklen, 1982:27-30).

33
Oleh karena itu instrument yang digunakan bukanlah kuesioner atau
tes, melainkan si peneliti itu sendiri. Pemanfaatan manusia sebagai
instrument penelitian dilandasi oleh keyakinan bahwa hanya manusia
yang mampu menggapai dan menilai makna dari suatu peristiwa atau
berbagai interaksi sosial. Menurut Lincoln dan Guba (1985) ada tujuh
hal yang membuat manusia menjadi instrument yang memiliki
kualifikasi baik, yaiti: (1) responsive, (2) adaptif, (3) holistic, (4)
memahami konsep yang tak terkatakan, (5) mampu memproses data
secara langsung, (6) mampu mengklasifikasi dan meringkas data
dengan segera, (7) mampu mengeksplorasi respon yang khusus dan
istimewa. Singkatnya semua alat – alat yang digunakan oleh peneliti
kualitatif dalam mengumpulkan data adalah sekedar alat bantu,
sedangkan instrument utamanya adalah dirinya sendiri.

Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif adalah penelitian


yang datanya berbasis pada angka yang kemudian diuji dengan
menggunakan perhitungan statistik. Dalam hal ini penelitian kuantitatif
dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: (1) tes, (2) kuesioner, (3)
pedoman observasi. Namun bila dikaji lebih jauh, sebagaimana yang
akan ditunjukan pada bahasan mengenai tes, akan lebih tepat kalau
instrument penelitian dipilahkan menjadi empat bagian, yaitu: (1) tes,
(2) inventori, (3) kuesioner, (4) pedoman observasi.

2.3 Konsep Dasar Populasi dan Sampel


2.3.2 Pengertian
A. Pengertian Populasi Penelitian
Kata populasi berasal dari bahasa Inggris yaitu population yang berarti
jumlah penduduk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, populasi
berarti: seluruh jumlah orang atau penduduk di suatu daerah; jumlah
orang atau pribadi yang mempunyai ciri-ciri yang sama; jumlah

34
penghuni baik manusia maupun makhluk hidup lainnya pada suatu
ruang tertentu. Populasi dalam istilah statistik khususnya yang
berkenaan dengan penelitian adalah keseluruhan subyek penelitian

Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan secara tersurat yang


berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta penelitian yang
dicakup. Tujuan diadakannya populasi ialah agar dapat ditentukan
besarnya anggota sampel yang diambil dari anggota populasi dan
membatasi berlakunya daerah generalisasi.

Populasi merupakan suatu “universe”, yakni wilayah generalisasi yang


terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik simpulannya. Populasi tidak hanya berupa orang, tetapi
bisa juga berupa benda yang lainnya. Ditinjau dari banyaknya anggota
populasi, maka populasi terdiri atas: 1) populasi terbatas, dan 2) populasi
tak terbatas. Ditinjau dari sifatnya, maka populasi dapat bersifat 1)
homogen, dan 2) heterogen. Populasi yang menggunakan seluruh
anggota populasinya disebut sampel total atau sensus. Penggunaan ini
berlaku jika anggota populasi relatif kecil. Untuk anggota populasi yang
relatif besar, maka diperlukan mengambil sebagian anggota populasi
yang dijadikan sampel. Jadi, dari pembahasan tersebut dapat dipahami,
bahwa populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti,

B. Pengertian Sampel Penelitian


Kata sampel juga berasal dari bahasa Inggris yaitu sample yang berarti
contoh. Sampel dalam penelitian adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Perlu dibedakan di sini, istilah sampel dan sampling. Sampel
merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya

35
dari suatu penelitian. Adapun sampling adalah cara yang digunakan untuk
mengambil sampel.

Sampel adalah bagian dari populasi yang sengaja dipilih oleh peneliti
untuk diamati, sehingga sampel ukurannya lebih kecil dibandingkan
populasi dan berfungsi sebagai wakil dari populasi. Jadi, sampel adalah
sebagian dari keseluruhan populasi yang dianggap representatif.

2.3.3 Macam-macam Populasi


Diungkapkan oleh Nawawi (Margono, 2004: 118). Ia menyebutkan bahwa
populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau
peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik
tertentu di dalam suatu penelitian. Kaitannya dengan batasan tersebut,
populasi dapat dibedakan berikut ini :
1. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki
batas kuantitatif secara jelas karena memilki karakteristik yang terbatas.
Misalnya 5.000.000 orang guru SMA pada awal tahun 1985, dengan
karakteristik; masa kerja 2 tahun, lulusan program Strata 1, dan lain-
lain.
2. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang
tidak dapat ditemukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan
dalam bentuk jumlah secara kuantitatif. Misalnya guru di Indonesia,
yang berarti jumlahnya harus dihitung sejak guru pertama ada sampai
sekarang dan yang akan datang.

2.3.4 Alasan Pengambilan Sampel


Setiap penelitian yang dimaksudkan untuk menarik generalisasi, mau tidak
mau, akan berhadapan dengan masalah pemilihan dan pengambilan sampel.

36
Dalam hubungan ini, pemilihan sesuatu teknik masalah bisa dinalar
kesesuaiannya dengan karakteristik populasi yang hendak diteliti.
Pengambilan sampel secara random yang dapat diperhatikan tingkat
keakuratan sehingga berlakunya kesimpulan terhadap populasi dari sampel
yang diambil. Karenanya, teknik-teknik non random, hanya relevan
digunakan untuk yang bersifat eksplorasi atau penjajakan; bukan untuk
menarik inferensi terhadap populasi.

Mengenai kememadaian jumlah (adequency) dari suatu sampel, pada


prinsipnya, semakin besar jumlah sampel akan semakin kecil kemungkinan
kesalahan inferensi yang dikarenakan kesalahan sampel; faktor variabilitas
atau tingkat heterogonitas populasi ikut mempengaruhi kemungkinan
kesalahan sampel, dan karenanya, semakin heterogen suatu populasi
semakin besar pula jumlah sampel yang sebaiknya diambil.

Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud meng-hemat


waktu, biaya, dan tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi.
Bila peneliti bermaksud meneliti sebagian dari populasi saja (sampel),
pertanyaan yang selalu muncul adalah berapa jumlah sampel yang
memenuhi syarat. Ada hukum statistika dalam menentukan jumlah sampel,
yaitu semakin besar jumlah sampel semakin menggambarkan keadaan
populasi.

Biarpun demikian, ukuran besarnya sampel bukanlah pertimbangan satu-


satunya untuk bisa menjamin ketepatan dan keakuratan inferensi.
Representatif tidaknya sampel, berdasarkan sifat atau ciri populasi, tetapi
merupakan pertimbangan terpenting dalam memilih sampel. Sampel yang
besar, akan tetapi kurang mempertimbangkan representasi sifat-sifat atau
ciri-ciri populasi sangat mungkin melahirkan.

37
Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula penentuan jumlah sampel
dikaji dari karakteristik populasi. Bila populasi bersifat homogen maka
tidak dituntut sampel yang jumlahnya besar. Misalnya saja dalam
pemeriksaan golongan darah.

Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar sangat dianjurkan, dengan


pertimbangan adanya berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga peneliti
berusaha mengambil sampel minimal dengan syarat dan aturan statistika
tetap terpenuhi sebagaimana dianjurkan oleh Isaac dan Michael. Dengan
menggunakan rumus tertentu, Isaac dan Michael memberikan hasil akhir
jumlah sampel terhadap jumlah populasi antara 10 – 100.000.

Dari keterangan di atas, karakteristik populasi merupakan hal yang penting


untuk dipertimbangkan di samping kememadaian jumlahnya dalam
pengambilan sampel.

2.3.5 Prinsip Dasar dan Perhitungan Besar Sampel


A. Menentukan Ukuran Sampel
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel.
Jumlah sapel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama
dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi
1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang
tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama
dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Semakin besar julah
sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi
semakin kecil, dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi
populasi, maka makin besar kesalahan populasi (diberlakukan umum).

Jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian


adalah bergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang

38
dikehendaki. Tingkat ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki sering
bergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia. Makin
besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang
diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan
semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber
data.

Menurut Gay dan Diehl (1992) berpendapat bahwa sampel haruslah


sebesar-besarnya. Pendapat Gay dan Diehl (1992) ini mengasumsikan
bahwa semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin
representatif dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran sampel
yang diterima akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya.
1. Jika penelitiannya bersifat deskriptif, maka sampel minimumnya
adalah 10% dari populasi
2. Jika penelitianya korelasional, sampel minimunya adalah 30 subjek
3. Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30
subjek per group
4. Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15
subjek per group.

Tidak jauh berbeda dengan Gay dan Diehl, Roscoe (1975) juga
memberikan beberapa panduan untuk menentukan ukuran sampel yaitu
:
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian.
2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior,
dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori
adalah tepat.

39
3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda),
ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel
dalam penelitian.
4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol
eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin
dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20.

Slovin (dalam Ridwan 2005) menentukan ukuran sampel suatu


populasi dengan rumus :

N = n/N(d)2 + 1

Keterangan:

- n = sampel
- N = populasi
- d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.

Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang


dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :

N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95.

Frankel dan Wallen (1993:92) menyarankan besar sampel minimum


untuk :
1. Penelitian deskriptif sebanyak 100
2. Penelitian korelasional sebanyak 50
3. Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30/group
4. Penelitian eksperimental sebanyak 30/15 per group

Suharsimi (2005) memberikan pendapat sebagai berikut : “..jika


peneliti memiliki beberapa ratus subjek dalam populasi, maka mareka
dapat menentukan kurang lebih 25 – 30% dari jumlah tersebut. Jika

40
jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100 – 150
orang, dan dalam pengumpulan datanya peneliti menggunakan angket,
maka sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Namun
apabila peneliti menggunakan teknik wawancara dan pengamatan,
jumlah tersebut dapat dikurangi menurut teknik sampel dan sesuai
dengan kemampuan peneliti.

B. Contoh Menentukan Ukuran Sampel


Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok
masyarakat terhadap pelayanan pendidikan yang diberikan kepada
masyarakat itu terdiri dari 1000 orang, yang dapat dikelompokan
berdasarkan jenjang pendidikan yaitu lulusan S1 = 50, sarjana muda =
300, SMK = 500, SMP = 100, SD = 50 (populasi berstrata)

TABEL PENENTUAN JUMLAH SAMPEL DARI POPULASI TERTENTU


DENGAN TARAF KESALAHAN, 1, 5, DAN 10 %

Siginifikasi Siginifikasi
N 1% 5% 10% N 1% 5% 10%
10 10 10 10 280 197 155 138
15 15 14 14 290 202 158 140
20 19 19 19 300 207 161 143
25 24 23 23 320 216 167 147
30 29 28 28 340 225 172 151
35 33 32 32 360 234 177 155
40 38 36 36 380 242 182 158
45 42 40 39 400 250 186 162
50 47 44 42 420 257 191 165
55 51 48 46 440 265 195 168

41
60 55 51 49 460 272 198 171
65 59 55 53 480 279 202 173
70 63 58 56 500 285 205 176
75 67 62 59 550 301 213 182
80 71 65 62 600 315 221 187
85 75 68 65 650 329 227 191
90 79 72 68 700 341 233 195
95 83 75 71 750 352 238 199
100 87 78 73 800 363 243 202
110 94 84 78 850 373 247 205
120 102 89 83 900 382 251 208
130 109 95 88 950 391 255 211
140 116 100 92 1000 399 258 213
150 122 105 97 1100 414 265 217
160 129 110 101 1200 427 270 221
170 135 114 105 1300 440 275 224
180 142 119 108 1400 450 279 227
190 148 123 112 1500 460 283 229
200 154 127 115 1600 469 286 232
210 160 131 118 1700 477 289 234
220 165 135 122 1800 485 292 235
230 171 139 125 1900 492 294 237
240 176 142 127 2000 498 297 238
250 182 146 130 2200 510 301 241
260 187 149 133 2400 520 304 243
270 192 152 135 2600 529 307 245

Dengan menggunakan table 5.1 bila jumlah populasi = 1000, kesalahan 5% akan
jumlah sampelnya=258. Karena populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata.

42
Stratanya ditentukan menurut jejag pendidikan.dengan demikian masing-masing
sampel. Untuk tingkat pendidikan harus proposional sesuai degan populasi.
Berdasarkan perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sampel untuk kelompok S1
= 14, Sarjana Muda (SM) = 83, SMK = 139, SMP 14, dan SD = 28.
S1 = 50/1000 x 258 = 12,90 = 13
SM A = 300/1000 x 258 = 77,40 = 78
SMK = 500/1000 x 258 = 129,0 = 129
SMP = 100/1000 x 258 = 25, 8 = 26
SD = 50/1000 x 258 = 12,90 = 13
Jumlah = 259
Jadi jumlah sampelnya = 12,9 + 77,4 + 129 + 25,8 + 12, 9 = 258, jumlah yang
pecahan yang bisa dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sampel menjadi 13 + 78 + 129
+ 26 + 13 = 259

2.3.6 Teknik Sampling


A. Pengertian
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.

B. Pengambilan Sampel Secara Random (Probability Sampling)


Probability sampling adalah Metode pengambilan sampel secara
random atau acak. Teknik ini memberikan peluang yang sama bagi
setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Teknik ini meliputi:
1. Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan
apabila anggota populasi dianggap homogen.

43
2. Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota yang
tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu
organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang
pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata.
Misalnya jumlah pegawai lulusan S1 = 45, S2 = 30, STM = 800,
ST = 900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sampel yang harus
diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
3. Disproportionate Startified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila
populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai
dari unit kerja tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang
lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang SMU, 700 orang
SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang lulusan S2 itu
diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini
terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan
SMP.
4. Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel
bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal
penduduk dari suatu Negara, povinsi, atau kabupaten. Untuk
menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data,
maka pegambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang
telah ditetapkan. Teknik sampling daerah ini sering digunakan
melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel
daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada
pada daerah itu secara sampling juga.

44
5. Teknik Pengambilan Sampel Acak Bertingkat (Multi Stage
Sampling)
Proses pengambilan sampel jenis ini dilakukan secara bertingkat.
Baik itu bertingkat dua, tiga atau lebih. Misalnya →Kecamatan
→Gugus →Desa →RW – RT

C. Pengambilan Sampel Secara Non Random (Nonprobability


Sampling)
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini
meliputi: sampling sistematis, sampling kuota,
sampling incidental, porposive sampling, sampling jenuh,
serta snowball sampling.
1. Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut.
2. Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
(kuota) yang digunakan. Metode memilih sampel yang
mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau quota yang
diinginkan. Contoh: Akan diteliti mengenai manfaat penggunaan
internet pada peningkatan kualitas proses belajar mengajar pada
mata kuliah tertentu, Peneliti menentukan quota untuk masing-
masing sampel:
- Jumlah mahasiswa = 50 orang
- Jumlah dosen = 5 orang
- Jumlah mata kuliah = 3 matakuliah

45
Sehingga diperoleh 150 mahasiswa dan15 dosen sebagai sampel
penelitian untuk 3 mata kuliah yang memanfaatkan internet
dalam proses belajar mengajarnya
Kelebihan : Mudah dan cepat digunakan
Kelemahan: Penentuan sampel cenderung subyektif bagi peneliti
3. Sampling incidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau insidental
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data. Metode pengambilan sampel dengan memilih siapa
yang kebetulan ada atau dijumpai. Contoh: Akan diteliti
mengenai minat ibu rumah tangga berbelanja diswalayan peneliti
menentukan sampel dengan menjumpai ibu rumah tangga yang
kebetulan berbelan jadi suatu swalayan tertentu untuk dimintai
pendapat atau motivasinya. Kelebihan : Mudah dan cepat
digunakan. Kelemahan: Jumlah sampel mungkin tidak
representative karena tergantung hanya pada anggota sampel
yang ada pada saat itu.
4. Sampling purposive
Sampling purpusive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.
5. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang
atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan
kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah
sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

46
6. Snowball sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-
mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju
yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam
penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang,
tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap
terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain
yang dipandang lebih tau dan dapat melengkapi data yang
diberikan oleh orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga
jumlah sampel semakin banyak. Metode pengambilan sampel
dengan secara berantai (multi level).

Sampel awal ditetapkan dalam kelompok anggota kecil. Masing-


masing anggota diminta mencari anggota baru dalam jumlah
tertentu. Masing-masing anggota baru diminta mencari anggota
baru lagi. Kelebihan : Mudah digunakan. Kelemahan:
Membutuhkan waktu yang lama. Contoh: Akan diteliti mengenai
pendapat mahasiswa terhadap pemberlakuan kurikulum baru di
Gunadarma, sampel ditentukan sebesar 100 mahasiswa, peneliti
menentukan sampel awal 10 mahasiswa. Masing-masing mencari
1 orang mahasiswa lain untuk dimintai pendapatnya. Dan
seterusnya hingga diperoleh sampel dalam jumlah 100
mahasiswa.

2.4 Penelitian Kualitatif


2.4.2 Pengertian

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada


kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci
(Sugiyono, 2005). Perbedaannya dengan penelitian kuantitatif adalah

47
penelitian ini berangkat dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai
bahan penjelas dan berakhir dengan sebuah teori.

Moleong setelah melakukan analisis terhadap beberapa definisi penelitian


kualitatif kemudian membuat definisi sendiri sebagai sintesis dari pokok-
pokok pengertian penelitian kualitatif. Menurut Moleong
(2005:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.

Pengertian Penelitian Kualitatif Menurut Ahli (Pakar)

1. Menurut Saryono (2010), Penelitian kualitatif merupakan penelitian


yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan
menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak
dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan
kuantitatif.
2. Menurut Sugiyono (2011), metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan
snowball, teknik pengumpulan dengan tri-anggulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.

48
2.5 Teknik Pengumpulan Data
2.5.1 Fokus Group Discussion
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang
umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan
makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. FGD
dimaksudkan untuk menghindari permaknaan yang salah dari seorang
peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti. FGD adalah
kelompok diskusi bukan wawancara. Ciri khas metode FGD yang tidak
dimiliki oleh metode riset kualitatif lainnya (wawancara mendalam atau
observasi) adalah interaksi antara peneliti dengan informan dan informan
dengan informan penelitian (Sutopo, 2006). FGD dalam penelitian ini
digunakan sebagai alat pengumpulan data pra-research yang bertujuan
untuk mendapatkan data dan gambaran awal tentang hubungan mutarabbi
dengan murabbi dalam tarbiyahislamiyah.Jumlahinformanuntuk FGD
berjumlah 6 orang.

2.5.2 Indepth Interview


Wawancara dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara
(interview) yang kemudian dilanjutkan dengan wawancara mendalam (in-
depth interview). Wawancara adalah komunikasi satu arah dimana peneliti
menggali informasi dengan mengajukan pertanyaan sesuai dengan
pedoman wawancara secara lebih bebas dan leluasa serta tidak terikat oleh
susunan pertanyaan pada pedoman wawancara untuk mendapatkan data
yang diinginkan.

2.5.3 Observasi Partisipasi


Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan
observasi (observer) turut ambil bagian dalam peri kehidupan observer.
Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk
penelitian yang bersifat eksploratif. Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial

49
yang besar seperti masyarakat suku bangsa karena pengamatan partisipatif
memungkinkankan peneliti dapat berkomunikasi secara akrab dan leluasa
dengan observer, sehingga memungkinkan untuk bertanya secara lebih
rinci dan detail terhadap hal-hal yang akan diteliti.

Beberapa persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian yang cukup dan
seorang participant observer adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Persoalan tentang metode observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan
dari scope dan tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan.
Observer perlu memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah
diterangkan dalam pedoman observasi (observationguide) dan tidak
terlalu insidental dalam observasi-observasinya.
2. Waktu dan Bentuk Pencatatan
Masalah kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah masalah
yang penting dalam observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa
pencatatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi
interaksi merupakan hal yang terbaik. Pencatatan onthespot akan
mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Jika
pencatatan onthespot tidak dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan
situasi cukup lama, maka perlu dijalankan pencatatan dengan kata-kata
kunci. Akan tetapi pencatatan semacam ini pun harus dilakukan dengan
cara-cara yang tidak menarik perhatian dan tidak menimbulkan
kecurigaan. Pencatatan dapat dilakukan, misalnya pada kertas-kertas
kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya tidak berarti.
3. Intensi dan Ekstensi Partisipasi
Seacara garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian
dengan observasi partisipan ini. Peneliti dapat mengambil partisipasi
hanya pada beberapa kegiatan sosial (partialparticipation), dan dapat
juga pada semua kegiatan (fullparticiration). Dan, dalam tiap kegiatan

50
itu penyelidik dapat turut serta sedalam-dalamnya (intensive
participation) atau secara minimal (surfaceparticipation). Hal ini
tergantung kepada situasi. Dalam observasi partisipan, observer
berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dan
yang diamati. Sedangkan dalam observasi nonpartisipan, observer
hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus
pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan
mencatat tingkah laku atau fenomena yang diteliti. Observasi
nonpartisipan dapat bersifat tertutup, dalam arti tidak diketahui oleh
subjek yang diteliti, ataupun terbuka yakni diketahui oleb subjek yang
diteliti.

51
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatann yang mempunyai variasi tertentu ditatapkan oleh peneliti.

Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah penelitian yang perlu diuji
melalui pengumpulan data dan analisis data. Namun demikian, walaupun
hipotesis sifatnya hanya jawaban sementara, bukanlah jawaban yang asal
jawaban.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, populasi berarti: seluruh jumlah orang
atau penduduk di suatu daerah; jumlah orang atau pribadi yang mempunyai ciri-
ciri yang sama; jumlah penghuni baik manusia maupun makhluk hidup lainnya
pada suatu ruang tertentu. sampel adalah sebagian dari keseluruhan populasi
yang dianggap representatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada


kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono,
2005).

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya
dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah
tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Wawancara adalah komunikasi
satu arah dimana peneliti menggali informasi dengan mengajukan pertanyaan
sesuai dengan pedoman wawancara. Suatu observasi disebut observasi partisipan
jika orang yang rnengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam peri
kehidupan observer.

52
3.2 Saran
Masih perlu diingat beberapa hal berikut agar evaluator tidak begitu saja membuat
kesimpulan akan temuannya berdasar pengamatan dan pengukuran. Sebab yang
diamati dan diukur adalah manusia dan masyarakat.

53
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Margono, S. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Narbuko, Cholid. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:


Kencana.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Usman,Husaini. 2013. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya Wina. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Juliansyah Noor. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kharisma Putra Utama.

Sumadi Suryabrata. 2014. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Martono Nanang. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo


Persada.

Darmadi Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung:


Alfabheta.

54
16

55
56

Anda mungkin juga menyukai