Istilah metode penelitian terdiri atas dua kata, yaitu kata metode dan kata penelitian.
Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau menuju
suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja
suatu cara untuk memecahkan masalah ataupun cara mengembangkan ilmu pengetahu-
an dengan menggunakan metode ilmiah. Secara lebih luas lagi Sugiyono menjelaskan
bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid,
dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan ter-
tentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah.
Upaya mencari (membangun dan menyusun) pengetahuan dari ilmu dilakukan
dengan menggunakan metode-metode tertentu dan prosedur sistematis disebut peneli-
tian. Penelitian yang dapat dipakai menggunakan dua pendekatan (1) mencari (memba-
ngun dan menyusun pengetahuan baik partikular maupun general ; (2) mencari (mem-
bangun dan menyusun ilmu).
94
Untuk contohnya yaitu, pada saat melakukan sebuah wawancara, maka objek primernya
adalah hasil dari wawancara tersebut, sedangkan untuk objek sekundernya adalah doku-
men yang tertulis ataupun berbagai hasil pembicaraan yang berguna untuk mendukung
sumber objek serta objek primernya. Sebenarnya objek sekunder masih dibedakan lagi
menjadi 2 macam yaitu :
1) Sumber yang berhubungan dengan masalah utama dari penelitian secara langsung
2) Sumber umum, layaknya buku-buku serta referensi yang tidak berhubungan secara
langsung, namun mempunyai relevansi.
Untuk persyaratan bagi permasalahan yang bisa dan juga layak untuk dijadikan
objek penelitian yaitu :
1) Permasalahannya masih baru
2) Menarik minat dari banyak kalangan
3) Memiliki relevansi serta manfaat untuk masyarakat
4) Memungkinkan untuk bisa dikembangkan dalam penelitian selanjutnya
5) Memungkinkan untuk dilakukan sesuai pada waktu dan dana
Sementara itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan berhubungan dengan
objek penelitian yaitu :
1) Objek untuk penelitian harus sesuai latar belakang, baik akademis maupun sosial.
2) Objek untuk penelitian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari peneliti supaya
penelitian yang dilakukan menarik.
3) Jangan mengkaji atau meneliti di bidang penelitian orang lain.
4) Objek penelitian, kecil maupun besar di sekitar kita.
5) Usahakan objek penelitian tidak berada pada tempat kita bekerja atau tempat kita
berdomisili supaya bisa objektif dalam meneliti.
Sedangkan menurut Wirartha (2006) pengertian objek penelitan adalah karak-
teristik tertentu yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda untuk unit atau
individu yang berbeda atau merupakan konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Dari
definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa objek penelitian adalah suatu sasaran
ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk mendapatkan data tertentu yang
mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda.
95
gan de-ngan jalur pertama yaitu memperoleh pengetahuan khusus; dan jalur kedua
untuk mem-peroleh pengetahuan umum. Sedangkan tipe theoritical berhubungan
dengan jalur keti-ga yaitu memperoleh teori-teori ilmu.
96
Gambar 8.1 Hubungan Variabel Independent dan Dependent
Varibel independent sering disebut juga sebagai variabel bebas, sedangkan variabel
dependent sering disebut sebagai variabel tergantung (terikat). Gambar 8.1 menun-
jukkan bahwa gaji karyawan merupakan variable independent (bebas) yang nilai-
nya (besar dan kecilnya) dapat mempengaruhi hasil kinerja karyawan. Variabel
kinerja disebut sebagai variable dependent (terikat atau tergantung)
2) Variabel Intervening (Antara)
Variabel intervensi adalah variabel mediasi mengacu pada proses abstrak yang ti-
dak secara langsung diamati tetapi memiliki link di antara variabel independent dan
dependent. Ini variabel hipotetik. Variabel ini dianggap sebagai variabel yang dapat
menjelaskan keterkaitan variabel bebas dan terikat tetapi tidak dapat dipertang-
gungjawabkan, mungkin karena tidak diperhitungkan, tidak dapat diindentifikasi
atau tidak dapat diukur.
Pada titik ini variabel intervening adalah konsep abstrak yaitu argumen
hipotetik yang diusulkan seorang peneliti setelah penelitian selesai dilakukan
berupa saran untuk agenda penelitian mendatang. Posisi variable intervening bisa
dilihat pada hubungan atau pengaruh gaji (variable independent) dengan kinerja
(variable dependent) sebagaimana pada Gambar 8.2
3) Variabel Moderating
Variabel moderating adalah varaibel mediasi yang sudah diidentifikasi, diukur dan
dipertanggungjawabkan mempengaruhi keterkaitan variabel independent dan
dependent. Kedudukan variabel moderating adalah memoderasi pengaruh variabel
bebas terhadap variabel tergantung. Dengan demikian variabel moderating membe-
ri efek memperlemah pengaruh. (Lihat Gambar 8.3)
97
Gambar 8.4 Posisi Variabel Intervening
99
kin besar tingkat kesalahan maka makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu
diperhatikan adalah semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi)
maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil
jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan
generalisasi.
Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain :
1) Rumus Slovin (dalam Riduwan, 2005)
𝑁
S= +1
𝑁(𝑑)2
S = sampel ; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau signifikansi = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki
adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan = 95
100
Gambar 8.5 Skema Teknik Sampling
101
atau daerah tertentu, maka kamu mengambil informan yaitu Kapolresta kota atau
daerah tersebut, seorang pelaku kriminal dan seorang korban kriminal yang ada di
kota tersebut.
5) Sampling Jenuh : Suatu teknik penentuan sampel jika semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering sekali dilakukan jika jumlah populasi
relatif kecil atau sedikit, yaitu kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang relatif kecil.
6) Sampling Snowball : Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil
atau sedikit, lalu kemudian membesar. Atau sampel berdasarkan penelusuran dari
sampel yang sebelumnya. Seperti misalnya, penelitian mengenai kasus korupsi
bahwa sumber informan pertama mengarah kepada informan kedua lalu informn
seterusnya.
102
Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang
digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah
suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item
yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf
signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap
skor total.
1) Validitas atau kesahihan empiris butir soal objektif
Untuk butir soal objektif validitas butir soal dihitung dengan rumus korelasi point
biserial antar masing-masing skor butir soal (Xp) dengan skor total (Xt). Dipakai
rumus point biserial karena data yang dikorelasikan adalah data nominal dengan
data interval. Data nominal berasal dari skor butir soal, yaitu 1 untuk jawaban
benar dan 0 untuk jawaban salah. Rumus korelasi point biseral adalah sebagai
berikut :
Xi − Xt 𝑝
𝛤𝑝𝑏𝑖 = √
St 1−𝑝
Dimana :
Xi = mean butir yang menjawab benar
Xt = mean skor total
p = proposi yang menjawab benar
Γpbi = Korelasi 𝑝𝑜𝑖𝑛𝑡 𝑏𝑖𝑠𝑒𝑟𝑎𝑙
∑xy
r 𝑥𝑦 =
√(∑ 𝑋 2 ) + (𝑌 ∑ 𝑋2 )
dimana :
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
∑xy = jumlah perkalian x dan y
X2 = kuadrat dari x
Y2 = kuadrat dari y
(2) Rumus product moment angka kasar
𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑𝑋)(∑𝑌)
r xy =
√{ 𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋 2 ) }{𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 }
dimana :
rxy = koefisien korelasi
∑X = jumlah skor butir
103
∑Y = jumlah skor total
N = jumlah sampel
Kemudian hasil dari rxy dikonsultasikan dengan harga kritis product
moment (r tabel), apabila hasil yang diperoleh rhitung > rtabel, maka instrumen
tersebut valid. Dalam praktiknya untuk menguji validitas kuesioner sering
menggunakan bantuan software Microsoft Office Excel dan Statistical Product
and Service Solution (SPSS).
`
Setelah data dimasukkan pada program SPSS, akan terlihat output dan beberapa menu
pilihan seperti terlihat pada Gambar 8.6
104
Gambar 8.7 Proses Memasukkan Variabel Program SPSS
Jika semua proses tersebut sudah dilakukan maka akan didapat Taabel rangkuman hasil
uji validitas dari variabel tersebut sebagaimana Tabel 8.3
105
tama dengan skor hasil uji kedua. Soal dikatakan reliabel bila koefisien stabi-
litas r11 atau rtt sama atau lebih besar dari 0,70.
(2) Koefisien ekuivalen
Koefisien ekuivalen (coefficient of equivalence) adalah jenis reliabilitas yang
diperoleh dengan cara menguji cobakan dua soal yang paralel pada kelompok
sama dan waktu yang sama (equivalence forms method, parallel form method,
atau alternate forms method). Jadi dalam hal ini ada dua soal yang paralel,
artinya masing-masing soal disusun tersendiri, jumlah butir soal sama, isi dan
bentuk sama, tingkat kesukaran sama, waktu serta petunjuk untuk mengerjakan
soal juga sama. Skor hasil uji coba kedua soal dikorelasikan dengan rumus
product moment untuk menghitung koefisien ekuivalen. Kedua jenis soal yang
paralel bersifat reliabel jika angka koefisian ekuivalen yaitu r11 atau rtt besar
atau sama dengan 0,70.
(3) Koefisien konsistensi internal
Koefisien konsistensi internal (coefficient of internal consistency) adalah relia-
bilitas yang diperoleh dengan cara mengujicobakan suatu soal dan menghitung
korelasi hasil uji coba dari kelompok yang sama. Ada tiga cara untuk memper-
oleh reliabilitas jenis ini yaitu; cara belah dua (split half method), cara Kuder
Richardson 20 atau Kuder Richardson 21, dan cara Cronbach khusus untuk
soal uraian.
a) Cara belah dua
Pada cara ini, soal diujicobakan kepada peserta didik dan hasilnya dibelah
menjadi dua, yaitu belahan gasal dan belahan genap. Dalam hal ini jumlah
butir soal harus genap. Kedua skor hasil belahan dikorelasikan dengan
rumus product moment, hasilnya adalah relasi belahan r ½ ½ . Setelah
ditemukan korelasi belahan, dihitung angka reliabilitas soal dengan rumus
Spearman-Brown. Rumus Spearman-Brown adalah sebagai berikut :
106
mencari kuadrat simpangan baku dari deviasi skor tersebut dan kuadrat
simpangan baku dari skor total. Rumus Rulon adalah sebagai berikut :
𝑆𝐵 2 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖
𝑟11 = 1 −
𝑆𝐵 2 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Keterangan :
SB2deviasi = kuadrat simpangan baku skor deviasi
SB2total = kuadrat simpangan baku total
b) Cara Kuder Richardson 20 atau Kuder Richardson 21
Rumus lain yang lebih banyak digunakan untuk menghitung koefisien
konsistensi internal adalah rumus Kuder Richardson 20 (KR20) dan rumus
Kuder Richardson 21 (KR21). Kedua cara ini menghasilkan angka yang
lebih tepat. Rumus KR20 adalah :
𝑘 𝑆𝐵 2 − ∑ 𝑝𝑞
𝑟11 = ( )
𝑘−1 𝑆𝐵 2 𝑡
Keterangan :
B2t = simpangan baku dari skor total
r11 = reliabilitas soal
k = jumlah butir soal
Rumus KR21 adalah :
𝑘 𝑋(𝑘 − 𝑋)
𝑟11 = {1 − }
𝑘−1 𝑘𝑆𝐵 2 𝑡 2
Keterangan :
SBt = simpangan baku dari skor total
r11 = reliabilitas soal
k = jumlah butir soal
X = rerata skor total
2) Reliabilitas empiris soal uraian
Untuk soal uraian, koefisien reliabilitasnya dihitung dengan rumus alpha dari
Cronbach yang rumusnya adalah :
𝑘 ∑ 𝑆𝐵12
𝑟11 = (1 − )
𝑘−1 𝑆𝐵𝑡 2
Keterangan :
SBt = simpangan baku total
SB1 = simpangan baku butir
Butir yang dimasukkan dalam rumus di atas hanya butir yang valid, sedangkan bu-
tir yang tidak valid (gugur), tidak diperhitungkan. Oleh karenanya reliabilitas hanya
dihitung dari butir yang valid. Kriteria reliabilitas soal sama dengan soal bentuk
objektif, yaitu soal reliabel bila r11 lebih dari sama dengan 0,70.
Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability)
sementara jika alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes
107
secara konsisten secara internal karena memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada
pula yang memaknakannya sebagai berikut:
Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna
Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi
Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat
Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah
Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak reliabel:
Segera identifikasi dengan prosedur analisis per item. Item Analysis adalah kela-
njutan dari tes Aplha sebelumnya guna melihat item-item tertentu yang tidak relia-
bel. Lewat Item Analysis ini maka satu atau beberapa item yang tidak reliabel dapat
dibuang sehingga Alpha dapat lebih tinggi lagi nilainya.
8.5.4 Uji Reliabilitas Mengggunakan SPSS
Langkah pengujian reliabilitas dengan SPSS :
1) Buat skor total masing-masing variable seperti contoh data pada Tabel 8.4
2) Klik Analyze > Scale > Reliability Analysis :
3) Masukkan seluruh item Variabel X ke Items
4) Pastikan pada Model terpilih Alpha
5) Klik OK
Langkah pertama adalah menjalankan program SPSS, setelah itu, pindah ke sheet
variabel view. Sekarang isikan N1-N10 ke bagian variabel nama, seperti pada
Tabel dibawah ini (Tabel 8.5). Setelah selesai mendefinisikan variabel di sheet
variabel view, sekarang beralih ke sheet data view. Selanjutnya masukkan semua
nilai bobot tersebut, seperti gambar di bawah ini.
108
Tabel 8.5 Membuka Program SPSS
Setelah itu akan muncul jendela baru seperti gambar di bawah ini. Pindahkan
semua variabel (N1-N10) ke bagian Items dengan cara klik tanda panah di
sebelahnya. Setelah itu, Klik tombol statistics, sehingga akan muncul lagi jendela
baru seperti gambar di bawah ini. Silahkan centang pilihan Inter item correlation.
109
Gambar 8.8 Pilih Menu Correlation Untuk Proses Reliability
110
tidak perlu merumuskan hipotesis. sedangkan pengertian hipotesis sendiri menurut para
ahli adalah sebagai berikut:
1) Menurut Kerlinger (Riduwan, 2010) hipotesis ditafsirkan sebagai dugaan terhadap
hubungan antara dua variabel atau lebih. Sedangkan Sudjana (Riduwan, 2010)
meng-artikan hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat
untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya.
2) Hipotesis merupakan pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai apa
saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya (Nasution, 2003).
3) Hipotesis adalah merupakan proposisi atau dugaan yang belum terbukti yang secara
tentative menerangkan fakta-fakta atau fenomena tertentu dan juga merupakan
jawaban yang memungkinkan terhadap suatu pertanyaan riset (Zikmund,1997).
4) Menurut Margono (2004), hipotesis berasal dari perkataan hipo (hypo) dan tesis
(thesis). Hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis berarti pendapat. Jadi hipotesis
adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara. Hipotesis
merupakan suatu kemungkinan jawaban dari masalah yang diajukan. Hipotesis
timbul sebagai dugaan yang bijaksana dari peneliti atau diturunkan (deduced) dari
teori yang telah ada.
5) Menurut Suryabrata (2000), pengertian hipotesis dapat ditinjau dari beberapa hal,
yaitu :
(1) Secara teknis, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi
yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel
penelitian.
(2) Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter
yang akan diuji melalui statistik sample.
(3) Ditinjau dalam hubungannya dengan variabel, hipotesis merupakan pernyataan
tentang keterkaitan antara variabel-variabel (hubugan atau perbedaan antara
dua variabel atau lebih).
(4) Ditinjau dalam hubungannya dengan teori ilmiah, hipotesis merupakan deduksi
dari teori ilmiah (pada penelitian kuantitatif) dan kesimpulan sementara seba-
gai hasil observasi untuk menghasilkan teori baru (pada penelitian kualitatif).
6) Selain itu, Sugiyono (2011) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban se-
mentara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dinya-
takan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hal tersebut juga didukung oleh pernya-
taan Kerlinger (2006), hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kali-
mat pernyataan (declarative) dan menghubungkan secara umum maupun khusus-
variabel yang satu dengan variabel yang lain
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih yang
dinyatakan berdasarkan pemikiran peneliti atau diturunkan dari teori yang telah ada.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau sub masalah
yang diajukan oleh peneliti, yang diajabarkan dari landasan teori atau kajian teori dan
masih harus diuji kebenarannya. Karena bersifat sementara, maka dibuktikan kebena-
rannya melalui data empirik yang terkumpul atau penelitian ilmiah. Hiptotesis dinya-
111
takan ditolak atau diterima. Hipotesis harus bersifat analistis. Dalam penelitian yang
bersifat deskriptif, yang bermaksud men-deskripsikan masalah yang diteliti, hipotesis
tidak perlu dibuat, oleh karena memang tidak pada tempatnya. Hipotesis penelitian
harus dirumuskan dalam kalimat positif. Tidak dalam kalimat tanya, menyuruh,
menyarankan atau kalimat mengharapkan.
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang telah dibuat
sebelumnya (masih ingat bahwa rumusan masalah dibuat dalam bentuk pertanyaan).
Rumusan hipotesis ini bisa saja benar atau salah tetapi tidak mempengaruhi hasil
penelitian. Justru hasil penelitian akan menjadi pembuktian apakah hipotesis yang diaj-
ukan tersebut benar atau salah. Bahkan bisa jadi apabila hipotesis yang diajukan terse-
but salah maka landasan teori yang digunakan perlu dilakukan pengembangan dan hasil
penelitian yang ditemukan adalah jawaban dari pengembangan teori tersebut.
112
4) Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.
Secara garis besar hipotesis dalam penelitian mempunyai peranan sebagai
berikut:
1) Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian.
2) Memfokuskan perhatian dalam rangka pengumpulan data.
3) Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta atau data.
4) Membantu mengarahkan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang akan dite-
liti (diamati).
5) Dari hipotesis peneliti menarik kesimpulan dalam bentuk yang masih sementara
dan harus dibuktikan kebenarannya (hipotesis) sebagai titik tolak atau arah dari
pelaksanaan penelitian.
6) Di kembangkan dengan menggunakan teori yang sudah ada, penjelasan logis
atau hasil-hasil penelitian sebelumnya.
7) Hipotesis menunjukan maksud yang jelas
8) Hipotesis dapat di uji
9) Hipotesis ini lebih baik dari hipotesis kompetinsinya, jika dapat menjelaskan dan
memprediksi lebih baik.
113
Contoh sederhana:
(1) Jika sanitasi lingkungan suatu daerah buruk, maka penyakit menular di daerah
tersebut tinggi.
(2) Jika persalinan dilakukan oleh dukun yang belum dilatih, maka angka kematian
bayi di daerah tersebul tinggi.
(3) Jika pendapatan perkapita suatu negara rendah, maka status kesehatan masyarakat
di negara tersebut rendah pula.
(4) Dan lain-lain.
Meskipun pada umumnya rumusan hipotesis seperti tersebut di atas, tetapi hal
tersebut bukan saru-satunya rumusan hipotesis kerja. Karena dalam rumusan hipotesis
kerja yang paling penting adalah bahwa rumusan hipotesis harus dapat memberi
penjelasan tentang kedudukan masalah yang diteliti, sebagai bentuk kesimpulan yang
akan diuji. Oleh sebab itu penggunaan rumusan lain seperti di atas masih dapat
dibenarkan secara ilmiah.
2) Hipotesis Nol atau Hipotesis Statistik
Hipoiesis Nol biasanya dibuat untuk menyatakan sesuatu kesamaan atau tidak adanya
suatu perbedaan yang bermakna antara kelompok atau lebih mengenai suatu hal yang
dipermasalahkan. Bila dinyatakan adanya perbedaan antara dua variabel, disebut
hipotesis alternatif.
Contoh sederhana : hipotesis nol
(1) Tidak ada perbedaan tentang angka kematian akibat penyakit jantung antara
penduduk perkotaan dengan penduduk pedesaan.
(2) Tidak ada perbedaan antara kinerja tenaga kerja konstruksi yang sudah mempunyai
sertifikasi keterampilan dengan yang belum mempunyai.
(3) Tidak ada perbedaan antara kualitas kerja kontraktor yang melaksanakan standar
mutu ISO 9000 dengan yang tidak melaksanakan
(4) dan sebagainya.
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok yang bersang-
kutan adalah sama, misalnya kinerja tenaga kerja konstruksi yang sudah mempunyai
sertifikasi keterampilan sama dengan yang belum mempunyai sertifikasi keterampilan.
Bila hal tersebut dirumuskan dengan “selisih” maka akan menunjukkan hasil dengan
nol, maka disebut hipotesis nol. Bila dirumuskan dengan “persamaan” maka hasilnya
sama, atau tidak ada perbedaan. Oleh sebab itu apabila diuji dengan metode statistika
akan tampak apabila rumusan hipotesis dapat diterima, dapat disimpulkan sebagaimana
hipotesisnya.
Tetapi bila rumusannya ditolak, maka hipotesis alternatifhya yang diterima.
Itulah sebabnya maka sdperti rumusan hipotesis nol dipertentangkan dengan rumusan
hipotesis altematif. Hipotesis nol biasanya menggunakan rumus Ho (misalnya HO : x =
y) sedangkan hipotesis alternatif menggunakan simbol Ha (misalnya, Ha : x = > y).
Berdasarkan isinya, suatu hipotesis juga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
pertama, hipotesis mayor, hipotesis induk, atau hipotesis utama, yaitu hipotesis yang
menjadi sumber dari hipotesis-hipotesis yang lain. Kedua, hipotesis minor, hipotesis
penunjang, atau anak hipotesis, yaitu hipotesis yang dijabarkan dari hipotesis mayor. Di
114
dalam pengujian statisik hipotesis ini sangat penting, sebab dengan pengujian terhadap
tiap hipotesis minor pada hakikatnya adalah menguji hipotesis mayornya.
Contoh tidak sempurna :
Hipotesis mayor: “Sanitasi lingkungan yang buruk mengakibatkan tingginya penyakit
menular”. Dari contoh ini dapat diuraikan adanya dua variabel, yakni variabel penyebab
(sanitasi lingkungan) dan variabel akibat (penyakit menular). Kita ketahui bahwa
penyakit menular itu luas sekali, antara lain mencakup penyakit-penyakit diare, demam
berdarah, malaria, TBC, campak, dan sebagainya. Sehubungan dengan banyaknya ma-
cam penyakit menular tersebut, kita dapat menyusun hipotesis minor yang banyak seka-
li, yang masing-masing memperkuat dugaan kita tentang hubungan antara penyakit-
penyakit tersebut dengan sanitasi lingkungan, misalnya :
a) Adanya korelasi positif antara penyakit diare dengan buruknya sanitasi lingkungan
b) Adanya hubungan antara penyakit campak dengan rendahnya sanitasi lingkungan.
c) Adanya hubungan antara penyakit kulit dengan rendahnya sanitasi lingkungan.
d) dan sebagainya.
Apabila dalam pengujian statistik hipotesis-hipotesis tersebut terbukti bermakna
korelasi antara kedua variabel di dalam masing-masing hipotesis minor tersebut, maka
berarti hipotesis mayornya juga diterima. Jadi ada korelasi yang positif antara sanitasi
lingkungan dengan penyakit menular.
115