Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN
VARIABEL DAN SKALA PENGUKURAN

DISUSUN OLEH
NAMA : PUTRA DWI ALAMSYAH M.TAHILI
NIM : G 301 19 003
KELAS : A (GANJIL)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jika ada pertanyaan tentang apa yang kita teliti, maka jawabannya berkenaan dengan
variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Secara teoritis variabel penelitian juga dapat
diartikan sebagai suatu atribut atau sifat nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.

Variabel ini menjadi sangat penting karena tidak mungkin peneliti melakukan penelitian
tanpa adanya variabel. Namun terkadang banyak hal juga yang menyebabkan kita lupa
mengenai apa dan seperti apa variabel serta apa saja jenis variabel dalam penelitian itu.
Banyak hal yang menjadi pertanyaan dan itulah sebabnya mengupas dengan benar variabel
akan menjadi suatu hal yang sangat penting.

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan


data. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Setiap
instrumen harus mempunyai skala. Hal ini didasari agar data yang dikumpulkan dapat
diukur, penggunaan ukuran skala ini sesuai dengan kesepakatan bersama yang menjadi
standarisasi sebuah ukuran. Misalnya dalam mengukur berat telah disepakati bersama untuk
menggunakan satuan mg, gram, kilogram hingga ton. Melalui pengukuran skala akan
mempermudah kita untuk mengolah data yang telah kita kumpulkan baik itu dalam
penelitian kuantitatif maupun kualitatif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan variabel penelitian ?
2. Apa yang dimaksud dengan skala pengukuran ?
3. Apa saja jenis – jenis skala pengukuran ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Variabel Penelitian
1. Pengertian Variabel
Sebagian besar para ahli mendefinisikan variabel penelitian sebagai kondisi-kondisi yang
oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol, atau diobservasikan dalam suatu penelitian.
Selain itu, beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Dari dua pengertian tersebut,
dapat dijelaskan bahwa variabel penelitian meliputi faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa atau gejala yang diteliti.

Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan oleh
hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis suatu penelitian berbeda,
akan berbeda pula variabelnya. Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan,
diidentifikasi, dan diklasifikasikan. Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas
serta sempitnya panelitian yang akan digunakanDalam ilmu-ilmu eksakta, variabel-
variabel yang digunakan umumnya mudah diketahui karena dapat dilihat dan
divisualisasikan. Tetapi, variabel-variabe dalam ilmu sosial, sifanya lebih abstrak
sehingga sukar dijamah secara realita. Variabel-variabel ilmu sosial berasal dari suatu
konsep yang perlu diperjelas dan diubah bentuknya sehingga dapat diukur dan
dipergunakan secara operasional.

Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan
cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang
dibuat dapat berbentuk definisi operasional yang diukur, ataupun definisi operasional
eksperimental. Dalam suatu penelitian, variebel perlu diidentifikasi, diklasifikasikan dan
diidentifikasi secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan
kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis.
Dari keterangan-keterangan diatas, maka dapat disimpulkan tiga buah pola dalam
memberikan definisi operasional dalam suatu variabel . Ketiga pola tersebut adalah
sebagai berikut:

a. Definisi yang disusun atas dasar kegiatan lain yang terjadi, yang harus dilakukan atau
yang tidak dilakukan untuk memperoleh variabel yang didefinisikan.
b. Definisi yang disusun berdasarkan bagaimana sifat serta cara beroperasinya hal-hal
yang didefinisikan.
c. Definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu muncul.

2. Jenis-Jenis Variabel
a. Variabel Dependen atau variabel tidak bebas adalah kondisi atau karakteristik yang
berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi, pengubah atau pengganti
variabel bebas. Menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain.
b. Variabel Independen atau variabel bebas, adalah kondisi-kondisi atau karakteristik
yang oleh peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk menerangkan hubungan-
hubungan dengan fenomena yang diobservasi. Menurut fungsinya variabel ini
mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh dalam variabel lain.
c. Variabel intervening, Yaitu variabel yang berfungsi menghubungkan variabel satu
dengan variabel lain. Hubungan itu dapat menyangkut sebab akibat ataupun pengaruh
atau terpengaruh. Variabelini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di
antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak
langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
d. Variabel Moderator, adalah variabel yang mempengaruhi, memperkuat dan
memperlemah hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel
tersebut juga sebagai variabel independen ke dua.
e. Variabel kontrol adalah variabel yang membatasi atau mewarnai variabel moderator.
Variabel ini berfungsi sebagai kontrol terhadap variabel lain terutama yang berkaitan
dengan variabel moderator dan bebas, ia juga berpengaruh terhadap variabel
tergantung.
f. Variabel acak atau random, yaitu variabel yang fungsinya dapat diabaikan dan
pengaruhnya dapat tidak diperhatikan terhadap bebas maupun tergantung.

3. Pengukuran Variabel
Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu
a. Skala Nominal
Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota – anggota yang mempunyai
kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain.
Misalnya : Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan.

Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan, tiap


variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan
apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari
kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari kategori yang
lain.
b. Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan – tingkatan. Skala
Ordinal merupakan Himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat
atau jabatan. Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan atau diberi
peringkat.Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke
variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai
tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain. Contoh : Tingkat
Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
c. Skala Interval
Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang
lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan. Dikatakan Skala
Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai
pengamatan lainnya dapat diketahui secara pasti. Nilai variasi pada Skala Interval juga
dapat dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih
Kecil, dsb), tetapi Nilai Mutlaknya Tidak Dapat Dibandingkan secara Matematis, oleh
karena itu batas – batas Variasi Nilai pada Skala Interval bersifat ARBITRER
(ANGKA NOL-nya TIDAK Absolut).
d. Skala Rasio / Skala Perbandingan
Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi nilainya
memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL ABSOLUT ).
Misalnya : Tinggi Badan : sebagai Skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan
mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini juga dapat dikatakan
bahwa : tinggi badan 180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 Cm.
B. Skala pengukuran
1. Pengertian Skala Pegukuran
Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan atau tolak ukur
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur sehinga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data.

Skala merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur, karena diperoleh
hasil ukur yang berbentuk angka-angka.[1] Skala pengukuran merupakan kesepakatan
yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada
dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya timbangan emas sebagai
instrumen untuk mengukur berat emas, dibuat dengan skala mg dan akan menghasilkan
data kuantitatif berat emas dalam satuan mg. Meteran sebagai instrumen untuk mengukur
panjang dibuat dengan skala mm, dan akan menghasilkan data kuantutatif panjang
dengan satuan mm.

Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu
dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan
komunikatif. Misalnya berat emas 19 gram, berat besi 100 kg, IQ seseorang 150.
Selanjutnya dalam pengukuran sikap, sikap sekelompok orang akan diketahui termasuk
gradasi mana dari suatu skala sikap.

2. Macam-macam Skala Pengukuran


a. Skala nominal
Skala nominal merupakan skala paling sederhana dari empat skala yang ada. Skala
nominal memberikan suatu sistem kualitatif untuk mengkategorikan orang atau objek
ke dalam kategori, kelas, atau klasifikasi. Skala nominal ini hanya mempunyai fungsi
yang terbatas, yaitu mengidentifikasi dan membedakan. Sebagai contoh, jenis
kelamin merupakan contoh skala nominal yang menandai seseorang, yakni laki-laki
atau perempuan. Misalnya, 1 = Laki-laki, 2 = Perempuan ; 1 = Dewasa, 2 = Anak-
anak.

Skala ini termasuk jenis data kualitatif, selain untuk mengelompokkan variabel jenis
kelamin juga biasa digunakan untuk mengelompokkan agama, suku, golongan darah
Skala nominal bersifat mutually excusive atau setiap objek hanya memiliki satu
kategori
b. Skala ordinal
Skala ordinal memungkinkan untuk mengurutkan seseorang atau objek sesuai dengan
banyak atau kuantitas dari karakteristik yang dimilikinya. Pada skala ordinal,
dimungkinkan untuk melakukan penghitungan (kuantifikasi) variabel-variabel yang
diuji sehingga dapat memberikan informasi yang lebih substansial dibandingkan
dengan skala nominal. Contoh dalam kelas kepelatihan yang terdiri dari beberapa
trainee Adi, Budi, Santi, Eka, Fitri, dan Gina. Eka adalah siswa yang paling tinggi,
diikuti kemudian oleh Adi dan Santi, sedangkan Gina adalah siswa yang paling
pendek, yang agak tinggi Budi, dan diikuti kemudian oleh Fitri. Dalam analisis data,
ada kemungkinan seorang pengembang ingin mengurutkannya dari variabel paling
tinggi ke yang paling rendah, atau sebaliknya dari yang paling rendah sampai ke
yang paling tinggi. Untuk tujuan itu, mereka dapat melakukan analisis pada para
trainee, kemudian diurutkan sesuai dengan keperluannya. Hasil yang dicapai di
antaranya menjadi seperti berikut: Eka, Adi, Santi, Fitri, Budi, dan Gina.
c. Skala interval
Skala interval dapat memberikan informasi yang lebih dibandingkan dengan skala
nominal atau ordinal. Skala interval juga memungkinkan untuk mengurutkan
seseorang atau objek seperti halnya skala ordinal, namun dengan unit yang sama.
Melalui unit yang sama maka perbedaan antara unit-unit yang berdekatan pada skala
itu ekuivalen. Misalnya, selisih skor antara 70 dan 71 adalah sama dengan selisih
skor 50 dan 51 (92 dan 93, 37 dan 38, dan seterusnya).

Kebanyakan tes di bidang pendidikkan didesain untuk menghasilkan skor-skor


interval. Perhatikan contoh skor untuk ketiga orang pada tes sikap berikut. Misalkan
siswa A mendapat skor 100, siswa B mendapat skor 110, dan siswa C mendapat skor
120. Berdasarkan skor ketiga siswa tersebut, dapat dibuat beberapa kesimpulan.
Pertama, skor siswa C merupakan skor tertinggi kemudian diikuti oleh siswa B dan
A. Kedua, selisih skor siswa A dan siswa B (yakni 10 poin) ekuivalen dengan selisih
skor siswa B dan siswa C (juga10 poin). Ketiga, selisih antara siswa A dan siswa C
(yakni 20 poin) adalah dua kali lebih besar selisih antara siswa A dan siswa B (yakni
10 poin).

d. Skala rasio
Ukuran rasio adalah ukuran yang mencakup semua ukuran di atas, ditambah dengan
satu sifat lain, yaitu ukuran ini memberikan keterangan tentang nilai absolut dari
objek yang diukur. Ukuran rasio mempunyai titik nol, karena itu maka ukuran rasio
dapat dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada skala rasio menunjukkan
nilai sebenarnya dari objek yang diukur. Jika ada 4 bayi, A, B, C, dan D mempunyai
berat badan 1 kg, 3 kg, 4 kg, dan 5 kg, maka ukuran rasio dapat di gambarkan
sebagai berikut.
A B C D

0 1 2 3 4 5
Dari gambar tersebut dapat dilihat dengan ukuran rasio, berat bayi C adalah 4 kali
berat bayi A; berat bayi D adalah 5 kali berat bayi A; berat bayi C adalah 4/3 kali
berat bayi B. Dengan perkataan lain, rasio antara C dan A adalah 4:1, rasio antara D
dan A adalah 5:1, sedang rasio antara C dan B adalah 4:3. Interval antara A dan C
adalah 4-1 = 3 kg dan berat bayi C adalah 4 kali berat bayi A.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. variabel penelitian sebagai kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol,
atau diobservasikan dalam suatu penelitian. Selain itu, beberapa ahli lainnya menyatakan
bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan
penelitian.
2. Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan atau tolak ukur
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur sehinga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data.
3. Jenis – jenis skala penelitian yaitu skala nominal, skala ordinal, skala internal, dan skala
rasio.

Anda mungkin juga menyukai