Ada beberapa definisi tentang variabel, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian, artinya dalam penelitian terdapat sesuatu yang menjadi sasaran, yaitu variabel sehingga variabel merupakan fenomena yang menjadi pusat perhatian penelitian untuk diobservasi atau diukur. b. Variabel adalah konsep yang memiliki variasi nilai, artinya sesuatu atau konsep dapat disebut variabel jika konsep tersebut memiliki variabilitas atau dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau kategori. Menurut Sugiyono, variabel adalah segala sesuatu berbentuk apapun yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Sugiyono membagi variabel penelitian berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, yaitu: 1. Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). 2. Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Syarat utama sebuah variabel adalah memiliki perbedaan atau nilai yang bervariasi. Variabel merupakan karakteristik atau kualitas atau ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang, benda, objek, atau situasi/kondisi. Dengan demikian, variabel paling sedikit memiliki satu nilai. Variabel merupakan elemen yang dapat dikuantifikasi dan terdiri dari berbagai jenis. Selain variabel independen dan dependen, ada juga variabel eksternal dan demografi. Variabel independen disebut juga variabel “treatment” atau variabel eksperimen. Variabel ini memengaruhi variabel lain dan menyebabkan perubahan atau berkontribusi terhadap outcome. Variabel dependen merupakan variabel outcome sebagai efek atau pengaruh dari variabel independen. Pada penelitian eksperimen atau kuasi-eksperimen, peneliti memanipulasi variabel ini dengan melakukan intervensi atau perlakuan untuk melihat pengaruhnya terhadap variabel dependen. Yang perlu diperhatikan adalah penentuan sebuah variabel apakah dependen atau independent, tergantung topik penelitian yang dihadapi. Sebuah variabel bisa menjadi variabel independen atau menjadi variabel dependen tergantung konteks masalahnya. Variabel eksternal adalah variabel yang tidak dapat dikontrol yang dapat memengaruhi hasil penelitian. Adanya variabel ini menunjukkan hubungan antara variabel independen X dan variabel dependen Y dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yaitu variabel ketiga, sehingga harus dikontrol oleh peneliti. Pada penelitian eksperimen dan kuasi-eksperimen, variabel ini merupakan variabel yang paling penting dan sangat diperhatikan dalam penelitian. Variabel demografi disebut juga variabel atribut, yaitu variabel yang tidak dapat dimanipulasi atau dipengaruhi oleh peneliti, yang dapat timbul atau bervariasi pada berbagai populasi. Contoh variabel demografi antara lain jenis kelamin, usia, ras, status pernikahan, agama, dan pendidikan. Sebenarnya sebuah variabel dalam penelitian merupakan konsep-konsep yang dapat diukur dalam sebuah studi yang berhubungan dengan sebuah fenomena. Fenomena ini dijelaskan dengan suatu kelompok atribut, karakter, atau sifat. Variabel diukur dalam kondisi yang senatural mungkin tanpa adanya perlakuan, baik terhadap variabel independen maupun dependen. Variabel-variabel yang akan dipakai dalam penelitian harus didefinisikan dengan jelas agar peneliti memiliki arti yang jelas dan pembaca dapat memahami dengan jelas pula. Definisi terhadap variabel terdapat dua jenis: 1. Definisi yang ada pada kamus atau yang terkonsep disebut definisi konseptual. 2. Definisi yang dapat dioperasionalkan dalam penelitian disebut definisi operasional. Definisi Operasional Definisi operasional bukan hanya menjelaskan arti variabel namun juga aktivitas-aktivitas yang harus dijalankan untuk mengukur variabel-variabel tersebut, atau menjelaskan bagaimana variabel tersebut diamati dan diukur. Definisi operasional harus menjelaskan secara spesifik sehingga berdasarkan definisi ini, peneliti yang akan mereplikasi studi dapat dengan mudah mengkonstruksikan teknik-teknik pengukuran yang sama. Misalnya definisi konseptual “orang yang lapar”, dengan menggunakan definisi operasional maka akan memiliki tiga jenis definisi: 1. Seseorang yang telah kehilangan/kekurangan makanan selama 24 jam; atau 2. Seseorang yang dapat memakan roti kurang dari 10 menit; atau 3. Seseorang yang memiliki kadar gula darah di bawah level yang dianjurkan. Setiap definisi di atas memberikan informasi yang berharga bagi peneliti yang membutuhkannya dalam rangka mengidentifikasi fenomena “orang kelaparan”. Dengan demikian peneliti akan memilih definisi yang sesuai dengan konteks masalah penelitiannya. Contoh lain adalah mengoperasionalkan definisi dari “obesitas” sebagai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas 30 kg berat badan per m 2 tinggi badan. Definisi ini memudahkan siapapun dalam menginvestigasi obesitas karena memiliki sifat yang spesifik dan mengarahkan peneliti. Permasalahan yang dihadapi dalam menyusun definisi operasional adalah ketidakmampuan peneliti untuk memperoleh informasi yang langsung berhubungan dengan definisinya, sehingga terpaksa menggunakan informasi dari sumber sekunder. Misalnya seorang peneliti tidak dapat mengakses data status sosial dari subjek, maka ia dapat menentukannya dengan mengobservasi karakteristik lain seperti status kepegawaian, tingkat pendidikan, pendapatan, atau domisili. Penyusunan Definisi Operasional mengikuti pedoman yang sudah ditetapkan yaitu menggunakan tabel sebagai berikut: No Variabel Definisi Alat Cara Hasil Skala Ukur Operasional Ukur Ukur Ukur Skala Ukur Untuk melakukan pengukuran terhadap data dalam penelitian kuantitatif, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu (1) proses dan prosedur pengukuran; dan (2) unit pengukuran. Hasil pengukuran akan bervariasi. Supaya variabilitas hasil tersebut dapat dikelompokkan maka dibutuhkan skala pengukuran. Pengukuran merupakan proses yang logis dan prosedural untuk menghasilkan ukuran. Saat melakukan pengukuran terhadap objek misalnya tinggi badan, maka peneliti akan melalui tahapan-tahapan prosedural yang sistematik dan logik. Di samping itu dalam pengukuran perlu diperhatikan pula Unit Pengukuran. Unit Pengukuran berguna untuk mengidentifikasi jenis variabel yang diukur dan untuk memberikan jarak pada skala ukur sebagai standar perbandingan. Unit pengukuran yang umum digunakan di Indonesia adalah metric system atau International System of Units (meter, detik, gram). Sementara beberapa negara Eropa masih menggunakan English System (inci, pon, detik). Dengan demikian setiap hasil ukur sebaiknya dicantumkan unit pengukurannya untuk memperjelas data. Jawaban responden terhadap kuesioner/angket atau data-data yang diperoleh baik dengan pengukuran maupun perhitungan terhadap suatu objek, sering bervariasi antara satu responden atau objek dengan reponden/objek yang lain. Supaya jawaban atau hasil ukur/hitung tersebut dapat ditempatkan sesuai dengan posisinya maka disusunlah skala pengukuran. Skala pengukuran tersebut terdiri dari empat tingkatan dari yang terendah hingga tertinggi yaitu skala Nominal, Ordinal, Interval, dan Rasio. 1. Skala Nominal Dikatakan skala nominal bila peneliti menggunakan bilangan (numerik atau alfabet) atau lambang/kelompok, untuk mengklasifikasikan objek pengamatan, sehingga pengukuran ini dikatakan memiliki tingkatan yang paling lemah. Lalu setiap objek akan dimasukkan ke dalam salah satu bilangan/lambang/kelompok tersebut. Skala ini disebut juga skala/data kategorik, karena data ini diperoleh dengan cara mengelompokkan atau kategorisasi. Data skala nominal memiliki ciri-ciri antara lain posisi data setara dan tidak dapat dilakukan operasi matematika seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian. Pengkategorisasian skala nominal bisa memiliki sifat mutually exclusive dan totally exclusive. Pengertian mutually exclusive adalah tidak ada satu pun objek yang dapat dikelompokkan ke dalam lebih dari satu kategori. Sedangkan totally exclusive merupakan setiap objek dapat dikelompokkan ke dalam lebih dari satu kategori. Secara statistik karena pada skala nominal satu-satunya yang bisa dikuantifikasikan adalah jumlah unit/kasus dalam satu kelompok, maka untuk mengukur sifat sentralis data (tendensi sentral) hanya bisa digunakan modus, dalam arti skala nominal tidak bisa menggunakan mean untuk menggambarkan rata-rata. Begitu pulaa karena sifatnya, maka dalam skala nominal tidak bisa mengukur sebaran data (standar deviasi, varian). Skala nominal memiliki kelebihan yakni data tersebut mudah diolah dan dijawab. Namun kekurangannya adalah informasi yang diperoleh tidak mendalam dan tidak dapat membedakan masing-masing data secara kuantitatif, serta perhitungan statistik yang bisa dilakukan hanyalah proporsi atau persentase. 2. Skala Ordinal Bila data-data yang diamati bukan hanya dikelompokkan tetapi juga terdapat hubungan (dalam bentuk ranking atau urutan) antara kelompok-kelompok tersebut maka hal ini disebut dengan Skala Ordinal. Urutan/jenjang antardata tidak mesti seragam atau sama. Dari data skala ordinal hanya dapat diketahui bahwa kondisi satu responden lebih baik dibanding responden lain, karena skala ini masih bersifat kualitatif. Seperti juga skala nominal, skala ordinal diperoleh melalui pengelompokkan/kategorisasi. Ciri-ciri data skala ordinal sama dengan data nominal yaitu tidak dapat dilakukan operasi matematika, namun posisi data pada skala ordinal tidak setara seperti pada skala nominal. Contohnya pengelompokkan 100 pasien ke dalam Obesitas, Overweight, Normal, dan Underweight. 3. Skala Interval Pada skala interval, bukan hanya sifat skala ordinal yang nampak tetapi juga terdapat jarak di antara urutan kelompok tersebut atau urutannya dapat dinyatakan dengan angka sehingga sudah bersifat kuantitatif. Data skala interval diperoleh dengan cara pengukuran. Dengan demikian ciri-ciri data skala interval adalah tidak ada kategorisasi dan tidak dapat dilakukan operasi matematika. Misalnya, pengukuran suhu tubuh pasien dengan nilai bervariasi yakni 30,0°C; 31,2°C; 33,8°C; 35,0°C; 39,2°C. Bukan hanya ada pengelompokkan dan urutan, namun juga antara nilai 30,0°C dengan 31,2°C terdapat jarak sebesar 1,2°C. 4. Skala Rasio Pada skala rasio, terdapat sifat tambahan selain sifat pada skala interval yaitu tiap kelompok dapat diperbandingkan, hal ini disebabkan karena skala ini mempunyai titk “nol mutlak”. Skala rasio mencerminkan jumlah-jumlah yang sebenarnya dari suatu variabel. Salah satu ciri khas dari skala rasio adalah dapat dilakukan operasi matematika serta tidak ada kategorisasi. Skala rasio terdiri dari rasio kontinyu dan rasio diskrit. Misalnya, pada pengukuran berat badan didapat angka-angka 40 kg, 50 kg, 60 kg, dan 80 kg. Terlihat bahwa data-data tersebut dapat diperbandingkan, yakni kelompok yang beratnya 80 kg memiliki 2 kali berat badan kelompok 40 kg.
Daftar Pustaka
Ade Heryana. 2020. Buku Ajar Metodologi Penelitian pada Kesehatan Masyarakat Edisi ke- 2 (2020). Lubis, Mayang Sari. 2018. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Deepublish.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu