Anda di halaman 1dari 7

Definisi Konseling

Gunarsa S (2000) merangkum pendapat beberapa ahli yang mendefinisikan konseling serbagai
berikut :
1. Roblis (1942) mengatakan bahwa konseling adalah hubungann yang bebas dan
berstruktur dengan cara membiarkan klien memperoleh pengertian secara mandiri yang
membimbingnya untuk menentukan langkah positif kearah orientasi baru.
2. Pepinsky dan pepinsky (1954) mengatakan bahwa konseling merupakan interaksi yang :
a) Terjadi antara 2 orang, yang satu disebut sebagai konselor dan lainnya sebagai
klien.
b) Berlangsung dalam kerangka professional.
c) Diarahkan agar memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada klien.
3. Smith (1955) mengatakan bahwa konseling adalah proses yang terjadi dalam hubungan
pribadi antara seserorang yang mengalami kesulitan dengan seorang professional terlatih
berpengalaman, dan pengalamannya mungkin dapat digunakan untuk membantu orang lain,
sehingga mampu memecahkan persoalan pribadinya.
4. Blocker (1966) mengatakan bahwa konseling adalah upaya menolong seseorang agar
menyadari berbagai reaksi pribadi terhadap pengaruh perilaku lingkungan dan juga
membantu seseorang menjalin makna dari perilakunya. Konseling juga membantu klien
dalam membentuk dan memperjelas rangkaian dari tujuan dan nilai-nilai untuk perilaku
selanjutnya.
5. Lewis (1970) mengatakan bahwa konseling adalah proses ketika seseorang yang
mengalami kesulitan (klien) dibantu untuk merasakan dan selanjutnya bertindak dengan cara
yang lebih memuaskan dirinya melalui interaksi dan seseorang yang tidak terlihat yakni
konselor. Konselor memberikan informasi dan reaksi untuk mendorong klien
mengembangkan perilaku agar dapat berhubungan secara lebih efektif dengan dirinya
sendiri dan lingkungannya.
6. Elin Senberg (1983) mengatakan bahwa konseling menambah kekuatan pada klien untuk
menghadapi, mengikuti aktivitas yang mengarah pada kemajuan , dan untuk menentukan
suatu keputusan konseling sehingga membantu klien agar mampu menguasai masalah yang
sedang dan kelak akan dihadapi.
Beberapa faktor penting dalam konseling adalah bahwa :
a) Konseling berhubungan dengan tujuan untuk membantu orang lain menentukan pilihan
dan tindakannya.
b) Dalam proses konseling terjadi proses belajar.
c) Terjadi perubahan dan perkembangan kepribadian.
Ciri- ciri konseling
1. Konseling berkaitan dengan kegiatan mempengaruhi secara sengaja agar terjadi
perubahan perilaku pada sebagian dari kepribadian klien.
2. Tujuan dari konseling adalah : untuk membuat kondisi yang memudahkan terjkadinya
perubahan yang disengaja pada sebagian diri klien.
3. Pada klien harus ada pembatasan untuk hal0hal yang bersifat pribadi bagi konselor.
Hanya hal yang berhubungan dengan penyakit saja yang dibahas.
4. Kondisi yang mempermudah terjadinya perubahan perilaku diperoleh melalui
wawancara.
5. Kegiatan mendengarkan harus ada pada konseling tapi tidak semua konseling adalah
mendengarkan.
6. Konselor harus memahami kliennya.
7. Konseling dilakukan dengan tertutup (privasi) dan diskusi bersifat rahasia (confidential).
8. Pattersentt dalam Hasbullah (1999) memperjelas mengenai hal-hal yang bukan konseling
dan penjelasannya merupakan perbaikan dari apa yang pernah dikemukakan sebelumnya
di tahun 1967. Perbaikan ini memperjelas bahwa :
a) Konseling bukan kegiatan pemberian informasi, meskipun informasi bisa
diberikan dalam konseling.
b) Konseling bukan kegiatan pemberian nasehat, sugesti atau rekomendasi.
c) Konseling bukan kegiatan untuk memengaruhi sikap, kepercayaan atau perilaku
dengan cara memaksa, mengatur atau meyakinkan.
d) Konseling bukan seleksi dari tugas yang harus dilakukan dalam menghadapi
bermacam-macam pekerjaan dan aktivitas.
e) Konseling bukan kegiatan melakukan wawancara, sekalipun wawancara bisa
dilibatkan dalam konseling.
Tujuan Utama
1. menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku
Tujuan suatu konseling adalah melakukan perubahan paradigm dan perilaku pada klien
untuk menuju kea rah perubahan yang memungkinkan klien dapat hidup lebih produktif dan
menikmati kepuasan hidup sesuai dengan pembatasan-pembatasan yang ada dalam masyarakat.
Tujuan konseling harus jelas, jadi perubahan perilaku yang dikehendaki ialah perubahan yang
seperti apa dan selanjutnya bagaimana melakukan perubahan tersebut dengan bantuan dari
konselor.
2. meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu
Dalam hali ini konselor akan membantu mengajarkan bagaimana seharusnya dan
sebaiknya klien bersifat ketika menghadapi masalah dan menyelesaikan masalah tersebut.
George dan Crishani (1981) dalam Hasbullah (1999) mengatakan bahwa membantu orang
belajar untuk menghadapi situasi dan tuntutan baru adalah tujuan penting dari konseling.
3. meningkatkan kemampuan dalam menentukan keputusan
Konseling bertujuan membantu klien agar dapat memperoleh informasi dan penjelasan di luar
pengaruh emosi dan ciri kepribadiannya yang bisa mengganggu proses pengambilan keputusan.
Konseling bertujuan membantu seseorang belajar mengenai keseluruhan proses
pengambilan keputusan dari awal hingga akhir, sehingga pada akhirnya bisa melakukannya
sendiri.
George dan Crisnani (1981) juga mengutip Reaves dan Reaves (1965) yang
mengemukakan bahwa tujuan utama konseling adalah: merangsang seseorsang untuk melakukan
penilaian, menentukan, menerima, dan bertindak atas dasar pilihannya.
4. meningktakan dalam hubungan antarperorangan
Sebagai makhluk hidup sosial individu diharapkan mampu membina hubungan yang
harmonis dengan lingkungan sosialnya, sejak kecil di sekolah, kemudian ketika dewasa dengan
teman sebaya dan rekan sepekerjaan/ seprofesi. Dalam keluarga hubungan antarperorangan
adalah kegagalan dalam penyelesaian diri, yang antara lain disebabkan oleh kurang tepatnya
individu dalam memandang atau menilai diri sendiri atau kekurangannya keterampilan dalam
menyesuaikan diri.
5. menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan klien.
Konseling berupaya memaksimalkan kebebasan pribadi sesuai dengan kemungkinan
dalam batasan-batasan yang diperoleh dari dirinya sendiri atau lingkungannya. Konseling juga
berupaya untuk memaksimalkan efektifitas pribadi dengan cara mengembangkan kemampuan
penguasaan klien terhadap lingkungan dan berbagai respond didalam dirinya.
Dari uraian mengenai tujuan konseling tersebut diatas, dijelaskan bahwa tujuan konseling
sangat dipengaruhi oleh latar belakang teori dan teknik yang dipakai oleh konselor, sehingga
sepertinya terdapat tiga macam tujuan yakni : tujuan utama, tujuan antara, dan tujuan segera.
Meskipun demikian nampaknya tetap terdapat kesamaan dalam tujuan konseling yakni
membantu klien agar:
a. Mengetahui apa yang harus dan akan dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan.
b. Dapat merasa lebih baik, jauh dari ketegangan, dan tekanan terus-menerus karena ada
persoalan.
c. Berfungsi maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki
d. Dapat mencapai sesuatu yang lebih baik kerena bersifat positif dan optimis
e. Bisa hidup lebih efektif sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan menyesuaikan diri
sesuai dengan tuntutan lingkungan

KONSELING HIV/AIDS
Konseling HIV/AIDS merupakan dialog anatara seseorang (klien) dengan pelayan kesehatan
(konselor) yang bersifat rahasia, sehingga memungkinkan orang tersebut mampu menyesuaikan
atau mengadaptasi diri dengan stress dan sanggup membuat keputusan bertindak berkaitan
dengan HIV/AIDS.
Konseling HIV berbeda dengan jenis konseling lainnya, walaupun keterampilan dasar yang
dibutuhkan adalah sama. Konseling HIV menjadi hal yang unik karena:
1. Membutuhkan pengetahuan yang luas rentang infeksi menular seksual (IMS)dan
HIV/AIDS.
2. Membutuhkan pembahasan tentang kematian atau proses kematian.
3. Membutuhkan pembahasan mengenai praktik seks yang bersifat pribadi.
4. Membutuhkan kepekaan konselor dalam menghadapi perbedaan dan nilai yang mungkin
sangat bertentangan dengan nilai yang dianut oleh konselor itu sendiri.
5. Membutuhkan keterampilan pada saat memberikan hasil HIV yang positif.
6. Membtuhkan keterampilan dalam menghadapi kebutuhan pasangan maupun anggota
keluarga klien.

Tujuan Konseling HIV


1. Mencegah penularan HIV dengan cara mengubah perilaku. Untuk mengubah perilaku,
ODHA (orang dengan HIV/AIDS) tidak hanya membutuhkan informasi belaka, tetapi
yang jauh lebih penting adalah pemberian dukungan yang dapat menumbuhkan motivasi
mereka, misalnya dalam perilaku seks aman, tidak berganti-ganti jarum suntik, dan lain-
lain.
2. Meningkatkan kualitas hidup ODHA dalam segala aspek baik medis, psikologis, sosial,
dan ekonomi. Dalam hal ini konseling bertujuan untuk memberikan dukungan kepada
ODHA agar mampu hidup secara positif.
Dalam hal ini, konselor juga diharapkan dapat membantu mengatasi rasa putus asa, rasa duka
yang berkelanjutan, kemungkinan stigma, diskriminasi, penyampaian status HIV pada pasangan
seksual, pemutusan hubungan kerja, dan lain-lain.

Ciri-ciri Konseling HIV


Konseling merupakan kegiatan membantu klien agar dapat:
a. Memperoleh akses informasi yang benar
b. Memahami dirinya dengan lebih baik
c. Agar mampu menghadapi masalahnya
d. Agar mampu berkomunikasi lebih lancar
e. Mengantisipasi harapan-harapan, kerelaan, dan perubahan perilaku
Konseling bukan merupakan percakapan tanpa tujuan, juga bukan member nasihat atau
instruksi pada orang untuk melakukan sesuatu sesuai kehendak konselor. Konseling bersifat
sangat pribadi, sehingga membuthkan pengembangan kondisi daerah/ wilayah, latar belakang
klien, dan jenis layanan medis/sosial yang tersedia. Konseling bersifat tidak eksklusif, artinya
setiap orang yang diberi pelatihan khusus dapat menjadi seorang konselor.

Konseling HIV Dianjurkan untuk Keadaan Berikut:


1) Orang yang sudah diketahui menderita AIDS atau terinfeksi HIV, dan keluarganya.
2) Mereka yang sedang dites untuk HIV (sebelum dan sesudah tes)
3) Mereka yang sedang mencari pertolongan diakibatkan perilaku risiko yang lalu dan
sekarang sedang merencanakan masa depannya.
4) Mereka yang tidak mencari pertolongan namun berperilaku risiko tinggi.
5) Orang yang mempunyai masalah akibat infeksi HIV (pekerjaan, perumahan, keuangan,
keluarga, dan lain-lain), sebagai akibat infeksi HIV.

Petugas Konseling
selain dokter, perawat, psikologis, psikoterapis, pekerja sosial, dan orang dengan profesi lain
dapat dianjurkan dan dilatih untuk memberikan dukungan konseling. Petugas konseling tidak
harus merupakan petugas kesehatan yang ahli. Guru, penyuluhan kesehatan, petugas
laboratorium, pemuka agama,kelompok kerja dalam konseling pencegahan maupun konseling
dukungan untuk ODHA. Jadi, pada dasarnya yang dapat menjadi petugas konseling adalah
mereka yang masih mempunyai ruang untuk orang lain dalam dirinya.

Konseling Versus Edukasi Kesehatan


Perbedaan antara konseling dan edukasi kesehatan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tebel 4.1. Perbedaan Konseling dan Edukasi Kesehatan
Konseling Edukasi Kesehatan
1. Proses penyesuaian 1. proses belajar
2. Bersifat individual atau kelompok kecil 2. kelompok besar atau kecil
3. Berorientasi pada masalah 3. berorientasi pada isi
4. Menurunkan stress 4. meningkatkan pengetahuan
5. Didominasi mood dan perasaan 5. didominasi oleh komprehensi
Sumber.Depkes RI (2003).

Sedangkan persamaannya adalah sebagai berikut:


1. Keduanya memberikan pengetahuan dan mengubah sikap
2. Merupakan komunikasi dua arah
3. Memerlukan pelatih dalam aspek teknik

Jenis Konseling HIV/AIDS


Ada beberapa jenis konseling yang dapat dilakukan untuk para penderita HIV/AIDS. Jenis
konseling itu adalah sebagai berikut:
1. Konseling untuk pencegahan terjadinya HIV/AIDS.
2. Konseling pra-tes.
3. Konseling pasca-tes
4. Konseling keluarga
5. Konseling berkelanjutan
6. Konseling pada mereka yang menghadapi kematian.

Anda mungkin juga menyukai