Anda di halaman 1dari 12

49

BAB 3
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

Pendahuluan
Kemampuan peneliti untuk menyusun kerangka teoritis akan sangat terkait dengan upaya penelusuran dan
pemilihan studi kepustakaan, sebagai upaya memperoleh sejumlah referensi yang mendukung dan tepat
untuk membahas lingkup kajian penelitian yang dilakukan. Selanjutnya kerangka teoritis yang disusun akan
bermanfaat pada saat peneliti menentukan hipotesis penelitian. Kajian pustaka yang berisi kerangka teori
merupakan kerangka acuhan yang disusun berdasarkan kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun
empiris yang menumbuhkan gagasan dan mendasari usulan penelitian. Dasar-dasar usulan penelitian
tersebut dapat berasal dari temuan dan hasil penelitian terdahulu yang terkait dan mendukung pilihan
tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian. Penelusuran pustaka dimaksudkan untuk mempertajam
metodologi, memperkuat kajian teoritis, dan memperoleh informasi mengenai penelitian sejenis yang telah
dilakukan oleh peneliti lain (Danim, S. 2003). Seyogyanya sangat penting bagi peneliti untuk mencari hasil
penelitian terdahulu yang cocok dengan bidang yang diteliti sebagai dasar pendukung pilihan. Dalam
pembahasan kajian pustaka dan kerangka teori perlu diungkapkan kerangka acuhan komprehensif mengenai
konsep, prinsip, atau teori yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Dari teori-teori atau konsep-konsep umum dilakukan pemerincian atau analisis melalui penalaran deduktif,
sedangkan dari hasil penelitian dilakukan pemaduan atau sintesis dan generalisasi melalui penalaran
induktif (suryabrata, S, 2003). Proses deduktif dan induktif itu dilakukan secara interaktif, sehingga
diharapkan dapat dirumuskan jawaban terhadap masalah yang telah dirumuskan yang paling mungkin dan
paling tinggi taraf kebenarannya sehingga dijadikan hipotesis penelitian. Pemilihan bahan pustaka yang
akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yaitu:
1) Recency (Kemutakhiran), yaitu sumber yang dipakai acuan hendaknya yang terbaru
dan mempunyai kualifikasi yang memedai, beberapa pendapat mengatakan biasanya dari terbitan 10
tahun terahir untuk buku teks dan 1 tahun terahir untuk jurnal, kecuali penelitian historis
2) Relevansi, yaitu sumber kajian teori sesuai dengan bidang penelitian.
Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu
periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, penelitian
dapat berargumentasi berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa
berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan untuk menghasilkan
kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperlukan bahan yang cukup
banyak agar penyusunan landasan teoritis menjadi lebih produktif. Uraian dalam kajian pustaka diharapkan
menjadi landasan teoritik mengapa masalah yang dihadapi dalam penelitian tindakan kelas perlu
dipecahkan dengan strategi yang dipilih. Kajian teoritik mengenai prosedur yang akan dipakai dalam
pengembangan juga dikemukakan. Kajian pustaka dan kerangka teori dipaparkan dengan maksud untuk
memberikan gambaran tentang kaitan upaya pengembangan dengan upaya-upaya lain yang mungkin sudah
pernah dilakukan para ahli untuk mendekati permasalahan yang sama atau relatif sama. Dengan demikian
pengembangan yang dilakukan memiliki landasan empiris yang kuat. Setelah seorang peneliti telah
menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan: teori
yang berkaitan dengan topik penelitian.
50

Sumber Pustaka
Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang
berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil
penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll). Dengan
demikian kalau dibedakan, menurut jenisnya, sumber pustaka dibedakan menjadi 2 bagian antara lain :
1. Sumber Bacaan Umum
 Ensiklopedia
 Teks
 Monograf
 Leaflet
2. Sumber Bacaan Khusus
 Buku
 Jurnal
 Laporan periodik
 Buletin Penelitian
 Annual Review
 Tesis
 Disertasi
 Sumber- sumber lain
Keseluruhan upaya tersebut, dikatakan sebagai upaya studi kepustakaan untuk penelitian. Istilah studi
kepustakaan digunakan dalam ragam istilah oleh para ahli, diantaranya yang dikenal adalah: kajian pustaka,
tinjauan pustaka, kajian teoritis, dan tinjuan teoritis. Penggunaan istilah-istilah tersebut, pada dasarnya
merujuk pada upaya umum yang harus dilalui untuk mendapatkan teori-teori yang relevan dengan topik
penelitian. Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera untuk disusun secara teratur
untuk dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti:
mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat
informasi yang berkaitan dengan topik penelitian

Fungsi Kajian Pustaka


Dalam penelitian, kajian pustaka yang berisi kerangka teori memiliki beberapa fungsi. Seperti yang
dikemukakan Zubaidah, (2007) bahwa fungsi kajian pustaka meliputi;
a. Memahami latar belakang teoritis masalah penelitian,
b. Mengetahui manfaat penelitian sebelumnya,
c. Menghindari duplikasi,
d. Memberikan pembenaran pemilihan masalah penelitian.
e. Menyediakan kerangka konsepsi atau teori untuk penelitian yang direncanakan.
f. Menyediakan informasi tentang penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang
akan dilakukan.
g. Memberi rasa percaya diri bagi peneliti, karena melalui kajian pustaka semua konstruksi yang
berhubungan dengan penelitian telah tersedia.
h. Memberi informasi tentang metode-metode, populasi dan sampel, instrumen, dan analisis data
yang digunakan pada penelitian yang dilakukan sebelumnya.
i. Menyediakan temuan, kesimpulan penelitian yang dihubungkan dengan penemuan dan
kesimpulan kita.
Adapun fungsi kajian literatur menurut Iskandar (2008) adalah sebagai berikut:
a. Literatur meningkatkan pemahaman peneliti tentang teori-teori yang relevan terhadap masalah
yang diteliti.
b. Kajian literatur tentang teori berfungsi untuk menjelaskan, membedakan, meramal dan
mengendalikan suatu fenomena-fenomena atau suatu gejala-gejala yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
c. Kajian literatur dapat menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti.
d. Kajian literatur menguraikan teori-teori, temuan-temuan peneliti terdahulu dan bahan penelitian
lainnya yang diperoleh dari acuan, yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang diusulkan.
51

e. Kajian literatur membantu peneliti untuk menjelaskan latar belakang masalah yang diteliti.
f. Kajian literatur meningkatkan keyakinan dan motivasi bagi peneliti. Penguasaan teori yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti, dapat mendukung keyakinan akan pengetahuan peneliti
untuk termotivasi melakukan penelitian sampai menemukan hasil penelitian.
g. Kajian literatur dapat meningkatkan kemampuan pemahaman peneliti secara mendalam dalam
disiplin ilmu yang diteliti.
h. Kajian literatur dapat peneliti gunakan untuk menyusun kerangka konseptual yang digunakan
dalam penelitian.
i. Kajian literatur mengacu kepada daftar pustaka.
Amirin (2000) memaparkan bahwa kajian pustaka juga digunakan untuk menyeleksi masalah-masalah yang
akan diangkat menjadi topik penelitian serta untuk menjelaskan kedudukan masalah dalam tempatnya yang
lebih luas. Konstruksi teoritik yang ada dalam kajian pustaka akan memberikan landasan bagi penelitian.
Sehingga sumbangan kajian pustaka pada penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut;
 Konstruksi Teoritik sebagai Dasar. Penelitian apa pun tidak akan terlepas dari kerangka teori.
Penelitian tidaklah berarti tanpa teori sama sekali. Paling tidak sebagai pegangan atau pedoman untuk
memberikan asumsi atau postulat, prinsip, teori, konsep, preposisi dan definisi operasional.
 Konstruksi Teoritik sebagai Tolok Ukur. Penelitian tindakan berupaya untuk meningkatkan kinerja
pembelajaran atau proses kegiatan pembelajaran sehingga perlu sarana untuk mengontrol baik tidaknya
prosedur yang digunakan. Kerangka teori dapat membantu sebagai ukuran patokan (standart atau tolok
ukur) yang dimaksud.
 Konstruksi Teoritik sebagai Sumber Hipotesa. Hipotesa pada umumnya dimunculkan dari kajian
teori. Teori-teori yang diragukan akan dicoba dan diuji kembali sehingga terbentuklah hipotesa. Dasar
rasional mengapa harus diuji kembali karena pembuktian secara teoritis harus diimbangi dengan
pembuktian secara empiris.
Studi kepustakaan dari sumbernya dibedakan menjadi dua bagian yaitu: kepustakaan konseptual dan
kepustakaan penelitian. Kepustakaan konseptual meliputi konsep-konsep atau teori-teori yang ada pada
buku-buku dan artikel yang ditulis oleh para ahli yang dalam penyampaiannya sangat ditentukan oleh ide-
ide atau pengalaman para ahli tersebut. Sebaliknya kepustakaan penelitian meliputi laporan penelitian yang
telah diterbitkan baik pada jurnal maupun majalah ilmiah. Bagi para pemula disarankan untuk
menggunakan studi kepustakaan yang berasal dari kepustakaan konseptual, untuk lebih memudahkan dalam
merangkum dan mengkategorikan teori, sesuai dengan kebutuhan pada saat akan membuat kerangka
konseptual. Didasarkan pada hal tersebut di atas, maka ada beberapa strategi dalam menyampaikan studi
kepustakaan:
a. Ungkapkan kajian pustaka yang benar-benar terkait erat dengan variabel penelitian.
b. Ungkapkan kajian pustaka dengan urutan dari mulai paparan variabel bebas sampai dengan variabel
terikat atau ungkapkan dari variabel yang cakupannya umum dan luas ke arah variabel yang spesifik.
Tentu saja secara luas dan nampak saling menyapa antar paparan variabel tersebut dan bukan
merupakan kumpulan kutipan sehingga tidak menjadi suatu pola pemikiran yang menyeluruh.
c. Dapat diungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik sampel dan demografinya, bila memang
dibutuhkan.
Dengan demikian, kedudukan studi pustaka memberikan arah dalam menentukan rumusan masalah,
mengembangkan metodologi penelitian dan merumuskan hypothesis. Danim. S (2003) memberikan
penguatan bahwa studi pustaka diarahkan pada penemuan sebuah masalah, merumuskan masalah dan
merumuskaan hypotesa.
52

STUDI
PUSTAKA

Merumuskan Mengembangkan Merumuskan


Masalah Metodologi Penelitian Hypotesa

Populasi dan sampel


Metoda penelitian
Asumsi dan hipotesis
Instrument penelitian
Tehnik pengumpulan dan analisa data
Tehnik analisis data dan uji hipotesis

Gambar 3.1 Kedudukan studi pustaka dalam penelitian : Modifikasi dari Danim, S (2003)

Penyusunan Kajian Pustaka


Dalam menyusun kajian pustaka perlu usaha untuk mengumpulkan sumber sebanyak-banyaknya.
Sumber tersebut harus relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian. Kajian pustaka
dapat digunakan dengan dua pola; yaitu deduktif dan induktif. Dengan dedukutif kita mulai dari
proposisi yang berlaku umum dan memberlakukannya pada keadaan khusus, serta berlaku
sebaliknya untuk induktif. Langka-langkah yang dilakukan dalam penyusunan kajian pustaka;
a. Siapkan butir-butir yang perlu dalam mencatat informasi dari pustaka,
b. Siapkan sistematika pengumpulan informasi, dan
c. Mencari informasi sebanyak-banyaknya dari bahan kepustakaan maupun
internet.
Supaya peneliti lebih mudah dalam penyusunan kajian pustaka menurut Zubaidah (2007), perlu
diperhatikan hal-hal berikut;
a. Gunakan masalah penelitian sebagai fokus,
b. Buat rencana urutan pencarian dan penulisan, serta
c. Menekankan keterkaitan pustaka dengan masalah penelitian
Dengan demikian rincian dalam pengembangan kajian pustaka, berisi :
a. Tinjauan Pustaka
 Uraian sistematis tentang teori-teori yang telah ada
 Hasil penelitian dan atau pemikiran peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan
penelitian yang sedang dilakukan
 Semua sumber yang dipakai harus disebutkan nama penulis dan tahun penerbitan
b. Landasan Teori/ Kerangka Teori
 Dijabarkan sendiri oleh peneliti dari tinjauan Pustaka
 Berbentuk uraian kualitatif, model matematis atau persamaan-persamaan yang langsung
berkitan dengan bidang ilmu yang diteliti

Urutan penulisan kajian pustaka


Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku, jurnal papers, artikel,
disertasi, tesis, skripsi, hand outs, laboratory manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam
penulisan proposal. Semua referensi yang tertulis dalam kajian pustaka harus dirujuk di dalam skripsi.
Referensi ditulis urut menurut abjad huruf awal dari nama akhir/keluarga penulis pertama dan tahun
penerbitan (yang terbaru ditulis lebih dahulu). Apabila penulis yang sama mempunyai beberapa
artikel/papers yang dirujuk, maka urutan artikelnya berdasarkan tahun publikasinya. Apabila pada tahun
53

yang sama, paper dari penulis yang sama diterbitkan lebih dari 1 artikel, maka di belakang tahun dituliskan
huruf kecil a, b, …, dan seterusnya. Perlu dicatat bahwa minimal 30% dari total pustaka di dalam kajian
pustaka adalah berasal dari artikel jurnal ilmiah yang relevan. Tata cara penulisan daftar pustaka adalah
sebagai berikut:
a. Artikel/paper dari sebuah jurnal.
1) Nama akhir/keluarga penulis pertama, nama kecil/depan, nama akhir/ keluarga
penulis kedua, nama kecil/depan, dan nama penulis selanjutnya. Semua nama penulis harus ditulis
disini. Nama kecil/depan bisa ditulis lengkap atau hanya inisialnya saja.
2) Tahun penerbitan/ publikasi ditulis dalam kurung.
3) Judul artikel/paper dicetak miring/italic dengan title case.
4) Judul jurnal, dicetak tebal.
5) Nomor volume dari jurnal.
6) Nomor jurnal.
7) Nomor halaman dari artikel tersebut di dalam jurnal.
8) Antara satu hal dengan hal lainnya dipisahkan dengan tanda koma, dan pada akhir
suatu referensi diberi tanda titik.
9) Apabila referensi tersebut ditulis lebih dari satu baris, maka baris kedua dan
berikutnya ditulis menjorok 1 cm ke dalam. Jarak antara satu referensi ke referensi berikutnya
adalah 1 spasi.
Contoh:
Neuman, S.P. (1980a), A Statistical Approach to the Inverse Problem of Aquifer Hydrology, 3,
Improved Solution Method and Added Prespective, Water Resources Research, Vol. 16,
No. 2, hal. 331-346.

Neupauer, R.M. dan Wilson, J.L. (2001), Adjoint-Derived Location and Travel Time Probabilities
for a Multidimensional Groundwater System, Water Resources Research, Vol. 38, No. 6,
hal. 1657-1668.

Catatan: penambahan huruf “a” setelah tahun untuk menunjukkan cara menuliskan referensi apabila
seorang penulis menulis lebih dari 1 pustaka pada tahun yang sama. Untuk pustaka yang berikutnya
(penulis yang sama pada tahun yang sama) ditambah dengan huruf b, c, dan seterusnya.

b. Buku.
1) Nama pengarang dan tahun publikasi sama dengan item a.i dan a.ii di atas.
2) Judul buku dicetak miring/italic dengan title case.
3) Nomor volume dari buku (jika ada).
4) Edisi penerbitan.
5) Nama penerbit.
6) Kota tempat diterbitkan.
Contoh:
Todd, K.D dan Mays, LW, (2005), Groundwater Hydrology, 3rd edition, John Wiley & Sons, Inc.,
New York.
c. Artikel/paper dalam sebuah buku yang ditulis/dirangkum oleh editor.
1) Nama pengarang, tahun publikasi, dan judul artikel/paper sama dengan item a.i, a.ii, dan a.iii di
atas.
2) Judul buku, didahului oleh kata in atau dalam, dicetak tebal.
3) Nomor volume dari buku (jika ada).
4) Edisi penerbitan.
5) Nama editor, didahului dengan ed. atau eds. bila lebih dari satu editor.
6) Nama penerbit.
7) Kota tempat diterbitkan.
8) Nomor halaman dari artikel tersebut di dalam buku.
Contoh:
54

Hall, J.E. (1992), Treatment and Use of Sewage Sludge, dalam the Treat-ment and Handling of
Wastes, eds. Bradshaw, A.D., Southwood, R., dan Warner, F., Chapman and Hall,
London, hal. 63-82.
d. Artikel/paper dalam sebuah buku prosiding/proceeding (kumpulan makalah dari suatu
seminar/conference).
1) Nama pengarang, tahun publikasi, dan judul artikel/ paper sama dengan item a.i, a.ii,
dan a.iii di atas.
2) Tulisan prosiding/proceeding diikuti dengan nama konferensi dan nomor
konferensinya (pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya), dicetak tebal.
3) Nama editor, didahului dengan ed. atau eds. Bila lebih dari satu editor.
4) Penyelenggara seminar/conference.
5) Kota tempat penyelenggaraan.
6) Nomor halaman dari artikel/paper tersebut di dalam prosiding.
Contoh:
Neuman, S.P. (1980), Adjoint-State Finite Element Equations for Parameter Estimation,
Proceedings of Third International Conference on Finite Elements in Water Resources,
Eds: Wang, S. Y. et al., University of Mississippi, Mississippi, hal. 189-215.
e. Proyek/project (student’s final project).
1) Nama pengarang dan tahun publikasi sama dengan item a.i dan a.ii di atas.
2) Jenis project, dicetak tebal.
3) Nama perguruan tingginya.
4) Kota tempat penyelenggaraan.
Contoh:
Cox, M.J.M. (1994), Improvemant of a Hang-Glider’s Stall Characteris-tics, Mechanical
Engineering Project, School of Engineering, The University of Middletown, Middletown.
f. Skripsi dan Tesis/thesis dan disertasi/dissertation.
1) Nama pengarang, tahun publikasi, dan judul artikel sama dengan item a.i, a.ii, dan a.iii di atas.
2) Tulis: Skripsi/Tesis/dissertasi Ph.D/Master/Magister, dicetak tebal.
3) Nama perguruan tinggi.
4) Kota tempat perguruan tinggi tersebut.
Contoh:
Mardyanto, M.A. (2004), A Solution to an Inverse Problem of Groundwater Flow Using
Stochastic Finite Element Method, Tesis Ph.D., University of Ottawa, Ottawa.
g. Standar teknis/engineering standard.
1) Nama pengarang, tahun publikasi, dan judul artikel sama dengan item a.i, a.ii, dan a.iii di atas.
2) Nama penerbit.
3) Kota tempat diterbitkan.
Contoh:
ACI Committee 318 (1989), Building Code Requirements for Reinforced Concrete and
Commentary, American Concrete Institute, Detroit.
h. Dokumen pemerintah/badan dunia.
1) Nama pengarang, tahun publikasi, dan judul artikel sama dengan item a.i, a.ii, dan a.iii di atas.
2) Volume atau nomor (jika ada).
3) Nama penerbit.
4) Kota tempat diterbitkan.
Contoh:
World Health Organization (1976), Manual of the Statistical Clasification of Deseases, Injury, and
causes of Death: Based on the Recomendation of the 9 th Revision Conference, 1975 and
Adopted by the 29th World Health Assembly, Vol. 1, WHO, Geneva.
i. Bahan kuliah/Handouts.
1) Nama pengarang, tahun publikasi sama dengan item a.i, dan a.ii di atas.
2) Judul topik handouts, dicetak miring.
3) Tulisan: lecture handout/bahan kuliah, dicetak tebal.
4) Nama mata kuliah, dicetak tebal.
5) Nama perguruan tinggi.
55

6) Kota tempat perguruan tinggi tersebut.


Contoh:
Seidel, R. (1996), Robotics, Lecture handout: Engineering and Society, the University of
Middletown, Middletown.
j. Petunjuk praktikum/laboratory manual.
1) Nama pengarang, tahun publikasi sama dengan item a.i, dan a.ii di atas.
2) Nama dari kegiatan laboratorium/ praktikum, dicetak miring.
3) Tulisan: laboratory manual/ petunjuk praktikum, dicetak tebal.
4) Nama perguruan tinggi.
5) Kota tempat perguruan tinggi tersebut.
Contoh:
Hermana, J., Tangahu, B.V., dan Samodra, A. (2003), Metoda Analisa Pencemar Lingkungan,
Petunjuk Praktikum, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS, Surabaya.
k. Artikel/ paper dari Internet.
Sampai sekarang belum ada konvensi tentang penulisan daftar pustaka dari sumber Internet. Namun
untuk bijaknya jangan memasukkan bahan ini dalam referensi suatu karya ilmiah. Suatu contoh
penulisan darta pustaka dari sumber Internet disajikan di bawah ini.
Contoh:
Internet News Group Comp. Compression (1995), Frequently Asked Question Part I, Subject (17):
What is the State of Fractal Image Compression?, Entry from Mair, P.
mair@Zariski.harvard.edu.

B. Kerangka Konseptual
Penentuan kerangka konseptual oleh peneliti akan sangat membantu dalam menentukan arah kebijakan
dalam pelaksanaan penelitian. Kerangka konseptual merupakan kerangka fikir mengenai hubungan antar
variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep dengan konsep lainnya dari
masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada studi kepustakaan. Kerangka
konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko dalam Iskandar (2008) menjelaskan secara teoritis model
konseptual variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan
variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Kerangka
konseptual dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila penelitian berkenaan dengan dua variabel
atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka perlu
dilakukan deskripsi teoritis masing-masing variabel dengan argumentasi terhadap variasi besarnya variabel
yang diteliti. Kerangka konseptual yang baik menurut Uma Sekaran sebagaimana yang dikutip oleh
Sugiyono dalam Iskandar (2008) sebagai berikut:
1. Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti harus jelas.
2. Kerangka konseptual haruslah menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang akan
diteliti, dan ada teori yang melandasi.
3. Kerangka konseptual tersebut lebih selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram,
sehingga masalah penelitian yang akan dicari jawabannya mudah dipahami.
Iskandar (2008) mengemukakan bahwa dalam penelitian kuantitatif, kerangka konseptual merupakan
suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap
masalah-masalah penelitian yang menjelaskan tentang variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel
secara teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian yang terdahulu yang kebenarannya dapat diuji
secara empiris. Konsep dalam hal ini adalah suatu abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan
menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh karena itu, konsep tidak dapat diamati dan diukur secara
langsung. Agar supaya konsep tersebut dapat diamati dan diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan
terlebih dahulu menjadi variabel-variabel. Dengan adanya kerangka konseptual akan bermanfaat bagi:
1. Minat penelitian akan lebih terfokus ke dalam bentuk yang layak diuji dan akan memudahkan
penyusunan hipotesis.
2. Memudahkan identifikasi fungsi variabel penelitian, baik sebagai variabel bebas, tergantung,
kendali, dan variabel lainnya.
Contoh “pendidikan” adalah konsep. Agar dapat diukur maka dijabarkan dalam bentuk variabel, misalnya
“tingkat pendidikan atau jenis pendidikan”. “Ekonomi keluarga” adalah konsep, maka diubah menjadi
56

variabel “tingkat penghasilan”. Kedua konsep tersebut dapat disebut sebagai variabel bebas. Sedangkan
konsep lainnya dapat disebut sebagai variabel terikat, misalnya perilaku membuang sampah. Konsep-
konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Tingkat
pendidikan

Perilaku merokok
Tingkat
penghasilan

Gambar 3.1: Interkorelasi konseptual


Cara yang terbaik untuk mengembangkan kerangka konseptual tentu saja harus memperkaya asumsi-asumsi
dasar yang berasal dari bahan-bahan referensi yang digunakan. Hal ini dapat diperkuat dengan mengadakan
amatan-amatan langsung pada lingkup area masalah yang akan dijadikan penelitian. Dengan demikian
kerangka konseptual yang dibuat merupakan paduan yang harmonis antara hasil pemikiran dari konsep-
konsep (deduksi) dan hasil empirikal (induksi). Pola berpikir deduksi adalah proses logika yang berdasar
dari kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut
pada suatu peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan. Pola pikir
induksi adalah proses logika yang berangkat dari data empirik lewat observasi menuju kepada suatu teori.
Dengan kata lain induksi adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang
terpisah menjadi suatu rangkuman hubungan atau suatu generalisasi.

C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan gabungan dari kata ”hipo” yang artinya dibawah, dan ”tesis” yang artinya
kebenaran. Secara keseluruhan hipotesis berarti dibawah kebenaran (belum tentu benar) dan baru
dapat diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah disertai dengan bukti-bukti. (Suharsimi
Arikunto, 2000). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau
ingin kita pelajari. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena
yang kompleks. Oleh karena itu, perumusan hipotesis menjadi sangat penting dalam sebuah
penelitian. Tujuan penelitian ilmiah secara umum adalah untuk memecahkan masalah melalui
metode ilimah sehingga diperoleh pengetahuan baru yang ilmiah (ilmu). Sebelum proses
pemecahan masalah tersebut dilakukan, seorang peneliti mempunyai berbagai alternative-alternatif
pemecahan yang bersifat dugaan atau ada unsur ketidakpastian. Dugaan-dugaan tersebut
selanjutnya akan dibuktikan secara empiris dengan menggunakan metode ilmiah. Dugaan tersebut
dikenal sebagai proposisi atau hipotesis. Seperti sudah diterangkan sebelumnya, dugaan tersebut
didasarkan suatu alasan teoritis yang dijelaskan dalam kerangka teoritis atau landasan teori, dan
dibuat dengan proses deduksi. Proposisi dan hipotesis merupakan dua istilah yang relatif sama,
walaupun ada beberapa ahli yang membedakannya. Menurut Emory dan Cooper (1991), Proposisi
adalah pernyataan mengenai suatu konsep yang bisa dinilai salah atau benar dan mengacu pada
fenomena yang bisa diamati. Jika proposisi tersebut diformulasikan untuk diuji secara empiris, kita
menyebutnya sebagai Hipotesis. Jadi hipotesis merupakan pernyataan deklaratif yang bersifat
sementara dan spekulatif yang harus dibuktikan salah atau benarnya berdasarkan data empiris.
Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian kuantitatif yang
bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak membutuhkan hipotesis. Oleh karena itu sub bab
hipotesis penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, atau disertasi hasil penelitian kuantitatif.
Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena
hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari
kajian pustaka. Menyusun landasan teori juga merupakan langkah penting untuk membangun
suatu hipotesis. Landasan teori yang dipilih haruslah sesuai dengan ruang lingkup permasalahan.
57

Landasan teoritis ini akan menjadi suatu asumsi dasar peneliti dan sangat berguna pada saat
menentukan suatu hipotesis penelitian. Peneliti harus selalu bersikap terbuka terhadap fakta dan
kesimpulan terdahulu baik yang memperkuat maupun yang bertentangan dengan prediksinya. Jadi,
dalam hal ini telaah teoritik dan temuan penelitian yang relevan berfungsi menjelaskan
permasalahan dan menegakkan prediksi akan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa hipotesis penelitian dapat dirumuskan melalui jalur:
(1) Membaca dan menelaah ulang (reviu) teori dan konsep-konsep yang membahas variabel-
variabel penelitian dan hubungannya dengan proses berfikir deduktif. (2) Membaca dan mereviu
temuan-temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan penelitian lewat berfikir
induktif. Hipotesis diturunkan melalui teori. Merupakan jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara emperis. Hypotesis bisa digunakan
sebagai jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin
dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus
diuji kebenarannya secara empiris. (Iskandar, 2008). Menurut Singarimbun dalam Iskandar (2008),
hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan, karena ia
merupakan instrumen kerja dari teori. Dengan demikian, menurut Suharsimi, Hipotesis adalah
alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam
penelitiannya. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan
diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian. Dengan kedudukannya itu,
menurut Suharsimi hipotesis dapat berubah menjadi kebenaran, akan tetapi juga dapat tumbang
sebagai kebenaran. Oleh karena penelitian melibatkan sampel. Maka Hypotesis merupakan
pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari
sampel penelitian. Tujuan peneliti mengajukan hipotesis adalah agar dalam kegiatan penelitiannya,
perhatian peneliti tersebut terfokus hanya pada informasi atau data yang diperlukan bagi pengujian
hipotesis. Agar pemilihan alternatif dapat tepat, peneliti dituntut untuk hati-hati dan cermat. Bentul
Penelitian-penelitian yang berhipotesis antara lain :
• Case studies. Penelitian menghitung banyak sesuatu (magnitude)
• Causal comparative studies. Penelitian tentang perbedaan (differencies), yaitu menyatakan adanya
kesamaan atau perbedaan diantara 2 variabel
• Correlations studies. Penelitian hubungan (relationship). Yaitu berisi dugaan adanya hubungan antara
2 variabel

Syarat Hipotesis
Menurut Borg dan Gall dalam Suharsimi (2000) ada empat persyaratan bagi hipotesis yang baik, yaitu:
1. Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan dua atau lebih variabel.
2. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritik dan hasil
penemuan terdahulu.
3. Hipotesis harus dapat diuji
4. Rumusan hipotesis hendaknya yang singkat dan padat.

Ciri Hipotesis
Perumusan hipotesis yang baik dan benar harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
1. Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan deklaratif, bukan kalimat
pertanyaan.
2. Hipotesis berisi penyataan mengenai hubungan antar paling sedikit dua variabel penelitian.
3. Hipotesis harus sesuai dengan fakta dan dapat menerangkan fakta.
4. Hipotesis harus dapat diuji (testable). Hipotesis dapat duji secara spesifik menunjukkan
bagaimana variabel-variabel penelitian itu diukur dan bagaimana prediksi hubungan atau pengaruh
antar variabel termaksud.
58

5. Hipotesis harus sederhana (spesifik) dan terbatas, agar tidak terjadi kesalahpahaman
pengertian.

Menentukan Hypotesis
Merumuskan hipotesis bukan perkara mudah bagi peneliti. Kemampuan untuk menyusun dan merangkum
berbagai teori kedalam sebuah konsep yang baku sebagai landasan penyusunan hipotesis akan memberikan
petunjuk dalam penentuan penyusunan hipotesis yang baik untuk itu peneliti perlu membekali diri pada hal-
hal berikut ini antara lain :
1. Memiliki banyak informasi tentang masalah yang akan dipecahkan dengan cara banyak membaca
literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
2. Memiliki kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat, objek, dan hal-hal yang
berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.
3. Memiliki kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan yang lain yang sesuai
dengan kerangka teori dan bidang ilmu yang bersangkutan.

Sumber Penetuan Hipotesis


Sedangkan sumber-sumber yang dijadikan acuan dalam menentukan hipotesis berasal dari :
1. Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam yang berkaitan dengan fenomena.
2. Wawasan dan pengertian yang mendalam tentang suatu fenomena.
3. Materi bacaan dan literatur yang valid.
4. Pengalaman individu sebagai suatu reaksi terhadap fenomena.
5. Data empiris yang tersedia.
6. Analogi atau kesamaan dan adakalanya menggunakan imajinasi yang berdasar pada fenomena.
Manfaat hipotesis
Dalam penelitian hubungan syarat utama harus ada hipotesis. Hal ini diperlukan agar penelitian terfokus
pada masalah penelitian. Penetapan hipotesis dalam sebuah penelitian memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
2. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadangkala hilang begitu
saja dari perhatian peneliti.
3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam
suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Untuk itu diperlukan suatu upaya untuk mempertajam penetapan hipotesis agar didapatkan suatu penelitian
yang baik. Dalam penentuan hipotesis yang baik tersebut sangan bergantung pada :
1. Pengamatan yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta yang ada.
2. Imajinasi dan pemikiran kreativ dari si peneliti.
3. Kerangka analisa yang digunakan oleh si peneliti.
4. Metode dan desain penelitian yang dipilih oleh peneliti.

Hambatan merumuskan Hipotesis


Hambatan atau kesulitan dalam merumuskan hipotesis lebih banyak disebabkan karena hal-hal:
1. Tidak adanya kerangka teori atau tidak ada pengetahuan tentang kerangka teori yang jelas.
2. Kurangnya kemampuan peneliti untuk menggunakan kerangka teori yang ada.
3. Gagal berkenalan dengan teknik-teknik penelitian yang ada untuk merumuskan kata-kata dalam
membuat hipotesis secara benar.

Jenis Hipotesis
Rumusan hipotesis penelitian, pada saatnya akan diuji dengan menggunakan metode statistik, perlu
diterjemahkan dalam bentuk simbolik. Simbol-simbol yang digunakan dalam rumusan hipotesis statistik
adalah simbol-simbol parameter. Ditinjau dari operasi rumusannya, ada dua jenis hipotesis, (Suharsimi
Arikunto, 2000) yaitu:
59

a. Hipotesis nol atau hipotesis nihil atau hipotesis null dalam notasi, hipotesis ini dituliskan
dengan ”Ho”adalan hipotesis yang meniadakan perbedaan antar kelompok atau meniadakan hubungan
sebab akibat antar variabel yang artinya selisih variabel pertama dengan variabel kedua adalah nol atau
nihil. Hipotesis nihil berisi deklarasi yang meniadakan perbedaan atau hubungan antar variabel,
mempunyai ciri :
 Menyatakan tidak adanya saling hubungan atau tidak adanya perbedaan antara kelompok yang satu
dan lainnya
 Disebut juga Hypotesis Statistik
 Dalam analisis statistik, uji statistik biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran
hypotesis nol tersebut
 Dalam Simbol H0 : x = y
b. Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, dalam notasi, hipotesis ini ditulis dengan ”Ha”, adalah
yaitu penerjemahan hipotesis penelitian secara operasional. Statistik sendiri digunakan tidak untuk
langsung menguji hipotesis alternatif, akan tetapi digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis
nihil (nol). Penerimaan atau penolakan hipotesis alternatif merupakan konsekuensi dari penolakan atau
penerimaan hipotesis nihil.yakni hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antar variabel dengan
ciri-ciri :
 Menyatakan adanya saling hubungan/adanya perbedaan antara kelompok yang satu dan
lainnya
 Disebut Hypotesis penelitian
 Kesimpulan uji statistik berupa penerimaan HA sebagai hal yang benar
 Dalam Simbol: Ha : x = > y
Hipotesis alternatif ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu
o Hipotesis terarah, yaitu peneliti merasakan ada pengaruh dan sudah berani dengan tegas
menyatakan bahwa variabel bebas memang berpengaruh terhadap variabel tergantung.
o Hipotesis tidak terarah, peneliti merasakan adanya pengaruh, tetapi belum berani secara
tegas menyatakan pengaruh tersebut. Ia baru berani menyatakan bahwa ada pengaruh.

Bentuk Rumusan Hipotesis


a. Pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara 2 variabel atau lebih yang dapat diuji secara
empiris
b. Membuktikan ada tidaknya hubungan/ pengaruh antara 2 variabel

Kesalahan dalam perumusan hipotesis dan pengujian hipotesis


Dalam perumusan hipotesis dapat saja terjadi kesalahan. Macam kesalahan dalam perumusan hipotesis ada
dua macam yaitu:
a. Menolak hipotesis nihil yang seharusnya diterima, maka disebut kesalahan alpha dan diberi
simbol  atau dikenal dengan taraf signifikansi pengukuran.
b. Menerima hipotesis nihil yang seharusnya ditolak, maka disebut kesalahan beta dan diberi
simbol .
Pada umumnya penelitian di bidang pendidikan digunakan taraf signifikansi 0.05 atau 0.01, sedangkan
untuk penelitian kedokteran dan farmasi yang resikonya berkaitan dengan nyawa manusia, diambil taraf
signifikansi 0.005 atau 0.001 bahkan mungkin 0.0001. Misalnya saja ditentukan taraf signifikansi 5% maka
apabila kesimpulan yang diperoleh diterapkan pada populasi 100 orang, maka akan tepat untuk 95 orang
dan 5 orang lainnya terjadi penyimpangan. Cara pengujian hipotesis didekati dengan penggunaan kurva
normal. Penentuan harga untuk uji hipotesis dapat berasal dari Z-score ataupun T-score. Apabila harga Z-
score atau T-score terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan tidak diterima dan
sebaliknya.
60

Daerah
penerimaan
H0 95%
Daerah kritis 2,5%
Daerah kritis 2,5%

Cara pengujian hipotesis didekati dengan penggunaan kurva normal. Penentuan harga untuk uji
hipotesis dapat berasal dari Z-score ataupun T-score. Apabila harga Z-score atau T-score terletak di
daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan tidak diterima dan sebaliknya.

Ditinjau dari lingkupnya, hipotesis dapat dibedakan menjadi: (Suharsimi Arikunto, 2000)
a. Hipotesis mayor adalah hipotesis mengenai kaitan seluruh variabel dan seluruh
subjek penelitian. Disebut juga hipotesis induk atau hipotesis utama yang merupakan hipotesis yang
menjadi sumber dari hipotesis-hipotesis yang lain
b. Hipotesis minor adalah hipotesis mengenai kaitan sebagian dari variabel, dengan kata
lain pecahan dari hipotesis mayor. Disebut juga hipotesis penunjang atau anak hipotesis yang
merupakan penjabaran dari hipotesis mayor. Pengujian hipotesis minor pada hakekatnya menguji
hipotesis mayornya

Anda mungkin juga menyukai