Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kajian pustaka adalah proses umum yang kita lalui untuk mendapatkan

teori terdahulu. Tinjauan pustaka atau disebut juga kajian pustaka (literature

review) merupakan sebuah aktivitas untuk meninjau atau mengkaji kembali

berbagai literatur yang telah dipublikasikan oleh akademisi atau peneliti lain

sebelumnya terlait topik yang akan kita teliti.

Kajian pustaka merupakan kajian yang sangat penting untuk dibahas.

Alasannya dalam membuat penulisan karya tulis ilmiah, kajian pustaka tidak

pernah lepas di dalamnya. Pentingnya mempelajari kajian pustaka, khususnya

bagi peneliti adalah dapat mengkaji atau meninjau kembali berbagai literatur yang

telah dipublikasikan oleh akademisi atau peneliti-peneliti sebelumnya yang

berhubungan dengan kajian yang hendak diteliti.

Kajian pustaka sendiri tidak terlepas dalam komponen penulisan karya

ilmiah, sehingga peneliti wajib mempelajari tentang kajian pustaka ini. Banyak

manfaat yang dapat diperoleh dalam mempelajari kajian pustaka. Dengan

mempelajari kajian pustaka tersebut, peneliti dapat membuat kajian pustaka

dengan benar dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Banyak sumber buku lainnya yang telah membahas pokok persoalan

mengenai tinjauan pustaka yang mana di dalamnya terkandung hal-hal mengenai

pendefenisian tinjauan pustaka serta fungsi maupun kegunaan dalam penulisan

tinajaun pustaka.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kajian pustaka dalam penelitian pendidikan?

2. Bagaimanakah kerangka berfikir dalam penelitian pendidikan?

3. Bagaimanakan hipotesis dalam penelitian pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui kajian pustaka dalam penelitian pendidikan.

2. Untuk mengetahui kerangka berfikir dalam penelitian pendidikan.

3. Untuk mengetahui hipotesis dalam penelitian pendidikan.


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian

Kajian pustaka merupakan momentum bagi calon peneliti untuk

mendemonstrasikan hasil bacaannya yang ekstensif terhadap literatur-literatur

yang berkaitan dengan pokok masalah yang akan diteliti. 1 Melalui kajian pustaka,

peneliti akan mampu mengidentifikasi kemungkinan signifikansi dan konstribusi

akademik dari penelitiannya pada waktu dan tempat tertentu.

Pendapat lain mengemukakan bahwa kajian pustaka adalah uraian

sistematis tentang hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan

penelitian yang dilakukan.2 Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa penelitian

yang akan dilakukan belum memperoleh hasil yang memuaskan dari penelitian-

penelitian yang pernah dilakukan peneliti terdahulu sehingga diperlukan

penelitian lanjutan. Penyebab dari kurang memuaskannya sebuah hasil penelitian

adalah biasanya dari teori atau metode yang digunakan atau data serta sumber data

yang kurang representatif.

Selain dari istilah tersebut, sering pula dinamakan tinjauan pustaka.

Tinjauan pustaka memuat uraian sistematis tentang temuan penelitian-penelitian

terdahulu yang mempunyai hubungan dengan penelitian yang dilakukan.3

1
Muljono Damopolii, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah: Makalah, Skripsi, Tesis,
Disertasi, dan Laporan Penelitian. (Cet. II. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, 2016), h. 13.
2
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, (Cet V. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h.
32.
3
Fakultas Ekonomika dan Bisnism, Pedoman Penulisan Skripsi Program Sarjana.
Universitas Gadjah Mada. 2016. h. 3.

3
4

Tinjauan pustaka harus menunjukkan bahwa permasalahan yang diteliti belum

terjawab atau belum terpecahkan secara jelas dan terperinci.

Penelitian biasanya diawali dengan ide-ide atau gagasan dan konsep-

konsep yang dihubungkan satu sama lain melalui hipotesis tentang hubungan yang

diharapkan. Ide-ide dan konsep-konsep untuk penelitian dapat bersumber dari

gagasan peneliti sendiri dan dapat juga bersumber dari sejumlah kumpulan

pengetahuan hasil kerja sebelumnya yang kita kenal juga sebagai literatur atau

pustaka. Literatur atau bahan pustaka ini kemudian kita jadikan sebagai referensi

atau landasan teoritis dalam penelitian.4

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kajian pustaka adalah sebuah cara untuk mendemonstrasikan hasil bacaan

penelitiyang ekstensif terhadap literatur-literatur yang berkaitan dengan pokok

masalah yang akan diteliti.

2. Fungsi dan Kegunaan Kajian Pustaka

Kajian Pustaka yang berarti peninjauan kembali pustaka-pustaka yang

terkait (review of related literature). Mengenai pengertian tersebut, maka dapat

dikatakan bahwa kajian pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali (review)

pustaka (laporan penelitian, dan sebagainya) tentang masalah yang berkaitan—

tidak selalu harus tepat identik dengan bidang permasalahan yang dihadapi—

tetapi termasuk pula yang seiring dan berkaitan (collateral).5

Fungsi peninjauan kembali pustaka yang berkaitan merupakan hal yang

mendasar dalam penelitian, seperti dinyatakan oleh Leedy (1997) bahwa semakin
4
http://fatkhan.web.id/pengertian-dan-definisi-kajian-pustaka/
5
Harnovinsa Ak, Metodologi Penelitian. Universitas Mercubuana. h. 1.
5

banyak seorang peneliti mengetahui, mengenal dan memahami tentang penelitian-

penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (yang berkaitan erat dengan topik

penelitiannya), semakin dapat dipertanggungjawabkan caranya meneliti

permasalahan yang dihadapi.6

Leedy (1997) menerangkan bahwa suatu Kajian pustaka mempunyai

kegunaan untuk:

a. Mengungkapkan penelitian-penelitian yang serupa dengan penelitian yang


(akan) dilakukan

Maksudnya, diperlihatkan pula cara penelitian dan sejarah permasalahan

meliputi perkembangan permasalahan dan perkembangan penelitian atas

permasalahan tersebut.7 Pengkajian terhadap perkembangan permasalahan secara

kronologis sejak permasalahan tersebut timbul sampai pada keadaan yang dilihat

kini akan memberi gambaran yang lebih jelas tentang perkembangan materi

permasalahan (Kajian dari waktu ke waktu: berkurang atau bertambah parah; apa

penyebabnya).

b. Membantu pemilihan prosedur penelitian

Perancangan prosedur penelitian (research design), banyak untungnya

untuk mengkaji prosedur-prosedur (atau pendekatan) yang pernah dipakai oleh

peneliti-peneliti terdahulu dalam meneliti permasalahan yang hampir serupa.

Pengkajian meliputi kelebihan dan kelemahan prosedur-prosedur yang dipakai

dalam menjawab permasalahan.8 Dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan

6
Leedy, Practical Research: Planing and Design. Merrill-Prentice Hall: New Jersey.
1997.
7
Harnovinsa Ak, Metodologi Penelitian. Universitas Mercubuana. h. 2.
8
Harnovinsa Ak, Metodologi Penelitian. Universitas Mercubuana. h. 3.
6

prosedur-prosedur tersebut, kemudian dapat dipilih, diadakan penyesuaian, dan

dirancang suatu prosedur yang cocok untuk penelitian yang dihadapi.

c. Mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan

Salah satu karakteristik penelitian adalah kegiatan yang dilakukan haruslah

berada pada konteks ilmu pengetahuan atau teori yang ada. Pengkajian pustaka,

dalam hal ini, akan berguna bagi pendalaman pengetahuan seutuhnya (unified

explanation) tentang teori atau bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

permasalahan.9 Pengenalan teori-teori yang tercakup dalam bidang atau area

permasalahan diperlukan untuk merumuskan landasan teori sebagai basis

perumusan hipotesa atau keterangan empiris yang diharapkan.

d. Mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu

Melalui kajian pustaka diharapkan peneliti dapat melihat perbedaan antara

penelitian yang telah dilakukan dan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

dapat memudahkan peneliti dalam mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil

penelitian terdahulu. Peneliti dapat membandingkan penelitiananya dengan

penelitian yang telah ada.

3. Langkah-langkah dalam Mengkaji Kepustakaan

Seorang peneliti dalam mengkaji kepustakaan hendaknya memenuhi

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan Masalah Penelitian Setepat Mungkin

9
Harnovinsa Ak, Metodologi Penelitian. Universitas Mercubuana. h. 3.
7

Peneliti harus menentukan pertanyaan penelitian secara spesifik.

Pertanyaan seperti: “Metode mengajar manakah yang paling tepat untuk

digunakan?” atau “Bagaimana seorang kepala sekolah dapat menjadi pemimpin

yang efektif?” tampaknya masih samar-samar untuk menentukan referensi umum.

Oleh karena itu pertanyaan penelitian harus lebih terfokus, lebih spesifik dan

terukur. Misalnya: “Apakah metode diskusi lebih efektif daripada metode

ceramah dalam memotivasi siswa untuk mempelajari konsep tentang

lingkungan?” atau “Strategi apakah yang harus dipilih oleh seorang pemimpin

agar dapat lebih efektif dalam membina kinerja dan moral stafnya?”.

b. Membaca dengan Teliti Sumber Sekunder yang Relevan

Apabila pertanyaan penelitian telah dirumuskan secara spesifik, maka

peneliti perlu mencari satu atau dua sumber sekunder untuk mempelajari hasil

penelitian atau penjelasan sebelumnya. Kemudian carilah gagasan pokok dari

masalah yang telah terjawab melalui penelitian tersebut. Gagasan pokok ini dapat

meningkatkan mutu pertanyaan penelitian.

c. Memilih Referensi Umum

Setelah membaca sumber sekunder untuk memperoleh gambaran umum

masalah, maka peneliti harus menemukan gagasan yang jelas mengenai apa yang

akan diteliti. Dalam hal ini ada baiknya meninjau kembali pertanyaan penelitian,

apakah perlu dirumuskan kembali agar lebih terfokus. Setelah puas, peneliti dapat

memilih satu atau dua referensi umum untuk mengidentifikasi jurnal yang

berkaitan dengan masalah.

d. Formulasikan Istilah-Istilah Penting


8

Bila referensi umum telah dipilih, peneliti perlu merumuskan beberapa

istilah penting – deskripsi kata untuk membantu menentukan sumber primer.

Misalnya untuk pertanyaan penelitian “Apakah siswa belajar lebih baik bila diajar

oleh tim pengajar dibandingkan dengan nila siswa diajar oleh guru tunggal?”.

Carilah kata penting dalam pertanyaan ini – kata kunci apa yang terdapat dalam

pertanyaan? Kata kunci dalam pertanyaan ini adalah “Tim pengajar” carilah

kata serupa dan buatlah daftar pedanannya misalnya pengajaran kooperatif,

pengajaran bersama dll. Kemudian carilah rujukan artikel yang berkaitan dengan

topik ini.

e. Mencari Referensi Umum

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai penuntun:

1) Carilah terbitan terbaru yang sesuai.

2) Carilah apakah ada artikel yang sesuai pada terbitan tersebut.

3) Buatlah daftar rujukan.

4) Lanjutkan mencari terbitan lainnya.

f. Menemukan Sumber Primer

Setelah mencari referensi umum, peneliti hendaknya mempunyai sejumlah

kartu bibliografik. Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan masing-masing

sumber, membacanya, membuat catatan singkat yang relevan dengan masalah.10

Untuk penelitian lapangan, kajian pustaka berisi ulasan yang dimaksudkan

untuk memastikan bahwa:

10
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195107261978032-
FRANSISCA_SUDARGO/KULIAH_PENPENDS2/Pertemuan_4_HOUT.pdf
9

a. Pokok masalah yang akan diteliti dan dibahas belum pernah diteliti atau

dibahas oleh penulis lain sebelumnya.

b. Pokok masalah yang akan diteliti mempunyai relevansi (sesuai atau tidak

sesuai) dengan sejumlah teori yang telah ada.11

B. Kerangka Pikir

1. Pengertian

Uma sekaran mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.12

Penelitian berkenaan dengan dua variabel atau lebih biasanya dirumuskan

hipotesis yang berbentuk komparasi atau hubungan.13 Oleh karena itu dalam

rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan atau komparasi,

maka perlu dikemukakan kerangka berfikir.

Kerangka Berpikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu gejala yang

menjadi objek permasalahan kita. Kerangka berpikir ini disusun dengan

berdasarkan pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan atau terkait.

Kerangka berpikir ini merupakan suatu argumentasi kita dalam merumuskan

hipotesis.14 Dalam merumuskan suatu hipotesis, argumentasi kerangka berpikir

11
Muljono Damopolii, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah: Makalah, Skripsi, Tesis,
Disertasi, dan Laporan Penelitian. (Cet. II. Universitas Islam Negeri Alauddin; Makassar, 2016),
h. 14.
12
Uma Sekaran, Research Methods for Business, (Cet. VII. Southern Illnois: University at
Carbondale, 2016.)
13
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. XXI. Bandung: Alfabeta, 2015), h. 92.
14
http://www.informasiahli.com/2015/07/pengertian-kerangka-berpikir-dalam-
penelitian.html#
10

menggunakan logika deduktif (untuk metode kuantitatif) dengan memakai

pengetahuan ilmiah sebagai premis premis dasarnya.

Kerangka pikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar

variabel yang akan diteliti.15 Jadi perlu dijelaskan hubungan antar variabel

independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan

intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan

dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke

dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan

paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.

Penelitian berkenaan dengan dua variabel atau lebih biasanya dirumuskan

hipotesis yang berbentuk komparasi atau hubungan.16 Oleh karena itu dalam

rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan atau komparasi,

maka perlu dikemukakan kerangka berfikir.

2. Tahapan Membuat Kerangka Berfikir

Peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi

dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka

pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang

menjadi obyek permasalahan.17 Kriteria utama agar suatu kerangka berpikir bisa

meyakinkan sesama ilmuwan alur-alur pikiran yang logis dalam membangun

suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi

kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang

15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. XXI. Bandung: Alfabeta, 2015), h. 91.
16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. XXI. Bandung: Alfabeta, 2015), h. 92.
17
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, (Cet. II. Sinar
Harapan, 2001), h. 92.
11

disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.berdasarkan teori-teori yang

telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis,

sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti.

Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk

merumuskan hipotesis.

Menurut Sugiyono ada lima tahapan dalam menyusun kerangka berfikir

yaitu:

Menetapkan Variabel Yang Diteliti

Membaca Buku dan Hasil Penelitian

Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian

Analisis Kritis Terhadap Teori dan Hasil Penelitian

Analisis Komparatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian

Sintesa Kesimpulan

Kerangka Berfikir

Hipotesis18

18
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. 21. Bandung: Alfabeta, 2915), h. 91.
12

Penjelasan mengenai tahapan tersebut di atas akan dijelaskan melalui

pembahasan berikut ini:

a. Menetapkan Variabel yang Diteliti

Sebelum menentukan kelompok teori yang akan dikemukakan pada saat

penyusunan kerangka berfikirdalam mengajukan hipotesis, perlu ditetapkan

terlebih dahulu variabel penelitiannya. Titik tolak dalam menentukan teori yang

akan dikemukakan adalah menentukan berapa jumlah variabel, dan menentukan

apakah nama setiap variabel.

b. Membaca Buku dan Hasil Penelitian

Apabila variabel penelitian telah ditentukan, maka yang akan dilakukan

adalah mencari buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Kemudian membaca

buku-buku dan hasil penelitian tersebut. Buku-buku tersebut dapat berupa buku

teks, ensiklopedia, dan kamus dan hasil penelitian dapat berupa jurnal ilmiah,

laporan penelitian, skripsi, tesis dan disertasi.

c. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian

Setelah membaca buku dan hasil penelitian, maka selanjutnya

mendeskripsikan teori-teori yang relevan dengan variabel yang akan diteliti.

Deskripsi teori yang dimaksud adalah definisi terhadap masing-masing variabel

yang akan diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan

kedudukan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya dalam konteks

penelitian itu.

d. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian


13

Selanjutnya, melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil

penelitian yang telah dikemukakan. Pada analisis tersebut peneliti akan mengkaji

apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai

dengan objek penelitian atau tidak.

e. Analisis Komparatif terhadap Teori dan Hasil Penelitian

Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori

satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain,

atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.

f. Sintesa Kesimpulan

Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil

penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, maka peneliti dapat

melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel

satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang

selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.

g. Kerangka berfikir

Setelah merumuskan sintesa atau kesimpulan sementara, maka selanjutnya

disusun kerangka berfikir. Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa

kerangka berfikir yang asosiatif maupun komparatif.

h. Hipotesis

Berdasarkan hipotesis tersebut, maka disusunlah hipotesis. Hipotesis

disusun berdasarkan kerangka berfikir. Apabila kerangka berfikir bersifat

asosiatif, maka hipotesis juga harus bersifat asosiatif. Apabila kerangka berfikir

bersifat komparatif, maka hipotesis penelitian juga harus bersifat komparatif.


14

3. Kerangka Berfikir yang Baik

Menurut Uma Sekaran memuat kerangka berfikir yang baik memuat hal-

hal sebagai berikut:

a. Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.

b. Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan

pertautan/hubungan antar variabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari.

c. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan

antar variabel itu positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal atau interaktif

(timbal balik).

d. Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram

(paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka pikir

yang dikemukakan dalam penelitian.19

Pendapat lain mengemukakan bahwa kerangka berfikir yang meyakinkan

haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Teori yang digunakan dalam berargumentasi hendaknya dikuasai sepenuhnya

serta mengikuti perkembangan teori yang muktahir.

b. Analisis filsafat dari teori-teori keilmuan yang diarahkan kepada cara berpikir

keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut harus disebutkan secara

tersurat semua asumsi, prinsip atau postulat yang mendasarinya.20

Penyusunan kerangka berpikir dengan menggunakan argumentasi-

argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan ini akhirnya melahirkan suatu

19
Uma Sekaran, Research Methods for Business, (Cet. VII. Southern Illnois: University at
Carbondale, 2016.)
20
http://www.informasiahli.com/2015/07/pengertian-kerangka-berpikir-dalam-
penelitian.html#
15

kesimpulan. Kesimpulan tersebut yang menjadi rumusan hipotesis sebagai

jawaban sementara terhadap pemecahan masalah penelitian kita.

C. Hipotesis Penelitian Pendidikan

1. Pengertian

Pentingnya hipotesis dalam penelitian kuantitatif tidaklah diragukan lagi

kalau dikaitkan dengan fungsinya untuk membantu dan menuntun dalam

memahami kejadian dan peristiwa yang akan diteliti.21 Hipotesis dalam penelitian

kuantitatif sangat dibutuhkan untuk peneliti agar pertanyaan penelitian penelitian

yang membimbing untuk dapat memahami dan menerangkan peristiwa dalam

konteksnya serta menjelaskan kaitannya antar aspek, meskipun pada beberapa

penelitian ada yang tidak perlu menggunakan hipotesis.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan.22 Hal tersebut dikatakan sementara karena jawaban sementara

berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan, belum melalui

penelitian atau berdasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh melalui pengumpulan

data.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa penelitian yang merumuskan hipotesis

adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian

21
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Cet V.
Jakarta: Kencana, 2019), h. 130.
22
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Cet.XXI.Bandung: Alfabeta, 2015), h. 96.
16

kualitatif tidak dirumuskan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji

oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.23

Hipotesis adalah penjelasan yang bersifat sementara untuk tingkah laku,

kejadian dan peristiwa yang sudah atau akan terjadi. 24 Sejalan dengan hal tersebut

Fred N. Kerlinger mendefenisikan secara singkat hipotesis sebagai pernyataan

yang merupakan terkaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih.25

Hipotesis bukan untuk membuktikan atau menguatkan pernyataannya, tetapi

mengumpulkan data yang akan menguatkan atau menolak hipotesisnya. Seorang

peneliti tidak boleh memaksakan agar hipotesisnya terbukti dengan

mengumpulkan data yang tidak sesuai dengan kenyataan atau memanipulasi data

sedemikian rupa agar hipotesisnya dapat dibuktikan. Namun, pada hakikatnya

hipotesis adalah kontrol dari keseluruhan peneliti (termasuk subjek, instrumen,

perencanaan, prosedur, analisis, dan kesimpulan).

Pendapat lain menyatakan bahwa hipotesis diartikan sebagai suatu

pernyataan yang belum merupakan suatu tesis; suatu kesimpulan sementara; suatu

pendapat yang belum final, karena masih harus dibuktikan kebenarannya. 26

Hipotesis adalah dugaan sementara, jawaban sementara atau suatu pendapat yang

belum final. Artinya, pernyataan tersebut harus dibuktikan dengan penelitian

ilmiah. Namun, sejatinya hipotesis adalah jawaban sementara yang dianggap besar

23
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Cet.XXI.Bandung: Alfabeta, 2015), h. 96.
24
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. II. Bandung: Alfabeta. 2011), h.
43.
25
Fred N. Kerlinger, Howard B Lee, Foundations of Behavioral Research, (Singapore:
Wadsworth, 2007)
26
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Cet V.
Jakarta: Kencana, 2019), h. 130.
17

kemungkinannya untuk menjadi jawaban yang benar atau jawaban atau rumusan

masalah yang diajukan dalam penelitian.

Lebih lanjut Hamid mengemukakan bahwa hipotesis dibuat atas dasar

pengetahuan-pengetahuan yang diambil dari problematik-problematik yang timbul

dari penelitian yang mendahuluinya, dari renungan-renungan atas pertimbangan

yang masuk akal.27 Hipotesis seharusnya konsisten dengan penelitian-penelitian

yang dikemukakan dalam kajian pustaka. Hipotesis berupa rangkuman atau

kesimpulan dari teori-teori yang ada dalam kajian pustaka maupun dari hasil

penelitian terdahulu yang relevan sebagai jawaban sementara dari rumusan

masalah.

Peneliti harus memahami terlebih dahulu pola hubungan yang terdapat dan

mungkin terjadi atau tipe hubungan di antara variabel yang diteliti untuk dapat

mengemukakan hipotesis dengan benar.

Hubungan Pertama, yang menunjuk dan dapat dikatakan pengaruh, yaitu

hubungan yang bersifat asymetris. Hubungan kedua, dan tidak menyatakan

pengaruh, yaitu hubungan asymetris. Hubungan ketiga adalah reciprocal. 28

Mengingat adanya berbagai hubungan maka pemahaman secara

konseptual teoretis hubungan dua variabel perlu dikaji secara lebih jelas, sebelum

dinyatakan dalam hipotesis. Tipe hubungan asymetris biasanya digambarkan

dengan anak panah ().

Contoh:
27
Hamid Darmadi,
X Metode Penelitian Pendidikan,
Y (Cet. II. Bandung: Alfabeta. 2011), h.
43.
28
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Cet V.
Jakarta: Kencana, 2019), h. 131.
18

Ini berarti variabel X mempunyai hubungan dengan variabel Y. Hubungan

yang ada dapat dikatakan berpengaruh. Artinya, X mempengaruhi Y tetapi Y tidak

dapat mempengaruhi X.

Hubungan symetris tidak menunjukkan pengaruh dan biasanya

dilambangkan dengan garis sedikit melengkung ( ), yang menunjuk

pada masing-masing variabel.

Contoh:
Panen Panen
jagung kedelai

Hubungan tersebut menjelaskan bahwa variabel I mempunyai hubungan

dengan variabel II, tetapi tidak dapat diinterpretasikan variabel I memengaruhi

variabel II, sebab variabel I setara dengan variabel II dan tidak mungkin

memberikan sumbangan terhadap variabel II.29 Mana yang lebih menentukan tidak

dapat dinyatakan dengan pasti, karena banyak variabel lain yang tersembunyi

yang tidak diteliti dan dapat memengaruhi variabel yang diteliti.

Salah satu tujuan penelitian adalah menguji hipotesis dan jika berdasarkan

penelitian bersifat kuantitatif maka hipotesis merupakan jawaban atas suatu

masalah yang secara rasional (ilmiah) harus berlandaskan teoretis tertentu.30

Tujuan pengujian hipotesis untuk menentukan apakah jawaban teoretis tersebut

29
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Cet V.
Jakarta: Kencana, 2019), h. 132.
30
Rosady Ruslan, Metode Penelitian: Public Relations dan Komunikasi, (Cet. II. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2004), h. 169.
19

telah tertuang dalam kumpulkan dan dianalisis yang kemudian diproses melalui

pengujian secara ilmiah.

2. Macam-macam Hipotesis

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa hipotesis penelitian sangat

terkait dengan rumusan masalah penelitian. Ditinjau dari tingkat eksplanasinya,

maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga, yaitu: rumusan masalah

deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif

(hubungan).31

Oleh karena itu bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis

deskriptif, komparatif dan asosiatif. Hipotesis deskriptif adalah jawaban

sementara untuk rumusan masalah deskriptif, hipotesis komparatif adalah jawaban

sementara dari rumusan masalah komparatif dan hipotesis asosiatif adalah

jawaban sementara dari rumusan masalah deskriptif.

Pengertian hipotesis dibedakan dari hipotesis penelitian dan hipotesis

statistik. Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan di atas.

Selanjutnya hipotesis statistik itu ada, bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika

penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik.32

a. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian mempunyai fungsi memberikan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah. Walaupun hal ini tidak mutlak, hipotesis penelitian

pada umumnya sama banyaknya dengan jumlah rumusan masalah yang

31
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Cet.XXI.Bandung: Alfabeta, 2015), h. 100.
32
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Cet.XXI.Bandung: Alfabeta, 2015), h. 97.
20

direncanakan dapat dicakup dalam penelitian yang hendak dilakukan.33 Hipotesis

penelitian pada umumnya tidak diuji menggunakan teknik statistika. Karena

tujuan hipotesis adalah memberikan jawaban sementara sebagai pentunjuk

tindakan selanjutnya.

Dalam penelitian kuantitatif, sebagaimana disebutkan di atas bahwa

hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol (Ho) atau juga disebut dengan hipotesis

statistik.34 Berarti, dalam banyak hal, penelitian kuantitatif lebih matematis dan

lebih sistematik dari penelitian kualitatif.

b. Hipotesis Statistika

Jenis hipotesis yang kedua adalah hipotesis statistika. Hipotesis ini

strukturnya merupakan rangkaian dua atau lebih variabel yang menjadi interes dan

hendak diuji oleh si peneliti.35 Hipotesis statistika ini dipergunakan sebagian dari

keseluruhan data yang ada. Sedangkan proses teknik statistika yang dari

keseluruhan ke arah sebagian populasi disebut sebagai proses inferensi.

3. Perumusan dan Uji Hipotesis

Perumusan hipotesis yang baik dan tepat antara lain dengan

mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu sebagai acuannya dan penjelasannya

sebagai berikut:

a. Berupa pernyataan yang mengarah kepada tujuan penelitian. Tujuan

penelitian adalah memecahkan permasalahan atau untuk menjawab

pernyataan penelitian. Hipotesis dalam penelitian kuantitatif, merupakan


33
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. II. Bandung: Alfabeta. 2011), h.
76.
34
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Cet. VIII. Jakarta: Kencana. 2014), h. 92.
35
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. II. Bandung: Alfabeta. 2011), h.
76.
21

jawaban rasional yang deduksi dari konsep-konsep dan teori-teori yang sudah

ada.

b. Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara

empiris. Tujuan penelitian (penelitian dasar) adalah menguji teoretis dan

hipotesis, maka agar dapat diuji, hipotesis harus menyatakan secara jelas

variabel-variabel yang diteliti atau berupa dugaan tertentu pada hubungan

antar dua variabel.

c. Berupa pernyataan-pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori-teori

lebih kuat jika dibandingkan dengan hipotesis lawannya. Beberapa teori

kemungkinan saling bertentangan satu sama lain, atau terdapat teori yang satu

lebih kuat dari teori yang lainnya. Hipotesis yang dikembangkan oleh peneliti

harus mempunyai dukungan landasan teoretis lebih kuat, daripada alternatif.

Dapat terjadi hipotesis lainnya kemungkinan dikembangkan berdasarkan

teori-teori yang lainnya.36

Macam-macam hipotesis dan ciri-ciri utama hipotesis yang baik, dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu (1) hipotesis kerja, dan (2) hipotesis penguji. 37

Hipotesis kerja merupakan suatu ide atau tanggapan mengenai langkah-langkah

selanjutnya atau dimungkinkan bermanfaat untuk dilakukan suatu penelitian.

Sedangkan hipotesis penguji yaitu untuk merumuskan suatu tanggapan mengenai

masalah yang diteliti.

36
Indriantoro dan Supomo, Motodologi Penelitian Bisnis. (Yogyakarta: BPFE, 2002), H.
77.
37
Rosady Ruslan, Metode Penelitian: Public Relations dan Komunikasi, (Cet. II. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2004), h. 178.
22

Berdasarkan yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa hipotesis yang

akan diuji dan perumusannya dapat dikelompokkan menjadi tiga macam hipotesis,

yaitu hipotesis deskriptif, hipotesis komparatif dan hipotesis asosiatif. Perumusan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

a. Hipotesis Deskriptif

Hipotesis deskriptif ini, adalah dugaan tentang nilai suatu variabel mandiri,

tidak membuat perbandingan atau hubungan tertentu.38 sebagai contoh, bila

rumusan masalah penelitian (jawaban sementara), yaitu:

1) Seberapa tinggi tingkat kesejahteraan guru PAI di SMA 5 Makassar?

2) Seberapa baik gaya kepemimpinan kepala sekolah di SMA 5 Makassar?

3) Bagaimana tingkat kepuasan siswa terhadap kinerja pelayanan staf

perpustakaan di SMA Islam Athirah Makassar?

Dari tiga pernyataan di atas, yaitu dapat dirumuskan hipotesisnya, yaitu:

1) Tingkat kesejahteraan guru di SMA 5 Makassar = Sejahtera

2) Gaya kepemimpinan kepala sekolah di SMA 5 Makassar telah mencapai

75% dari yang diharapkan.

3) Tingkat kepuasan siswa terhadap kinerja pelayanan staf perpustakaan di

SMA Islam Athirah Makassar cukup signifikan memuaskan dalam

memberikan pelayanan.

Dalam perumusan hipotesis statistik, antara hipotesis nol (Ho) dan

alternatif (Ha), jika salah satu ditolak, maka yang lainnya pasti diterima sehingga

dapat dibuat keputusan yang tegas, berdasarkan hipotesis yaitu Ho = ditolak, dan

38
Rosady Ruslan, Metode Penelitian: Public Relations dan Komunikasi, (Cet. II. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2004), h. 180.
23

pasti Ha = diterima yang dinyatakan dengan simbol-simbol (pernyataan) tertentu

dalam parameter statistik, yaitu parameter populasi; µ = rata-rata, σ = simpangan

baku, dan ρ = proporsi.39 Penjelasan di bawah ini sebagai contoh hipotesis

penelitian, yaitu:

1) SMA Islam Athirah menyatakan bahwa pada tahun 2017 sebanyak 95%

lulusan dari sekolah tersebut diterima di perguruan tinggi favorit. Maka

rumusan statistiknya secara sederhana, adalah:

Ho: µ > 0.95 (ditolak) dan Ho: µ < 0.95 (diterima).

2) Seorang peneliti menyatakan bahwa hasil analisis variabel penelitian

tingkat kinerja pelayanan (variabel X = 3.47%) dan pemenuhan

kepentingan pelanggan (variabel Y = 4. 26%) RS Pelamonia, maka

perhitungan statistiknya dengan jumlah n = 10, dan melalui program

komputer “Excel Analysis & Statistic Function Program”, yaitu hasil

perhitungannya sebagai berikut:

Uji t-tabel, pada tingkat signifikansinya (5%), derajat kebebasan (df),

yaitu senilai (n-1) atau 10-1 = 9, maka t-tabel (0.005:9) yaitu dengan

nilai= 1.8331 pada satu sisi (critical one tail). Sedangkan output

perhitungan uji satu pihak (t-stat), yaitu senilai t-hitung = 9.3911.

Analisisnya, yaitu t-hitung (9.39) > t tabel (1.83), maka Ho ditolak dan

Ha diterima. Artinya, ada perbedaan antara dua variabel X dan Y, yaitu

variabel kinerja pelayanan dan variabel kepentingan pelanggan memiliki

pengaruh yang signifikan.

39
Rosady Ruslan, Metode Penelitian: Public Relations dan Komunikasi, (Cet. II. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2004), h. 181
24

b. Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif merupakan pernyataan yang menunjukkan dugaan

nilai suatu dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda.

c. Hipotesis Hubungan

hipotesis asosiatif merupakan suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan

tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.

Hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya dapat

berbentuk hubungan korelasional dan hubungan sebab akibat, dan metode

statistiknya untuk menguji kedua hubungan variabel penelitian tersebut melalui

skala interval dan rasio, yaitu analisis regresi dan pengukuran koefisien korelasi.

Rumusan hipotesis nol: tidak ada hubungan antara press relations dengan

efektivitas pemberitaan yang positif di media surat kabar kompas.

DAFTAR PUSTAKA
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Cet. VIII. Jakarta:
Kencana. 2014), h. 92.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Pedoman Penulisan Skripsi Program Sarjana.
Universitas Gadjah Mada. 2016. h. 3.
Fred N. Kerlinger, Howard B Lee, Foundations of Behavioral Research,
(Singapore: Wadsworth, 2007)
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. II. Bandung: Alfabeta.
2011), h. 43.
Harnovinsa Ak, Metodologi Penelitian. Universitas Mercubuana. h. 2.
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, (Cet. II. Sinar
Harapan, 2001), h. 92.
Leedy, Practical Research: Planing and Design. Merrill-Prentice Hall: New
Jersey. 1997.
Muljono Damopolii, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah: Makalah, Skripsi,
Tesis, Disertasi, dan Laporan Penelitian. (Cet. II. Makassar: Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016), h. 13.
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan,
(Cet V. Jakarta: Kencana, 2019), h. 130.
25

Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, (Cet V. Jakarta: Raja Grafindo Persada,


2011), h. 32.
Rosady Ruslan, Metode Penelitian: Public Relations dan Komunikasi, (Cet. II.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004), h. 169.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. XXI. Bandung: Alfabeta, 2015),
h. 91.
Uma Sekaran, Research Methods for Business, (Cet. VII. Southern Illnois:
University at Carbondale, 2016.)
Indriantoro dan Supomo, Motodologi Penelitian Bisnis. (Yogyakarta: BPFE,
2002), H. 77.
http://fatkhan.web.id/pengertian-dan-definisi-kajian-pustaka/
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195107261978032-
FRANSISCA_SUDARGO/KULIAH_PENPENDS2/
Pertemuan_4_HOUT.pdf
http://www.informasiahli.com/2015/07/pengertian-kerangka-berpikir-dalam-
penelitian.html#
http://www.informasiahli.com/2015/07/pengertian-kerangka-berpikir-dalam-
penelitian.html#

Anda mungkin juga menyukai