Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Memahami Makna
1. Tinjauan Pustaka

a. Pengertian Tinjauan Pustaka


Tinjauan pustaka adalah uraian tentang seluruh informasi terkait dengan topik-topik

penelitian yang akan di uji. Tinjauan pustaka hampir terdapat pada seluruh penelitian, kecuali
pada artikel ilmiah. Data untuk memenuhi tinjauan pustaka dapat diperoleh dari buku dan

jurnal-jurnal yang diterbitkan.


b. Syarat Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu penelitian, adapun
syarat tinjauan pustaka dikatakan baik adalah :

1) Sesuai dengan topik dan judul penelitian.


2) Informasi yang terdapat pada tinjauan pustaka merupakan informasi terbaru.

3) Informasi yang dipaparkan sudah diakui memiliki bobot ilmiah.


4) Informasi yang ada dapat digunakan untuk membantu proses penentuan desain

penelitian yang akan digunakan pada metodologi penelitian.


c. Langkah Pembuatan Tinjauan Pustaka

Adapun langkah-langkah penyusunan tinjauan pustaka yang harus dipahami adalah


sebagai berikut :

1) Mencocokan masalah yang akan dibahas dengan judul, rumusan masalah dan tujuan
penelitian.

2) Lakukan tinjauan teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Tinjauan
teori dapat dilakukan dengan menelusuri literatur buku atau artikel ilmiah yang telah

terpublikasi.
3) Membuat kerangka konsep dan hipotesa.

4) Akhirnya gambaran dari tinjauan pustakadapat digunakan sebagai acuan dalam


penentuan metode penelitian yang akan digunakan sesuai dengan literatur yang

telah ada.
5) Setiap tinjauan pustaka harus tercantum sumber data.
2. Telaah Pustaka

a. Pengertian Telaah Pustaka


Telaah Pustaka dapat menjadi bagian laporan penelitian, thesis, atau esai kajian

pustaka yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah.


Telaah Pustaka: adalah kajian kritis atas pembahasan suatu topik yang sudah ditulis

oleh para peneliti atau ilmuwan yang terakreditasi (diakui kepakarannya). Kepakaran
diakui bila penelitian dipublikasikan melalui jurnal/seminar bertaraf nasional/internasional

atau dalam bentuk cetakan buku yang representatif.


Telaah Pustaka meliputi pelbagai sumber pustaka yang membahas satu topik/masalah

penelitian yang spesifik. Jadi melakukan Telaah Pustaka membutuhkan lebih dari satu
pustaka (bacaan).

b. Tujuan Telaah Pustaka


Telaah Pustaka bertujuan menyampaikan kepada pembaca pengetahuan dan ide apa

saja yang sudah dibahas dalam suatu topik penelitian.


Telaah Pustaka memberi gambaran kepada pembaca sejauh mana penelitian sudah

dilakukan, pelbagai sudut pandang yang mungkin saling bertentangan (kontroversi)


mengenai topik penelitian.

c. Alasan melakukan Telaah Pustaka


Telaah Pustaka perlu dilakukan sebelum mulai melakukan penelitian karena alasan-alasan

berikut:
1) Untuk mengetahui apa yang sudah dan belum diteliti berkaitan dengan topik

penelitian yang kita pilih


2) Untuk memberikan gambaran lebih menyeluruh mengenai pelbagai variasi perilaku

atau fenomena dalam topik penelitian


3) Untuk mengetahui potensi hubungan antar konsep-konsep/teori-teori

4) Untuk menemukan hipotesis yang mungkin diteliti lebih lanjut (researchable


hypotheses)

5) Untuk mengetahui bagaimana peneliti lain mendefinisikan dan mengukur konsep-


konsep

6) Untuk mengetahui sumber data yang digunakan peneliti lain


7) Untuk mengembangkan proyek penelitian alternative

8) Untuk menemukan keterkaitan proyek penelitian Anda dengan penelitian orang lain
3. Tinjauan Teoritis

Tinjauan teori diperlukan untuk menegaskan landasan teoritis penelitian yang akan dilakukan.
Secara garis besar, sumber teori dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) Acuan umum,

terutama terdapat pada buku-buku teks, dan (2) Acuan khusus, yang berupa laporan hasil
penelitian yang terutama terdapat dalam jurnal profesional.Teori yang dipilih paling tidak harus

memenuhi tiga unsur yaitu relevansi, kelengkapan materi dan kemutakhiran. Relevansi artinya
teori yang digunakan sebagai referensi sesuai dengan bidang kajian penelitian. Kelengkapan

berkaitan dengan berbagai pendekatan yang tercermin dalam berbagai teori dalam mempelajari
persoalan yang sama.  Dengan demikian, jika terdapat beberapa aliran dalam sebuah pendekatan

maka peneliti harus mengemukakan alasan memilih aliran tertentu. Kemutakhiran berkaitan
dengan dimensi waktu. Seperti diketahui, ilmu pengetahuan berkembang dengan cepat dan

sebuah teori bisa efektif dalam suatu waktu, maka dapat dianggap tidak efektif lagi di masa
sekarang. Oleh karena itu, teori-teori yang dipergunakan hendaknya harus mencakup

perkembangan terbaru di bidangnya. Tinjauan litelature juga dapat berupa hasil penelitian
terdahulu yang diperoleh melalui jurnal penerbitan berkala lokal maupun internasional. Penelitian

terdahulu ini penting digunakan untuk memberikan perbandingan hasil penelitian yang sudah
ada dengan penelitian yang akan kita lakukan. Selain itu, penelitian terdahulu dapat digunakan

untuk menangkap berbagai perbedaan (pro dan kontra) dari berbagai penelitian sehingga
diperoleh gambaran lengkap mengenai permasalahan yang diteliti.Tinjauan litelature memiliki

keterkaitan erat dengan kerangka teoritis dan hipotesis yang diajukan. Sebagai sebuah kegiatan
ilmiah, penelitian yang ditujukan untuk memahami dan menyelesaikan suatu masalah harus juga
didasarkan pada cara ilmiah. Cara ilmiah dalam memecahkan suatu masalah pada hakikatnya
adalah menggunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan

sehingga menghasilkan jawaban yang dapat diandalkan.

4. Landasan Teoritis

a. Pengertian Landasan Teoritis


Landasan Teori sangat penting dalam sebuah penelitian terutama dalam penulisan skripsi

peneliti tidak bisa mengembangkan masalah yang mungkin di temui di tempat penelitian jika
tidak memiliki acuan landasan teori yang mendukungnya. Dalam skripsi landasan teori

layaknya fondasi pada sebuah bangunan. Bangunan akan terlihat kokoh bila fondasinya kuat,
begitu pula dengan penulisan skripsi, tanpa landasan teori penelitian dan metode yang
digunakan tidak akan berjalan lancar. Peneliti juga tidak bisa membuat pengukuran atau tidak

memiliki standar alat ukur jika tidak ada landasan teori. Seperti yang diungkapkan oleh
Sugiyono (2012:52), bahwa landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai

dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba ( trial and error).
Menurut Mark 1963, dalam ( Sugiyono,2012) membedakan adanya tiga macam teori.

Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris, teori ini antara lain:
a. Teori yang Deduktif: memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan, atau pikiran

spekulatis tertentu kearah data akan diterangkan.


b. Teori Induktif: cara menerangkan adalah dari data ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim

titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist


c. Teori fungsional: disini nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan

teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali
mempengaruhi data.

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi,
dan proposisi yang disusun secara sistematis. Menurut (Sugiyono,2012) fungsi teori secara

umum adalah:

a. Menjelaskan (explanation). Misalnya, Mengapa air yang mendidih pada suhu 100°C bisa

menguap, dapat dijawab dengan teori yang berfungsi menjelaskan.


b. Meramalkan (prediction). Misalnya, bila air didihkan pada suhu 100°C berapa besar

penguapannya, dapat dijawab dengan teori yang berfungsi meramalkan/memperkirakan.


c. Pengendali (control). Misalnya, berapa jarak sambungan rel kereta api yang paling sesuai

dengan  kondisi iklim indonesia, sehingga kereta api jalannya tidak terganggu, dapat
dijawab dengan teori yang berfugsi mengendalikan.

5. Studi Literatur
Studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan

data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian.


Menurut Danial dan Warsiah Studi Literatur adalah merupakan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku buku, majalah yang berkaitan dengan masalah
dan tujuan penelitian. Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-

teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan
dalam pembahasan hasil penelitian.
Pengertian Lain tentang Studi literatur adalah mencari referensi teori yang relefan dengan

kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi ini dapat dicari dari buku, jurnal, artikel
laporan penelitian, dan situs-situs di internet. Output dari studi literatur ini adalah terkoleksinya

referensi yang relefan dengan perumusan masalah.


Secara Umum Studi Literatur adalah cara untuk menyelesaikan persoalan dengan menelusuri

sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Dengan kata lain, istilah Studi Literatur
ini juga sangat familier dengan sebutan studi pustaka. Dalam sebuah penelitian yang hendak

dijalankan, tentu saja seorang peneliti harus memiliki wawasan yang luas terkait objek yang akan
diteliti.

6. Konsep Parafrase
Parafrase merupakan salah satu cara meminjam gagasan/ide dari sebuah sumber tanpa
menjadi plagiat. Menurut kamus Oxford Advanced Leaner’s Dictionary, parafrase merupakan

“cara mengekspresikan apa yang telah ditulis dan dikatakan oleh orang lain dengan
menggunakan kata-kata yang berbeda agar membuatnya lebih mudah untuk dimengerti.”

Pengutipan yang dilakukan dalam teknik menulis parafrase merupakan kutipan yang
menggunakan kata-kata sendiri untuk mengungkapkan ide yang sama. Sehingga dapat

diaplikasikan saat menulis buku. Dan aktivitas tersebut ialah legal. Selain membuat gagasan
lebih mudah untuk dimengerti, parafrase dapat juga digunakan untuk menjaga koherensi dan

keutuhan alur tulisan.


Menurut OWL Purdue, sebuah website yang banyak memberikan ulasan tentang menulis

buku akademis,, parafrase didefinisikan sebagai berikut:


a. kemampuan seseorang untuk menulis ulang ide atau gagasan orang lain dengan kata-

katanya sendiri dan ditampilkan dalam bentuk yang baru,


b. merupakan cara yang legal dan syah dalam meminjam gagasan orang lain,

c. sebuah pernyataan ulang restatement yang lebih lengkap dan detail dibandingkan
dengan sebuah ringkasan.

Teknik menulis parafrase merupakan sebuah keahlian yang sangat berharga karena :

a. parafrase lebih baik dibandingkan dengan mengutip informasi dari sebuah paragraf atau
tulisan yang kurang menonjol

b. parafrase membantu penulisan untukmengontrol cobaan melakukankutipan yang terlalu


sering.
c. Proses mental yang dibutuhkan bagi keberhasilan sebuah prafrase membantu penulis

untuk memahami sepenuhnya makna teks sumber yang akan ia sadur.


Setiap penulis memiliki dan mengembangkan tekniknya sendiri untuk mengembangkan

keahlliannya dalam melakukan parafrase. Teknik tersebut bersifat unik. Bagi penulis pemula,
ia perlu belajar mengembangkan keahlian membuat parafrase. Jika belum terbiasa melakukan

parafrase, berikut ini adalah 6 teknik menulis efektif dalam melakukan parafrase seperti yang
diberikan oleh panduan OWL Purdue :

a. Bacalah kembali teks sumber sampai Anda memahami benar isi teks tersebut
b. Singkirkan teks/naskah asli tersebut dan tulislah ulang gagasan dalam teks tadi dalam

sebuah kertas.
c. Buatlah daftar beberapa kata dibawah parafrase Anda tadi untuk mengingatkan Anda

kembali pada cara Anda memahami naskah asli tersebut. Di atas kartu catatan tadi,
tuliskan kata kunci yang menunjukkan subjek atau tema parafrase Anda.

d. Bandingkan tulisan parafrase Anda tadi dengan naskah aslinya untuk mengecek apakah
semua gagasan, terutama gagasan yang penting telah tercantum dalam hasil parafrase

tersebut.
e. Gunakan tanda petik ganda untuk mengidentifikasi istilah-istilah khusus, terminologi,

atau frase yang Anda pinjam dari naskah asli, dan yang Anda ambil sama pesis dengan
naskah asli.

f. Tuliskan sumber (termasuk halaman) pada kertas catatan Anda sehingga ini
mempermudah Anda untuk menuliskan sumber pustaka atau referensi, bila Anda

bermaksud mengambil parafrase tersebut


B. Langkah-Langkah Penyusunan

Langkah-langkah penyusunan penelitian ilmiah (scientific research), Sebagai berikut ini:


1. Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah

Sebagaimana halnya dalam metode ilmiah, pada penelitian ilmiah juga harus berangkat dari
adanya permasalahan yang ingin pecahkan. Sebelum melaksanakan penelitian ilmiah perlu

dilakukan identifikasi masalah. Proses identifikasi masalah penting dilakukan agar rumusan
masalah menjadi tajam dan sebagai bentuk data awal bahwa dalam penelitian ilmiah tersebut

memang dibutuhkan pemecahan masalah melalui penelitian. Identifikasi masalah dirumuskan


bersesuaian sebagaimana latar belakang masalah, berdasarkan fakta dan data yang ada di
lapangan. Identifikasi masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif,

sementara rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat tanya (berbentuk pertanyaan).
2. Melakukan Studi Pendahuluan

Di dalam penelitian ilmiah, perlu dilakukan sebuah studi pendahuluan. Peneliti dapat
melakukannya dengan menelusuri dan memahami kajian pustaka untuk bahan penyusun

landasan teori yang dibutuhkan untuk menyusun hipotesis maupun pembahasan hasil penelitian
nantinya. Sebuah penelitian dikatakan bagus apabila didasarkan pada landasan teori yang kukuh

dan relevan. Banyak teori yang bersesuaian dengan penelitian, namun ternyata kurang relevan.
Oleh karenanya, perlu dilakukan usaha memilah-milah teori yang sesuai. Selain itu studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui pengkajian kepustakaan akan dapat membuat
penelitian lebih fokus pada masalah yang diteliti sehingga dapat memudahkan penentuan data

apa yang nantinya akan dibutuhkan.


3. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis perlu dirumuskan dalam sebuah penelitian ilmiah, lebih-lebih penelitian kuantitatif.
Dengan menyatakan hipotesis, maka penelitian ilmiah yang dilakukan peneliti akan lebih fokus

terhadap masalah yang diangkat. Selain itu dengan rumusan hipotesis, seorang peneliti tidak
perlu lagi direpotkan dengan data-data yang seharusnya tidak dibutuhkannya, karena data yang

diambilnya melalui instrumen penelitian hanyalah data-data yang berkaitan langsung dengan
hipotesis. Data-data ini sajalah yang nantinya akan dianalisis. Hipotesis erat kaitannya dengan

anggapan dasar. Anggapan dasar merupakan kesimpulan yang kebenarannya mutlak sehingga
ketika seseorang membaca suatu anggapan dasar, tidak lagi meragukan kebenarannya.

4. Mengidentifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel


Sebuah variabel dalam penelitian ilmiah adalah fenomena yang akan atau tidak akan terjadi

sebagai akibat adanya fenomena lain. Variabel penelitian sangat perlu ditentukan agar masalah
yang diangkat dalam sebuah penelitian ilmiah menjadi jelas dan terukur. Dalam tahap

selanjutnya, setelah variabel penelitian ditentukan, maka peneliti perlu membuat definisi
operasional variabel itu sesuai dengan maksud atau tujuan penelitian. Definisi operasional

variabel adalah definisi khusus yang dirumuskan sendiri oleh peneliti. Definisi operasional tidak
sama dengan definisi konseptual yang didasarkan pada teori tertentu.

5. Menentukan Rancangan atau Desain Penelitian


Rancangan penelitian sering pula disebut sebagai desain penelitian. Rancangan penelitian

merupakan prosedur atau langkah-langkah aplikatif penelitian yang berguna sebagai pedoman
dalam melaksanakan penelitian ilmiah bagi si peneliti yang bersangkutan. Rancangan penelitian

harus ditetapkan secara terbuka sehingga orang lain dapat mengulang prosedur yang dilakukan
untuk membuktikan kebenaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan peneliti.

6. Menentukan dan Mengembangkan Instrumen Penelitian


Apakah yang dimaksud dengan instrumen penelitian? Instrumen penelitian merupakan alat

yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya. Beragam alat dan
teknik pengumpulan data yang dapat dipilih sesuai dengan tujuan dan jenis penelitian ilmiah

yang dilakukan. Setiap bentuk dan jenis instrumen penelitian memiliki kelebihan dan
kelemahannya masing-masing. Karena itu sebelum menentukan dan mengembangkan instrumen

penelitian, perlu dilakukan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Salah satu kriteria


pertimbangan yang dapat dipakai untuk menentukan instrumen penelitian adalah kesesuaiannya

dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Tidak semua alat atau instrumen pengumpul
data cocok digunakan untuk penelitian-penelitian tertentu.

7. Menentukan Subjek Penelitian


Orang yang terlibat dalam penelitian ilmiah dan berperan sebagai sumber data disebut

subjek penelitian. Seringkali subjek penelitian berkaitan dengan populasi dan sampel penelitian.
Apabila penelitian ilmiah yang dilakukan menggunakan sampel penelitian dalam sebuah populasi

penelitian, maka peneliti harus berhati-hati dalam menentukannya. Hal ini dikarenakan, penelitian
yang menggunakan sampel sebagai subjek penelitian akan menyimpulkan hasil penelitian yang

berlaku umum terhadap seluruh populasi, walaupun data yang diambil hanya merupakan sampel
yang jumlah jauh lebih kecil dari populasi penelitian. Pengambilan sampel penelitian yang salah

akan mengarahkan peneliti kepada kesimpulan yang salah pula.Sampel yang dipilih harus
merepsentasikan populasi penelitian.

8. Melaksanakan Penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah proses pengumpulan data sesuai dengan desain atau

rancangan penelitian yang telah dibuat. Pelaksanaan penelitian harus dilakukan secara cermat
dan hati-hati karena kan berhubungan dengan data yang dikumpulkan, keabsahan dan

kebenaran data penelitian tentu saja akan menentukan kualitas penelitian yang
dilakukan.Seringkali peneliti saat berada di lapangan dalam melaksanakan penelitiannya terkecoh

oleh beragam data yang sekilas semuanya tampak penting dan berharga. Peneliti harus fokus
pada pemecahan masalah yang telah dirumuskannya dengan mengacu pengambilan data

berdasarkan instrumen penelitian yang telah dibuatnya secara ketat. Berdasarkan cara
pengambilan data terhadap subjek penelitian, data dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

data langsung dan data tidak langsung. Data langsung adalah data yang diperoleh secara
langsung oleh peneliti dari sumber data (subjek penelitian), sementara data tidak langsung adalah

data yang diperoleh peneliti tanpa berhubungan secara langsung dengan subjek penelitian yaitu
melalui penggunaan media tertentu misalnya wawancara menggunakan telepon, dan sebagainya.

9. Melakukan Analisis Data


Beragam data yang terkumpul saat peneliti melaksanakan penelitian ilmiahnya tidak akan

mempunyai kana apapun sebelum dilakukan analisis. Ada beragam alat yang dapat digunakan
untuk melakukan analisis data, bergantung pada jenis data itu sendiri. Bila penelitian ilmiah yang

dilakukan bersifat kuantitatif, maka jenis data akan bersifat kuantitatif juga. Bila penelitian bersifat
kualitatif, maka data yang diperoleh akan bersifat kualitatif dan selanjutnya perlu diolah menjadi

data kuantitatif. Untuk itu perlu digunakan statistik dalam pengolahan dan analisis data.
10. Merumuskan Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada hakekatnya merumuskan hasil penelitian dan melakukan pembahasan adalah kegiatan
menjawab pertanyaan atau rumusan masalah penelitian, sesuai dengan hasil analisis data yang

telah dilakukan. Pada saat melakukan pembahasan, berarti peneliti melakukan interpretasi dan
diskusi hasil penelitian.Hasil penelitian dan pemabahasannya merupakan inti dari sebuah

penelitian ilmiah.Pada penelitian ilmiah dengan pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah
hipotesis itu dinyatakan diterima atau ditolak dan dibahas mengapa diterima atau ditolak. Bila

hasil penelitian mendukung atau menolak suatu prinsip atau teori, maka dibahas pula mengapa
demikian. Pembahasan penelitian harus dikembalikan kepada teori yang menjadi sandaran

penelitian ilmiah yang telah dilakukan.


11. Menyusun Laporan Penelitian dan Melakukan Desiminasi

Seorang peneliti yang telah melakukan penelitian ilmiah wajib menyusun laporan hasil
penelitiannya. Penyusunan laporan dan desiminasi hasil penelitian merupakan langkah terakhir

dalam pelaksanaan penelitian ilmiah. Format laporan ilmiah seringkali telah dibakukan
berdasarkan institusi atau pemberi sponsor di mana penelitia itu melakukannya. Desiminasi dapat

dilakukan dalam bentuk seminar atau menuliskannya dalam jurnal-jurnal penelitian. Ini penting
dilakukan agar hasil penelitian diketahui oleh masyarakat luas (masyarakat ilmiah) dan dapat

dipergunakan bila diperlukan.


C. Keterkaitan Dengan Teori Keperawatan

Orem (2001) menyatakan “keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan untuk memberikan perawatan langsung kepada orang-orang yang benar-benar

memiliki kebutuhan perawatan langsung akibat gangguan kesehatan mereka atau secara alamiah
mereka yang membutuhkan perawatan kesehatan” (hal.3). seperti pelayanan kesehatan langsung

lainnya, keperawatan memilki karakteristik social dan karakteristik interpersonal yang mencirikan
hubungan bantuan antara mereka yang membutuhkan perawatan dan mereka yang memberikan

perawatan.
Sumber utama untuk ide-ide orem tentang keperawatan adalah pengalamannya dalam

keperawatan. Melalui refleksi pada situasi praktik keperawatan, ia mempu mengidentifikasi objek atau
fokus yang tepat, pada keperawatan. Pertanyaan yang merangsang pemikiran orem (2001) “kondisi

seperti apa yang ada dalam diri seseorang ketika dibutuhkan seorang perawat dalam situasi
tersebut?” (hal 20). kondisi yang menunjukan perlunya bantuan keperawatan adalah ketidakmampuan

orang untuk memberikan diri mereka sendiri perawatan diri yang diperlukan karena situasi kesatan
pribadi” (Orem,2001, hal. 20).

Orem (1997) mengidetifikasikan “lima pandangan yang luas tentang manusia yang diperlukan
untuk mengembangkan pemahaman tentang konstruksi konseptual SCNDT dan untuk memahami

aspek interpersonal dan social dari system keperawatan” (hal.28). kelima pandangan itu terdiri dari
orang, agen, pengguna symbol, organisme, dan objek.

Padangan orang-sebagai-agen merupakan pusat SCDNT. Perawat diri, yang mengacu pada
tindakan-tindakan yang seseorang terlibat dan lakukan untuk tujuan mempromosikan dan
mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan, dikonseptualisasikan sebagai bentuk
tindakan kesengajaan “tindakan yang disengaja mengacu pada tindakan yang dilakukan oleh individu

manusia yang memiliki niat dan sadar pada niat mereka untuk membawa, melalui tindakan mereka,
kondisi atau keadaan dari berbagai hal yang tidak ada pada saat ini “(orem, 2001, hal. 62-63).

Teori keperawatan defisit perawatan diri adalah teori umum yang terdiri dari empat teori yang
terkait sebagai berikut :

1. Teori perawatan diri, yang menjelaskan mengapa dan bagaimana orang merawat diri mereka
sendiri

2. Teori ketergantungan perawatan, yang menjelaskan bagaimana anggota keluarga dan/ atau
teman-teman memberikan perawatan untuk orang yang ketergantungan secara social
3. Teori defisit perawatan diri, yang menggambarkan dan menjelaskan mengapa orang dapat dibantu

melalui keperawatan
4. Teori sistem keperawatan yang menggambarkan dan menjelaskan hubungan yang harus dilakukan

dan dipelihara untuk menghasilkan keperawatan.

Perawatan Diri
Perawatan diri terdiri dari kegiatan praktik yang mendewasakan dan orang dewasa memulai dan

melakukan, dalam kerangka waktu, atas nama mereka sendiri dalam rangka kepentingan
mempertahankan hidup, memfungsikan kesehatan, melanjutkan pengembangan pribadi, dan

kesejahteraan dengan memenuhi syarat yang dikenal untuk pengaturan fungsional dan
perkembangan (Orem, 2011, hal.522).

Ketergantungan perawatan
Ketergantungan perawatan mengacu pada perawatan yang diberikan kepada seseorang yang

karena usia atau faktor yang berhubungan, tidak dapat melakukan perawatan diri sendiri yang
diperlukan untuk mempertahankan hidup, memfungsikan kesehatan, melanjutkan pengembangan

pribadi dan kesejahteraan.

D. Letak Model Konseptual


Orem (2001) mengidentifikasi dua perangkat ilmu keperawatan praktik yang spekulatif, yaitu

ilmu praktik keperawatan dan ilmu keperawatan dasar. Perangkat ilmu praktik keperawatan
meliputi :

1. Ilmu keperawatan yang sepenuhnya mengkompensasi


2. Ilmu keperawatan yang sebagian mengkompensasi

3. Ilmu keperawatan yang mendukung perkembangan

Ilmu-ilmu keperawatan dasar adalah :

1. Ilmu perawatan diri


2. Ilmu pengembangan dan pelatihan agen perawatan diri dalam keadaan ada atau tidak ada

keterbatasan untuk tindakan yang disengaja


3. Ilmu bantuan manusia untuk orang-orang dengan defisit perawatan diri yang terkait dengan

kesehatan.
Sehubung dengan struktur ilmu keperawatan yang diusulkan ini, orem menyatakan “isolasi,

penamaan, dan deskripsi dari dua perangkat ilmu didasarkan pada pemahaman saya tentang
sifat ilmu praktis, pengetahuan saya tentang organisasi materi pokok dibidang praktik yang

lain, dan pemahaman saya tentang komponen kurikulum untuk Pendidikan profesi” (hal. 174-
175).

Delapan syarat umum perawatan diri untuk pria, wanita, dan anak-anak yang disarankan :
1. Pemeliharaan asupan udara yang cukup

2. Pemeliharaan asupan makanan yang cukup


3. Pemeliharaan asupan air yang cukup

4. Penyediaan perawatan yang terkait dengan proses eliminasi dan kotoran


5. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat

6. Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi social


7. Pencegahan bahaya bagi kehidupan manusia, dan kesejahteraan

Manusia
8. Promosi fungsi dan perkembangan manusia dalam kelompok-kelompok soaial sesuai

dengan potensi manusia, keterbatasan manusia, keterbatasan manusia yang dikenal, dan
keinginan manusia untuk menjadi normal. Normal digunakan dalam arti manusia pada

dasarnya dan sesuai dengan karakteristik genetic dan konstitusional serta bakat-bakat
individu (Orem, 2001, hal.225)
E. Kerangka Teori

Faktor-faktor
Perawatan
persiapan
diri

ℛ ℛ

Agen ℛ Permintaan
Perawatan perawatan
Diri diri

Faktor- faktor
Faktor-faktor ℛ Defisit ℛ persiapan
persiapan

Agen

Keperawatan

Kerangka Konseptual Keperawatan. R, Hubungan; <, hubungan deficit, saat ini atau proyeks. (Dari Orem,
D.E. [2001]. Nursing: Concepts of practice [6 th ed.,p. 491]. St. Louis Mosby.)
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&amp;D.

Bandung: Alfabeta.

Jujun S. Suriasumantri. 2003. Filsafat Ilmu. Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

http://man10jakarta.sch.id/langkah-langkah-dalam-penelitian-ilmiah/

Martha Raile Alligood, Pakar Teori Keperawatan Dan Karya Mereka, Edisi ke-8, Volume 1

Kerangka Konseptual Keperawatan. R, Hubungan; <, hubungan deficit, saat ini atau proyeks. (Dari Orem,
D.E. [2001]. Nursing: Concepts of practice [6 th ed.,p. 491]. St. Louis Mosby.)

Anda mungkin juga menyukai