Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN MATA KULIAH

METODOLOGI PENELITIAN
“KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS”

OLEH
Kadek Erma Damayanti 1707532135

S1 AKUNTANSI-PROGRAM NON REGULER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2019
PEMBAHASAN

1. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS


Salah satu unsur penting dan memiliki peran sangat besar dalam penelitian adalah
teori. Landasan teori suatu penelitian atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai studi
leteratur atau tinjauan pustaka. Melalui penelitian atau kajian teori diperoleh kesimpilan-
kesimpulan atau pendapat-pendapat para ahli, kemudian dirumuskan pada pendapat baru.
Setelah masalah penelitian dirumuskan, langkah kedua dalam proses penelitian
adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian
yang dapat dijadikan sebagai landasan teoretis untuk pelaksanaan penelitian (Sugiyono,
2010:52). Adanya landasan teoretis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data.

1.1. Riview Literatur


Review literatur merupakan analisis berupa kritik baik (membangun maupun
menjatuhkan) penelitian yang sedang dilakukan terhadaptopik khusus atau pertanyaan
terhadap suatu bagian dari keilmuan. Tinjauan teori diperlukan untuk menegaskan
Iandasan teoretis penelitian yang akan dilakukan. Secara garis besar, sumber teori
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu acuan umum, terutama terdapat pada
buku-buku teks, dan acuan khusus, yang berupa laporan hasil penelitian yang
terutama terdapat dalam jurnal profesional. Teori yang dipilih paling tidak harus
memenuhi tiga unsur, yaitu relevansi, kelengkapan materi, dan kemutakhiran.
a. Relevansi artinya teori yang digunakan sebagai referensi sesuai dengan bidang
kajian penelitian. 
b. Kelengkapan berkaitan dengan berbagai pendekatan yang tercermin dalam
berbagai teori dalam mempelajari persoalan yang sama. Dengan demikian, jika
terdapat beberapa aliran dalam sebuah pendekatan, maka peneliti harus
mengemukakan alasan memilih aliran tertentu.
c. Kemutakhiran berkaitan dengan dimensi waktu. Seperti diketahui, bahwa ilmu
pengetahuan berkembang dengan cepat dan sebuah teori bisa efektif pada suatu
waktu, maka dapat dianggap tidak efektif Iagi pada masa sekarang. Oleh karena
itu, teori-teori yang digunakan akarnya harus mencakup perkembangan terbaru di
bidangnya.
Tinjauan literatur juga dapat berupa hasil penelitian terdahulu yang diperoleh
melalui jurnal penerbitan berkala, baik lokal maupun internasional. Penelitian
terdahulu ini penting digunakan untuk memberikan perbandingan hasil penelitian
yang sudah ada dengan penelitian yang akan kita dilakukan. Selain itu, penelitian
terdahulu dapat digunakan untuk menangkap berbagai perbedaan (pro dan kontra)
dari berbagai penelitian sehingga diperoleh gambaran lengkap mengenai
permasalahan yang diteliti. 
Tinjauan literatur memiliki keterkaitan erat dengan kerangka teoretis dan
hipotesis yang diajukan. Sebagai sebuah kegiatan ilmiah, penelitian yang ditujukan
untuk memahami dan menyelesaikan suatu masaiah harus juga didasarkan pada cara
ilmiah. Cara ilmiah dalam memecahkan suatu masalah pada hakikatnya menggunakan
pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan sehingga
dihasilkan jawaban yang dapat diandalkan. Jadi, Literatur merupakan analisis berupa
kritik (baik membangun maupun menjatuhkan) penelitian yang sedang dilakukan
terhadap topik khusus atau pertanyaan terhadap suatu bagian dari keilmuan. 
Tujuan Review Literatur adalah sebagai berikut. 
1. Membentuk sebuah kerangka teoretis untuk topik/bidang penelitian. 
2. Menjelaskan definisi, kata kunci, dan terminologi. 
3. Menentukan studi, model, studi kasus yang mendukung topik. 
4. Menentukan lingkup penelitian. 
Langkah-Iangkah dalam Review Literatur
Langkah 1: Membaca tulisan-tullsan ilmiah terkait.
Langkah ini terdiri atas beberapa tahap, antara lain seperti di bawah ini.
 Tahap 1
Perhatikan struktur dan teks, misalnya daftar isi, abstrak, heading dan
subheadings, untuk melihat apakah teks itu cocok untuk tujuan Anda.
 Tahap 2
Jika teks terlihat cocok untuk tujuan Anda, baca dengan lebih detail untuk
mencari penelitian tertentu yang akan mendukung literature review. Teknik lni
memungkinkan untuk mengidentifikasi materi yang cocok dengan membaca
secara luas dan untuk memperoleh pengertian umum mengenai literatur yang
ada di bidang Anda.
Langkah 2: Mengevaluasi semua tulisan ilmiah yang dibaca
Tulisan ilmiah berkualitas adalah jurnal elektronis dan database. Hati-hati dalam
melakukan google search yang menghasilkan site yang tidak qualified dan pastikan dari
mana asal dan sumber riset. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi tulisan
ilmiah adalah sebagai berikut.
1. Akurasi
Pastikan apakah literature ini akurat dengan cara mengecek apakah penelitian
yang sama diacu di sumber lain atau apakah sumber ini tidak konsisten dengan
sumber lain. Selain itu pastikan literatur berasal dari sumber terpercaya.
2. Objektivitas
a. Apakah ada bukti bias dalam artikel? Misalnya, apakah Anda akan percaya riset
pabrik rokok yang menyatakan bahwa merokok tidak membahayakan kesehatan?
b. Apakah statistik sesuai dengan publikasi lain? Jika tidak, apakah argumen
(metode, rancangan penelitian andil) yang dipakai dasar cukup meyakinkan?
c. Bagaimanakah Anda mengetahui kalau data yang dimuat benar? Data pendukung
apa yang tersedia?
3. Kemutakhiran
a. Pastikan kapan tanggal publikasi material.
b. Pastikan apakah mungkin ada informasi yang lebih baru dan menimbulkan
keraguan atau menentang beberapa temuan yang sudah ada.
4. Cakupan
a. Informasi dari iiteratur yang tersedia harus lengkap dan mencakup bidang yang
diteliti.
b. Pastikan apakah ada penelitian lebih lanjut yang tidak disebut atau secara sengaja
dihilangkan dari penemuan?
Langkah 3: Buat ringkasan publikasi-publikasi tersebut.
Buatlah catatan saat membaca literatur mengenai hal-hal berikut
1. Apakah poin/teori/masaiah utama yang diangkat dalam teks misainya buku atau
artikel?
2. Rangkum poin utama yang diajukan pengarang.
3. Catat detail kuotasi atau halaman referensi yang Anda anggap mungkin berguna
dalam literature review.
4. Pastikan Anda memiliki semua informasi, seperti pengarang, tanggal dan tahun, judul
buku, sumber, penerbit bukufjumal, halaman, tujuan penelitian, hipotesis, metode
penelitian. material, desain eksperimen, dan hasil/data.
5. Catat bagaimanakah pengarang menggunakan materi asal. Jika Anda meniru kata-
kata pengarang secara langsung pastikan Anda menempatkannya dalam tanda petik
dan menyebut halamannya.
6. Apa simpulan yang dibuat oleh pengarang?
7. Poin apa yang mendukung kesimpulan?
8. Tulis juga pendapat Anda tentang bacaan tersebut. Hal ini akan berguna saat Anda
melihat kembali catatan yang Anda buat atau menggunakannya saat menulis.
Langkah 4: Gabungkan menjadi satu cerita ilmiah yang lengkap mengenai suatu
permasalahan.
1) Sumber-sumber Literatur Review
Sumber-sumber literatur dapat berupa sumber utama yang berasal dari iumal,
laporan penelitian, informasi dari wawancara, email, sumber lanjutan yang
mempakan analisa terhadap sumba, utama dan sumber yang berasal dari komunitas
professional.
2) Cara Membaca Sumber
a. Skimming
Merupakan proses membaca dokumen objek secara cepat sambil
mengambil inti-inti setiap paragrai Skimming dapat membantu melakukan review
dengan lebih cepat dan menyeluruh.
b. Paragraf Statement (kalimat utama di dalam suatu paragraf), yaitu membaca
kalimat terpenting di dalam suatu paragraf yang berguna untuk membantu
mengerti paragraf objek.
c. Document Statement (kalimat permasalahan/tema penelitian), yaitu membaca
statement utama dalam dokumen objek yang berguna untuk membantu mengerti
tema keseluruhan.
Pengertian Teori
Pengertian Teorl Menurut Kerlinger teorl adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara
sistematik, melalui spesifikasi hubunngan antarvariabel sehingga dapat berguna untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena. Selanjutnya Sitirahayu Haditono (1999)
mengemukakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting bila ia lebih
banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala-gejala yang ada.
Mark (1963), dalam Sitirahayu Haditono, (1999), membedakan teori menjadi tiga
macam, yaitu sebagai berikut.
1. Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan
atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
2. Teori induktif: adalah cara menerangkan dari data kea rah teori. Dalam bentuk
ekstrem titik pandang yang posotivistik ini dijumpai pada kaum behaviourist.
3. Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan
perkiraan teoretis, yaitu data memengaruhi pembentukan teori dan pembentukan
teori kembali memengaruhi data.

Berdasarkan tiga pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori dapat dipandang
sebagai berikut (Sumber : Sugiyono, 2007).

1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara Iogis. Hukum-
hukum ini biasanya menunjukan sifat sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum
menunjukkan suatu hubungan antara variabeI-variabel empiris yang bersifat ajak
dan dapat diramal sebelumnya.
2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu
kelompok hukum yang dipercieh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di
sini, orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang
suatu konsep yang teoretis (induktif).
3. Suatu teori dapat menuniuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi.
Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara dua data dan pendapat
teoretis.

1.2. Deskripsi Teori


Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori
(bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan
dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan,
akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah
variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan
satu dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok
teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan variabel independen dan satu
dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin
banyak teori yang dikemukakan (Sugiyono, 2010:58).
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel
yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai
dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap
hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. (Sugiyono,
2010:58).
Perbedaan paradigma penelitian dapat dilihat paling tidak pada dua aspek utama, yaitu :
1.posisi dan peran teori
2.cara pandang terhadap fenomena

Perbedaan pada dua aspek tersebut mempunyai implikasi pada perbedaan dalam
permusan definisi teori dalam penelitian kuantitatif. Peneliti perlu memahami definisi
teori yang menjelaskan elemen- elemen dan fungsi teori. Pembahasan mengenai teori
berikut ini menggunakan kerangka berpikir penelitian kuantitatif. (Sumber: Nur
lndriantoro, Akuntan dan Bambang Supomo, Akuntan , 2014)
Mengingat besarnya peranan kerangka teori dalam penelitian kuantitatif, prosedur
penyusunan landasan teori perlu memperhatikan langkah-Iangkah berikut.

1.Melakukan kajian pustaka literature review yang relevan, meliputi ,antara lain
bukubuku referensi, hasil penelitian, jurnal, terbitan ilmiah berkala, abstrak disertasi
dan tesis.Tujuan utama melakukan kajian pustaka antara lain seperti di bawah ini.
1) Menunjukkan seberapa jauh kesiapan peneliti menyajikan permasalahan
penelitian yangdiajukan.
2) Mengetahui apakah permasalahan penelitian yang diajukan merupakan
permasalahan yang orisinail atau berupa duplikasi dari penelitian-penelitian lain.
3) Memberikan dasar bagi peneliti tentang penguasaan konsep-konsep teoretik yang
akan dijadikan kerangka pemikiran, sehingga peneliti akan memahami apa yang
seharusnya dilakukan, artinya melakukan sesuatu kerjél dan atau langkah tanpa
konsep yang jelas.
4) Mengetahui dan mengecek apa saja yang pernai1 dilakukan oleh orang atau ahli
lain, sehingga peneliti tidak dikatakan melakukan replikasi.
5) Menghasilkan wawasan yang luas mange“? pengetahuan dalam bidangnya,
peneliti akan memiliki landasan yang kuat dalam mengajukan hipotesis penelitian
sehingga hipotesisnya memiliki landasan teoretis yang kuat.
6) Memberikan justifikasimengenai kerangka pemikiran yang diajukan. Dengan
demikian, peneliti yang membuat paradigma penelitian akan memiliki landasan
pemikiran yang kuat.
7) Memperoleh pengalaman-pengalaman berharga dari peneliti sebelumnya. Selain
itu akan terhindar tidak akan mengulang kesalahan-kesalahan ataukekurangan-
kekurangan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
2. Melakukan sintesis atau penyatuan makna antara teori yang satu teori yang lain untuk
menjelaskan secara spesifik tentang variabel penelitian. Biasanya hal ini disebut
dengan definisi operesionai variabel.
3. Atas dasar hasil kajian pustaka, kemudian peneliti menyusun sendiri kerangka
teorinya dalam susunan kerangka pemikiran yang logis, rasional, dan runtut
(sistematis).
4. Dengan dilandasi oleh hasil dari kajian pustaka, kemudian peneliti merumuskan
hipotesis penelitian. Hipotesis tidak sematamata muncul berdasarkan intuisi
penelitian, tetapi juga muncul berdasarkan landasan teori. Berdasarkan prosedur
tersebut di atas, struktur pembahasan dalam deskripsi teoretik meliputi hal-hal
berikut.
1) Mengidentifikasi dan mengkaji teori-teori dan hasil penelitian yang relevan
dengan variabel penelitian yang akan dianalisis
2) Melengkapi kajian teori dengan berbagai pendapat lain yang telah dipublikasikan
3) Menyatakan sintesis (definisi konseptual) tentang variabel penelitian pada setiap
akhir pembahasan suatu kajian teori.
Sumber: (Metode Penelitian Bisnis, Prof. Dr. Sugiyono )

1.3. Langkah – Langkah Mendeskripsikan Teori


Langkah-Iangkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai
berikut.
1. Terdapat nama variabel yang diteliti dan jumlah variabelnya.
2. Mencari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah, laporan
penelitian, skripsi, tesis, disertasi) yang sebanyak-banyaknya yang relevan dengan
setiap variabel yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan memilih topik yang relevan dengan setiap variabel
yang akan diteliti ( untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul
penelitian, permasalah, teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data,
teknik pengumpulan data, analisis, simpulan, dan saran yang diberikan).
4. Mencari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
dibandingkan antara satu sumber dangan sumber yang lain, dan pilih definisi yang
sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Membaca seluruh isitopik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti,
melakukan analisis, merenungkan, dan membuat rumusan dengan bahasa sendiri
tentang visi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk
tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang
digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.
(Sumber : Sugiyono, 2007)
1.4. Kerangka Berpikir
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research, 1992 dalam (Sugiyono, 2010)
mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel
independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening,
maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian.
Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma
penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus
didasarkan pada kerangka berfikir (Sugiyono, 2010:60)
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam
penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya
membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti
disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga
argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999, dalam
Sugiyono, 2010).
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan
hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka
menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu
dikemukakan kerangka berfikir.
Suriasumantri 1986, dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa seorang
peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam
menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Krangka pemikiran ini
merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek
permasalahan.
Kiteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan,
adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang
membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan
sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya
dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan
antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya
digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2010:60-61).

1.5. Langkah – Langkah Penyusunan Kerangka Berfikir


1. Menetapkan variabel yang diteliti
Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun
kerangka berpikir untuk pengajuan hipotesis, harus ditetapkan terlebih dulu variabel
penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap variabel
merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan. Kalau
variabel penelitiannya lima, maka minimal menggunakan lima teori.
2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP)
Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-
buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berupa buku
teks. ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah laporan
penelitian, jurnal ilmiah, skripsi. tesis, dan disertasi.
3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP)
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori
yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah dikemukakan, bahwa
deskripsi teori berisi tentang definisi terhadap tiap-tiap variabel yang diteliti, uraian
terinci tentang ruang lingkup setiap variable, dan kedudukan antara variabel satu dan
yang lain dalam konteks penelitian itu.
4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan
hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji
apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betuI-betul sesuai
dengan objek penelitian atau tidak. Hal itu penting karena sering terjadi teori-teori
yang berasa dari luar tidak cocok untuk penelitian di dalam negeri.
5. Analisis Komparatif terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dan
teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui analisis
komparatif ini penelitian dapat memadukan teori satu dengan teori yang lain atau
mereduksi bila dipandang terlalu luas.
6. Sintesis atau Simpulan
Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian
yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat
melakukan sintesa atau simpulan sementara. Perpaduan atau sintesis antara variabel
satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berpikir yang selanjutnya
dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa kerangka berpikir yang baik,
memuat hal-hal sebagai berikut.
a. VariabeI-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.
b. Diskusi dalam kerangka berpikir harusdapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan
atau hubungan antara variabel yang diteliti, serta ada teori yang mendasari.
c. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan
antarvariabel itu positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal, atau interaktif (timbal
balik).
d. Kerangka berpikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram
(paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka pikir yang
dikemukakan dalam penelitian.
“Kalimat terakhir dari kerangka berpikir adalah ‘Jika …. Maka …..
a. Jika kepuasan pelanggan tinggi, maka kecenderungan untuk membeli lagi akan tinggi
(kerangka berpikir asosiatif). Rumusan hipotesisnya “Terdapat hubungan yang positit
dan signifikan antara keputusan dan loyalitas pelanggar atau membeli lagi".
b. Jika kepemimpinan manajer baik, dan kualitas barang menarik, maka keuntungan
perusahaan akan tingg (kerangka berpikir asosiatif dengan dua variabq independen).
Rumusan hipotesisnya “Terdapai hubungan yang positif dan signifikan secara
bersama. sama antara kepemimpinan manajer dan kemenarikan barang dengan
keuntungan perusahaan” (kata signifikan hanya untuk penelitian pada sampel).
c. Jika status ekonomi masyarakat berbeda, maka kecenderungan untuk memilih
kualitas barang juga berbeda (kerangka berpikir komparatif). Rumusan hipotesisnya
“Terdapat perbedaan antara kelompok kaya dan miskin dalam memilih kualitas
barang”. ( Sumber : Sugiyono , 2007 )

1.6. Bentuk-bentuk Hipotesis


Hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua
variabel atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan (declarative)
dan menggabungkan, baik secara umum maupun secrara khusus antara variabel satu dan
variabel Iainnya. Terkait dengan hipotesis dan pernyataan hipotesis yang baik, ada dua
kriteria. Kriteria itu sama dengan yang berlaku untuk masalah dan pernyataan masalah.
Hipotesis merupakan pernyataan yang menunjukkan relasi antara variabeI-variabel.
Kedua, hipotesis mengandung implikasi-implikasi yang jelaS untuk pengujian hubungan-
hubungan yang dinyatakan itu. Jadi, kriteria ini berarti bahwa pernyataan hipotesis
mengandung dua variabel atau lebih yang dapat diukur atau berkemungkinan untuk
diukur dan di samping itu pernyataan hipotesis menunjuk secara jelas dan tegas cara
variabel' variabel itu berhubungan.( Kerlinger, 2006).
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian,
setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir.Tetapi perlu
diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis.Penelitian yang
bersifat ekploratif dan sering juga dalam penelitian deskriptif tidak perlu merumuskan
hipotesis.
Hipotesis berasal dari kata hipo dan tesis. Hipo berarti keraguan, sedangkan tesis
berarti kebenaran.Hipotesis merupakan kebenaran yang masih diragukan. Artinya
hipotesis akan ditolak apabila data-data empiris dalam penelitian menolaknya, dan
sebaliknya diterima apabila fakta-fakta empiris dalam penelitian membenarkannya.
Hipotesis dapat juga dipandang sebagai konklusi yang sifatnya sementara atau jawaban
sementara bagi masalah yang dihadapi. Dikatakan sementara karena hipotesis disusun
berdasarkan teori yang relevan, belum berdasarkan faktafakta empiris.
Hipotesis dapat dijadikan sebagai pemandu arah agar penelitian dapat
terarah.Penelitian yang bersifat eksploratif dan sering juga penelitian deskriptif tidak
perlu merumuskan hipotesis. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian
kuantitatif.Pada penelitian kualitatif tidak merumuskan hipotesis, tetapi justru
menemukan hipotesis.
Jenis- Jenis Hipotesis
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:
1. Hipotesis kerja atau alternative, disingkat HA.
Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variable X dan Y, atau
adanya perbedaan antara dua kelompok. Rumusan hipotesis kerja :
 Jika ….maka…
 Ada perbedaan antara… dan … dalam…
 Ada pengaruh… terhadap…

2. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.


Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variable, atau tidak
adanya pengaruh variable X terhadap variable Y.Dengan kata lain, selisish variable
pertama dengan variable kedua adalah nol atau nihil.
Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistic, karena biasanya dipakai
dalam penelitian yang bersifat statistic, yaitu diuji dengan perhitungan statistik atau
penelitian yang bekerja dengan sampel.
Rumus hipotesis nol :
a. Tidak ada perbedaan antara … dengan… dalam…
b. Tidak ada pengaruh… terhadap…
Dalam pembuktian, hipotesis alternative (Ha) diubah menjadi Ho, agar
penelitian tidak mempunyai prasangka.Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak
terpengaruh pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir
pengetesan hipotesis.
Penelitian Tanpa Hipotesis
Pendapat pertama mengatakan, semua penelitan pasti berhipotesis. Semua
penelitian diharapkan menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan
data yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada,
dan butir-butirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian.
Pendapat kedua mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang
dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variable atau lebih. Jawaban
untuk satu variable yang sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian
eksploratif yang jawabannya masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa
saja, atau bahkan tidak mungkin dihipotesiskan.
Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam penelitian,
banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan penelitian.
Mungkin problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti dengan
hipotesis, tetapi problematika nomor 3 dihipotesiskan.
Contoh : hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja para
karywan kantor A.
 Problematika 1 : seberapa tinggi motivasi berprestasi karyawan kantor A? (tidak
dihipotesiskan)
 Promblematika 2 : seberapa tinggi etos kerja karyawan kantor A? (tidak
dihipotesiskan)
 Problematika 3 : apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara motivasi
berprestasi dengan etos kerja karyawan kantor A?
Hipotesis : ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi dengan etos
kerja karyawan kantor A.
1.7. Merumuskan Hipotesis
Terkait dengan rumusan masalah penelitian berdasarkan tingkat eksplanasinya
maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif
(variable mandiri), komparataif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu
bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga macam yaitu hipotesis deskriptif, komparatif,
dan asosiatif (Sugiyono, 2013: 100).
a. Hipotesis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2013: 100) hipotesis deskriptif merupakan jawaban
sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel
mandiri.
Contoh :
a. Rumusan masalah deskriptif : Berapa lama daya tahan berdiri karyawan toko
lulusan SMK?
b. Hipotesis deskriptif : Daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK sama
dengan 6 jam/hari (H0).
c. Hipotesis alternatifnya (H¬a) : Daya tahan karyawan toko lulusan SMK ≠ 6
jam/hari.“tidak sama dengan” ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 6
jam/hari.
d. Hipotesis statistik :
 H0 : µ = 6 jam/hari
 Ha : µ ≠ 6 jam/hari
 µ : adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui
sampel.

b. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
komparatif (Sugiyono, 2013: 102). Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi
populasinya atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang
berbeda. Contoh:
1. Rumusan masalah komparatif: Bagaimanakah prestasi belajar mahasiswa
perguruan tinggi X bila dibandingkan dengan perguruan tinggi Y?
2. Hipotesis komparatif : Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat
dikemukakan tiga model hipotesis nol dan alternatif sebagai berikut:
 Hipotesis nol:
1. H0 : Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi
X dengan perguruan tinggi Y; atau terdapat persamaan prestasi belajar
antara mahasiswa perguruan tinggi X dan Y
2. H0 : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih besar atau sama
dengan (≥) perguruan tinggi Y (“lebih besar atau sama dengan” = paling
sedikit)
3. H0 : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil atau sama
dengan (≤) perguruan tinggi Y (“lebih kecil atau sama dengan” = paling
besar)
 Hipotesis alternatif:
1. Ha : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih besar (atau lebih
kecil ) dari perguruan Y.
2. Ha : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil daripada
(<)perguruan tinggi Y.
3. Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih besar daripada
(>) perguruan tinggi Y.
 Hipotesis statistik
1. H0 : µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠ µ2
2. H0 : µ1 ≥ µ2 Ha : µ1 < µ2
3. H0 : µ1 ≤ µ2 Ha : µ1 > µ2

c. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif menurut Sugiyono (2013: 103) adalah jawaban sementara
terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu menanyakan hubungan antara dua variabel
atau lebih. Contoh:
 Rumusan Masalah Asosiatif : Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara
kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah?
 Hipotesis Penelitian : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah.
 Hipotesis statistic :
1. H0 : p = 0, 0 berarti tidak ada hubungan.
2. Ha : p ≠ 0, “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang dari nol
ada hubungan.
3. P = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
Kriteria Hipotesis yang Baik
Suatu hipotesis yang baik memenuhi beberapa kriteria berikut :
1. Merupakan dugaan terhadap variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel
terhadap berbagai sampel, atau dugaan atau hubungan antara dua atau lebih variabel,
2. Dinyatakan dengan kalimat yang jelas, tidak menimbulkan berbagai penafsiran,
3. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode ilmiah (Sugiyono, 2000).
Menurut Suryabrata (2003) tidak ada aturan umum mengenai perumusan hipotesis
tetapi dapat disarankan sebagai berikut :
1. Hipotesis hendaknya menyarakan pertautan antara dua variabel atau lebih,
2. Hipotesis hendaknya dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan,
3. Hipotesis hendaknya dirumuskan secara jelas dan padat,
4. Hipotesis hendaknya dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkinn mengumpulkan
data guna menguji kebenaran hipotesis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ketut Rahyuda. 2016. Metode Penelititan Bisnis. Denpasar :Udayana
UniversityPress.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Hal. 102-
106.
Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan R & D,
Bandung :Cv. Alfa Beta, 2012
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai