METODOLOGI PENELITIAN
“KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS”
OLEH
Kadek Erma Damayanti 1707532135
Berdasarkan tiga pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori dapat dipandang
sebagai berikut (Sumber : Sugiyono, 2007).
1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara Iogis. Hukum-
hukum ini biasanya menunjukan sifat sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum
menunjukkan suatu hubungan antara variabeI-variabel empiris yang bersifat ajak
dan dapat diramal sebelumnya.
2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu
kelompok hukum yang dipercieh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di
sini, orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang
suatu konsep yang teoretis (induktif).
3. Suatu teori dapat menuniuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi.
Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara dua data dan pendapat
teoretis.
Perbedaan pada dua aspek tersebut mempunyai implikasi pada perbedaan dalam
permusan definisi teori dalam penelitian kuantitatif. Peneliti perlu memahami definisi
teori yang menjelaskan elemen- elemen dan fungsi teori. Pembahasan mengenai teori
berikut ini menggunakan kerangka berpikir penelitian kuantitatif. (Sumber: Nur
lndriantoro, Akuntan dan Bambang Supomo, Akuntan , 2014)
Mengingat besarnya peranan kerangka teori dalam penelitian kuantitatif, prosedur
penyusunan landasan teori perlu memperhatikan langkah-Iangkah berikut.
1.Melakukan kajian pustaka literature review yang relevan, meliputi ,antara lain
bukubuku referensi, hasil penelitian, jurnal, terbitan ilmiah berkala, abstrak disertasi
dan tesis.Tujuan utama melakukan kajian pustaka antara lain seperti di bawah ini.
1) Menunjukkan seberapa jauh kesiapan peneliti menyajikan permasalahan
penelitian yangdiajukan.
2) Mengetahui apakah permasalahan penelitian yang diajukan merupakan
permasalahan yang orisinail atau berupa duplikasi dari penelitian-penelitian lain.
3) Memberikan dasar bagi peneliti tentang penguasaan konsep-konsep teoretik yang
akan dijadikan kerangka pemikiran, sehingga peneliti akan memahami apa yang
seharusnya dilakukan, artinya melakukan sesuatu kerjél dan atau langkah tanpa
konsep yang jelas.
4) Mengetahui dan mengecek apa saja yang pernai1 dilakukan oleh orang atau ahli
lain, sehingga peneliti tidak dikatakan melakukan replikasi.
5) Menghasilkan wawasan yang luas mange“? pengetahuan dalam bidangnya,
peneliti akan memiliki landasan yang kuat dalam mengajukan hipotesis penelitian
sehingga hipotesisnya memiliki landasan teoretis yang kuat.
6) Memberikan justifikasimengenai kerangka pemikiran yang diajukan. Dengan
demikian, peneliti yang membuat paradigma penelitian akan memiliki landasan
pemikiran yang kuat.
7) Memperoleh pengalaman-pengalaman berharga dari peneliti sebelumnya. Selain
itu akan terhindar tidak akan mengulang kesalahan-kesalahan ataukekurangan-
kekurangan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
2. Melakukan sintesis atau penyatuan makna antara teori yang satu teori yang lain untuk
menjelaskan secara spesifik tentang variabel penelitian. Biasanya hal ini disebut
dengan definisi operesionai variabel.
3. Atas dasar hasil kajian pustaka, kemudian peneliti menyusun sendiri kerangka
teorinya dalam susunan kerangka pemikiran yang logis, rasional, dan runtut
(sistematis).
4. Dengan dilandasi oleh hasil dari kajian pustaka, kemudian peneliti merumuskan
hipotesis penelitian. Hipotesis tidak sematamata muncul berdasarkan intuisi
penelitian, tetapi juga muncul berdasarkan landasan teori. Berdasarkan prosedur
tersebut di atas, struktur pembahasan dalam deskripsi teoretik meliputi hal-hal
berikut.
1) Mengidentifikasi dan mengkaji teori-teori dan hasil penelitian yang relevan
dengan variabel penelitian yang akan dianalisis
2) Melengkapi kajian teori dengan berbagai pendapat lain yang telah dipublikasikan
3) Menyatakan sintesis (definisi konseptual) tentang variabel penelitian pada setiap
akhir pembahasan suatu kajian teori.
Sumber: (Metode Penelitian Bisnis, Prof. Dr. Sugiyono )
b. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
komparatif (Sugiyono, 2013: 102). Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi
populasinya atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang
berbeda. Contoh:
1. Rumusan masalah komparatif: Bagaimanakah prestasi belajar mahasiswa
perguruan tinggi X bila dibandingkan dengan perguruan tinggi Y?
2. Hipotesis komparatif : Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat
dikemukakan tiga model hipotesis nol dan alternatif sebagai berikut:
Hipotesis nol:
1. H0 : Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi
X dengan perguruan tinggi Y; atau terdapat persamaan prestasi belajar
antara mahasiswa perguruan tinggi X dan Y
2. H0 : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih besar atau sama
dengan (≥) perguruan tinggi Y (“lebih besar atau sama dengan” = paling
sedikit)
3. H0 : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil atau sama
dengan (≤) perguruan tinggi Y (“lebih kecil atau sama dengan” = paling
besar)
Hipotesis alternatif:
1. Ha : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih besar (atau lebih
kecil ) dari perguruan Y.
2. Ha : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil daripada
(<)perguruan tinggi Y.
3. Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih besar daripada
(>) perguruan tinggi Y.
Hipotesis statistik
1. H0 : µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠ µ2
2. H0 : µ1 ≥ µ2 Ha : µ1 < µ2
3. H0 : µ1 ≤ µ2 Ha : µ1 > µ2
c. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif menurut Sugiyono (2013: 103) adalah jawaban sementara
terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu menanyakan hubungan antara dua variabel
atau lebih. Contoh:
Rumusan Masalah Asosiatif : Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara
kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah?
Hipotesis Penelitian : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah.
Hipotesis statistic :
1. H0 : p = 0, 0 berarti tidak ada hubungan.
2. Ha : p ≠ 0, “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang dari nol
ada hubungan.
3. P = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
Kriteria Hipotesis yang Baik
Suatu hipotesis yang baik memenuhi beberapa kriteria berikut :
1. Merupakan dugaan terhadap variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel
terhadap berbagai sampel, atau dugaan atau hubungan antara dua atau lebih variabel,
2. Dinyatakan dengan kalimat yang jelas, tidak menimbulkan berbagai penafsiran,
3. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode ilmiah (Sugiyono, 2000).
Menurut Suryabrata (2003) tidak ada aturan umum mengenai perumusan hipotesis
tetapi dapat disarankan sebagai berikut :
1. Hipotesis hendaknya menyarakan pertautan antara dua variabel atau lebih,
2. Hipotesis hendaknya dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan,
3. Hipotesis hendaknya dirumuskan secara jelas dan padat,
4. Hipotesis hendaknya dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkinn mengumpulkan
data guna menguji kebenaran hipotesis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ketut Rahyuda. 2016. Metode Penelititan Bisnis. Denpasar :Udayana
UniversityPress.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Hal. 102-
106.
Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan R & D,
Bandung :Cv. Alfa Beta, 2012
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.