Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Landasan teori dan pengajuan hipotesis merupakan satu satuan yang utuh dalam
pembuatan suatu karya ilmiah. Baik itu yang bersifat umum seperti makalah, jurnal dll. Dan
yang bersifat khusus seperti skripsi, tesis maupun desertasi. Dalam hal ini ketiga unsur tersebut
sangat penting sehingga apabila salah satu dihilangkan, maka karya ilmiah tersebut kurang
sempurna.

Menurut Sugiyono (2008) adapun landasan teori terbagi atas tiga fungsi, yaitu:
1. Pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk
variabel yang akan diteliti.
2. Kedua, adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian,
karena hipotesis itu adalah pernyataan yang bersifat prediktif.
3. Fungsi yang ketiga adalah digunakan untuk membahas hasil penelitian, sehingga
selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya memecahkan masalah.
Dan menurut Uma Sekaran (Dalam Sugiyono, 2008) mengatakan bahwa Kerangka
Berpikir adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting
Semula istilah hipotesis berasal dari bahasa yunani yang mempunyai dua kata “hupo”
(sementara) dan “thesis” (peryataan atau teori). Karena hipotesis merupakan pernyataan
sementara yang masil lemah kebenarannya, maka perlu diuji kebenarannya. Kemudain para ahli
menafsirkan arti hipotesis adalah dugaan terhadap hubungan antara dau variabel atau lebih.
Atas dasar definisi diatas dapat diartikan bahwa hipotesis adalah jawaban atau dugaan
sementara yang harus diuji kebenarannya

B. TUJUAN

Tujuan Umum :
Tujuan dari pembuatan makalah Kerangka Teoritis dan Penyusunan
Hipotesa adalah supaya mahasiswa mampu menerapkan Kerangka Teoritis dan
Penyusunan Hipotesa.

Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa memahami tentang Tinjauan Pustaka
b. Mahasiswa memahami tentang Kerangka Teoritis
c. Mahasiswa memahami tentang Variabel
d. Mahasiswa memahami tentang Hipotesa
e. Mahasiswa memahami tentang Karakteristik Hipotesa yang Baik
f. Mahasiswa memahami tentang Klasifikasi Hipotesa

C. RUMUSAN MASALAH

a. Apa Tinjauan Pustaka


b. Apa Kerangka Teoritis
c. Apa Variabel
d. Apa Hipotesa
e. Apa Karakteristik Hipotesa yang Baik
f. Apa Klasifikasi Hipotesa
BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

 Pengertian Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah pengkajian kembali literatur-literatur yang relevan (review of


related literature) dengan penelitian yang sedang dikerjakan.

 Tujuan Tinjauan Pustaka

Tujuan utama membuat tinjauan pustaka adalah menjadi dasar pijakan atau fondasi untuk
memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka pikir, menentukan hipotesis penelitian,
mengorganisasikan, dan kemudian menggunakan variasi pustaka dalam bidangnnya.

 Fungsi Tinjauan Pustaka

Fungsi tinjauan pustaka antara lain untuk :

(1) mengetahui sejarah masalah penelitian

(2) membantu memilih prosedur penyelesaiaan masalah penelitian

(3) memahami latar belakang teori masalah penelitian

(4) mengetahui manfaat penelitian sebelumnya

(5) menghindari terjadinya duplikasi penelitian dan

(6) memberikan pembenaran alasan pemilihan masalah penelitian

 Peran Tinjauan Pustaka

Melalui tinjauan pustaka, peneliti dapat memiliki pemahaman yang luas dan dalam tentang
masalah penelitian yang diteliti. Selanjutnya peran tinjauan pustaka menurut beberapa sumber
antara lain.

1. Mengetahui batas-batas cakupan permasalahan penelitian.


2. Dapat menempatkan pertanyaan penelitian dari perspektif yang jelas dan komprehensif
3. Dapat membatasi pertanyaan penelitian yang diajukan dan menentukan konsep studi
yang berkaitan erat dengan permasalahan.
4. Dapat mengetahui dan menilai hasil-hasil penelitian yang sejenis yang bisa sama
maupun kontradiktif antara penelitian satu dengan penelitian lainnya.
5. Dapat menentukan metode penelitian yang tepat untuk memecahkan masalah
penelitian.
6. Mencegah dan mengurangi replikasi yang kurang bermanfaat dengan penelitian
sebelumnya.
7. Dapat lebih yakin dalam menginterpretasikan hasil penelitian yang hendak
dilakukannya.

 Macam-Macam Sumber Tinjauan Pustaka

Adapun sumber-sumber yang dapat digunakan dalam menyusun tinjauan pustaka adalah
referensi ilmiah yang mempunyai ISBN untuk buku, ISSN untuk jurnal dan sedapat mungkin
dari jurnal ilmiah yang berbobot. Sumber-sumber referensi ilmiah yang dapat digunakan dalam
penelitian kesehatan antara lain:

1. Jurnal Penelitian : Jurnal penelitian yang dimaksud adalah jurnal ilmiah yang telah
memiliki ISSN, terakreditasi baik jurnal lokal, nasional maupun internasional.
2. Buku Ajar : Buku ajar yang telah dipublikasi oleh penerbit baik dari dalam maupun luar
negeri.
3. Artikel dari Internet : artikel dari internet yang layak dijadikan sumber pustaka adalah
artikel yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun institusi pendidikan. Peneliti harus
mencantumkan URS / alamat situs tersebut sebagai syarat penulisan referensi ilmiah.
Contohnya artikel elektronik dari WHO, Kemenkes, Harvard University, Universitas
Indonesia, dan lain sebagainya.
4. Narasumber : Menggunakan sumber pustaka dari narasumber dapat digunakan jika
sumber lainnya tidak ada atau waktu penerbitannya sudah lebih dari 10 tahun. Sebagai
bukti harus dicantumkan kapan dan dimana topik tersebut dibicarakan seperti seminar,
workshop dan pertemuan ilmiah lainnya. Untuk studi kualitatif, dapat dilampirkan bukti
berupa transkrip dari rekaman yang di rekam saat narasumbr tersebut berbicara pada
acara tersebut dilaksanakan. Narasumber yang dimaksud adalah narasumber yang
kompeten dan seorang guru besar.
5. Majalah Kesehatan : sepanjang majalah kesehatan tersebut memiliki ISBN dan
authornya dapat di kontak untuk dimintai keterangan ataupun konfirmasi terkait
masalah penelitian yang diteliti, sumber tersebut dapat digunakan.

 Cara Membuat Tinjauan Pustaka

Pembuatan kajian pustaka sebaiknya mengikuti langkah awal, sebagai berikut :

1. Mulai mencari sumber yang relevan baik dari buku ajar, jurnal cetak maupun jurnal
elektronik dan lain sebagainya.
2. Buatlah matriks untuk mengisi ringkasan referensi yang diperoleh baik jurnal, artikel,
buku ajar dan lain sebagainya agar saat menulis dengan segera dapat ditemukan sumber
mana yang dimaksud.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang untuk dapat meningkatkan konsentrasi dan focus
pada saat mulai menulis
4. Baca dahulu panduan penulisan, sehingga pada saat melakukan editing pada tulisan kita,
tidak terlalu banyak yang dirubah terkait penulisan.
5. Selain melakukan ringkasan dengan tools matriks yang digunakan, proses analisis juga
kita lakukan terhadap jurnal yang dibaca, apakah relevan dan layak digunakan atau
tidak.
6. Kunsi sukses dalam menulis adalah niat dan aksi harus sejalan. Jika tidak pernah
memulai, maka tidak akan pernah selesai.
7. Lakukan refresh otak dan pikiran jika mulai jenih, munculkan motivasi pada diri sendiri
baik itu dari keluarga (ayah/ibu) jika berhasil dapat membuat mereka bangga, dapat
menjadi role model bagi keluarga dan lain sebagainya sehingga tetap semangat dalam
menulis dan menyelesaikan proyek tugas akhir
8. Selalu berdoa memohon tuntutan dan hikmat dari yang Maha Kuasa agar dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu.

B. KERANGKA TEORI

 Definisi Kerangka Teori

Kerangka teoritis adalah dukungan dasar teoritis sebagai dasar pemikiran dalam rangka
pemecahan masalah yang dihadapi peneliti. Kerangka teoritis adalah bagian dari penelitian,
tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel
pokok, subvariabel, atau pokok masalah yang ada dalam penelitiannya.

Theory is a set of interelated construct or concept, definition, and proposition that presents
a systematic view of phenomena by specifying relations among variables with the purpose of
explanation and predicting the phenomena. (Kerlinger, 2000:11). Teori adalah satu set konstruk,
konsep, definisi, dan proposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan suatu pandangan
yang sistematik mengenai suatu fenomena dengan menspesifikkan hubungan antarvariabel
dengan tujuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena;

Untuk memahami arti teori ada beberapa pengertian teori menurut para ahli: Kerlinger
(2000:11) mengungkapkan bahwa teori adalah seperangkap keterkaitan konstrak atau konsep,
definisi, dan proposisi yang mencerminkan pandngan sistematik mengenai fenomena melalui
penentuan hubungan antar variabel secara sepesifik, dengan tujuan menjelaskan dan
memprediksi suatu fenomena. Sedangkan Neoman (2000:40) mengungkapakn mengenai teori
sosial sebagai suatu sistem keterkaitan antar abstraksi ide-ide yang meringkas dan
mengorganisasikan pengetahuan mengenai dunia sosial.

Pengertian diatas memberikan gambaran bahwa teori adalah suatu alat yang dapat
digunakan untuk menguraiakan suatu fenomena yang saling terkait antara satu dan yang lainya.
 Tingkatan Teori

Menurut Neuman mengemukakan tentang teori berdasarkan tingkatannya yaitu:

1. Teori tingkat Mikro Level


Dalam tingkat ini memberi penjelasan hanya terbatas pada peristiwa yang berskala
kecil, baik dari sisi waktu, ruang, maupun jumlah orang. Seperti dalam sosiologi dikenal dengan
teori “Face Work” Erving Goffman yang mengkaji kegiatan ritual dua orang yang saling
berhadapan atau bertatap muka.

2. Teori Meso Level


Teori ini menghubungkan tingkat mikro dan makro, misalnya teori organisasi, gerakan
sosial, atau komunitas teori Collin tentang kontrol organisasi.

3. Teori Makro Level


Teori ini menjelaskan objek yang lebih luas seperti lembaga sosial, sistem budaya,dan
masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, teori makro Lenski tentang stratafikasi sosial. 1[2]

 Peran Teori dalam Penelitian

Teori dalam penelitian memiliki beberapa peranan antara lain:

1. Memberi kerangka pemikiran bagi penelitian;


2. Membantu peneliti dalam menyusun hipotesis penelitian;
3. Memberikan landasan yang kuat dalam menjelaskan dan memaknai data dan fakta;
4. Mendudukkan permasalahan penelitian secara logis dan runtut;
5. Membantu dalam membangun ide-ide yang diperoleh dari hasil penelitian;
6. Memberi acuan dan menunjukkan jalan dalam membangun kerangka pemikiran;
7. Memberikan dasar-dasar konseptual dalam merumuskan definisi operasional;
8. Membantu mendudukkan secara tepat dan rasional dalam menyintesis dan mengintegrasikan
gagasannya.

Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam
sebuah penelitian teori yang digunakan harus sudah jelas karena fungsi teori dalam sebuah
penelitian menurut Sugiyono adalah sebagai berikut:

1. Teori digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk
variabel yang akan diteliti;
2. Untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian;
3. Memprediksi dan membantu menemukan fakta tentang sesuatu hal yang hendak diteliti. 2
[3]

2
 Prosedur Penyusunan Teori

1. Melakukan kajian pustaka;


2. Melakukan sintesis atau modifikasi antara teori yang satu dengan teori yang lain;
3. Menyusun sendiri kerangka pemikiran secara logis, runtut, dan rasional;
4. Merumuskan hipotesis;
5. Melakukan penelitian untuk menguji hipotesis;
6. Merumuskan teori baru.

Agar penjelasan tentang kerangka teoritis (berpikir) ini lebih mengenai sasaran, berikut
ini akan dikemukakan contoh penelitian.
Contoh:
Kualitas Pengelolaan Kelas Ditinjau dari Latar Belakang Pendidikan dan Pengalaman
Mengajar Guru Sekolah Dasar

Untuk dapat menyusun kerangka teoritis bagi penelitian dengan judul di atas, peneliti
terlebih dahulu harus menentukan pengertian-pengertian yang terkandung dalam judul
tersebut antara lain:
1. Kualitas pengelolaan kelas;

2. Latar belakang pendidikan guru;

3. Pengalaman mengajar guru;

4. Pengaruh latar belakang pendidikan guru terhadap kualitas pengelolaan kelas;

5. Pengaruh pengalaman mengajar guru terhadap kualitas pengelolaan kelas

C. VARIABEL

 Pengertian Variabel
Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007)

Secara Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variable sebagai berikut :


 Hatch & Farhady (1981)
Variable didefinisikan sebagai Atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara
satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.

 Kerlinger (1973)
• Variable adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.
Misalnya : tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis kelamin, golongan
gaji, produktifitas kerja, dll.
• Variable dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda
(different values).
Dengan demikian, Variabel itu merupakan suatu yang bervariasi.
 Kidder (1981)
Variable adalah suatu kualitas qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan
darinya.

 Bhisma Murti (1996)


Variable didefinisikan sebagai fenomena yang mempunyai variasi nilai.Variasi nilai itu bisa
diukur secara kualitatif atau kuantitatif.

 Sudigdo Sastroasmoro
Variable merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek
lainnya.

 Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007)


Variable adalah Konsep yang mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah penggambaran
atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal mempunyai ciri
yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variable.
Dengan demikian, variable dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bervariasi.

 Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002)


• Variable mengandung pengertian ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota – anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain.
• Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau
didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu.
• Misalnya : umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan,
pendapatan, penyakit, dsb.

Berdasarkan pengertian – pengertian di atas, maka dapat dirumuskan definisi


Variabel penelitian adalah :
Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan dan ditarik kesimpulannya.

 Kegunaan variabel penelitian


• Untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data
• Untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data
• Untuk pengujian hipotesis

 Variabel penelitian yang baik


• Relevan dengan tujuan penelitian
• Dapat diamati dan dapat diukur

Dalam suatu penelitian, variebel perlu diidentifikasi, diklasifikasi, dan didefinisikan


secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam
pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis.
 Jenis-jenis variabel
Dalam terminologi Metodologik, dikenal beberapa macam variabel penelitian. Berdasarkan
HUBUNGAN ANTARA SATU VARIABLE DENGAN VARIABLE YANG LAIN, maka macam – macam
variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :

1. Variabel Independen
Variable ini sering disebut sebagai Variabel Stimulus, Predictor, Antecedent, Variabel
Pengaruh, Variabel Perlakuan, Kausa, Treatment, Risiko, atau Variable Bebas.

Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel Dependen (terikat).
Dinamakan sebagai Variabel Bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain.
Contoh :
“Pengaruh Therapi Musik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan…”

Variabel Independen/Bebas

2. Variabel Dependen
Sering disebut sebagai Variabel Out Put, Kriteria, Konsekuen, Variabel Efek,Variabel
Terpengaruh, Variabel Terikat atau Variabel Tergantung.
Dalam SEM (Structural Equation Modeling) atau Pemodelan Persamaan Struktural, Variabel
Independen disebut juga sebagai Variabel Indogen.
Variabel Terikat merupakan Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas.
Disebut Variabel Terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas/variabel
independent.

Contoh :
“Pengaruh Therapi musik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan…”

Variabel Depnden/Terikat
3. Variabel Moderator
Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (Memperkuat dan
Memperlemah) hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat.
Variabel Moderator disebut juga Variabel Independen Kedua.
Contoh hubungan Variabel Independen – Moderator – Dependen :
Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan dosen dalam
menciptakan iklim/lingkungan belajar sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila
peranan dosen kurang baik dalam menciptakan iklim belajar.
4. Variabel Kontrol
Variabel Kontrol adalah Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh factor luar yang
tidak diteliti.
Variabel Kontrol sering dipakai oleh peneliti dalam penelitian yang bersifat
membandingkan, melalui penelitian eksperimental.
Contoh :
Pengaruh Metode Pembelajaran terhadap Penguasaan Keterampilan Pertolongan
Persalinan Kala II.
Variabel Bebasnya adalah Metode Pembelajaran, misalnya Metode Ceramah & Metode
Demonstrasi. Sedangkan Variabel Kontrol yang ditetapkan adalah sama, misalnya Standard
Keterampilan sama, dari kelompok mahasiswa dengan latar belakang sama
(tingkat/semesternya sama), dari institusi yang sama.
Dengan adanya Variabel Kontrol tersebut, maka besarnya pengaruh Metode Pembelajaran
terhadap Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II dapat diketahui lebih
pasti.

5. Variabel background, intervening (latar belakang)

Variabel yang sering berkaitan pengetahuan kelompok, sehingga perlu dipertimbangkan


untuk dimasukan dalam penelitian.
adalah Variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara Variabel Bebas
dengan Variabel Terikat, tetapi Tidak Dapat Diamati dan Diukur.

6. Perancu (corfounding)

Jenis variabel yang berhungan (asosiasi) dengan variabel bebas dan bungan dengan
variabel terikat, tetapi tidak diperantara. (pengacau)

 Pengukuran variabel

Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran,


yaitu :

1. Skala Nominal
Skala Nominal Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota – anggota yang
mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan
yang lain.
Misalnya :
• Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan
• Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
• Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB
• Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
• Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.
Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan, tiap
variasi berdiri sendiri secara terpisah.
Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat yang
lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau
lebih buruk dari kategori yang lain.

2. Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan – tingkatan.
Skala Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat
atau jabatan.
Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.
Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai
yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih
tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain.
Contoh :
• Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
• Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
• Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal ini dapat
dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan Stadium III lebih berat
daripada Stadium II.
Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya perbedaan keparahan itu.
• Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu, Tidak Setuju. Dsb.

3. Skala Interval
Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang
lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan.
Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan
nilai pengamatan lainnya dapat diketahui secara pasti.

Contoh :
• Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 360Celcius jelas lebih panas
daripada suhu 240Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu 360Celcius 1½ kali lebih
panas daripada suhu 240Celcius. Alasannya : Penentuan skala 00Celcius Tidak Absolut
(=00Celcius tidak berarti Tidak Ada Suhu/Temperatur sama sekali).
• Tingkat Kecerdasan,
• Jarak, dsb.

4. Skala Ratio = Skala Perbandingan.


Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi
nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL ABSOLUT ).
Misalnya :
• Tinggi Badan : sebagai Skala Ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan mempunyai selisih
60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini JUGA dapat dikatakan Bahwa : tinggi badan 180
adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 Cm.
• Denyut Nadi : Nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan Tidak Ada Sama Sekali denyut
nadinya.
• Berat Badan
D. HIPOTESIS

 Pengertian Hipotesis

Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara, patokan duga, atau dalil
sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.

Jika ditinjau dari asal kata, Hipotesis terdisi dari :

Hipo : di bawah

Thesis : dalil

Jadi Hipotesis adalah suatu dalil atau kaidah yang kebenarannya belum diketahui.

Hipotesis adalah penjelasan sementara yang diajukan tentang hubungan antara dua atau
lebih fenomena terukur/variabel untuk pembuktian secara empirik.

Setelah melalui pembuktian dengan penelitian yang dilakukan, maka hipotesis yang dibuat
tentu saja dapat terbukti benar atau salah, dapat diterima atau ditolak. Jika diterima atau
terbukti benar, maka hipotesis tersebut menjadi tesis.

 Kegunaan Hipotesis

Hipotesis berguna untuk :

1. Menuntun arah penelitian : hubungan dua fenomena atau lebih dari dua
2. Identifikasi variabel yang digunakan: Misalnya untuk meneliti status gizi dengan
mengukur berat badan yang dibandingkan dengan usia menggunakan KMS.
3. Menentukan disain penelitian: analitik vs deskriptif; Potong lintang vs eksperimental
4. Petunjuk jenis analisis statistik yang digunakan : satu arah atau dua arah

 Cara Membuat Hipotesis yang Benar

Suatu hipotesis haus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Merupakan kalimat deklaratif


2. Merupakan jawaban sementara
3. Dapat dibuktikan secara empiris
4. Berkaitan dengan teori-teori yang ada
5. Konsisten dengan pertanyaan penelitian
6. Hipotesis hanya dibuat untuk penelitian analitik : Korelasi / hubungan antara dua atau
lebih variabel
7. Hipotesis hanya dibuat untuk pertanyaan utama
8. Menyebutkan variabel secara spesifik
9. Hipotesis boleh mengandung beberapa variabel bebas/independen, tetapi hanya
mengandung satu variabel terikat/dependen
10. Hipotesis dapat dibuat dalam bentuk Hipotesis positif dan hipotesis negatif
11. Hipotesis dapat terdir dari dua arah dan satu arah

 Karakteristik hipotesis yang baik

Cara berfikir yang digunakan oleh peneliti untuk merumuskan hipotesis penelitian,
bukan hal yang benar benar dipersyaratkan. Demikian juga alasan apa yg mendasari
dirumuskannya hipotesis itu, tidak begitu dipersoalkan disini. Pemasalahan yang dihadapi
oleh peneliti saat ini adalah bagaimana dia dapat merumuskan hipotesis yang memenuhi
kriteria hipotesis yang baik.

Ada beberapa kriteria atau ciri hipotesis yang baik. Beberapa kriteria dimaksudnadalah
sebagai berikut :

a. Hipotesis yang dirumuskan dalam bentuk kalimat berita, jelas dan tidak biasa atau
bermakna ganda.

Suatu hipotesis karenanya, tidak dirumuskan menggunakan dengan menggunakan


kalimat tanya menggunakan kata yng tidak konsisten atau kabur. Hipotesis yang
dirumuskan harus mencerminkan keyakinan peneliti, bahwa apa yang dirumuskanya itu
mendekati kesimpulan yang didukung oleh bukti impiris. Berikut ini disajikan beberapa
hipotesis yang memenuhi kriteria berikut ini.

1. Prestasi belajar siswa bidang keperawatan diduga sama atau berbeda dengan prestasi
belajar siswi
2. Terdapat hubungan yang tidak berarti antara motif berprestasi siswa keperawatan dan
prestasi belajarnya.
3. Terdapat hubungan positif yabf signifikan antara gaya kepemimpinan menejer rumah
sakit dan disipin kerja perawat,apakah perawat pria atau perawat wanita.

Hipotesis tersebut seharusnya berbunyi

1. Prestasi belajar siswa bidang keperawatan diduga sama dengan prestasi belajar siswi.
2. Terdapat hubungan yang berarti antara motif berprestasi siswa keperawatan dan
prestasi belajarnya.
3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara gaya kepemimpinan menejer rumah
sakit dan disipin kerja perawat

b. Hipotesis yang dirumuskan terkait dengan konteks dan memiliki daya klarifikasi.

Merumuskan hipotesis tidak dapat bersumber dari sugesti atau mimpi yang dialami oleh
perumus beberapa waktu yanglalu. Jika perawat sedangmelakukan tugas tugas
keperawatan, tiba tiba lampu dirungan tertentu mati, dia dapat merumuskan hipotesis
diduga sekering lampu itu putus dalam kontek ini akan sangat keliru, jika anda berhipotesis
bahwa matinya lampu listrik itu secara mendadak diduga sebagai isarat bahwa orang
tuanya menghendakinya segera pulang kerumah.

c. Hipotesis yang dirumuskan harus dapat di uji melalui analisis atas bukti bukti empiris

Hipotesis mengenai hubungan antar variabel misalnya tidak harus di uji, tetapi
keterkaitan antara dua variabel itu harus benar benar rasional. Hipotesis mengenai
perbedaan antara dua mean misalnya, harus dapat di uji dan dua mean yang akan di uji
harus benar benar rasional. Untuk mrnguji hubungan antara dua variabel, skor untuk
masing masing variabel harus memenuhi syarat untuk di korelasikan ; untuk menguji
perbedaan dua mean aspek aspek yang di nilai harus daapat di bedalkan dan perbedaan
itu memenuhi kriteria tidak rasional atau arasional. Berikut ini disajikan masing masing
satu buah hipotesis hubungan dan hipotesis perbedaan yang memenuhi kriteria;

1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kreatifitas dengan mutu


layanan keperawatan ( memenuhi kriteria)
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara referensi terjadinya banjir di daerah
A dengan pertambahan populasi kambing di daerah B
3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar dasar dasar
keperawatan siswa pria dengan siswa wanita (memenuhi kriteria )
4. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara produktifitas perawat rumah
sakit swasta dengan produktifitas pamong praja.

d. Hipotesis yang dirumuskan harus mengikuti alur pengetahuan, teori atau generalisasi
yang ada

Untuk memenuhi kriteria ini peneliti dianjurkan merujuk pada pembahasan mengenai
cara memperoleh hipotesis yang telah dibahas pada bagian sebelumnya. Artinya, jika
gejala umum menunjukkan bahwa hubungan antara X dengan Y adalah positif, peneliti
tidak merumuskan hipotesis bahwa hubungna antara X’ dengan Y’ adalah negatif. Jika
gejala umum menunjukkan bahwa A=B, Hipotesis yang dirumuskan untuk A” =B”.

 Klasifikasi Hipotesis

1. Hipotesis deskriptif
Hipotesis deskriptif adalah hipotesis yang menggambarkan spesifik ciri ciri
suatu sampel berdasarkan variabel atau variasi nilai tertentu.
Contoh :

Permasalahan
Apakah keterampilan metodologi pembelajaran di kelas dari dosen akademi
keperawatan berbeda menurut latar belakang pendidikannya.

Asumsi
a. Kemampuan teoritis yang dimiliki oleh seorang dosen merupakan dasar utama
keterampilan praktisnya.
b. Kemampuan dosen mengajar di kelas merupakan fungsi dari penguasaan bidang
ilmu yang di ajarkan dan penguasaan metodologi pembelajaran

Hipotesis

Dosen akademi keperawatan yang telah menerima pembekalan metodologi


pembelajaran diduga lebih baik keterampilan pembelajarannya di kelas dibandingkan
dengan yang belum menerima pembekalan.

2. Hipotesis korelasional
Hipotesis korelasional adalah hipotesis yang menggambarkan hubungan
antarvariabel, namun tidak menunjukkan hubungan sebab akibat dari variabel variabel
variabel itu.
Contoh :

Permasalahan
Faktor faktor apa yang mempengaruhi mutu hasil belajar akademik mahasiswa
akademik keperawatan.

Asumsi
a) Intensitas motif berprestasi mahasiswa akademi keperawatan merupakan fungsi
dari aktifitas belajarnya.
b) Mahasiswa akademi keperawatan yang motif berprestasinya tinggi umumnya
melakukan kegiatan belajar secara intensif tanpa perlu pengawasan ketat dengan
subjek diluar dirinya.
c) Intensitas belajar mahasiswa akademi keperawatan berkorelasi dengan mutu hasil
belajar akademiknya.

Hipotesis
Makin tinggi intensitas motif berprestasi mahasiswa keperawatan, makin rendah
intensitas pengawasan terhadap proses belajarnya, berpengaruh terhadap peningkatan
mutu hasil belajar akademiknya.

3. Hipotesis kausalitas
Hipotesis kausalitas adalah hipotesis yang menggambarkan hubungan
antarvariabel, dan diantara variabel variabel itu dapat ditentukan mana variabel
penyebab dan mana variabel akibat. Variabel penyebab sering disebut dengan variabel
bebas, sedangkan variabel akibat sering disebut variabel terikat.

Contoh :
Permasalahan

Faktor faktor apa yang menyebabkan rendahnya nutrisi anak anak dilingkungan kumuh

Asumsi

a. Penyia-nyiaan orang tua terhadap anak merupakan fungsi lingkungan kumuh.


b. Orang tua yang tinggal di daerah kumuh, tingkat pendidikan cendrung rendah.
c. Kepedulian orang tua di lingkungan kumuh terhadap nutrisi anak umum nya tidak
memadai.

Perumusan Hipotesis dalam Praktik

1. Hipotesis deskriptif
Contoh :

Permasalahan
Bagaimanakah intensitas belajar mahasiswa akademi keperawatan yang tinggal di
asrama.

Hipotesis
Intensitas belajar mahasiswa akademi keperawatan yang tinggal di asrama di duga
rendah.

Pembuktian
Untuk membuktikan hipotesis semacam itu, peneliti terlebih dahulu menentukan
kategori intensitas belajar, misalnya : tinggu, sedang, dan rendah. Penentuan skor untuk
masing masing kategori dibuat oleh peneliti berdasarkan bobot alternatif jawaban
instrumen yang dibuatnya. Selanjutnya, peneliti menghitung skor rata rata atau rata
rata. Untuk membuktikan X rata rata itu, dikonsultasikan dengan skor masing masing
kategori. Misalnya, skor 10-15 berada kategori rendah; skor 16-20 berada pada kategori
sedang, dan skor 21-25 berada pada kategori tinggi.

2. Hipotesis Kerja dan Hipotesis Nihil yang Bersifat Korelasional


Hipotesis kerja adalah hipotesis “ yang sebenarnya “. Hipotesis tersebut
merupakan sintesis dari hasil kajian teoritis; sedangkan hipotesis nihil atau hipotesis
nol merupakan lawan hipotesis kerja umumnya disingkat H1 dan hipotesis nol
umumnya disingkat H0. Ada kalanya peneliti merumuskan hipotesis dalam bentuk Hi
dan H0. Untuk satu permasalahan penelitian. Hal ini didasari atas pertimbangan, bahwa
hipotesis nihil (H0). “Sengaja” dipersiapkan untuk ditolak, sedangkan hipotesis kerja
(Hi) “ dipersiapkan “ untuk diterima. Dengan kata lain, jika hipotesis kerja diterima,
berarti hipotesis nol ditolak, demikian sebaliknya.
Contoh
Permasalahan
Apakah terdapat hubungan positif antara motif berprestasi dengan mutu hasil belajar
akademik mahasiswa akademik keperawatan.

Hipotesis
H0 tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara motif berprestasi dengan
mutu hasil berlajar akademik mahasiswa akademi keperawatan.
Hi terdapat hubungan positif yang signifikan antara motif signifikan antara motif
berprestasi dengan mutu hasil belajar akademik mahasiswa akademik keperawatan.

3. Hipotesis Kerja dan Hipotesis Nihil yang bersifat Membedakan


Adakalanya peneliti ingin menguji apakah ada perbedaan antara satu gejala
dengan gejala lainnya. Misalnya peneliti ingin mengetahui ada atau tidak perbedaan
kapasitas penyesuaian diri antara perawat pria dan kapasitas penyesuaian diri perawat
wanita.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

teori adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk menguraiakan suatu fenomena yang
saling terkait antara satu dan yang lainya.

Variabel penelitian adalah :


Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan dan ditarik kesimpulannya.

Hipotesis adalah penjelasan sementara yang diajukan tentang hubungan antara dua atau
lebih fenomena terukur/variabel untuk pembuktian secara empirik.

B. SARAN

Saran dari kelompok kami semoga peneliti dapat melakukan penelitian sesuai dengan
prosedurnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmodjo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta; 2010.
2. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara; 2012.
3. Riyanto A. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan; Dilengkapi COntoh kuesioner dan
Laporan Penelitian. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.
4. Hamdiyati Y. Cara Membuat Kajian Pustaka. . Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
bagi Guru-Guru MGMP Kota Bandung [Internet]. 2008. Available from:.
5. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung
Seto; 2011.
6. Kusumayati A. Materi Ajar Metodologi Penelitian. Kerangka Teori, Kerangka Konsep dan
Hipotesis. Depok: Universitas Indonesia; 2009.
7. Green LW, Ottoson JM. A Framework for Planning and Evaluation: PRECEDE-PROCED
Evolution anf Application of te Model. Journees de Sante Publique [Internet]. 2006.
Available from:.
8. Djami MEU. Hubungan Kontrasepsi Hormonal dengan Kualitas Hidup wanita Pernah
Kawin di Wilayah Kerja Puskesmas Tigaraksa. In: Indonesia U, editor. Manuskrip.
Depok2011.
9. Dahlan S. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto; 2009.
10. Hastono SP, Sabri L. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers; 2006.

Anda mungkin juga menyukai