Anda di halaman 1dari 41

NAMA : ANGGI RUFAEDAH WARDANI

NPM : 121218013

JURUSAN S2 MAGISTER AKUNTANSI

JAWABAN TEORI A

JAWABAN NO 1

(a) RISET adalah suatu penyelidikan, pemeriksaan, pencermatan, percobaan yang membutuhkan
ketelitian dengan menggunakan metode/ kaidah tertentu untuk memperoleh suatu hasil dengan tujuan
tertentu. Kegiatan Riset/ Research meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, penyajian data yang
dilakukan secara sistematis dan objektif yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah. Riset/
penelitian merupakan kegiatan dalam koridor keilmiahan yang harus sesuai dengan bidang akademika/
keilmuan.

(b) Hal Hal yang perlu diperhatikan agar dapat melaksanakan riset dengan baik adalah :

 Membuat Suatu Kerangka Berfikir tentang riset :

Apa (what) yang menjadi masalah penelitian?

Mengapa (why) itu penting dilakukan?

Bagaimana (how) penelitian itu akan dilakukan?

Kapan (when) penelitian itu akan dilakukan?

Sumberdaya (resources) apa yang diperlukan?

 Memiliki tujuan yang jelas, berdasarkan pada permasalahan

tepat.

 Menggunakan landasan teori yang tepat dan metode

penelitian yang cermat dan teliti.

 Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji.


 Dapat didukung (diulang) dengan menggunakan riset-riset

yang lain, sehingga dapat diuji tingkat validitas dan

reliabilitasnya .

 Memiliki tingkat ketepatan dan kepercayaan yang tinggi


 Bersifat obyektif, artinya kesimpulan yang ditarik harus benarbenar berdasarkan data
yang diperoleh dilapangan
 Dapat digeneralisasikan, artinya hasil penelitian dapat diterapkan pada lingkup yang
lebih luas

JAWABAN NO 2

( a) Seorang peneliti sebelum melakukan dan menyusun hasil penelitiannya, maka peneliti tentunya
harus melakukan study literature. Peneliti akan mencari dan kemudian membahas terbitan-terbitan atau
publikasi yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitiannya serta kaitan antar variabel yang
menjadi model penelitiannya.

Seorang peneliti dalam melihat dan mengkaji kembali berbagai literatur (literature review) dari setiap
terbitan/buku/publikasi yang dianggap relevan dibahas secara kritis, dapat meliputi sebagai berikut:
a) Siapa yang pernah meneliti topik atau masalah tersebut?
b) Di mana dan kapan penelitian itu dilakukan?
c) Apa unit dari bidang studinya?
d) Bagaimana analisisnya?
e) Bagaimana kesimpulannya?
f) Apa kritikan terhadap studi itu?
g) Apa saja dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel-variabel penelitian yang kiranya
dapat dipakai untuk ditindak lanjuti?

Mengingat pentingnya melakukan study literature, maka diperlukan suatu teknik atau langkah-langkah
dalam penyusunan study literature yaitu sebagai berikut :

1. Mencari sumber-sumber untuk bahan studi pustaka atau literature review.


Langkah pertama dalam melakukan study literature adalah mencari sumber-sumber untuk bahan studi
pustaka atau literature review. Sumber-sumber untuk dijadikan sebagai daftar pustaka yang paling baik
adalah buku, artikel jurnal yang sudah di peer-review, artikel proceedings yang telah di-peer review, dan
technical report dari institusi pendidikan atau organisasi lainnya yang berhak untuk mengeluarkan.
Sebelumnya peneliti harus memeriksa secara jelas apakah sumber tersebut sesuai dengan studi pustaka
atau literature review yang akan dibuat, misalnya dengan melihat daftar isi, abstrak, heading, dan sub-
headings atau ‘DOCUMENT STATEMENT’ (kalimat terpenting di dalam suatu tulisan yang biasanya
terdapat di bagian akhir pendahuluan dari suatu tulisan).

2. Mengevaluasi isi yang dimuat di dalam sumber-sumber tersebut.

Langkah kedua dalam melakukan study literature adalah mengevaluasi isi yang dimuat di dalam
sumber-sumber tersebut. Proses evaluasi tersebut harus seobjektif mungkin, baik evaluasi yang bersifat
pendukung maupun yang bersifat melemahkan terhadap teori dalam penelitian yang akan kita lakukan.
sebagian, tidak sebenarnya atau dihilangkan. Kemutakhiran sumber perlu diperhatikan, karena untuk
informasi tertentu kadang perkembangannya begitu cepat, sehingga harus selalu berusaha mencari yang
paling up-to-date.

3. Membuat summary terhadap isi sumber-sumber tersebut

Langkah ketiga dalam melakukan study literature adalah membuat summary terhadap isi sumbe sumber
tersebut. Summary atau rangkuman digunakan sebagai pengingat sumber yang pernah dibaca, sehingga
pada saat menulis studi pustaka atau literature review tidak perlu membaca ulang sumber secara
keseluruhan. Adapun hal-hal yang perlu untuk dicatat dalam summary atau rangkuman tersebut
antara lain: Penulis, Tahun, Judul dan Sumber (Buku, Jurnal, Proceedings atau Technical Report) dari
tulisan yang dibaca, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Hasil Penelitian, Kesimpulan dan Saran,
serta hasil evaluasi.

4. Menulis studi pustaka atau literature review.

Langkah keempat dalam melakukan study literature adalah menulis studi pustaka atau literature review.
Rangkuman yang dibuat dalam tahapan sebelumnya dipergunakan sepenuhnya dalam menulis studi
pustaka atau literature review. Hal- hal yang mungkin dimasukkan antara lain : persamaan dan
perbedaan antara pengarang dan penelitian mereka, penelitian mana yang saling mendukung dan
yang mana saling bertentangan, pertanyaan yang belum terjawab dan lain-lain. Untuk itu peneliti perlu
menata rangkuman dan mengelompokkannya berdasarkan beberapa kriteria yang diperlukan, seperti
berdasarkan pada tema penelitian, jenis penelitian, pendukung atau penentang, dan lain-lain.

(b) Kajian pustaka adalah kegiatan mencari referensi yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan untuk dikutip atau dijadikan dasar dari sebuah ide penelitian. Referensi itu dapat berupa
jurnal penelitian, paper, disertasi, skripsi, buku, dan bahkan situs internet yang bisa dipercaya. Referensi
penting karena tidak semua pernyataan dalam penelitian bisa dibuat oleh pemikiran pribadi, selain itu
juga sebagai bukti bahwa pernyataan yang di buat di dalam penelitian terbukti secara empiris. Berikut
adalah cara menyusun kajian pustaka dengan baik dan benar beserta contoh. Langsung saja kita simak
yang pertama:

1. Memilih Sumber Pustaka


Sumber pustaka, seperti yang sudah dijelaskan tadi, dapat berupa skripsi, tesis, disertasi, makalah,
paper, jurnal penelitian, buku, situs internet yang kredibel, dll. Memilih sumber pustaka yang baik
penting untuk menghasilkan kutipan atau ide yang tepat.
2. Menelusuri Sumber Pustaka
Setelah ditemukan beberapa sumber pustaka yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan, maka
langkah selanjutnya adalah menelusuri isi di dalam sumber pustaka untuk mencari kutipan. Caranya
adalah dengan melihat daftar isi terlebih dahulu kemudian membaca secara keseluruhan bagian sumber
pustaka yang dianggap penting.
3. Membaca Sumber Pustaka
Jauh lebih baik jika kita mengambil sumber pustaka dengan cara membaca dan memahami isi sumber
pustaka tersebut supaya tidak asal mengutip. Tujuan lainnya adalah untuk membentuk kerangka teori di
dalam pikiran supaya mempermudah penulisan karya ilmiah.
4. Mencatat Hasil Interpretasi Terhadap Sumber Pustaka
Catatlah hal-hal yang dianggap penting di dalam sumber pustaka, kemudian menulis ulang yang kita
baca sesuai pemahaman, dan memeriksanya kembali untuk memastikan keakuratan kajian pustaka yang
akan dibuat.
5. Penyajian Kajian Pustaka
Setelah semua sumber pustaka didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah menulis kajian pustaka.
Pada umumnya, kajian pustaka berada di BAB II suatu karya ilmiah. Kajian pustaka terdiri dari
beberapa subbab yang menjabarkan semuanya yang berhubungan dengan penelitian yang akan
dilakukan. Penyajian kajian pustaka dapat berupa deskriptif dan dapat pula disertai dengan analisis.
Perbedaannya yaitu dalam deskriptif hanya menguraikan dengan asumsi analisis akan diuraikan di bab
selanjutnya. Sedangkan bila berisi analisis, maka dijabarkan tentang pendapat penulis akan kajian
pustaka tersebut apakah akan mengkritik, menolak, menerima, atau yang lainnya.

JAWABAN NO 3

Masalah atau disebut juga problem adalah suatu penelitian.Proses mencari jawaban dari
permasalahan hanya bisa dilakukan melalui proses penelitian. Dengan demikian suatu permasalahan
muncul sebelum kegiatan proses penelitian itu dilakukan. Sedangkan masalah atau permasalahan dalam
penelitian tak terlepaserat kaitanya denga kehidupan sehari-hari dan merupakan suatu yang lumrah
terjadi. Namun demikian perlu adanya pemecahan terhadap masalah atau permasalahan tersebut
sebagaimana ungkapan berikut:”...is a refinement process that begins with the indentification of a
problem areaand terminates with one or more testable hypothesis or answerable questions.” (Gay,1981)
Untuk menemukan jawaban suatu permasalahan,peneliti dapat mempergunakan berbagai cara yang
sistematis. Variasi-variasi cara penelitian terjadi tidak hanya dalam penelitian dalam bidang yang
berbeda-beda,namun bisa juga dalam bidang yang sama, misalnya dalam bidang pendidikan. Bahkan
sering pula terjadi dalam permasalahan yang sama pula.(Hadi 1980)
Masalah atau permasalahan ada jika terdapat kesenjangan antara das Sollen dan das Sein.
Kesenjangan tersebut meliputi dalam materi,pengetahuan,pendidikan,tegnologi pembelajaran,atau
penerapan suatu model-model pembelajaran di lapangan (Gay,1987). Permasalahan dapat juga diartikan
sebagai sesuatu yang dijadikan target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi karena suatu hal target
tidak dapat dicapai. Sesuatu hal yang menyebabkan tidak terjadinya target disebut masalah.
Seperti yang terungkap di atas, permasalahan merupakan suatu pertanyaan yang mengawali suatu
kegiatan penelitian, sehingga seseorang ilmuan melakukan serangkaian kegiatan guna memperoleh
jawaban dari permasalahan yang sedang dihadapi, dengan melalui suatu aturan- atuuran tertentu yang
sistematis, objektif, dan kritis. Proses mencari jawaban dari persoalan itu merupakan penelitian, yang
selanjutnya harus diperjelas sumber jawabannya darimana harus diperoleh. Dengan demikian persoalan
itu muncul sebelum kegiatan proses penelitian itu berlangsung.
Dalam mengidentifikasi permasalahan yang benar-benar layak dijadikan penelitian, sebaiknya
permasalah tersebut diklasifikasi terlebih dahulu menjadi permasalahan yang sifatnya merupakan
common sense (akal sehat), dan permasalahan yang betul- betul masalah. Permasalahan yang sifatnya
common sense biasanya dapat dirasakan hanya terbatas pada perasaan seseorang atau diawali oleh
hemat saya, sulit diukur, dan reliabilitas kemunculannya dalam suatu konteks yang rendah. Dengan kata
lain, tidak semua orang mengalami yang dirasakan oleh orang lain, dan masalah tersebut penting
artinya bagi penelitian, sebab kunci dari kegiatan penelitian bertolak dari masalah. Masalah yng
diselesaikan melalui penelitian mengandung konsekuensi logis bagi setiap kegiatan penelitian, terutama
berkaitan dengan penentuan teknik-teknik pendekatan penelitan yang akan digunakan, pengumpul data,
analisis data yang kesemuanya itu penting diketahui oleh peneliti semata-mata untuk menghindari
adanya pemborosan waktu dalam mengumpulkan data agar terhindar dari data yang kurang relevan
dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Karakteristik Permasalahan Penelitian
1. Permasalahan tersebut biasanya dirasakan oleh orang- orang yang terlibat dalam suatu bidang yang
sama
2. Permasalah tersebut sering muncul dan secara signifikan ditemui oleh orang-orang yang terlibat
3. Permasalahan tersebut dapat diukur dengan alat ukur penelitian, seperti skala nominal, ordinal,
interval, dan rasio
4. Permasalahan tersebut dapat diteliti, lantaran dapat diungkap kejelannya melalui tindakan koleksi
data dan kemudian dianalisis
5. Permasalahan tersebut memiliki kontribusi signifikan, lantaran memiliki nilai guna dan manfaat
baik pada tataran teoritis yang berkaitan erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan maupun pada
tataran praktis dalam kehidupan sehari-hari
6. Permasalahan tersebut didukung oleh data empiris yakni dapat diukur baik secara kuantitatif
maupun secara empiris yang memberikan hubungan erat antara fakta konstruk suatu fenomena, di
samping mendudukkan pada suatu variabel yang harus didasarkan hukum positif, empiris, dan terukur.
7. Sesuai dengan kemampuan dan keinginan peneliti, hal ini penting karena ini memberikan motivasi
dan kepercayaan diri pada peneliti bahwa pa yang hendak diteliti di lapangan akan berhasil, karena data
yang ada di lapangan kemudian peneliti memiliki kemampuan untuk dikumpulkan sehingga dapat
dianalisis sampai hasil penelitian dapat diperoleh (Sukardi, 2004).
Sumber Masalah dalam Penelitian
Kesulitan dalam mencari masalah akan muncul lantaran tidak adanya formulasi yang pasti dalam
hal bagaimana mencari permasalahan penelitian. Oleh karen itu, peniliti dianjurkan untuk selalu
bertanya, konsultasi dengan pakar penelitian. Atau dengan kata lain kesulitan itu muncul lantaran
kurang tajamnya peneliti dalam melakukan seleksi, dan kurang tajamnya merasakan sesuatu yang dapat
dikategorikan sebai permasalahan. Untuk memperkecil hambatan tersebut maka penting bagi peneliti
mengetahui sumber- sumber masalah yang sigifikan dan layak untuk di teliti dintara sumber- sumber
tersebut adalah:
1. Literatur, yang meliputi: buku, buku teks, monography, laporan statistik, dan yang berupa non
buku seperti; jurnal, skripsi, tesis, desertsi, dan sebagainya.
2. Berbagai pertemuan ilmiah, seperti: seminar, diskusi, lokakarya, sarasehan, dan sebagainya.
3. Pengalaman pribadi, dan pengamatan yang bersifat longitudinal
4. Pernyataan dari pemegang otoritas dan
5. Perasaan intuitif (Balian, 1983, Suryabrata, 1983)
Di samping sumber masalah di atas, masih ada beberapa macam sumber yang dapat membantu peneliti
dalam memperoleh permasalahan yang layak dijadikan bahan untuk diteliti, di antara adalah:
1. Pengalaman seseorang atau kelompok, dimana pengalaman adalah guru yang paling baik
2. Lapangan tempat peneliti bekerja merupakan tempat di mana seseorang maupun peneliti bekerja
merupakan salah satu sumber permasalahan yang baik dan layak\
3. Laporan hasil penelitian, di samping ada hasil temuan yang baru juga ada kemungkinan penelitian
yang direkomendasikan karena berkaitan dengan hasil penelitian yang telah ada, sehingga dari sumber
tersebut diperoleh suatu gambaran permasalahan yang baik untuk di teliti.

Merumuskan Masalah dalam Penelitian


1. Peneliti sebaiknya mengidentifikasi cakupan luas dari permasalahan tersebut, kemudian
dispesifikasikan untuk mencari pakah permasalahan tersebut sering kali muncul dan dapat dinilai secara
kasar kemanfaatannya baik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan maupun terhadap stakeholder
hasil penelitian
2. Peneliti mempersempit permasalahan sehingga manjadi permasalahan yang dapat diteliti, sesuai
dengan kemampuan peneliti untuk melaksanakannya, di samping menghindari adanya kesulitan
nantinya dalam mengukura data
3. Masalah penelitian yang telah diidentifikasi dan dibatasi agar memperoleh masalah yang layak
untuk diteliti masih harus dirumuskan agar dapat memberikan arah bagi peneliti secara jelas
4. Masalah yang telah dirumuskan secara tepat dan benar harus mencakup dan menunjukkan semua
variabel maupun hubungan variabel yang satu dengan yang lainnya yang hendak diteliti.
Ada bebrerapa jenis/bentuk perumusan masalah antara lain adalah:
a. Perumusan masalah menunjukkan rumusan yang jelas, tidak menduakan arti
b. Pernyataan sebaiknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
c. Perumusan masalah penelitian dapat bervariasi tergantung pada kesenangan peneliti
d. Perlu adanya kehati- hatian, jeli, dalam mengevaluasi rumusan masalah penelitian (Sukardi,2004)
e. Permasalahan haruslah secara tepat dinyatakan agar memungkinkan peneliti untuk memilih fakta
yang diperlukan dalam penyelesaian maslah penelitian
f. Permasalahan itu meski dapat dijawab dengan jelas berapapun jumlah jawaban yang diberikan
harus memnuhi persyaratan dan
g. Setiap jawaban dari permasalahan penelitian harus dapat diuji dan dibuktikan oleh orang lain
(Suriasumantri, 1978)
Dengan kriteria yang diungkapkan tersebut menunjukan bahwa masalah atau permasalahan
tersebut memenuhi syarat untuk diteliti, karena dalam penelitian ilmiah yang sifatnya empiris hanya
terbatas pada penggunaan masalah yang memiliki syarat sebagai terungkap di atas. Proses mematangan
konsep dari masalah penelitian sekalipun nampaknya sederhana, namun tetap dibutuhkan adanya
penguasaan yang baik terhadap masalah tersebut, sebab pada umumnya yang timbul pada awal mula
kali dalam penelitian adalah topik penelitian.
Bila dari perusahaan masalah itu jelas dan dapat diuji oleh orang lain selanjutnya akan dapat
melahirkan beberapa jenis tipe penelitian. Tipologi penelitian yang diterapkan juga bermacam-macam
pula (Kidder, 1986). Tipologi atau cara-cara yang dimaksud secara garis besar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Quantitative Research,meliputi: Experimental Research, Expost Facto Research, Survey Research,
Evaluation Research, Historical Research,dsb.
2. Qualitatife Research, meliputi: Grounded Research, Ethnographic Research, dsb (Mouly G.J, 1984
Dari paparan di atas maka dalam rumusan masalah penelitian harus spesifik dan operasional. Di
samping itu peneliti harus melengkapi dengan definisi operasional dan lingkup yang menjadi batasan
penelitian. Rumusan masalah (meskipun tidak ada keharusan) dapat ditulis dalam bentuk kalimat Tanya
yang akan dicari jawabanya melalui tindakan yang akan dilakukan. Permasalahan yang diajukan peneliti
harus berdampak langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran, pada sumber daya
manusiannya,atau pada subyek sasaran yang sedang diteliti.
Mengembangkan Gagasan dalam Penelitian
Lazimnya ada tiga cara dalam mengawali penelitian adalah sebagai berikut:
1. Replikasi, merupakan salah satu cara intuk mendapatkan gagasan awal adalah dengan pendekatan
replikasi terutama dalam merancang penelitian dengan lebih tepat dan cepat, guna mengatasi kesulitan
yang lebih banyak dihadapi peneliti yang belum banyak pengalamannya. Pengertianya yang cepatdan
tepat, replikasi mencakup penemuan dari suatu kajian penelitian yang telah pernah dilakukan atau
diteliti kemudia diulangi lagi dengan cara yang sama secara tepat dan benar.
Replikasi merupakan suatu metode yang banyak memberikan faedah karena merupakan metode yang
sederhana sekaligus merupakan dasar uji kembali yang tepat bagi semua jenis penelitian. (Traves,
1983).
Adapun cara menemukan model penelitian replikasi adalah:
a. Pertama pilihlah dari literatur yang ada, ambil kajian tertentu yang patut dikaji ulang
b. Susunlah desain penelitiannya secara jelas dan terperinci
c. Bandingkan hasil analisis anda sebagai peneliti pemula dengan hasil analisis terdahulu

JAWABAN NO 4
(a) Setuju, dikarenakan a conceptual frame work merupakan suatu sistem koheren yang terdiri dari
tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan
standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari akuntansi keuangan dan
laporan keuangan. Sedangkan fundamentals (kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang
mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan
keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara
meringkas serta mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Konsep-konsep
yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep lainnya mengalir dari konsep-
konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi berulang-ulang dalam menetapkan,
menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan pelaporan.
(b) Dikarenaan hasil penelitian harus memiliki faedah untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan atau
pembangunan negara. Dan menjadi ilmu pengetahuan yang baru dapat berupa
penemuan/pengembangan teori baru atau pemantapan teori yang telah ada. Bagi pembangunan
negara, dapat menjadi acuan ilmu terhadap studi empiris selanjutnya.

JAWABAN NO 5

(a) Kerangka Berfikir dbentuk :


1. Menentukan sebuah variabel yang lebih detail
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang peneliti adalah menetapkan sebuah variabel
data yang lebih rinci. Apabila seorang peneliti ingin mendapatkan berbagai macam teori yang
nantinya akan dicari untuk mendukung terbentuknya kerangka berpikir yang lebih jelas.

Oleh sebab itu, seorang peneliti harus menentukan variabel data terlebih dahulu. Berikut beberapa
cara untuk menentukan variabel data yang lebih detail, yaitu :
Pertama, perhatikan terlebih dahulu judul yang kalian baut. Kemudian, tentukan variabel-variabel
data dari dari judul tersebut. Lalu tuliskan semua variabel data yang sudah kamu tentukan.
2. Membaca buku-buku hasil penelitian
Apabila hal yang pertama sudah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah kalian harus membaca
buku-buku dari hasil penelitian yang lebih relevan. Buku yang dimaksud disini dapat berupa
ensiklopedia, kamus, atau buku teks yang lainnya. Sedangkan untuk mempelajari tentang hasil dari
penelitian yang dibaca dapat meliputi jurnal ilmiah, laporan penelitian, tesis, skripsi, maupun
disertasi.
3. Deskripsikan teori dan hasil penelitian
Jika membaca buku-buku dari hasil penelitian sudah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah
kalian dapat mengungkapkan teori-teori yang berhubungan dengan variabel data yang aka diteliti.
4. Menganalisis teori dan juga hasil penelitian secara kritis
menganalisis teori serta hasil penelitian secara kritis. Namun, didalam proses menganalisis, seorang
peneliti dapat mengkaji teori yang sudah ditetapkan sesuai dengan objek penelitian tersebut atau
tidak. Sebab, sering terdapat teori yang berasal dari luar negeri yang tidak sesuai dengan penelitian
yang terdapat didalam negeri.
5. Menganalisis komparatif tentang teori dan hasil penelitian
Pada tahap yang kelima ini, kalian harus melakukan sebuah analisis serta komparasi dengan cara
membandingkan teori yang satu dengan yang lainnya. Nah, dari hasil tersebut, seorang peneliti
dapat menggabungkan teori yang satu dengan yang lainnya ataupun dengan cara mereduksi jika
hasil analisis tersebut dipandang terlalu luas.
6. Sintesa Kesimpulan
Jika kalian sudah melakukan beberapa tahap diatas, selanjutnya yang harus kalian lakukan adalah
seorang peneliti dapat melakukan sebuah sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa
yang terjadi antar variabel akan menghasilkan beberapa kerangka berpikir yang kemudia dapat
digunakan untuk merumuskan sebuah hipotesis.
7. Kerangka Berpikir
Apabila sintesa kesimpulan tersebut sudah dilakukan, maka tahap yang terakhir adalah kalian sudah
dapat menyusun skema dari kerangka berpikir, terdapat dua macam kerangka berpikir yaitu
kerangka asosiatif atau komparatif.

(b) Cara Menentukan Hipotesis


Penelitian yang ingin Anda jawab dan merumuskan hipotesis Anda. Hipotesis adalah pernyataan
tentang data eksperimen Anda dan menerangkan perbedaan yang mungkin ada di dalam populasi
penelitian. Untuk setiap eksperimen, hipotesis nol dan hipotesis alternatif harus ditetapkan.[2]
Umumnya, Anda akan membandingkan dua kelompok untuk melihat apakah dua kelompok tersebut
sama atau berbeda.
Hipotesis nol (H0) umumnya menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara dua kelompok data.
Contoh: kelompok siswa yang membaca materi sebelum kelas dimulai tidak mendapat nilai yang
lebih baik dibandingkan kelompok yang tidak membaca materi.
Hipotesis alternatif (Ha) adalah pernyataan yang berlawanan dengan hipotesis nol dan pernyataan
yang Anda coba dukung dengan data eksperimen. Contoh: kelompok siswa yang membaca materi
sebelum kelas mendapat nilai yang lebih baik daripada kelompok yang tidak membaca materi.

Contoh Hipotesis Penelitian

Bentuk hipotesis ada beberapa macam, yaitu:

Hipotesis Deskriptive
Hipotesis deskripsif dapat diartkan: sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah
deskriptif yang berhubungan dengan variabel tunggal.
Contoh: Anda meneliti apakah sebuah merk minuman soda mengandung alkohol. Maka anda
membuat rumusan masalah: apakah benar sebuah merk minuman soda mengandung alkohol? Maka
hipotesis penelitian anda adalah:
Ho: sebuah merk minuman soda mengandung alkohol.
H1: sebuah merk minuman soda tidak mengandung alkohol.

Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif dapat diartikan: sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap rumusan
masalah yang mempertanyakan perbandingan (komparasi) antara dua variabel penelitian.
Contoh: Anda meneliti apakah ada perbedaan hasil belajar antara metode pembelajaran pedagogi
dan metode pembelajaran konvensional pada siswa kelas 6 sekolah B. Maka anda membuat
rumusan masalah: adakah perbedaan hasil belajar antara metode pembelajaran pedagogi dan metode
pembelajaran konvensional pada siswa kelas 6 sekolah B? Maka hipotesis penelitian anda adalah:

Ho: Tidak ada perbedaan hasil belajar antara metode pembelajaran pedagogi dan metode
pembelajaran konvensional pada siswa kelas 6 sekolah B.
H1: Ada perbedaan hasil belajar antara metode pembelajaran pedagogi dan metode pembelajaran
konvensional pada siswa kelas 6 sekolah B.
Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif dapat diartikan sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap rumusan
masalah yang mempertanyakan hubungan antara dua variabel penelitian.
Contoh: Anda akan meneliti apakah ada hubungan musim panen tembakau di desa A dengan
jumlah penjualan toko B. Maka rumusan masalah yang anda buat adalah: adakah hubungan musim
panen tembakau di desa A dengan jumlah penjualan toko B? Maka hipotesis penelitian anda adalah:
Ho: Tidak ada hubungan musim panen tembakau di desa A dengan jumlah penjualan toko B.
H1: Ada hubungan musim panen tembakau di desa A dengan jumlah penjualan toko B.

Hipotesis Kausal
Hipotesis kausal dapat diartikan sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap rumusan masalah
yang mempertanyakan pengaruh faktor prediktor terhadap variabel respon.
Contoh: Anda akan meneliti apakah KB Hormonal ada pengaruh terhadap kejadian kanker leher
rahim. Maka rumusan masalah yang anda buat adalah: adakah pengaruh KB Hormonal terhadap
kejadian kanker leher rahim? Maka hipotesis penelitian anda adalah:
Ho: Tidak ada pengaruh KB Hormonal terhadap kejadian kanker leher rahim.
H1: Ada pengaruh KB Hormonal terhadap kejadian kanker leher rahim.

Contoh Hipotesis Statistik


Contoh Hipotesis Statistik Asosiatif atau Korelasional
Terdapat hubungan positif antara IQ dengan hasil ujian IPA.
H0: ρ ≤ 0
H1: ρ > 0

Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan: semakin tinggi pendidikan,
tingkat penghasilan juga akan semakin tinggi.
H0: ρ ≤ 0
H1: ρ > 0

Ada hubungan antara beban kerja dengan kualitas kinerja: semakin tinggi beban kerja, kualitas
kinerja akan semakin rendah.
H0: ρ ≥ 0
H1: ρ < 0
Contoh Hipotesis Statistik Kausalitas (sebab akibat):
Ada pengaruh antara laju inflasi dengan pendapatan bruto.
Ho: β = 0
H1: β ≠ 0

Ada pengaruh antara ukuran perusahaan dengan return saham.


Ho: β = 0
H1: β ≠ 0

JAWABAN NO 6

KELEMAHAN DARI SKALA LIKERT :

 Asumsi bahwa tiap item atau pernyataan mempunyai nilai yang sama tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Tidak semua pernyataan mempunyai makna yang sama pentingnya
dalam rangka keseluruhannya.
 Ada kemungkinan bahwa orang yang mempunyai sikap yang sama intensitanya memilih jawaban
yang berlainan sehingga menghasilakan skor akhir yang berbeda.
 Demikian pula mereka yang mendapat skor mentah yang sama belum tentu mempunyai sifat atau
sikap yang sama dengan intensitas yang sama. Itu sebabnya tidak dapat diberi makna tertentu
kepada skor mentah yang diperoleh dengan cara pengukuran ini.
 Juga dapat disanksikan validitas item-item yang dipilih, artinya apakah item itu memang
mengukur apa yang memang ingin kita ukur. Selain itu perlu diselidiki apakah semua item itu
sama validitasnya, ataukah diantaranya ada yang kurang relevan.

JAWABAN NO 7

Berikut definisi dan pengertian plagiarisme dari beberapa sumber buku:

Menurut Lindsey, plagiat adalah tindakan menjiplak ide, gagasan atau karya orang lain untuk diakui
sebagai karya sendiri atau menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumbernya sehingga
menimbulkan asumsi yang salah atau keliru mengenai asal muasal dari suatu ide, gagasan atau karya
(Soelistyo, 2011).
Menurut Suyanto dan Jihad (2011), plagiarisme adalah mencuri gagasan, kata-kata, kalimat, atau hasil
penelitian orang lain dan menyajikannya seolah-olah sebagai karya sendiri.

Menurut Brotowidjoyo (1993), plagiarisme merupakan pembajakan berupa fakta, penjelasan ungkapan
dan kalimat orang lain secara tidak sah.

Menurut Ridhatillah (2003), plagiarisme adalah tindakan penyalahgunaan, pencurian atau perampasan,
penerbitan, pernyataan atau menyatakan sebagai milik sendiri sebuah pikiran, ide, tulisan, atau ciptaan
yang sebenarnya milik orang lain.

Jenis-jenis Plagiarisme

Menurut Soelistyo (2011), plagiarisme atau plagiat dapat diklasifikasikan dalam beberapa tipe, bentuk
dan jenis, yaitu:

a. Jenis Plagiat Berdasarkan Aspek yang Dicuri

Berdasarkan aspek yang dicuri, plagiat terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

Plagiat Ide (Plagiarism of Ideas). Tipe plagiat ini relatif sulit dibuktikan karena ide atau gagasan bersifat
abstrak dan kemungkinan memiliki persamaan dengan ide orang lain. Atau, ada kemungkinan terjadi
adanya dua ide yang sama pada dua orang pencipta yang berbeda.

Plagiat Kata demi Kata (Word for word plagiarism). Tipe ini serupa dengan slavish copy, yaitu mengutip
karya orang lain secara kata demi kata tanpa menyebutkan sumbernya. Plagiasi dianggap terjadi karena
skala pengutipannya sangat substansial sehingga seluruh ide atau gagasan penulisannya benar-benar
terambil. Plagiasi seperti ini banyak dilakukan pada karya tulis.

Plagiat Sumber (Plagiarism of Source). Plagiat tipe ini memiliki kesalahan yang fatal karena tidak
menyebutkan secara lengkap selengkap-lengkapnya referensi yang dirujuk dalam kutipan. Jika sumber
kutipan itu merujuk seseorang sebagai penulis yang terkait dengan kutipan, maka nama penulis tersebut
harus turut serta disebut. Ini tentu sikap yang fair dan tidak merugikan kepentingan penulis tersebut serta
kontributor-kontributor lainnya.
Plagiat Kepengarangan (Plagiarism of Authorship). Tulis karya tulis yang disusun oleh orang lain.
Tindakan ini terjadi atas dasar kesadaran dan motif kesengajaan untuk membohongi publik. Misalnya
mengganti kover buku atau sampul karya tulis orang lain dengan kover atas namanya tanpa izin.

Cara dan Teknik Menghidari Plagiat

Teknik referensi kutipan

Teknik referensi kutipan adalah teknik mengutip langsung dengan membuat salinan yang sama persis
dengan sumbernya tanpa adanya penambahan dalam bentuk apapun. Di Indonesia, sistem yang umum
dipakai adalah sistem catatan dan sistem langsung.

 Sistem catatan

Pada sistem catatan, identitas rujukan, nama penulis, tahun dan halaman tidak ditampilkan langsung,
melainkan menggunakan tulisan angka berukuran kecil (superscript) yang diletakan di sudut kanan atas di
akhir kalimat kutipan. Angka tersebut akan merujuk pada catatan kaki yang diletakan di bagian bawah
halaman.

 Sistem langsung

Pada sistem langsung, identitas rujukan, nama penulis, tahun dan halaman ditampilkan langsung di akhir
kalimat kutipan. Adapun aturan umumnya sebagai berikut: Kutipan yang panjangnya mencapai 4 baris
harus ditulis apa adanya dan diintegrasikan ke dalam teks paparan menggunakan tanda kutip (“…”)
dengan jarak baris dua spasi. Sedangkan kutipan yang panjangnya lebih dari 4 baris, jarak baris
kutipannya adalah satu spasi.

Sertakan sumber referensi di awal atau di akhir kutipan, yakni dengan mencantumkan nama penulis,
tahun terbit, dan halaman sumber, misalnya: (penulis, 2014: 100)

Kutipan dalam bahasa asing, ditulis menggunakan huruf miring atau italic.

Jika ada bagian awal atau tengah kalimat yang dihilangkan, ganti bagian tersebut dengan tanda titik
sebanyak tiga kali, sedangkan di bagian akhir tanda titik ditulis empat kali.

Parafrase
Parafrase adalah pengungkapan kembali suatu tulisan dalam bentuk susunan baru tanpa bermaksud
mengubah makna aslinya. Parafrase sering juga disebut sebagai kutipan tidak langsung. Langkah-langkah
yang bisa dilakukan dalam membuat parafrase adalah dengan membaca informasi secara cermat,
mencatat kalimat inti, kemudian mengembangkannya menjadi pokok pikiran yang diuraikan
menggunakan bahasa Anda sendiri.

Perangkat lunak peretas plagiarisme

Jika para penulis sudah berusaha menghindari praktik plagiarisme dengan mengikuti pakem-pakem
penulisan ilmiah, para penguji juga harus mengambil peran dalam memberantas hal tersebut. Kemajuan
teknologi internet, teknologi basis data serta machine learning juga bisa menjadi cara ampuh menghindari
jeratan plagiarisme. Para reviewer bisa melakukan pemeriksaan mandiri atau self assasesment dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak peretas plagiarisme yang bisa diunduh secara gratis maupun
berbayar. Adapun beberapa software tersebut diantaranya adalah Copyscape, VIPER, Turn It In,
Plagiarismchecker, Articlehecker, Plagiarismdetect, Safeassign. Program-program dalam perangkat lunak
tersebut mampu membantu para penguji untuk mengecek dan membandingkan data yang ada di hard disk
atau di internet dan mengklasifikasikan mana yang bersifat plagiat dan mana yang tidak. Program ini juga
memberikan persentase kemiripan dari sebuah dokumen atau file.

JAWABAN NO 8

(a.) konsep adalah penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran
manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata
atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai
macam karakteristik.

Contoh seperti seseorang yang ingin membuat suatu bangunan berupa Rumah, Gedung, atau Taman, pasti
memerlukan suatu konsep yang menggambarkan bentuk atau rupa dari bangunan yang diinginkan.

variabel, adalah suatu besaran yang dapat diubah atau berubah sehingga dapat mempengaruhi peristiwa
atau hasil penelitian. Dengan menggunakan variable kita bisa dengan mudah memperoleh dan memahami
permasalahan.

dimensi, adalah dimensi adalah kumpulan (sekelompok) data yang memiliki nama variabel dan tipe data
yang sama yang mana elemen-nya bisa diakses dengan 2 buah indeks (baris dan kolom)

Ini adalah format deklarasi variabel Array 2 dimensi dalam sebuah algoritma:
Contoh dimensi :

var nama_variable:array[index_baris][index_kolom] of tipe_data

indicator, adalah ukuran dari sebuah status atau kondisi secara tidak langsung yang telah terjadi.

Contoh saja kondisi massa atau bobot bayi yang telah disesuaikan dengan usianya. Dimana usia dan
bobot bayi adalah indikator dari tingkat gizi bayi. WHO juga menjelaskan bahwa arti indikator adalah
variabel yang dapat membantu manusia untuk melakukan pengukuran terhadap berbagai macam
perubahan baik yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung

Skala, adalah sebuah acuan yang digunakan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada
dalam satuan alat ukur.

(c) Jenis Variabel dan Contohnya

Variabel bebas

Variabel bebas disebut juga variabel independen. Penelitian sosial selalu melibatkan hubungan antara dua
atau lebih variabel. Dalam hubungan antar variabel, variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
variabel terikat.

Untuk mengidentifikasi mana variabel bebas dan mana variabel terikat, kita langsung saja menyimak
contohnya. Misal, penelitian tentang pengaruh jumlah anak dan tingkat kebahagiaan rumah tangga.
Jumlah anak di sini adalah variabel bebas. Sedangkan variabel terikatnya adalah tingkat kebahagiaan
rumah tangga.

Variabel terikat

Variabel terikat disebut juga variabel independen. Dari penjelasan di atas kita sudah bisa memperoleh
pemahaman bahwa variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variebel bebas.

Contoh variabel terikat yang bisa diidentifikasi adalah tingkat kebahagiaan rumah tangga.

Untuk melengkapi pemahaman, saya beri contoh lain. Misal penelitian tentang hubungan antara jumlah
tugas sekolah dan tingkat stress siswa. Jumlah tugas sekolah adalah variabel independen atau bebas.
Sedangkan tingkat stress siswa adalah variabel dependen atau terikat.

JAWABAN KASUS B
PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, PENGALAMAN DAN

ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN


PUBLIK DI WILAYAH BANDUNG

USULAN PENELITIAN TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Sidang Seminar Usulan Penelitian
Tesis

Disusun oleh :

Anggi Rufaedah Wardani

NPM : 1212181013

JURUSAN MAGISTER AKUNTANSI

PASCASARJANA UNIVERSITAS SANGGA BUANA – YPKP

BANDUNG

2020
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pemeriksaan audit adalah proses yang ditempuh oleh seorang yang berkompeten dan independen
agar dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang terukur dari suatu entitas
(satuan) usaha untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari informasi yang terukur
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Seorang auditor dalam melaksanakan audit atau
pemeriksaan, selalu memerlukan informasi yang dapat diverifikasi dan standar-standar atau kriteria yang
dapat dipakai sebagai pegangan untuk mengevaluasi informasi tersebut (Arens dan Loebbecke, 2000).
Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi
keuangan. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan
berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di negara tersebut. Apabila
perusahaan-perusahaan yang berkembang dalam suatu negara masih berskala kecil dan masih
menggunakan modal pemiliknya sendiri untuk membelanjakan usahanya, jasa audit yang dihasilkan oleh
profesi akuntan publik belum diperlukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Apabila di negara tersebut
sebagian besar perusahaan berbadan hukum selain perseroan terbatas (PT) yang bersifat terbuka, jasa
audit profesi akuntan publik belum diperlukan oleh masyarakat usaha (Mulyadi, 2002). Pemeriksaan audit
yang dilakukan pada akhirnya akan menghasilkan laporan hasil pemeriksaan. Kualitas dari hasil
pemeriksaan audit, dapat dinilai dari laporan hasil pemeriksaan tersebut. Pertanyaan masyarakat tentang
kualitas audit terhadap hasil kinerja auditor semakin besar karena munculnya berbagai kesalahan dari
hasil kinerja auditor. Terdapat beberapa bank yang jelas-jelas melakukan kesalahan namun gagal
diperiksa oleh auditor, misalnya pelanggaran aturan batas maksimum pemberian kredit atau yang lebih
dikenal dengan BMPK pada beberapa bank di Indonesia. Kasus-kasus tersebut merupakan kasus yang
terjadi dan melibatkan kualitas audit. Pelanggaran-pelanggaran tersebut berkaitan dengan masalah auditor
yang kurang mampu memenuhi tanggung jaab profesionalnya dalam memenuhi kualifikasi Standar
Auditing yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan pelanggaran tersebut jelas-jelas
bertentangan dengan SPAP (Tarigan dan Susanti, 2013) Akuntan Publik dapat mengembalikan
kepercayaan masyarakat dengan cara memperhatikan kualitas audit yang diberikan. Seorang auditorharus
bisa meningkatkan potensi diri dan tanggung jawab. Auditor juga harus memperhatikan lebih detail
beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Kualitas audit menurut Financial Reporting Council
(2006) dalam Badjuri (2011) diukur dengan pendapat profesional auditor yang tepat dan didukung oleh
bukti dan penilaian objektif. Seorang auditor memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pemegang
saham jika mereka memberikan laporan audit yang independen, dapat diandalkan dan didukung dengan
bukti audit yang memadai. Kompetensi merupakan kemampuan seorang auditor untuk mengaplikasikan
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya dalam melakukan audit, sehingga auditor dapat
melakukan audit dengan teliti, cermat, dan objektif (Carolita dan Rahardjo, 2012). Independensi
merupakan sikap yang tidak mudah dipengaruhi, dan tidak memihak kepada siapa pun. Akuntan publik
tidak dibenarkan memihak kepentingan siapa pun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya
kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan
kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Ardini, 2010). Pengalaman adalah keterampilan dan
pengetahuan yang diperoleh seseorang setelah mengerjakan sesuatu hal. Pengalaman seorang auditor
akan terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya waktu untuk melakukan audit serta semakin
kompleksnya transaksi keuangan perusahaan yang diaudit agar memperluas pengetahuan
dibidangnya(Carolita dan Rahardjo, 2012).

Etika merupakan komitmen moral yang tinggi yang dituangkan dalam bentuk aturan khusus.
Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang biasanya
disebutkode etik. Kode etik harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi yang memberikan jasa
pelayanan kepada masyarakat dan merupakan alat kepercayaan bagi masyarakat luas (Lubis, 2010).
Auditor menjadi profesi yang diharapkan banyak orang. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap satu atau
beberapa auditor dapat merendahkan martabat profesi auditor secara keseluruhan, sehingga dapat
merugikan auditor lainnya. Organisasi auditor berkepentingan untuk mempunyai kode etik yang dibuat
sebagai aturan perilaku yang mengatur hubungan antara auditor dengan klien yang di audit, antara auditor
dengan auditor, dan antara auditor dengan masyarakat. Berdasarkan penjabaran tersebut, peneliti
menambahkan etika sebagai salah satu variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini. Beberapa
penelitian telah dilakukan mengenai kualitas audit ini. Sofie (2014) menemukan bahwa independensi
berpengaruh terhadap kualitas audit. Carolita dan Rahardjo (2012) menunjukkan bahwa kompetensi dan
independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan pengalaman audit berpengaruh
terhadap kualitas audit. Mulyadi (2012) menemukan bahwa kompetensi, independensi, dan pengalaman
audit berpengaruh terhadap kualitas audit. Kemudian Tarigan dan Susanti (2013) menunjukkan bahwa
etika berpengaruh terhadap kualitas audit.

Penelitian ini merupakan replikasi yang dilakukan oleh Erfiana (2014). Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini ditambahkan
satu variabel lain yaitu etika auditor untuk dianalisis pengaruhnya terhadap kualitas audit. Hasil penelitian
ini penting karena dapat dijadikan masukan bagi auditor, sehingga tingkat kepercayaan klien terhadap
auditor semakin meningkat. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dengan adanya berbagai macam
perbedaan temuan yang dilakukan peneliti sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dan mengembangkannya dengan menambahkan satu variabel, yaitu etika auditor. Penulis mengangkat
penelitian tersebut dengan judul “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Pengalaman, dan Etika Auditor
terhadap Kualitas Audit”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, pokok permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:

1. Apakah kompetensi berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit?

2. Apakah independensi berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit?

3. Apakah pengalaman berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit?

4. Apakah etika auditor berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah kompetensi berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit.

2. Untuk mengetahui apakah independensi berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit.

3. Untuk mengetahui apakah pengalaman berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit.

4. Untuk mengetahui apakah etika auditor berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Perusahaan dan Kantor Akuntan Publik Sebagai masukan yang dapat digunakan sebagai pertimbangan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi, independensi, pengalaman, dan etika auditor
terhadap kualitas audit khususnya bagi auditor di Kantor Akuntan Publik sehingga kualitas audit yang
dihasilkan auditor semakin meningkat.

2. Para Akademisi
Sebagai pembuka wawasan akademisi sehingga mempersiapkan mahasiswanya untuk dapat bekerja di
Kantor Akuntan Publik yang memiliki kompetensi, independensi, pengalaman, dan etika sebagai seorang
auditor.

3. Kalangan Umum dan Mahasiswa

Sebagai bahan bacaan bagi masyarakat umum, khususnya mahasiswa sehingga mengetahui hal-hal apa
saja yang diperlukan sebagai seorang auditor, terutama faktor kompetensi, independensi, pengalaman, dan
etika auditor yang berpengaruh terhadap kualitas audit.

4. Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi penjelasan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi penjelasan mengenai landasan teori yang melandasi penelitian ini yang mengacu dari buku teks,
jurnal, atau artikel penelitian ilmiah lainnya. Selain itu, bab ini juga menjelaskan mengenai kerangka
pemikiran dan perumusan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi penjelasan mengenai objek dan metode penelitian, jenis data dan teknik pengumpulan data,
operasionalisasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini, dan metode analisis yang digunakan untuk
menguji hipotesis.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Berisi penjelasan mengenai pengolahan data dan sampel serta hasil observasi data tersebut.

BAB V PENUTUP

Berisi penjelasan mengenai kesimpulan dari penelitian disertai keterbatasan-keterbatasan yang didapatkan
dalam penelitian, saran bagi penelitian selanjutnya, dan implikasi atas penelitian ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Penelitian ini tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya ilmu-ilmu sebagai landasan teoritis penelitian.
Beberapa pengertian yang menjadi pertimbangan antara lain sebagai berikut:

2.1.1 Kualitas Audit

Auditor dengan kemampuan profesionalisme tinggi akan lebih melaksanakan audit secara benar dan
cenderung menyelesaikan setiap tahapan-tahapan proses audit secara lengkap dan mempertahankan sikap
skeptisme dalam mempertimbangkan bukti-bukti audit yang kurang memadai yang ditemukan selama
proses audit untuk memastikan agar menghasilkan kualitas audit yang baik (Ardini, 2010). Berkualitas
atau tidaknya pekerjaan auditor akan mempengaruhi kesimpulan akhir auditor dan secara tidak langsung
juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan.
Seorang auditor dituntut harus memliki rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) dalam setiap
melaksanakan pekerjaannya dan memiliki sikap profesional, agar dapat mengurangi pelanggaran atau
penyimpangan yang dapat terjadi pada proses pengauditan, sehingga akuntabilitas dan profesionalisme
merupakan elemen penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor.

Kualitas auditor dapat dipengaruhi oleh rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) dan profesionalisme
yang dimiliki oleh seorang auditor dalam menyelesaikan proses audit tersebut (Mulyadi, 2012). Secara
ringkas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit merupakan pemeriksaan yang sistematis dan independen
untuk menentukan aktivitas, mutu, dan hasilnya sesuai dengan pengaturan yang telah direncanakan dan
apakah pengaturan tersebut diimplementasikan secara efektif dan cocok dengan tujuan (Tarigan dan
Susanti, 2013).

2.1.2 Kompetensi

Kompetensi yang diperlukan dalam proses audit tidak hanya berupa penugasan terhadap standar
akuntansi dan auditing, namun juga penugasan terhadap objek audit. Kompetensi ditunjukkan dengan
keharusan bagi setiap auditor untuk memiliki keterampilan dan kemahiran profesi auditor yang diakui
umum untuk melakukan audit. Karena itu secara profesi tidak semua orang boleh melakukan audit
(Ahmad dkk, 2011). Menurut Mulyadi (2012) kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang
berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar yang memiliki
hubungan kasual atau sebab-akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima
atau superior ditempat kerja atau pada situasi tertentu. Kompetensi dapat diperoleh melalui pendidikan
dan pengalaman, kompetensi yang dapat meyakinkan bahwa kualitas jasa audit yang diberikan memenuhi
tingkat profesionalisme tinggi. Seorang auditor dalam melaksanakan audit, harus bertindak sebagai
seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing (Ardini, 2010).

2.1.3 Independensi

Profesi auditor harus bersifat independen dan berkomitmen secara eksplisit dalam melayani kepentingan
publik. Pada perusahaan yang bergerak di bidang jasa, aset utama yang harus dimiliki oleh sebuah Kantor
Akuntan Publik (KAP) adalah tenaga kerja profesional agar dapat bertanggung jawab pada publik, para
auditor harus berupaya untuk meningkatkan kemampuan atau kinerja dalam menjalankan profesinya
(Carolita dan Rahardjo, 2012). Menurut Badjuri (2011) Independensi secara umum mencakup dua aspek,
yaitu independensi dalam fakta (in fact) dan independensi dalam penampilan (in apperance).
Independensi in fact merupakan kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam
penugasan audit. Sedangkan independensi in apperance adalah independensi yang dipandang dari pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang di audit yang mengetahui hubungan antara auditor
dengan kliennya. Auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor tersebutmempunyai hubungan
tertentu (hubungan keluarga atau hubungan keuangan) dengan kliennya yang dapat menimbulkan
kecurigaan bahwa auditor berlaku tidak independen. Independensi merupakan sikap yang tidak mudah
dipengaruhi, dan tidak memihak pada pihak-pihak tertentu. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak
kepentingan pihak pihak tertentu. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada
manajemen dan pemilik perusahaan, namun jugaNkepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan
kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik. Seorang auditor harus memiliki prinsip prinsip etika yang di
antaranya adalah kompetensi, independensi, dan akuntabilitas (Ardini, 2010). Seorang akuntan publik
dalam melaksanakan proses audit, akan memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan
keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien.
Auditor dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, harus
bersikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap
kepentingan akuntan publik itu sendiri. Penilaian masyarakat atas independensi auditor independen bukan
pada diri auditor secara keseluruhan. Namun, apabila seorang auditor independen atau suatu Kantor
Akuntan Publik lalai atau gagal mempertahankan sikap independensinya, maka kemungkinan besar
masyarakat memiliki anggapan bahwa semua akuntan publik tidak independen. Kecurigaan tersebut dapat
berakibat berkurang atau hilangnya kredibilitas masyarakat erhadap jasa audit profesi auditor independen
(Mulyadi, 2012).

2.1.4 Pengalaman

Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh
pendidikan formal tetapi juga banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain pengalaman.
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah
laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang
membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi (Sukriah dkk, 2009). Menurut
Christiawan (2002) dalam Mulyadi (2012) menyatakan bahwa pengalaman akuntan publik akan terus
meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksikeuangan
perusahaan yang di audit, sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya dibidang akuntansi
dan auditing.

2.1.5 Etika Auditor

Pada dasarnya setiap individu yang melakukan pekerjaan akan mendapatkan kepercayaan dari pihak lain
agar dapat mendukung kelancaran pekerjaan yang dilakukan. Setiap individu berkewajiban untuk
menjaga kepercayaan yang telah diberikan dengan berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan aturan yang
ada dan memperhatikan kepentingan masyarakat yang berhubungan dengan pekerjaannya, supaya
kepercayaan tersebut dapat terus terjaga (Primaraharjo dan Handoko, 2011). Masyarakat dapat menilai
sejauh mana seorang auditor telah berkerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh
profesinya yang dituangkan dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Pemahaman mengenai persepsi
terhadap kode etik profesi dan perilaku yang tidak etis atau kurang memperhatikan etika merupakan hal
yang paling disorot di akuntan publik untuk saat ini. Isu mengenai etika auditor berkembang seiring
dengan terjadinya beberapa pelanggaran etik di Indonesia, baik yang dilakukan oleh akuntan publik,
akuntan intern, maupun akuntan pemerintah (Tarigan dan Susanti, 2013). Standar umum mengharuskan
auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melakukan audit. Selain standar
umum, auditor juga harus menjunjung tinggi dan mematuhi kode etik profesi selama menjalankan
tugasprofesionalnya. Kode etik mengatur tentang tanggung jawab profesi dimana seorang auditor dituntut
untuk memiliki kompetensi yang cukup, mempertahankan independensi, menjaga integritas yang tinggi
dan bersikap objektif selama melaksanakan audit. Semua aturan dan standar tersebut diberlakukan untuk
menjaga kepercayaan para pemakai laporan keuangan terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor
(Septriani, 2011). Pada saat seorang auditor melakukan pemeriksaan laporan keuangan, penerapan
prinsip-prinsip audit dan prosedur audit serta berperilaku etis dan berperilaku bermoral dalam profesi
audit merupakan hal yang sangat penting dalam mempertahankan kualitas audit. Auditor yang
dipekerjakan oleh kantor akuntan publik dapat mengalami konflik-konflik organisasional-profesionalbaik
yang berpengaruh dalam lingkungan maupun diluar lingkungan (Carolita dan Rahardjo, 2012).

2.2 Kerangka Pemikiran

Akuntan Publik merupakan profesi yang beraktivitas utama dalam pekerjaan audit eksternal.
Akuntan publik sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap aktivitas dan
kinerja perusahaan. Masyarakat masih mengharapkan akuntan publik untuk dapat memberikan keyakinan
bahwa perusahaan yang di audit telah melakukan proses akuntansi sesuai standar yang berlaku umum dan
meyakini prosesnya secara benar. Namun adanya konflik kepentingan antara pihak internal dan eksternal
perusahaan menuntut akuntan publik untuk menghasilkan laporan auditan yang berkualitas yang dapat
digunakan oleh pihak-pihak tersebut. Kemudian maraknya skandal keuangan yang terjadi baik di dalam
maupun di luar negeri yang telah memberikan dampak negatif atas kepercayaan publik terhadap profesi
akuntan publik. Kasus-kasus tersebut yang memunculkan pertanyaan tentang bagaimana kualitas audit
yang dihasilkan oleh akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan klien.

Berbagai penelitian tentang kualitas audit ini telah dilakukan sebelumnya dan menghasilkan
berbagai temuan yang berbeda mengenai faktor pembentuk kualitas audit. Namun secara umum
menyimpulkan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas, seorang auditor dalamsuatu tim audit
dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai, independensi yang baik, pengalaman yang cukup,
dan etika yang sesuai dengan standar. Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat dikembangkan suatu
kerangka pemikiran atas penelitian ini, yaitu:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Kompetensi
Kompetensi(X1)
(x1)

Etika Auditor (X4)


Indepedensi (x2)

Indepensi (X2) KUALITAS AUDIT (Y)


Pengalaman (x3)
Pengalaman (X3)
Etika Auditor (x4)
2.3 Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit

Kemungkinan auditor menemukan serta melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi pada perusahaan
sangatlah besar seperti yang telah ditetapkan pada standar akuntansi dan standar audit yang berlaku.
Kompetensi auditor menurut Carolita dan Rahardjo (2012) merupakan kemampuan seorang auditor untuk
mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya dalam melakukan audit sehingga
auditor dapat melakukan audit dengan teliti, cermat, dan obyektif. Menurut Mulyadi (2012) kompetensi
yang dibutuhkan dalam melakukan audit yaitu pengetahuan dan kemampuan. Auditor harus memiliki
pengetahuan untuk memahami entitas yang diaudit, kemudian auditor harus memiliki kemampuan untuk
bekerja sama dalam tim serta kemampuan dalam menganalisa permasalahan. Berdasarkan penjelasan di
atas, maka hipotesis yang dibangun adalah:

H1: Kompetensi berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit.

2.3.2 Pengaruh independensi terhadap kualitas audit

Penelitian Septriani (2011) menyebutkan bahwa Independensi berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin independen seorang auditor dalam
melaksanakan tugasnya akan semakin baik pula

kualitas auditnya. Ardini (2010) menemukan bahwa dalam melaksanakan tugasnya seorang akuntan
publik telah menunjukkan sikap yang tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan
pekerjaannya, selalu melaksanakan prosedur audit yang bertujuan untuk menilai kewajaran laporan
keuangan, sehingga akuntan publik dipercaya oleh pemakai laporan keuangan sebagai pihak independen
untuk memberikan jaminan memadai mengenai asersi manajemen. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
hipotesis yang dibangun adalah:

H2: Independensi berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit.

2.3.3 Pengaruh pengalaman terhadap kualitas audit

Pengalaman secara signifikan dapat meningkatkan audit judgement. Bahwa adanya pengalaman yang
besar dari auditor akan menghasilkan audit yang semakin berkualitas. Kemudian hal tersebut mendukung
bahwa pengalaman akan mempengaruhi penilaian atau pendapat seseorang. Seorang auditor yang
memiliki pengalaman yang besar akan dapat melakukan penilaian dengan baik (Putri dan Laksito, 2013).
Pengalaman kerja audit yang lebih besar secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hasil audit laporan
keuangan (Carolita dan Rahardjo, 2012). Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dibuat hipotesis bahwa:

H3: Pengalaman kerja berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit.

2.3.4 Pengaruh etika auditor terhadap kualitas audit

Akuntan professional dalam menjalankan tugasnya memiliki pedoman-pedoman yang mengikat seperti
kode etik dalam hal ini adalah Kode Etik Akuntan Indonesia, sehingga dalam melaksanakan aktivitasnya
akuntan publik memiliki arah yang jelas dan dapat memberikan keputusan yang tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang menggunakan hasil keputusan auditor (Hanjani dan
Rahardja, 2014). Akuntan publik yang memiliki kesadaran untuk berperilaku secara etis berarti memiliki
komitmen untuk menerapkan Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Apabila komitmen itu dijaga maka
pelanggaran dapat dihindari, sehingga akuntan publik bisa meningkatkan kualitas auditnya (Tarigan dan
Susanti, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan Putri dan Laksito (2013) menunjukkan bahwa lingkungan
etika memiliki pengaruh positif terhadap audit judgment. Terbentuknya lingkungan etika yang tinggi pada
organisasi KAP, membuat auditor cenderung memiliki audit judgment yang lebih baik. Berdasarkan
pembahasan tersebut, maka dapat dibuat hipotesis bahwa:

H4: Etika auditor berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 OBJEK, POPULASI DAN SAMPEL

3.1.1 Objek Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausalitas, dimanadesain penelitian yang disusun untuk
meneliti kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antar variabel yang mana hubungan sebab akibat
antar variabel tersebut sudah dapat diprediksi oleh peneliti (Sanusi, 2011).

Penelitian ini dirancang untuk menguji pengaruh fenomena serta mencari keterangan-keterangan
secara factual mengenai pengaruh kompetensi, independensi, pengalaman dan etika auditor terhadap
kualitas audit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel yang akan
diteliti. Pada penelitian ini ditambahkan satu variabel lain yaitu etika auditor untuk dianalisispengaruhnya
terhadap kualitas audit. Kemudian objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di
Kantor Akuntan Publik di wilayah Bandung minimal 3 tahun. Kriteria tersebut dimaksudkan untuk
mendukung variable pengalaman agar bebas dari jawaban yang tidak valid.

3.1.2 Metode Penelitian

Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer, yaitu Statistical
Package for Social Science (SPSS) versi 20. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
analisis regresi linear berganda dengan tujuan mengetahui pengaruh secara signifikan variabel independen
yang meliputi kompetensi, independensi, pengalaman, dan etika auditor terhadap variabel dependen yaitu
kualitas audit. Model persamaaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah:

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e

Dimana:

Y = Kualitas Audit

α = Konstanta, perpotongan pada sumbu X

X1 = Kompetensi

X2 = Independensi

X3 = Pengalaman

X4 = Etika Auditor

β1 = Koefisien Variabel Kompetensi


β2 = Koefisien Variabel Independensi

β3 = Koefisien Variabel Pengalaman

β4 = Koefisien Variabel Etika Auditor

e = Error / Residual

3.2 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.2.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari pembagian
kuesioner kepada para responden dalam bentuk pertanyaan tertulis mengenai persepsi auditor terhadap
kualitas audit. Pengumpulan data yang digunakan adalah a five point scale kuesioner. Setiap pertanyaan
dari variable yang diteliti menggunakan skala likert dan masing-masing butir diberi skor 1 (satu) sampe 5
(lima). Alternatif jawaban setiap pertanyaan adalah sebagai berikut:

Alternatif Jawaban Setiap Pertanyaan

No Alternatif Jawaban Skor Jawaban

1 Sangat Tidak Setuju 1

2 Tidak Setuju 2

3 Netral 3

4 Setuju 4

5 Sangat Setuju 5

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dikirim
secara langsung yang disebut dengan survey. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data primer.
Peneliti menyebarkan kuesioner sebanyak 80 untuk mengantisipasi kuesioner yang tidak kembali.

3.3 Metode Pengujian Data

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini perlu diuji kesahihannya dan keandalannya,
karena data tersebut berasal dari jawaban responden yang mungkin dapat menimbulkan bias. Pengujian
ini dirasa penting untuk dilakukan sebab kualitas data yang diolah akan mempengaruhi kualitas hasil
penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi uji instrument yaitu uji validitas dan
reliabilitas data, kemudian dilanjutkan dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas data,
multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam
penelitian ini akan diuji menggunakan analisis regresi linearnberganda yang selanjutnya diamati goodness
of fit-nya yaitu koefisien determinsasi, uji kelayakan model (uji statistik F), dan uji hipotesis (uji statistik
t).

 Uji Kualitas Data

1 Uji Validitas

Uji validitas dimasudkan untuk mengukur sejauh mana variabel yang digunakan benar-benar
mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas ini digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-
butir dalam daftar pertanyaan. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan membandingkan nilai Corrected item-Total Correlation dengan nilai r tabel, untuk degree of
freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sample dan alpha =0,05. Jika r hitung lebih besar dari r
tabel dan nilai positif maka butir pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2011).
Untuk memudahkan pengujian validitas data, peneliti menggunakan software SPSS versin20 for
windows.

2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang digunakan benar-benar bebas
dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang konsisten meskipun diuji berkali-kali. Hasil uji
reabilitas dengan bantuan SPSS akan menghasilkan Cronbach Alpha. Suatu instrumen dapat dikatakan
reliabel (andal) apabila memiliki nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,70 (Nunnally, 1994 dalam Ghozali
2011).
 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari variabel-
variabel yang digunakan dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak (Ardini, 2010).
Pengujian normalitas data dalam penelitian menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov. Pada tabel uji
normalitas disajikan hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov (Badjuri,
2011). Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009) dasar pengambilan keputusannya, yaitu apabila nilai
probabilitas lebih besar dari 0,05; maka data tersebut terdistribusi normal dan apabila nilai probabilitas
kurang dari 0,05; maka data tersebut tidak terdistribusi normal.

2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
Multikolinearitas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2011).

3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Apabila variance dari residual
satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan apabila berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi
Heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Pengujian Heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji
Scatter Plot. Apabila terdapat hasil pola yang menyebar, maka disimpulkan bahwa model regresi tidak
mengandung adanya gejala Heteroskedastisitas (Putri dan Laksito, 2013).

 Uji Hipotesis

1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (adjusted R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel dependen terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).

.2 Uji Statistik F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
terikat (Ghozali, 2011). Dalam menentukan nilai F tabel, tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5%
dengan derajat kebebasan (degrees of freedom) df1 = (jumlah total variabel – 1) dan df2 = (n-k) dimana n
adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel independen. Kriteria pengujian yang digunakan
adalah:

a. Jika F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

b. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1 Kualitas Audit (Y)

Kualitas Audit merupakan pemeriksaan yang sistematis dan independen untuk menentukan
aktivitas, mutu, dan hasilnya sesuai dengan pengaturan yang telah direncanakan dan apakah pengaturan
tersebutdiimplementasikan secara efektif dan cocok dengan tujuan. Penilaian dalam penelitian ini adalah
dengan memberikan pertanyaan yang masing-masing diukur menggunakan skala likert lima poin yaitu,
(1) Sangat Tidak Setuju; (2) Tidak Setuju; (3) Netral; (4) Setuju; (5) Sangat Setuju. Pemilihan lima skala
likert ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kemungkinan bahwa responden bimbang dengan
banyaknya pilihan jawaban yang akan berdampak pada validitas data yang dihasilkan.

3.4.2 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Kompetensi (X1)

Kompetensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar.
Seorang auditor untuk memperoleh kompetensi tersebut, dibutuhkan pendidikan dan pelatihan yang
dikenal dengan nama pendidikan profesional berkelanjutan. Penilaian dalam penelitian ini adalah dengan
memberikan pertanyaan yang masing-masing diukur menggunakan skala likert lima poin yaitu, (1) Sangat
Tidak Setuju; (2) Tidak Setuju; (3) Netral; (4) Setuju; (5) Sangat Setuju. Pemilihan lima skala likert ini
dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kemungkinan bahwa responden bimbang dengan banyaknya
pilihan jawaban yang akan berdampak pada validitas data yang dihasilkan.

2. Independensi (X2)

Independensi adalah suatu sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain,
tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti auditor harus jujur dalam mempertimbangkan
fakta sesuai dengan kenyataannya. Bahwa apabila auditor menemukan adanya kecurangan dalam laporan
keuangan klien, maka auditor harus berani mengungkapkannya bebas dari tekanan klien atau pihak lain
yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Penilaian dalam penelitian ini adalah dengan
memberikan pertanyaan yang masing-masing diukur menggunakan skala likert lima poin yaitu, (1) Sangat
Tidak Setuju; (2) Tidak Setuju; (3) Netral; (4) Setuju; (5) Sangat Setuju. Pemilihan lima skala likert ini
dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kemungkinan bahwa responden bimbang dengan banyaknya
pilihan jawaban yang akan berdampak pada validitas data yang dihasilkan.

3. Pengalaman (X3)

Pengalaman audit adalah keterampilan dan pengetahuan dalam hal melakukan audit laporan keuangan
baik dari segi banyaknya waktu, banyaknya klien, maupun jenis-jenis organisasi yang pernah ditangani.
Penilaian dalam penelitian ini adalah dengan memberikan pertanyaan yang masing-masing diukur
menggunakan skala likert lima poin yaitu, (1) Sangat Tidak Setuju; (2) Tidak Setuju; (3) Netral; (4)
Setuju; (5) Sangat Setuju. Pemilihan lima skala likert ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
kemungkinan bahwa responden bimbang dengan banyaknya pilihan jawaban yang akan berdampak pada
validitas data yang dihasilkan.

4. Etika Auditor (X4)

Etika Auditor adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan
kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang dimaksud. Penilaian dalam penelitian
ini adalah dengan memberikan pertanyaan yang masing-masing diukur menggunakan skala likert lima
poin yaitu, (1) Sangat Tidak Setuju; (2) Tidak Setuju; (3) Netral; (4) Setuju; (5) Sangat Setuju. Pemilihan
lima skala likert ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kemungkinan bahwa responden bimbang
dengan banyaknya pilihan jawaban yang akan berdampak pada validitas data yang dihasilkan.

KUESIONER PENELITIAN
Kepada Yth.

Bapak/Ibu Responden

Ditempat

Bersama ini saya:

Nama : Anggi Rufaedah Wardani

NIM : 121218013

Status : Mahasiswi Magister Akuntansi Universitas Sangga Buana YPKP Bandung

Dalam rangka penelitian magister program S-2 Akuntansi , saya memerlukan informasi untuk mendukung
penelitian saya yang berjudul: “PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, PENGALAMAN,
DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT”

Untuk itu kami mohon kesediaan Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini dengan mengisi kuesioner
yang terlampir. Perlu diketahui bahwa keberhasilan penelitian ini sangat tergantung dari partisipasi
Bapak/Ibu dalam menjawab kuesioner.

Kuesioner ini terdiri atas sejumlah pernyataan. Akan tetapi, karena dalam penelitian ini terdapat variabel
pengalaman auditor, maka untuk memenuhi kualifikasi tersebut, diharuskan responden yang telah bekerja
minimal 3 tahun untuk pengisian kuesioner ini.

Bapak/Ibu cukup memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang tersedia (rentang angka dari 1
sampai dengan 5) sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu. Setiap pernyataan mengharapkan hanya satu
jawaban. Setiap angka akan mewakili tingkat kesesuaian dengan pendapat Bapak/Ibu:

1 = sangat tidak setuju (STS); 2 = tidak setuju (TS); 3 = netral (N) ; 4 = setuju (S) ; 5 = sangat setuju (SS)

Sesuai dengan etika dalam penelitian, data yang saya peroleh akan dijaga kerahasiaannya dan digunakan
semata-mata untuk kepentingan penelitian. Saya berharap Bapak/Ibu dapat mengembalikan kuesioner ini
maksimal 14 hari setelah kuesioner diterima.
Atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini, saya mengucapkan
terima kasih.

Hormat saya,

Anggi Rufaedah Wardani

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama : ……………………………………. (boleh tidak diisi)

2. Usia : < 25 tahun

26 – 35 tahun

36 – 55 tahun

> 55 tahun

3. Jabatan fungsional : ……………………………….........

3. Pendidikan terakhir : …………………………………….

4. Jurusan : ………………………………………

5. Berapa lamakah Anda telah menjadi Auditor ditempat Anda bekerja sekarang: ………………

KUESIONER PENELITIAN
1. Variabel Kompetensi (X1)

Berilah tanda (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian anda,

dimana:

STS= Sangat Tidak Setuju TS= Tidak Setuju N= Netral S= Setuju SS=

Sangat Setuju

NO PERNYATAAN STS TS N S SS
1 Auditor harus mampu bekerja sama dalam
Tim
2 Auditor harus memiliki rasa ingin tahu yang besar, berpikiran
luas dan mampu menangani ketidak pastian.
3 Sebagai seorang auditor, harus mampu dan
telah memenuhi kualifikasi personel
(indeks prestasi, asal perguruan, dan lain
lain).
4 Auditor mampu menganalisis dengan
cepat dalam mengaudit suatu perusahaan
5 Untuk melakukan audit yang baik auditor
perlu
mengetahui jenis industri klien
6 Auditor harus memahami Standar
Akuntansi
Keuangan (SAK) dan Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP).
7 Untuk melakukan audit yang baik auditor
membutuhkan pengetahuan yang diperoleh
dari tingkat Pendidikan (D3, S1, S2, S3)
dan dari kursus serta pelatihan.
8 Auditor harus memahami ilmu statistik
serta
mempunyai keahlian menggunakan
komputer.
9 Keahlian khusus yang dimiliki auditor
dapat mendukung audit yang dilakukan
10 Auditor harus mampu membuat laporan
audit dan mempresentasikannya dengan
baik.
11 Auditor yang memiliki sertifikat dari
kursus dalam bidang akuntansi dan
perpajakan akan menghasilkan hasil audit
yang baik
2. Variabel Independensi (X2)
Berilah tanda (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian anda,

dimana:

STS= Sangat Tidak Setuju TS= Tidak Setuju N= Netral S= Setuju SS=

Sangat Setuju

NO PERNYATAAN STS TS N S SS
12 Auditor berupaya tetap bersifat
independen dalam melakukan audit
terhadap klien
13 Dalam menentukan pendapat atas laporan
keuangan, auditor tidak mendapat tekanan
dari siapapun
14 Dalam melaksanakan tugas, auditor
bertindak secara independen walaupun
adanya intimidasi atau pengaruh dari pihak lain dan mempunyai
kejujuran yang
tinggi.
15 Pemeriksaan audit harus bebas dari
kepentingan pribadi maupun pihak lain
untuk membatasi segala kegiatan
pemeriksaan.
16 Auditor tidak boleh dikendalikan atau
dipengaruhi oleh klien dalam kegiatan
yang masih dilakukan.
17 Auditor tidak boleh memihak kepada
siapapun yang mempunyai kepentingan atas
hasil pekerjaannya

3. Variabel Pengalaman (X3)

Berilah tanda (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian anda,

dimana:

STS= Sangat Tidak Setuju TS= Tidak Setuju N= Netral S= Setuju SS=

Sangat Setuju

NO PERNYATAAN STS TS N S SS
18 Semakin lama menjadi auditor, semakin
mengerti bagaimana menghadapi
entitas/obyek pemeriksaan dalam
memperoleh data dan informasi yang
dibutuhkan.
19 Semakin lama bekerja sebagai auditor,
semakin dapat mengetahui informasi yang
relevan untuk mengambil pertimbangan
dalam membuat keputusan.
20 Semakin lama bekerja sebagai auditor,
semakin dapat mendeteksi kesalahan yang
dilakukan obyek pemeriksaan.
21 Semakin kompleks tugas yang dikerjakan,
pengalaman auditor semakin berkembang
22 Banyaknya tugas yang dihadapi
memberikan kesempatan untuk belajar
dari kegagalan dan keberhasilan yang
pernah dialami.
23 Banyaknya tugas yang diterima dapat
memacu auditor untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan cepat dan tanpa terjadi
penumpukan tugas.

4. Varibel Etika Auditor (X4)

Berilah tanda (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian anda,

dimana:

STS= Sangat Tidak Setuju TS= Tidak Setuju N= Netral S= Setuju SS=

Sangat Setuju

NO PERNYATAAN STS TS N S SS
24 Laporan hasil audit dapat dipertanggung
jawabkan oleh auditor, untuk meningkatkan
kualitas audit
25 Auditor memiliki rasa tanggung jawab bila
hasil pemeriksaannya masih memerlukan
perbaikan dan
penyempurnaan.
26 Auditor tidak mengelak atau menyalahkan
orang lain yang dapat mengakibatkan kerugian
orang lain.
27 Jika suatu laporan hasil audit ada kesalahan,
auditor mampu mempertanggungjawabkan
atas laporan
hasil audit tersebut untuk meningkatkan
kualitas audit.
28 Auditor tidak dapat diintimidasi oleh orang
lain dan tidak tunduk karena tekanan yang
dilakukan oleh orang lain guna mempengaruhi
sikap dan pendapatnya.
29 Auditor selalu menimbang permasalahan
berikut akibat-akibatnya dengan seksama.
30 Auditor harus memiliki rasa percaya diri yang
besar dalam menghadapi berbagai kesulitan.
31 Auditor menolak menerima penugasan audit
bila pada saat bersamaan sedang mempunyai
hubungan kerjasama dengan pihak yang
diperiksa.
32 Dalam aktivitasnya auditor ekternal selalu
bersikap objektif.
33 Setiap auditor harus menjaga objektivitasnya
dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan
kewajiban profesionalnya.

5. Variable Kualitas Audit (Y)

Berilah tanda (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian anda,

dimana:

STS= Sangat Tidak Setuju TS= Tidak Setuju N= Netral S= Setuju SS=

Sangat Setuju

NO PERNYATAAN STS TS N S SS
34 Saat menerima penugasan, auditor
menetapkan sasaran, ruang lingkup,
metodelogi pemeriksaan.
35 Dalam semua pekerjaan auditor harus
direview oleh atasan secara berjenjang
sebelum laporan hasil audit dibuat
36 Proses pengumpulan dan pengujian bukti
harus dilakukan dengan maksimal untuk
mendukung kesimpulan, temuan , serta
rekomendasi yang terkait
37 Auditor harus menatausahakan dokumen
audit dalam bentuk kertaskerja audit dan
disimpan dengan baik agar dapat secara
efektif diambil, dirujuk, dan dianalisis
38 Dalam melaksanakan audit, auditor harus
mematuhi kode etik yang ditetapkan.
39 Dalam melaksanakan tugas, auditor
merencanakan materialitas atas laporan
keuangan berdasarkan standar auditing yang
berlaku umum di Indonesia.
40 Laporan hasil audit memuat temuan dan
simpulan hasil audit secara obyektif, serta
rekomendasi yang konstruktif.
41 Laporan yang dihasilkan harus akurat,
lengkap, obyektif, meyakinkan, jelas, ringkas,
serta tepat waktu agar informasi yang
diberikan bermanfaat secara maksimal.
42 Laporan harus mengemukakan penjelasan
atau tanggapan pejabat/pihak obyek audit
tentang hasil audit.
43 Laporan harus mengungkapkan hal-hal yang
merupakan masalah yang belum dapat
diselesaikan sampai berakhirnya audit.
44 Laporan harus dapat mengemukakan
pengakuan atas suatu prestasi keberhasilan
atau suatu tindakan perbaikan yang telah
dilaksanakan obyek audit
45 Auditor selalu melaporkan tentang adanya
pelanggaran kepada kliennya.

Anda mungkin juga menyukai