Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KASUS TUMBANG GIZI BURUK

DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN DEFISIT NUTRISI


Dosen Koordinator : Ns. Sumiati Siinaga, S.Kep,M.Kep
Dosen Pembimbing : Ns. Siti Mukarromah,.M.Kep, Sp.Kom
Stase : Keperawatan Anak

Di Susun Oleh:
NILAM SARI
P2002044

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
Kurang makan, menderita
penyakit kemiskinan,
pendidikan rendah

Gizi Buruk Kondisi Sakit Ansietas Minim informasi Kurang


Pengetahuan Resiko Kematian

Marasmus Kwasiokor Dalam waktu lama

Absorbsi nutrisi di usus


Asupaan kalori dan Asupan nutrisi dan
menurun Defisit nutrisi
nutrisi tidak adekuat protein tidak adekuat
MK :
Diare
Kebutuhan tubuh terus Ketidakseimbangan Kebutuhan nutrisi Nutrisi jaringan dan sel
meningkat volume cairan terus meningkat tubuh menurun

MK : Defisit Defisisensi protein


Cadangan makanan nutrisi Metabolisme menurun
Penyusutan jaringan dan kalori
diambil dari bawah kulit MK :
Gangguan
Hilangnya lemak subkutan Badan kurus Respon tubuh kadar
Defisiensi nutrisi dan citra tubuh Energy tidak adekuat
albumin serum
kalori
menurun
Sistem imun menurun Kulit tipis kering
kelemahan
dan berkeriput
MK : Gangguan Tekanan osmotic
pertumbuhan dan Komplikasi darah menurun Ganggguan pola
perkembangan MK : Gangguan
aktivitas
Integritas Kulit
edema

MK :
Ketidakseimbangan
volume cairan
PEMBAHASAN

Gizi (nutrition) adalah proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi (penyerapan),

transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak

digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal

organ-organ, serta menghasilkan energi (Pudiastuti, 2011). Gizi kurang atau

kurang gizi (sering kali tersebut malnutrisi) muncul akibat asupan energi dan

makronutrien yang tidak memadai. Pada beberapa orang kurang gizi juga terkait

dengan defisiensi mikronutrien nyata ataupun subklinis (Webster-Gandy, 2014).

Balita dikategorikan mengalami gizi kurang apabila berat badannya berada

pada rentang Zscore ≥-2.0 s/d Zscore ≤-3.0 (Nasution, 2012). Anak dengan status

gizi kurang ditandai dengan tidak adanya kenaikan berat badan setiap bulannya

atau mengalami penurunan berat badan sebanyak dua kali selama enam bulan

(Depkes, 2005). Penurunan berat badan yang terjadi berkisar antara 20-30%

dibawah berat badan ideal. Gizi kurang dapat berkembang menjadi gizi buruk,

yaitu keadaan kurang gizi yang berlangsung lama sehingga pemecahan cadangan

lemak berlangsung terus-menerus dan dampaknya terhadap kesehatan anak akan

menjadi semakin kompleks, terlebih lagi status gizi yang buruk dapat

menyebabkan kematian (Adiningsih, 2010).

Status gizi Bayi Dibawah Lima Tahun (balita) berpengaruh yang sangat besar

dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan

datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan

kecerdasan pada masa usia dini tergantung pada asupan zat gizi yang diterima.

Semakin rendah asupan zat gizi yang diterima, semakin rendah pula status gizi
dan kesehatan anak. Gangguan gizi pada masa bayi dan anak-anak terutama pada

umur kurang dari lima tahun dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan

jasmani dan kecerdasan anak. Pertumbuhan sel otak berlangsung sangat cepat dan

akan berhenti atau mencapai taraf sempurna pada usia 4-5 tahun. Perkembangan

otak yang cepat hanya dapat dicapai bila anak berstatus gizi baik. Balita

merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi. Pada masa ini pertumbuhan

sangat cepat diantaranya pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik,

mental dan social. Balita mempunyai risiko yang tinggi dan harus mendapatkan

perhatian yang lebih. Semakin tinggi faktor risiko yang berlaku terhadap balita

tersebut maka akan semakin besar kemungkinan balita menderita gangguan

nutrisi.

Nutrisi yang tidak adekuat merupakan salah satu penyebab gangguan gizi

pada balita, dimana balita yang nutrisinya tidak cukup akan berdampak pada

gangguan gizi. Masalah gizi pada balita dapat muncul karena beberapa faktor

yaitu penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah.

Masalah gizi berawal dari kekurangan nutrient yang spesifik atau karena diet yang

tidak adekuat atau karena komposisi proporsi makanan yang dikonsumsi tidak

tepat. Penyebab langsung yaitu asupan makan yang kurang dan penyakit infeksi

yang diderita balita Balita yang mendapat asupan makanan yang cukup tetapi

sering menderita penyakit infeksi misalnya diare, akhirnya dapat menderita

kekurangan gizi. Sebaliknya balita yang tidak cukup makan dapat melemahkan

daya tahan tubuhnya (imunitas), menurunkan nafsu makan dan mudah terserang

infeksi, sehingga akhirnya juga dapat terjadi kekurangan gizi. Penyebab tidak

langsung diantaranya pengetahuan ibu, ketersediaan pangan, pola asuh,


pelayanan kesehatan, dan lainnya. Faktor tidak langsung ini saling berkaitan dan

bersumber pada akar masalah yaitu pendidikan, dan ekonomi keluarga.

Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh

serta faktor-faktor mempengaruhinya. Terhadap perkembangan anak, dampak

jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak menurut (Nency &

Arifin, 2005). Diantaranya menjadikan anak apatis, gangguan bicara dan

gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah

penurunan skor intelligence quotient (IQ), penurunan perkembangan kognitif,

penurunan integritas sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan

penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademik di

sekolah. Kurang gizi berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui

rendahnya kualitas sumber daya manusia dan produktivitas. Tidak heran jika gizi

buruk yang tidak dikelola dengan baik, pada jangka panjang akan menjadi

ancaman hilangnya sebuah generasi penerus bangsa.

Diangnosa keperawatan yang diangkat pada kasus gizi buruk adalah Defisit

nutrisi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana asupan nutrisi tidak dapat

memenuhi atau mencukupi kebutuhan metabolik tubuh. Balita dikatakan

mengalami defisit nutrisi apabila mengalami penurunan berat badan minimal 10%

atau lebih dari berat badan ideal (A. H. dan H. K. Nurarif, 2015). Terdapat

beberapa indikasi sehingga balita dikatakan mengalami defisit nutrisi

(Nurachmah, 2001) :

a. Berat badan 10% atau lebih dibawah berat badan ideal

b. Berat badan rendah dengan asupan nutrisi yang adekuat

c. Kesukaran makan (menghindari makanan, ketidakmampuan makan atau


kurang minat pada makanan)

d. Terdapat tanda dan gejala masalah pencernaan, seperti nyeri abdomen, kram

abdomen, diare dan bising usus hiperaktif

e. Kelemahan otot dan penurunan tingkat energi

f. Kehilangan rambut berlebihan

g. Pucat pada kulit, membran mukosa dan konjungtiva

Dampak dari defisit nutrisi yang paling buruk adalah kemungkinan pengaruh

pada pertumbuhan otak dan dilaporkan bahwa pertumbuhan otak dan

perkembangan intelektual paling terganggu apabila defisit nutrisi terjadi pada

masa pertumbuhan maksimum. Status gizi yang buruk akan berpengaruh terhadap

pencapaian potensi fisik yang maksimal sehingga akan berdampak pada

pertumbuhan dan perkembangan hingga anak dewasa. Penyesuaian metabolik

mendasari keadaan apati dan lesu dari anak yang mengalami penurunan masa

otot. Perkembangan anak tidak akan optimal karena penurunan masa otot akan

menyebabkan kelemahan sehingga anak lebih banyak menghabiskan waktunya

dalam keadaan statis. Defisiensi elektrolit intraseluler pada stadium lanjut dapat

mengakibatkan anak tidak dapat duduk atau berjalan.


DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, D. (2017). Beberapa Faktor Risiko Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Pada
Balita 12-59 Bulan Di Pontianak . Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Komunitas, 46-53.

Ayu, G. (2018). Asuhan Keperawatan Pada An. H Pada Gizi Buruk Dengan
Prioritas Utama Defisit Nutrisi . Karya Tulis Ilmiah, 1-67.

Azizah, P. N. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Gizi Kurang Pada


Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan. Karya Tulis Ilmiah,
1-117.

Simalango, B. H. (2016). Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Prioritas


Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh Di RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Karya Tulis Ilmiah, 1-51.

Siregar, E. M. (2017). Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Prioritas


Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Nutrisi Di Kelurahan Sari Rejo
Medan Polonia . Karya Tulis Ilmiah, 1-54.

Sulistianingsih, A. (2017). Kurangnya Asupan Makan Sebagai Penyebab Kejadian


Balita Pendek (Stunting) . Jurnal Dunia Kesehatan Vol.5 No.1, 71-75.

Sulistianingsih, A. (n.d.). Kurangnya Asupan Makan Sebagai Penyebab Kejadian


Balita Pendek .

Wahyudi, B. F. (2015). Analisis Faktor Yang Berkaitan Dengan Kasus Gizi Buruk
Pada Balita. Jurnal Pediomaternal Vol.3 No.1, 83-91.

Anda mungkin juga menyukai