Anda di halaman 1dari 22

“KONSEP POPULASI DAN SAMPLING

SERTA PEMILIHAN PARTISIPAN”


MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu Dr. H. Saihan, S.Ag, M.Ag

Disusun oleh Kelompok 7 :

Farah Fitriatuz Zakiyah (223206030041)


Rahma Fajr Mawidha (223206030042)
Mutmainnah (223206030043)
Muhammad Choirudin Umar (223206030045)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah atas berkat, rahmat,


taufik serta hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad saw sebagai pembawa kabar gembira bagi umat Islam yang
bertaqwa.
Makalah yang berjudul ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Metodologi Penelitian. Dalam penulisan makalah ini,
penyusun mendapat bantua dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada: Dr. H.
Saihan, S.Ag, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah ini yang
telah banyak memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam
menyusunan makalah juga serta kedua orang tua yang telah memberikan
dukungan untuk terselesaikannya makalah, dan semua pihak yang turut
membantu terselesaikannya makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah berikutnya. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun serta para
pembaca pada umumnya, terutama dalam memperkaya khasanah
keilmuan.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Jember, 09 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................ii


Daftar isi ...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembahasan ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah Pembahasan .....................................................................1
C. Tujuan Penulisan Pembahasan .......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Populasi ........................................................................................3
2. Teknik sampel ................................................................................................4
3. Pemilihan Partisipan atau Informan ...............................................................11

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ...................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Temuan riset yang meneliti tentang adanya suatu kondisi masyarakat
kehidupan sosial, seperti penelitian pada ilmu kesehatan, ilmu sains atau
ilmiah, ilmu sosial dsb, alasan utama ditujukan agar memperoleh kesimpulan
umum yang valid tentang populasi manusia, bukan orang per orang atau
kelompok kecil manusia. Persoalannya, tidak mungkin peneliti mengamati
semua subyek dalam populasi yang sangat besar untuk membuat kesimpulan
tentang karakteristik maupun fenomena yang ada pada populasi itu. Peneliti
hanya dapat mengamati sebagian dari populasi besar, yang dinamakan sampel.
Makalah ini dimulai dengan pengantar menjelaskan konsep-konsep dasar
populasi, sampel, dan pemilihan informan secara tepat. Terma elemen, subyek,
anggota, individu, unit, item, akan digunakan secara silih-berganti untuk
merujuk kepada pengertian yang sama – yaitu, bagian terkecil dari populasi
yang secara sendiri-sendiri atau kelompok (klaster) merupakan materi untuk
dicuplik membentuk sampel.1
Dalam menentukan populasi, sampel dan pemilihan informan dalam
penelitian, sudah barang tentu haruslah sesuai dengan langkah-langkah yang
ditentukan serta haruslah tepat dan efisien. Kendala-kendala yang timbul
selayaknya dapat diantisipasi oleh peneliti. Oleh karenanya, dalam menentukan
populasi, sampel dan pemilihan informan, peneliti hendaklah memperhatikan
hal-hal yang memang berkaitan dengan populasi dan sampel, sehingga
didapatkan sampel yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Populasi ?
2. Bagaimana cara atau tahapan dalam menentukan sampel ?
3. Bagaimana cara atau tahapan dalam menentukan pemilihan informan?

1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: ALFABETA CV, 2010).,
18

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian populasi.
2. Untuk mengetahui cara atau tahapan dalam menentukan sampel.
3. Untuk mengetahui cara atau tahapan dalam menentukan pemilihan
informan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa inggris yaitu population, yang berarti
jumlah penduduk. Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi, orang
kebanyakan menghubungkannya dengan masalah-masalah kependudukan. Hal
tersebut ada benarnya juga, karena itulah makna kata populasi sesungguhnya.
Kemudian pada perkembangan selanjutnya, kata populasi menjadi amat
populer, dan digunakan di berbagai disiplin ilmu.
Dalam metode penelitian kata populasi digunakan untuk menyebutkan
serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh
karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan (universal) dari objek
penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai,
peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi
sumber data penelitian.
Karena pengertian populasi yang dikemukakan diatas, maka populasi
menjadi amat beragam. Kalau populasi dilihat dari penentuan sumber data,
maka populasi dapat dibedakan menjadi:2
1. Populasi terbatas, yaitu populasi yang memiliki sumber yang jelas batas-
batasnya secara kuantitatif.
2. Populasi tak terhingga, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang tidak
dapat ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif.
Dilihat dari kompleksitas objek populasi, maka populasi dapat dibedakan
menjadi:
1. Populasi homogen, yaitu keseluruhan individu yang menjadi anggota
populasi, memiliki sifat yang relatif sama satu sama lainnya.

2
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1983), Hal. 29

3
2. Populasi heterogen, yaitu keseluruhan individu anggota populasi relatif
memiliki sifat-sifat individual, dimana sifat tersebut membedakan individu
anggota populasi yang satu dengan yang lainnya.

B. Pemilihan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili
populasi dalam penelitian. Adapun alasan-alasan penelitian dilakukan dengan
mempergunakan sampel, yaitu:
1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang
jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual.
Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi
seperti itu, demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang
jumlahnya sangat besar dan tidak praktis untuk mengumpulkan data dari
populasi. Mislanya, populasi 50 juta murid sekolah dasar yang tersebar
diseluruh pelosok Indonesia.
2. Masalah biaya
Besar kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek
yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya
yang diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup
luas. Oleh karena itu, sampling ialah salah satu cara untuk mengurangi
biaya.
3. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit
daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu
yang tersedia terbatas, dan kesimpulan yang diinginkan dengan segera,
maka penelitian sampel dalam hal ini lebih cepat.3
4. Percobaan yang sifatnya merusak

3
John Creswell, Pendekatan Kualtitatif, Kuantitatif, Dan Mixed (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012). 58

4
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi
karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin
mengeluarkan semua darah dari tubuh seorang pasien yang akan dianalisis
keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji
kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
5. Masalah ketelitian
Adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan
dapat dipertanggung jawabkan. Ketelitian dalam hal ini, meliputi
pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi
belum tentu ketelitian terselengara. Boleh jadi peneliti akan menjadi bosan
dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian
terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
6. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seseorang penelitian:
apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu, dan
tenaga yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan
penelitian? Dengan kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih
ekonomis daripada penelitian populasi.4
Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka sampling yaitu daftar
dari semua unsur sampling dalam populasi sampling, dengan syarat:
1. Harus meliputi seluruh unsur sampel.
2. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali.
3. Harus up to date.
4. Batas-batasnya harus jelas.
5. Harus dapat dilacak dilapangan.

4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: ALFABETA CV, 2010).,
20

5
C. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Terdapat beberapa
teknik yang dapat digunakan antara lain:5
1. Tabel Isaac dan Michael
Tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael memberikan
kemudahan penentuan jumlah sampel berdasarkan tingkat kesalahan 1%,
5% dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat secara langsung menentukan
besarnya sampel berdasarkan jumlah populasi dan tingkat kesalahan yang
dikehendaki.
2. Rumus Slovin
n = N/N(d)2 + 1
Keterangan:
n = sampel
N = populasi
d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang
dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125/125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95.6
Adapun teknik sampling dalam penelitian, yaitu:
a. Probability Sampling
Probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi:
1) Simple Random Sampling
Teknik ini adalah teknik yang paling sederhana (simple).
Sampel diambil secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang ada

5
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, (Bandung:
ALFABETA CV, 2019), Hlm.288
6
Singgih Santoso, Panduan Lengkap SPSS Versi 24 (Elex Media Komputindo,
2016)., 31

6
dalam populasi.7 Misalnya: Populasi siswa SD Negeri XX Jakarta
yang berjumlah 500 orang. Jumlah sampel ditentukan dengan Tabel
Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan adalah sebesar 5%
sehingga jumlah sampel ditentukan sebesar 205. Jumlah sampel 205
ini selanjutnya diambil secara acak tanpa memperhatikan kelas, usia
dan jenis kelamin.
2) Sampling Sistematis
Teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari populasi,
baik yang berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti
maupun nomor identitas tertentu, ruang dengan urutan yang seragam
atau pertimbangan sistematis lainnya.8 Contohnya: Akan diambil
sampel dari populasi karyawan yang berjumlah 125. Karyawan ini
diurutkan dari 1–125 berdasarkan absensi. Peneliti bisa menentukan
sampel yang diambil berdasarkan nomor genap (2, 4, 6, dan
seterusnya) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dan seterusnya), atau bisa juga
mengambil nomor kelipatan (2, 4, 8, 16, dan seterusnya).
3) Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun
penentuan sampelnya memperhatikan strata (tingkatan) yang ada
dalam populasi. Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah
125. Dengan rumus Slovin (lihat contoh di atas) dan tingkat kesalahan
5% diperoleh besar sampel adalah 95. Populasi sendiri terbagi ke
dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan) yang masing-
masing berjumlah:
Marketing : 15
Produksi : 75
Penjualan : 35

7
Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, tt), Hal. 123.
8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: ALFABETA CV, 2010).,
24

7
Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masing bagian
tersebut ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas/jumlah
populasi keseluruhan) X jumlah sampel yang ditentukan
Marketing : 15 / 125 x 95 = 11,4 dibulatkan 11
Produksi : 75 / 125 x 95 = 57
Penjualan : 35 / 125 x 95 = 26.6 dibulatkan 27
Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57+ 27 =
95 sampel.9
Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah
heterogen (tidak sejenis) yang dalam hal ini berbeda dalam hal bidang
kerja, sehingga besarnya sampel pada masing-masing strata atau
kelompok diambil secara proporsional.
4) Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang
hampir mirip dengan proportionate stratified random sampling dalam
hal heterogenitas populasi. Namun, ketidak proporsionalan penentuan
sample didasarkan pada pertimbangan jika anggota populasi berstrata
namun kurang proporsional pembagiannya.
Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang
berstrata berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2.
Namun jumlahnya sangat tidak seimbang, yaitu :
SMP : 100 orang
SMA : 700 orang
DIII : 180 orang
S1 : 10 orang
S2 : 10 orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak
seimbang (terlalu kecil dibandingkan dengan strata yang lain)
sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai sampel.

9
Suci Hariyanti, Pengantar Statistika I (Bandung: Media Sains Indonesia,
2021)., 32

8
5) Cluster Sampling
Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data
atau populasi sangat luas misalnya penduduk suatu propinsi,
kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar di seluruh
provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya, maka
wilayah populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan
menentukan jumlah sample yang digunakan pada masing-masing
daerah tersebut dengan menggunakan teknik proporsional stratified
random sampling mengingat jumlahnya yang bisa saja berbeda.
Contoh: Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar
mengajar di tingkat SMU. Populasi penelitian adalah siswa SMA
seluruh Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak dan terbagi dalam
berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan dalam
tahapan sebagai berikut :
a) Menentukan sample daerah. Misalnya, ditentukan secara acak 10
Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel.
b) Mengambil sampel SMA di tingkat Provinsi secara acak yang
selanjutnya disebut sampel provinsi. Karena provinsi terdiri dari
Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak SMA tingkat
Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut
Kabupaten Sampel), dan seterusnya, sampai tingkat
kelurahan/Desa yang akan dijadikan sampel. Setelah digabungkan,
maka keseluruhan SMA yang dijadikan sampel ini diharapkan
akan menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.
b. Non Probabilty Sample
Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Adapun yang termasuk antara lain:
1) Sampling Kuota
Sampling Kuota adalah teknik sampling yang menentukan
jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri tertentu sampai

9
jumlah kuota yang diinginkan. Misalnya akan dilakukan penelitian
tentang persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar guru. Jumlah
sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat ditetapkan masing-
masing 10 siswa per sekolah.10
2) Sampling Insidential
Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara
kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan (insidential) bertemu dengan
peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang
ditentukan akan dijadikan sampel. Misalnya, penelitian tentang
kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A. Sampel ditentukan
berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall A
tersebut, maka siapa saja yang kebetulan bertemu di depan Mall A
dengan peneliti (yang berusia di atas 15 tahun) akan dijadikan sampel.
3) Sampling Purposive
Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel.
Misalnya, peneliti ingin meneliti permasalahan seputar daya tahan
mesin tertentu. Maka sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli
mesin yang mengetahui dengan jelas permasalahan ini. Atau
penelitian tentang pola pembinaan olahraga renang. Maka sampel
yang diambil adalah pelatih-pelatih renang yang dianggap memiliki
kompetensi di bidang ini. Teknik ini biasanya dilakukan pada
penelitian kualitatif.
4) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi.
Biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100.
Misalnya akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di SMA X

10
John Creswell, Pendekatan Kualtitatif, Kuantitatif, Dan Mixed (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012). 64

10
Jakarta. Karena jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru
dijadikan sampel penelitian.11
5) Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang
semula kecil kemudian terus membesar ibarat bola salju. Misalnya
akan dilakukan penelitian tentang pola peredaran narkoba di wilayah
A. Sampel mula-mula adalah 5 orang narapidana, kemudian terus
berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau responden
terus berkembang sampai ditemukannya informasi yang menyeluruh
atas permasalahan yang diteliti. Teknik ini juga lebih cocok untuk
penelitian kualitatif.

C. Pemilihan Partisipan atau Informan


Dalam setiap kegiatan penelitian dibutuhkan objek atau sasaran penelitian
yang objek atau sasaran tersebut umumnya eksis dalam jumlah yang besar
dan banyak.12
Adapun definisi partisipan penelitian menurut para ahli, antara lain;
a. Moleong, Pengertian partisipan adalah seseorang yang memiliki
kemampuan untuk memberikan informasi terkait dengan topik
penelitian yang ditentukan oleh peneliti.
b. Sumarto, keterkaitan seseorang dalam pengambilan bagian atau
keterlibatan untuk membantu jalannya riset dengan memberikan
dukungan berupa informasi penelitian dan berbagai jenis data
penelitian13
Peneliti tidak harus melakukan serangkaian penelitian terhadap semua
objek atau sasaran penelitian dalam suatu populasi. Misal meneliti tentang
minat belajar peserta didik, peneliti tidak harus meneliti semua peserta didik

11
John Creswell, Pendekatan Kualtitatif, Kuantitatif, Dan Mixed (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012)., 65
12
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2010), 77
13
Perangin-angin, L. L. K., & Zainal, M, S, Jurnal ASPIKOM, 3, 2018, hal 4
https://doi.org/10.24329/aspikom.v3i4.210

11
di sekolah tersebut. Cukup sekelompok individu yang dianggap dapat
mewakili dalam penggalian informasi. Sehingga, akan tercapai tujuan
penelitian.
Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu,
melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang
tahu tentang situasi sosial tersebut.14 Kegiatan wawancara kepada semua
komponen individu yang terkait dengan objek penelitian. Selanjutnya dalam
penelitian kualitatif individu-individu yang diwawancarai disebut informan.
1. Pengertian dan Jenis Informan
Informan adalah subyek penelitian yang dapat memberikan informasi
mengenai fenomena/permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Dalam
penelitian kualitatif, informan terbagi menjadi tiga yaitu:
a. Informan kunci
Informan kunci adalah informan yang memiliki informasi secara
menyeluruh tentang permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Informan
kunci bukan hanya mengetahui tentang kondisi/fenomena pada
masyarakat secara garis besar, juga memahami informasi tentang
informan utama. Dalam pemilihan informan kunci tergantung dari unit
analisis yang akan diteliti. Misalnya pada unit sebuah organisasi,
informan kuncinya adalah pimpinan organisasi tersebut.
Informan kunci sebaiknya orang yang bersedia berbagi konsep dan
pengetahuan dengan peneliti, dan sering dijadikan tempat bertanya oleh
peneliti. Untuk itu sebaiknya dalam pengumpulan data peneliti sebaiknya
memulainya dari informan kunci untuk mendapatkan gambaran yang
utuh dan menyeluruh tentang masalah yang diamati.
Peneliti harus menentukan informan kunci. Penentuan informan
kunci ini harus melalui beberapa pertimbangan, yaitu :
1) Orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai
dengan permasalahan yang diteliti

14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2014), 216

12
2) Usia orang yang bersangkutan telah dewasa
3) Orang yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani
4) Orang yang bersangkutan bersifat netral, tidak mempunyai
kepentingan pribadi untuk menjelekkan orang lain
5) Orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas mengenai
permasalahan yang diteliti, dan lain-lain.15

Informan kunci sebaiknya orang yang bersedia berbagi konsep dan


pengetahuan dengan peneliti, dan sering dijadikan tempat bertanya oleh
peneliti. Untuk itu sebaiknya dalam pengumpulan data peneliti sebaiknya
memulainya dari informan kunci untuk mendapatkan gambaran yang utuh
dan menyeluruh tentang masalah yang diamati. Dengan demikian terdapat
empat kriteria dalam menentukan informan kunci (Martha & Kresno,
2016):
1) Harus menjadi peserta aktif dalam kelompok, organisasi, atau
budaya yang diteliti, atau telah melalui tahap enkulturasi
2) Harus terlibat dalam budaya yang diteliti “saat ini”. Penekanan “saat
ini” sangat penting, karena jangan sampai informan kunci lupa
dengan masalah yang akan diteliti
3) Harus memiiki waktu yang memadai. Informan kunci tidak cukup
hanya memiliki kemauan, namun dapat memberikan informasi kapan
pun saat dibutuhkan
4) Harus menyampaikan informasi dengan bahasa sendiri (natural).
Sebaiknya informan yang menyampaikan informasi dengan “bahasa
analitik” dihindari karena informasi yang dihasilkan sudah tidak
natural.16
b. Informan utama

15
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2010), 101
16
Jamal Habibur Rahman. Informan Dalam Penelitian Kualitatif diakses pada

((PDF) Informan Penelitian Kualitatif (researchgate.net)

13
Informan utama dalam penelitian kualitatif mirip dengan “aktor
utama” dalam sebuah kisah atau cerita. Dengan demikian informan
utama adalah orang yang mengetahui secara teknis dan detail tentang
masalah penelitian yang akan dipelajari. Misalnya pada penelitian
tentang perilaku ibu dalam memanfaatkan pelayanan Posyandu
sebagai informan utama adalah ibu yang memlilki Balita, sedangkan
sebagai informan kunci adalah kader posyandu.
c. Informan Pendukung
Informan pendukung merupakan orang yang dapat memberikan
informasi tambahan sebagai pelengkap analisis dan pembahasan
dalam penelitian kualitatif. Informan tambahan terkadang memberikan
informasi yang tidak diberikan oleh informan utama atau informan
kunci.17
1. Teknik Penentuan Informan
Informan penelitian di dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan
bagaimana langkah yang ditempuh peneliti agar data atau informasi dapat
diperolehnya. Karena itu di dalam bahasan ini yang paling penting adalah
peneliti “menentukan” informan dan bagaimana “mendapatkan” informan.
Menentukan informan bisa dilakukan oleh peneliti apabila peneliti memahami
masalah umum penelitian serta memahami pula anatomi masyarakat dimana
penelitian itu dilaksanakan. Namun, apabila peneliti belum memahami
anatomi masyarakat tempat penelitian, maka peneliti berupaya agar tetap
mendapatkan informan penelitian. Berikut teknik penentuan informan yang
dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif :
a. Prosedur Purposif
Adalah salah satu strategi menentukan informan yang paling umum
didalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang
menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan
masalah penelitian tertentu, misalnya penderita HIV, Mahasiswa, dan

17
Ade Heryana. Informan Dan Pemilihan Informan Dalam Penelitian Kualitatif
diakses pada Ade-Heryana_Informan-dan-Pemilihan-Informan.pdf (esaunggul.ac.id)

14
sebagainya. Contoh dari penggunaan prosedur purposif ini adalah dengan
menggunakan key person. Besaran key person yang digunakan sebagai
informan disesuaikan dengan struktur sosial saat pengumpulan data
dilakukan.
Ukuran sampel purposif sering kali ditentukan atas dasar teori
kejenuhan (titik dalam pengumpulan data saat data baru tidak lagi
membawa wawasan tambahan untuk pertanyaan penelitian. Namun,
informan berikutnya ditentukan bersamaan dengan perkembanagn review
dan analisis hasil penelitian saat pengumpulan data berlangsung.

Menurut Maxwell, ada empat tujuan dari pemilihan informan


secara purposif, yaitu :
a. Karena kekhasan atau kerepresentatifan dari latar, individu, atau
kegiatan.
b. Demi heterogenitas dalam populasi
c. Untuk mengkaji kasus-kasus yang kritis terhadap (mementahkan)
teori-teori yang ada, yakni yang menjadi landasan di awal
penelitianmaupun yang berkembang dalam proses penelitian
d. Mencari perbandingan-perbandingan untuk mencerahkan alas an-
alasan perbedaan antar latar, kejadian, dan individu.18
b. Prosedur Kuota
Dalam prosedur kuota, peneliti memutuskan saat merancang
penelitian, berapa banyak orang dengan karakteristik yang diinginkan
untuk dimasukkan sebagai informan. Kriteria yang dipilih memungkinkan
peneliti unuk fokus pada orang yang peneliti perkirakan akan paling
mungkin memiliki pengalaman, tahu tentang, atau memiliki wawasan ke
dalam topik penelitian.peneliti pergi kemasyararakat lalu menggunakan
strategi rekrutmen yang tempat untuk lokasi, budaya, dan populasi
penelitian menemukan orang yang sesuai dengan kriteria ini, sampai
peneliti memenuhi kuota yang ditentukan.
18
Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya,
2003), 147-148

15
Prosedur kuota lebih spesifik sehubungan dengan ukuran dan
proporsi sub sampel, dengan sub-sub kelompok yang dipilih untuk
mencerminkan proporsi yang sesuai dalam populasi. Jika misalnya jenis
kelamin dijadikan kriteria untuk membedakan fenomena minat pada
bagaimana orang mengalami infeksi HIV, informan kuota akan mencari
keseimbangan yang sama HIV - positif laki-laki dan HIV- positif
perempuan disebuah kota dalam objek penelitian.
c. Prosedur Snow Ball
Prosedur bola salju (snow ball)-juga dikenal sebagai prosedur
“rantai rujukan”- atau juga prosedur networking-sering dianggap pula jenis
prosedur purposif, namun sesungguhnya berbeda. Dalam prosedur ini,
dengan siapa peserta atau informan pernah dikontak atau pertama kali
bertemu dengan peneliti adalah penting untuk menggunakan jaringan
sosial mereka untuk merujuk peneliti kepada orang lain yang berpotensi
berpartisipasi atau berkontribusi dan mempelajari atau memberi informasi
kepada peneliti.
Prosedur snow ball sering digunakan untuk mencari dan merekrut
“informan tersembunyi” yaitu kelompok yang tidak mudah diakses para
peneliti melalui strategi pengambilan informan lainnya.
Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan disaat menggunakan
prosedur snow ball, yaitu, apabila informan dengan karakter tertentu sulit
ditemukan, informan yang ditemui bersedia merujuk peneliti ke informan
lain, memungkinkan perkembangan mata rantai rujukan sampai pada snow
ball yang memadai sebagai informan penelitian yang dibutuhkan peneliti.
Namun peneliti harus memverifikasi kelayakan setiap informan, untuk
memastikan informan yang diberikan adalah informasi yang akurat dan
karena informan benar-benar memahami masalah penelitian yang
diperlukan peneliti.
Ada beberapa model snow ball yang dapat digunakan di dalam
penelitian, seperti dibawah ini :
a. Linear Snowball Modle

16
Model Linear memungkinkan peneliti bergerak linier untuk
menemukan informan baru, dari informan ke informan lain, dan
membentuk bola salju yang besar secar linier.
b. Exponential Non-Discriminative Snow Ball Modle
Model ini adalah model komposit tanpa diskriminasi terhadap
informan, artinya semua informan yang dirujuk oleh informan
sebelumnya diambil sebagai informan hingga perkembangan
komposit menjadi akar rumput yang besar dan biasanya berimbang
dan subur
c. Exponential Discriminative Snow Ball Modle
Model ini adalah model selektif yang dikembangkan oleh peneliti
dilapangan. Artinya berdasarkan beberapa pertimbangan dan
tindakan selektif peneliti, maka tidak semua informan yang dirujuk
oleh informan selanjutnya dipilih oleh peneliti karena peneliti
diberi hak untuk menyeleksi informan berikutnya, sehingga
perkembangan jaringan snow ball menunjukkan ada bagian
jaringan yang berkembang subur, namun ada bagian lain yang mati
atau tidak banyak berkembang.19

Penambahan informan dinyatakan berhenti jika datanya sudah


jenuh. Sebuah keuntungan bagi peneliti, ketika informan yang dipilih
benar-benar menguasai situasi sosial yang diteliti. Karena peneliti tidak
memerlukan banyak informan dan dapat mempersingkat waktu. Jadi yang
menjadi kepedulian bagi peneliti kualitatif adalah tuntasnya perolehan
informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan banyaknya informan
sumber data.20

19
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007),
107-110
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2014), 221

17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Populasi, berasal dari kata bahasa inggris yaitu population, yang
berarti jumlah penduduk. Oleh karena itu, apabila disebutkan kata
populasi, orang kebanyakan menghubungkannya dengan masalah-
masalah kependudukan. Hal tersebut ada benarnya juga, karena itulah
makna kata populasi sesungguhnya. Kemudian pada perkembangan
selanjutnya, kata populasi menjadi amat populer, dan digunakan di
berbagai disiplin ilmu.
2. Teknik sampling, merupakan teknik pengambilan sampel untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.
3. Pemilihan partisipan atau informan, Pengertian partisipan adalah
seseorang yang memiliki kemampuan untuk memberikan informasi
terkait dengan topik penelitian yang ditentukan oleh peneliti. Informan
adalah subyek penelitian yang dapat memberikan informasi mengenai
fenomena/permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ade Heryana. Informan Dan Pemilihan Informan Dalam Penelitian Kualitatif


diakses pada Ade-Heryana_Informan-dan-Pemilihan-Informan.pdf
(esaunggul.ac.id)
Bungin, Burhan. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada) 77
Chaedar Alwasilah. 2003. Pokoknya Kualitatif. (Jakarta: PT Dunia Pustaka
Jaya)147-148
Habibur Rahman, Jamal. Informan Dalam Penelitian Kualitatif diakses pada
((PDF) Informan Penelitian Kualitatif (researchgate.net)
Hariyanti, Suci. 2021. Pengantar Statistika I (Bandung: Media Sains Indonesia).,
32
John Creswell. 2012. Pendekatan Kualtitatif, Kuantitatif, Dan Mixed.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar). 58
Nawawi hadari. 1983. Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Perangin-angin, L. L. K., & Zainal, M, S. 2018. Jurnal ASPIKOM, 3, hal 4
https://doi.org/10.24329/aspikom.v3i4.210
Prasetyo, Bambang, Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif.
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), Hal. 123.
Santoso, Singgih. 2016. Panduan Lengkap SPSS Versi 24 (Elex Media
Komputindo)., 31
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: ALFABETA CV).
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. (Bandung:
ALFABETA CV). Hal. 288.

19

Anda mungkin juga menyukai