Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

METODE PENELITIAN
“POPULASI PENELITIAN DAN SAMPLING”

Disusun Oleh :

CINDY C. DOODOH 17 502 039


FELIA H. MAILANGKAY 17 502 019
JONATHAN E. POLANDOS 17 502 029

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULATAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama TUHAN yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Populasi dan
Sampel.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Populasi dan Sampel ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

tondano
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang bermaksud mengungkapkan rahasia ilmu
secara obyektif, dengan dibentengi bukti-bukti yang lengkap dan kokoh. Penelitian
merupakan proses kreatif untuk mengungkapkan suatu gejala melalui cara tersendiri
sehingga diperoleh suatu informasi. Pada dasarnya, informasi tersebut merupakan
jawaban atas masalah-masalah yang dipertanyakan sebelumnya.
Salah satu bagian dalam desain penelitian adalah menentukan populasi dan sampel
penelitian. Kegiatan penelitian banyak dilakukan dengan penarikan sampel, karena
metode penarikan sampel lebih praktis, biayanya lebih hemat, serta memerlukan waktu
dan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode sensus. Penentuan sampel
dari suatu populasi, disebut sebagai penarikan sampel.
Penelitian yang memakai sampel untuk meneliti atau menyelidiki karakteristik
objek penelitian, dilakukan dengan beberapa alasan antara lain objek yang diteliti
sifatnya mudah rusak, objek yang diteliti bersifat homogen, tidak mungkin meneliti
secara fisik seluruh objek dalam populasi, untuk menghemat biaya, untuk menghemat
waktu dan tenaga, serta keakuratan hasil sampling.
Dalam penelitian yang menggunakan sampel sebagai unit analisis, baik pada
penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan penelitian dengan pendekatan kualitatif,
setidaknya terdapat dua hal yang menjadi masalah atau persoalan yang dihadapi, yaitu
pertama, bahwa persoalan sampling adalah proses untuk mendapatkan sampel dari suatu
populasi. Di sini sampel harus benar-benar bisa mencerminkan keadaan populasi,
artinya kesimpulan hasil penelitian yang diangkat dari sampel harus merupakan
kesimpulan atas populasi. Sehingga masalah yang dihadapi adalah bagaimana
memperoleh sampel yang representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili elemen lain
dalam populasi atau mencerminkan keadaan populasi. Kedua, masalah yang dihadapi
dalam penelitian yang menggunakan sampel sebagai unit analisis adalah tentang
bagaimana proses pengambilan sampel dan berapa banyak unit analisis yang akan
diambil. Sehingga masalah yang dihadapi diantaranya teknik penarikan sampel
manakah yang cocok dengan karakteristik populasi, tujuan dan masalah penelitian yang
akan dikaji. Selain itu berapa banyak unit analisis atau ukuran sampel (sample size)
yang akan dilibatkan dalam kegiatan penelitian. Berdasarkan pengertian diatas, maka
makalah ini membahas materi mengenai populasi dan sampel dalam penelitian
kuantitatif.
B . RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud pengertian populasi dan sampel?
2. Apa saja manfaat-manfaaat sampel
3. Apa saja teknik pengambilan sampel?
4. Bagaimana cara menentukan ukuran sampel?
C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian populasi dan jenis-jenisnya.


2. Untuk mengetahui pengertian sampel.
3. Untuk mengetahui teknik sampling.
4. Untuk mengetahui cara menentukan ukuran sampel.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa inggris population, yang berarti jumlah
penduduk. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Secara sederhana, populasi adalah semua
subjek atau objek sasaran penelitian.
Populasi bukan hanya bersifat orang saja, tetapi juga bisa benda-benda alam
lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang
dipelajari, tetapi juga meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau
objek itu. Wujud subjek itu bermacam-macam, bisa berupa: manusa, hewan, tumbuh-
tumbuhan, barang produk (hasil-hasil kerajinan, basil-basil industri, dan lain-
lain), barang-barang nonproduk (batu, pasir, tanah, air, dan lain-lain), dan bentuk
lingual atau ungkapan verbal (kata, frasa, kalimat, paragraf, teks), atau dokumen dan
barang cetak.
Perlakuan peneliti terhadap subjek atau objek tersebut dapat memungkinkan dua
alternatif status populasi.  Pertama, populasi penelitian itu bersatus sebagai objek
penelitian jika populasi itu bukan sebagai sumber informasi, tetapi subagai substansi
yang diteliti, seperti hasil produksi (susu kaleng, cat, topeng, dan lain-lain).  Kedua,
populasi penelitian itu berstatus sebagai sumber informasi, seperti manusia dan
dokumen. Dalam survei sosial, orang atau sekelompok orang lazim berfungsi sebagai
sumber informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan diri mereka atau fenomena-
fenomena sosial yang berhubungan dengan mereka.  Dalam penelitian tertentu, populasi
penelitian dapat berstatus ganda, sebagai objek penelitian yang informasinya juga dari
populasi itu.  Penelitian tentang “perbedaan cara belajar antara mahasiswa bidang
eksakta dan mahasiswa bidang sosial” mengisyaratkan populasi penelitian akan
berstatus ganda: sebagai objek penelitian yang sekaligus juga sebagai sumber
data penelitian.
Menurut S. Margono, Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita
dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi berhubungan
dengan data, bukan manusianya. Jika manusia memberikan suatu data, maka banyaknya
atau ukuran populasi akan sama banyaknya dengan ukuran manusia.
Populasi memiliki parameter yakni besaran terukur yang menunjukkan ciri populasi
tersebut. Besaran-besaran yang kita kenal antara lain: rata-rata bentengan, rata-rata
simpangan, variansi, simpangan baku sebagai parameter populasi. Parameter suatu
populasi adalah tetap nilainya, jika nilainya berubah, maka populasinyapun berubah.
Data yang di gunakan dalam penelitian (bahan penelitian), dapat berupa populasi
(universe) atau sampel.

2.Sampel
Sampel berasal dari bahasa Inggris “sample” yang artinya contoh, comotan atau
mencomot yaitu mengambil sebagian saja dari yang banyak. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan yang banyak adalah populasi. Dalam suatu penelitian, tidaklah selalu
perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi karena akan memakan  banyak
waktu dan biaya yang besar. Oleh karena itu dilakukan pengambilan sampel, dimana
sampel yang diambil adalah sampel yang benar-benar representasi atau yang mewakili
seluruh populasi.
Dalam suatu penelitian yang menjadi dasar pertimbangan pengambilan sampel
adalah memperhitungkan masalah efisiensi (waktu dan biaya) dan masalah ketelitian
dimana penelitian dengan pengambilan sampel dapat mempertinggi ketelitian karena
jika penelitian terhadap populasi belum tentu dapat dilakukan secara teliti. Seorang
peneliti dalam suatu penelitian harus memperhitungkan dan memperhatikan hubungan
antara waktu, biaya dan tenaga yang akan dikeluarkan dengan presisi (tingkat
ketepatan) yang akan diperoleh sebagai  pertimbangan dalam menentukan metode
pengambilan sampel yang akan digunakan. Sampel adalah bagian dari populasi yang
diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian.

B. MANFAAT SAMPEL
Populasi yang jumlahnya tidak terlalu besar, sering juga diteliti secara keseluruhan
tanpa mengambil sampel. Namun kalau jumlah populasi besar, sebaiknya diambil
sampel sebagai bahan kajian. Karena meneliti sebagian saja sebagai sampel penelitian ,
mempunyai banyak manfaat, yaitu:
1) Dapat menghemat biaya, tenaga, fikiran dan waktu peneliti.
2)   Meneliti sampel hasil yang diperoleh sama atau hampr sama dengan meneliti
populasi.
3) Data lebih cepat diperoleh dibandingkan dengan meneliti populasi secara
keseluruhan.
4) Dapat menghasilkan gambaran (representative) yang dapat dipercaya dari seluruh
populasi. Misal: tinggi badan di kelas, rata-rata pendapatan petani, dan lain-lain.
5) Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil penelitian. Presisi adalah ketepatan
yang ditentukan oleh perbedaan hasil yang diperoleh.
6) Sederhana sehingga mudah dilaksanakan.
7) Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-
rendahnya.
Manfaat Sampel adalah untuk memperoleh data yang representative dalam kaitanya
dengan populasi yang menjadi sasaran penelitian. Bila metode pengambilan sampel
yang dipakai tepat, diharapkan individu-individu sampel yang diobservasi maupun
mewakili seluruh anggota populasi dan mampu memberi informasi yang terkait dengan
populasi yang diteliti. Informasi yang diperoleh akan menjadi bahan baku bagi
pengambilan keputusan. Dalam hal ini agar informasi yang diperoleh bisa memenuhi
tujuan tersebut dibutuhkan ketepatan dari data yang dikumpulkan. Agar data yang
diambil berguna maka data tersebut haruslah objektif (sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya), representative (mewakili keadaan yang sebenarnya), variasinya kecil, tepat
waktu dan relevan untuk menjawab persoalan yang sedang menjadi pokok bahasan
C. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

       Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak
atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom
samping/nonprobability sampling. Yang dimaksud dengan random sampling adalah
cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil
kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan
dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan
25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud
dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi
tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen
populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti,
sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).
         Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang berbeda.
Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan
populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel
representatif dan diambil secara acak. Namun jika peneliti tidak mempunyai kemauan
melakukan generalisasi hasil penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak acak.
Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti
tentang ukuran populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen populasi.
Contohnya, jika yang diteliti populasinya adalah konsumen teh botol, kemungkinan
besar peneliti tidak mengetahui dengan pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga
karakteristik konsumen. Karena dia tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat,
bisakah dia mengatakan bahwa 200 konsumen sebagai sampel dikatakan
“representatif”?. Kemudian, bisakah peneliti  memilih sampel secara acak, jika tidak
ada informasi yang cukup lengkap tentang diri konsumen?. Dalam situasi yang
demikian, pengambilan sampel dengan cara acak tidak dimungkinkan, maka tidak ada
pilihan lain kecuali sampel diambil dengan cara tidak acak atau nonprobability
sampling,  namun dengan konsekuensi hasil penelitiannya tersebut tidak bisa
digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200 konsumen teh botol tadi merasa kurang puas,
maka peneliti tidak bisa mengatakan bahwa sebagian besar konsumen teh botol merasa
kurang puas terhadap the botol.
         Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik yang lebih
spesifik lagi. Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple
random sampling, stratified random sampling, cluster sampling, systematic
sampling, dan area sampling. Pada nonprobability sampling dikenal beberapa teknik,
antara lain adalah convenience sampling, purposive sampling, quota sampling,
snowball sampling

1. Probability/Random Sampling.
       Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak
adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan
nama “sampling frame”. Yang dimaksud dengan  kerangka sampling adalah daftar
yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen
populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau
juga tentang benda. Jika populasi penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi “A”,
maka peneliti harus bisa memiliki daftar semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan
tinggi “A “ tersebut selengkap mungkin. Nama, NRP, jenis kelamin, alamat, usia, dan
informasi lain yang berguna bagi penelitiannya.. Dari daftar ini, peneliti akan bisa
secara pasti mengetahui jumlah populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah tangga
dalam sebuah kota, maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh rumah tangga kota
tersebut.  Jika populasinya adalah wilayah Jawa Barat, maka penelti harus mepunyai
peta wilayah Jawa Barat secara lengkap. Kabupaten, Kecamatan, Desa, Kampung. Lalu
setiap tempat tersebut diberi kode (angka atau simbol) yang berbeda satu sama lainnya.
        Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa
dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang bisa
dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka Random,
kalkulator, atau  undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui sistem
undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara
undian bisa mengganggu konsep “acak” atau “random” itu sendiri.
a. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif
dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau
elemen  populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya. Misalnya,
dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer
dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya.  Selama perbedaan gender, status
kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut
bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana.
Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa
dipilih menjadi sampel. Terdapat 2 pendapat mengenai metode pengambilan sampel
acak sederhana. Pendapat pertama menyatakan bahwa setiap nomor yang terpilih harus
dikembalikan lagi sehingga setiap sampel memiliki prosentase kesempatan yang sama.
Pendapat kedua menyatakan bahwa tidak diperlukan pengembalian pada pengambilan
sampel menggunakan metode ini. Namun, metode yang paling sering digunakan
adalah Simple Random Sampling dengan pengembalian.

Kelebihan metode ini yaitu dapat mengurangi bias dan dapat


mengetahui standard error penelitian. Sementara kekurangannya yaitu tidak adanya
jaminan bahwa sampel yang terpilih benar-benar dapat merepresentasikan populasi
yang dimaksud.

Contoh Pengambilan Sampel Metode Acak Sederhana:


Dalam suatu penelitian dibutuhkan 30 sampel, sedangkan populasi penelitian berjumlah
100 orang. Selanjutnya peneliti membuat undian untuk mendapatkan sampel pertama.
Setelah mendapatkan sampel pertama, maka nama yang terpilih dikembalikan lagi agar
populasi tetap utuh sehingga probabilitas responden berikutnya tetap sama dengan
responden pertama. Langkah tersebut kembali dilakukan hingga jumlah sampel
memenuhi kebutuhan penelitian.

b. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis


Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat
pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan.
Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu
unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”. 
Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota diberi
nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan nomor ganjil  saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu,
misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu, yang diambil sebagai sampel adalah 5,
10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.

c. Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan

Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut


mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat
mengambil sampel dengan cara ini. Metode Pengambilan sampel acak berstrata
mengambil sampel berdasar tingkatan tertentu. Misalnya penelitian mengenai motivasi
kerja pada manajer tingkat atas, manajer tingkat menengah dan manajer tingkat bawah.
Proses pengacakan diambil dari masing-masing kelompok tersebut.

 Cluster Sampling atau Sampel Acak Berdasar Area 


Cluster Sampling adalah teknik sampling secara berkelompok. Pengambilan
sampel jenis ini dilakukan berdasar kelompok / area tertentu. Tujuan  metode Cluster
Random Sampling antara lain untuk meneliti tentang suatu hal pada bagian-bagian
yang berbeda di dalam suatu instansi.
Misalnya, penelitian tentang kepuasan pasien di ruang rawat inap, ruang
IGD, dan ruang poli di RS A dan lain sebagainya.

 Area Sampling atau Sampel Wilayah


Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi
penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Proses pengambilan sampel jenis ini
dilakukan secara bertingkat. Baik itu bertingkat dua, tiga atau lebih.

Misalnya -> Kecamatan -> Gugus -> Desa -> RW –>RT

2. Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak


    Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara acak.
Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa
dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan
karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh
peneliti.
a) Purposive Sampling
Purposive Sampling adalah teknik sampling yang cukup sering digunakan.
Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih
sampel. Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan


tujuan penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria khusus yang
menyebabkan calon responden yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari
kelompok penelitian. Misalnya, calon responden mengalami penyakit penyerta atau
gangguan psikologis yang dapat memengaruhi hasil penelitian.

Contoh Purposive Sampling: penelitian tentang nyeri pada pasien diabetes


mellitus yang mengalami luka pada tungkai kaki. Maka kriteria inklusi yang dipakai
antara lain:

1.Penderita Diabetes Melitus dengan luka gangrene (luka pada tungkai kaki Usia 18-59
tahun

2. Bisa membaca dan menulis

Kriteria eksklusi:

1.Penderita Diabetes Melitus yang memiliki penyakit penyerta lainnya seperti gangguan
ginjal, gagal jantung, nefropati, dan lain sebagainya.

2.Penderita Diabetes Melitus yang mengalami gangguan kejiwaan.

b) Accidental Sampling.
Pada metode penentuan sampel tanpa sengaja (accidental) ini, peneliti
mengambil sampel yang kebetulan ditemuinya pada saat itu. Penelitian ini cocok untuk
meneliti jenis kasus penyakit langka yang sampelnya sulit didapatkan.
Contoh penggunan metode ini, peneliti ingin meneliti tentang penyakit Steven
Johnson Syndrom yaitu penyakit yang merusak seluruh mukosa atau lapisan tubuh
akibat reaksi tubuh terhadap antibiotik.

Kasus Steven Johnson Syndrome ini cukup langka dan sulit sekali menemukan


kasus tersebut. Dengan demikian, peneliti mengambil sampel saat itu juga, saat
menemukan kasus tersebut. Kemudian peneliti melanjutkan pencarian sampel hingga
periode tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti.

Tehnik pengambilan sampel dengan cara ini juga cocok untuk penelitian yang
bersifat umum, misalnya seorang peneliti ingin meneliti kebersihan Kota Bandung.
Selanjutnya dia menanyakan tentang kebersihan Kota Bandung pada warga Bandung
yang dia temui saat itu.

c) Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional,
namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60%  dan perempuan 40% .
Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin
tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan
pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi
tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.
d) Snowball Sampling – Sampel Bola Salju
Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan wawancara
atau korespondensi. Metode ini meminta informasi dari sampel pertama untuk
mendapatkan sampel berikutnya, demikian secara terus menerus hingga seluruh
kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi.

Metode pengambilan sampel Snowball atau Bola salju ini sangat cocok untuk


penelitian mengenai hal-hal yang sensitif dan membutuhkan privasi tingkat tinggi,
misalnya penelitian tentang kaum waria, penderita HIV, dan kelompok khusus lainnya.

e) Teknik Sampling Jenuh


Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel yang menjadikan semua
anggota populasi sebagai sampel. dengan syarat populasi yang ada kurang dari 30
orang.
D.Ukuran Sampel
Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun acuan
tabel yang dikembangkan para ahli.  Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah
sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam
penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan
untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah 100.
Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum
untuk menentukan ukuran sampel :
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian
2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan
sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran
sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang
ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil
antara 10 sampai dengan 20
Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran tingkat
ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan,
pada penelitian sosial maksimal tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar
tingkat kesalahan maka makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan
adalah semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi) maka semakin kecil
peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi
jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi.
Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain :
1. UKURAN SAMPEL DENGAN TEORI SLOVIN (1960)
Salah satu literatur yang paling banyak digunakan adalah penentuan ukuran
sampel menggunakan rumus slovin (1960). Seorang ahli yang bernama slovin ini
ternyata sampai saat ini belum diketahui Siapa nama aslinya, bahkan pernah menjadi
perdebatan mengenai tahun terbit dari naskah yang ditulis oleh slovin ini yaitu tahun
1960 dan 1843. Dalam tulisan Riduwan (2005), dengan judul penelitian “belajar mudah
penelitian untuk guru”, dia mengutip rumus slovin dengan formula sebagai berikut;
RUMUS SAMPEL : RUMUS SLOVIN
n=N1+Ne2
n= besar sampel yang ;
N= ukuran populasi atau jumlah elemen dalam populasi ;
e= nilai presisi atau tingkat signifikansi yang telah ditentukan.
Umumnya dalam penelitian tingkat signifikansi ditentukan sebesar 95% atau 0,05.
Karena sampel kita harus berupa angka bulat dan orang, maka kita lakukan
pembulatan mengikuti aturan pembulatan standar yaitu, apabila ≥ 0,5 maka kita
bulatkan ke atas dan sebaliknya.
2. UKURAN SAMPEL PENELITIAN PENURUT GAY, LR DAN DIEHL, PL
(1992)
Hasil penelitian dari Gay, LR dan Diehl, PL (1992), dengan judul penelitian
“Research Methods for Business and Management disebutkan bahwa ukuran sampel
penelitian haruslah sebesar-besarnya. Asumsi yang disampaikan oleh Gay dan Diehl
didasarkan pada semakin besar sampel yang diambil maka semakin merepresentasikan
bentuk dan karakter populasi serta lebih dapat untuk digeneralisir. Meskipun demikian,
ukuran pasti sampel yang akan diambil sangat bergantung pada jenis penelitian yang
sedang digarap.
Berikut beberapa kondisi yang perlu diperhatikan;
 Apabila penelitian yang sedang dikerjakan merupakan penelitian
deskriptif, maka ukuran sampel sekurang-kurangnya adalah
sebesar 10% dari total elemen populasi.
 Apabila penelitian yang dikerjakan merupakan penelitian
bersifat korelasi atau berhubungan, maka ukuran sampel
sekurang-kurangnya adalah sebesar 30 subjek ( unit sampel).
 Apabila penelitian yang dikerjakan merupakan penelitian
bersifat perbandingan, maka ukuran sampel penelitian yang
direkomendasikan adalah sebesar 30 subjek.
 Apabila penelitian yang dikerjakan merupakan eksperimental
berkelompok, maka ukuran sampel yang direkomendasikan
adalah sebesar 15 sampel perkelompok.
3. UKURAN SAMPEL PENELITIAN MENURUT WIRATNA SUJARWENI
(2008).
Dalam tulisan Wiratna Sujarweni (2008) tentang “Belajar mudah SPSS untuk
skripsi, tesis, desertasi & umum” memang tidak ada jumlah atau nilai tertentu yang
syaratkan. Sujarweni berbendapat bahwa jumlah sampel yang diharapkan 100%
mewakili populasi adalah keseluruhan anggota populasi itu sendiri.
Menurut saya pendapat ini memberi kita pemahaman yang lebih dalam bahwa
hampir tidak mungkin untuk mendapatkan gambaran 100% populasi dari data sampel.
Untuk itu dibutuhkan kehati-hatian dalam memilih metode sampling, menentukan
jumlah sampel, dan perlunya memperhitungkan tingkat kesalahan.
Sujarweni juga menambahkan jika ukuran suatu populasi sangat besar maka
penelitiannya dapat dilakukan dengan survei sampel. Penentuan ukuran sampel boleh
menggunakan rumus slovin.
4. UKURAN SAMPEL PENELITIAN MENURUT JACOB COHEN (DALAM
SUHARSIMI ARIKUNTO, 2010:179)
Formula sampel Jacob Cohen
N=LF²+u+
Dimana :
N = Ukuran sampel
F² = Effect Size
u = Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L = Fungsi Power dari u= 0
5. UKURAN SAMPEL PENELITIAN BERDASARKAN PROPORSI (TABEL
ISAAC DAN MICHAEL)
Menentukan ukuran  sampel penelitian menggunakan tabel Isaac dan Michael
sedikit lebih mudah, dimana sudah ditentukan tingkat kesalahan untuk 1%, 5% dan
10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat secara langsung menentukan besaran sampel
berdasarkan jumlah populasi dan tingkat kesalahan yang dikehendaki.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak
ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti.
Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil
penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun
karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa
dilakukannya
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Muri, 2014.  Metode Penelitian populasi,sampelf, dan Penelitian


Gabungan; Jakarta Kencana.
Sugiyono, 2014.  Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung:  Alfabeta.
Soehartono, Irawan, 1995.  Metode Peelitian Sosial, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sukandarrumidi, 2012.  Metodelogi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai