Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Dosen Pengampu:

Dr. H. Muhammad Saleh, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 5:


Kelas 5A
Annisa Nur Pratiwi 2010125220121
Akhmad riyani 2010125110045
Fadilla Rahmah Wati 2010125320098
Muhammad ahdi 2010125310094
Norma Paulina 2010125220129
Siti Nor Ihsana 2010125220134

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN

2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Populasi dan sampel merupakan satu komponen yang sangat
diperlukan dalam penelitian. Seorang peneliti dapat menganalisa
data keseluruhan objek yang diteliti sebagai kumpulan atas komunitas
tertentu. Seorang peneliti juga dapat mengidentifikasi sifat-sifat suatu
kumpulan yang menjadi objek penelitian hanya dengan mengamati dan
mempelajari sebagian dari kumpulan tersebut. Kemudian, peneliti akan
mendapatkan metode atau langkah yang tepat untuk memperoleh
keakuratan penelitian dan penganalisaan data terhadap objek.
Penelitian merupakan proses kreatif untuk mengungkapkan suatu
gejala melalui cara tersendiri sehingga diperoleh suatu informasi.
Informasi tersebut merupakan jawaban atas masalah-masalah yang
dipertanyakan sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian juga dapat
dipandang sebagai usaha mencari tahu tentang berbagai masalah yang
dapat merangsang pikiran atau kesadaran seseorang.
Dalam menentukan populasi dan sampel penelitian harus sesuai
dengan langkah-langkah yang ditentkan serta harus tepat dan efisien.
Kendala-kendala yang timbul harus diantisipasi. Oleh karena itu, dalam
menentukan populasi dan sampel peneliti harus memperhatikan hal-hal
yang berkaitan dengan populasi dan sampel, sehingga didapatkan sampel
yang tepat.

1
BAB II

PERMASALAHAN

A. Apakah yang dimaksud dengan Populasi dan Sampel?


B. Apa Sajakah Jenis-Jenis Populasi dan Sampel?
C. Bagaimana Ciri-Ciri Sampel yang Baik?
D. Bagaimana Cara Pengambilan Sampel atau Teknik Sampling?
E. Bagaimana Menentukan Ukuran Sampel Penelitian?

2
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi berasal dari bahasa Inggris yaitu population yang berarti j
umlah penduduk. Pengertian populasi dalam penelitian menurut para ahli s
ebagai berikut:
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang i
ngin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka pen
elitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study se
nsus (Sabar, 2007).
Sedangkan menurut Sugiyono pengertian populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ke
mudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:80).
Menurut Arikunto (2002), pengertian populasi adalah objek yang s
ecara keseluruhan digunakan untuk penelitian. Jadi apabila ada seseorang
yang hendak meneliti semua karakteristik dan elemen dalam suatu wilayah
penelitian, tentu saja penelitian tersebut temasuk dalam penelitian populasi.
Sedangkan Ismiyanto berpendapat bahwa populasi adalah totalitas
atau keseluruhan subjek penelitian baik benda, orang, ataupun suatu hal lai
n yang di dalamnya bisa diambil informasi penting berupa data penelitian.
Pengertian populasi dan sampel juga dijelaskan oleh Nursalam (2003). Bel
iau menjelaskan bahwa populasi merupakan suatu keseluruhan dari varibel
penting yang akan diteliti.
Sementara itu, Usman (2006) menjelaskan bahwa populasi pada da
sarnya adalah semua nilai entah pengukuran ataupun perhitungan yang sifa
tnya kualitatif atau kuantitatif dari ciri-ciri atau karakteristik tertentu terkai
t dengan sekelompok obyek atau subyek yang jelas.

3
Dari beberapa pengertian populasi menurut para ahli tersebut, men
unjukkan bahwa populasi memiliki peranan yang sangat penting untuk me
mbantu peneliti mendapatkan hasil yang diinginkan.
Sebagian dari kita mungkin mengira bahwa populasi yang dimaksu
d adalah makhluk hidup atau manusia. Padahal populasi dalam dunia penel
itian sifatnya umum berupa benda alam dan makhluk hidup yang ada di du
nia ini. Populasi bukan sekedar jumlah subyek atau obyek yang kemudian
dipelajari dan diteliti. Tapi populasi harus bisa menunjukkan sifat-sifat dan
semua karakter yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang akan diteliti ter
sebut. Jadi populasi bukan hanya orang tapi juga obyek dan benda-benda a
lam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/s
ubyek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subyek atau obyek itu.
Oleh karena itu, satu orang pun dapat dianggap sebagai populasi, S
ebab satu orang tersebut mempunyai ciri-ciri dan karakteristik mulai dari h
obi, gaya bicara, kepribadian, dan lain sebagainya.

2. Sampel
Populasi dan sampel sebenarnya memiliki keterkaitan. Karena sam
pel merupakan bagian dari populasi. Berikut definisi sampel menurut para
ahli:
Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti, y
ang sudah tentu mampu secara representatif dapat mewakili populasinya
(Sabar, 2007).
Menurut Soekidji (2005) Sampel adalah sebagian untuk diambil da
ri keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek


yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. (Notoatmojo, 2003)
Menurut Sugiyono sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteri
tik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti ti

4
dak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena ket
erbatan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dar
i populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dib
erlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi har
us betul-betul representative (Sugiyono, 2011).
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsim
i Arikunto, 2002)
Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian karakteristik
atau ciri yang dimiliki oleh suatu populasi. Bisa juga dikatakan bahwa sam
pel merupakan bagian kecil yang diambil dari anggota populasi berdasarka
n prosedur yang sudah ditentukan sehingga bisa digunakan untuk mewakil
i populasinya. Sampel diambil karena jumlah populasi yang terlalu besar s
ehingga sangat sulit jika peneliti mempelajarinya semua. Hal ini tentu saja
terbatas pada tenaga, waktu dan biaya penelitian yang dikeluarkan.

B. Jenis-Jenis Populasi dan Sampel


1. Jenis-jenis populasi
Populasi dapat dikelompokkan dalam berbagai jenis antara lain:
a. Dilihat dari penentuan sumber data:
1) Populasi terbatas, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang j
elas batas-batasnya secara kuantitatif. Contohnya: Jumlah murid S
LTP di Semarang pada tahun 2018 sebanyak 170.000 siswa terdiri
dari 95.000 murid putra dan 75.000 murid putri.

2) Populasi tak terhingga, yaitu populasi yang memiliki sumber data y


ang tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif. Oleh k
arenanya luas populasi bersifat tak terhingga dan hanya dapat dijela
skan secara kualitatif. Misalnya, jumlah tuna wisma di Indonesia, i
ni berarti harus dihitung jumlah tuna wisma di Indonesia dari tahun
ke tahun, dan tiap kota. Tidak saja perhitungan terhadap jumlah tun

5
a wisma, tetapi juga dilakukan penafsiran jumlah tuna wisma diwa
ktu yang akan datang.

b. Populasi dilihat dari kompleksitas objek populasi:


1) Populasi homogen, yaitu keseluruhan individu yang menjadi anggo
ta populasi, memiliki sifat-sifat yang relative sama satu sama lainn
ya. Sifat populasi seperti ini banyak dijumpai pada medan eksakta,
misalnya air. Ciri yang menonjol dari populasi homogeny, tidak ad
a perbedaan hasil tes dari jumlah tes populasi yang berbeda. Maksu
dnya adalah gejala yang timbul pada satu kali percobaan atau tes m
erupakan gejala yang timbul pada seratus kali atau lebih tes terhada
p populasi yang sama,

2) Populasi heterogen, yaitu keseluruhan individu anggota populasi re


lative memiliki sifat-sifat individual, dimana sifat tersebut membed
akan individu anggota populasi yang satu dengan yang lainnya. De
ngan kata lain bahwa individu anggota populasi memiliki sifat yan
g bervariasi sehingga memerlukan penjelasan terhadap sifat-sifat te
rsebut baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pada penelitian sos
ial, populasi heterogen menjadi tidak asing lagi dalam setiap peneli
tian. Hal ini disebabkan semua penelitian sosial berobjekkan manu
sia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia yang bersifat amat
unik dan kompleks.

Selain perbedaan-perbedaan diatas, populasi juga dapat dibeda


kan antara populasi sampling dan populasi sasaran. Misalnya apabila k
ita mengambil rumah tangga sebagai sampel sedangkan yang diteliti ha
nyalah rumah tangga yang bekerja sebagai petani, maka keseluruhan ru
mah tangga dalam wilayah penelitian disebut populasi sampling sedan
gkan seluruh petani dalam wilayah penelitian disebut populasi.

6
2. Jenis-jenis sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Jenis sampel bisa berupa sif
at, benda, gejala, peristiwa, manusia, perusahaan, jenis produksi, keuangan
saham, obligasi, surat berharga lainnya. Bila populasinya industri keuanga
n, maka apakah sampelnya pilih jenis perbankan, asuransi, pegadaian, atau
leasing. Bila perusahaan Go public, maka apakah pilih jenis sampelnya per
usahaan property, elektronik, retail, atau keuangan dan sebagainya. Penelit
ian sampel (sampling study) dilakukan karena pertimbangan efisiensi biay
a, waktu dan tenaga disamping bermaksud mereduksi obyek penelitiannya
serta melakukan generalisasi. Sampel harus mewakili seluruh karakteristik
populasi. Kesimpulan sampel harus sama dengan kesimpulan populasi. Ke
simpulan sampel bisa ditarik untuk menjadi kesimpulan populasi. Kesimp
ulan sampel dapat digeneralisasikan ke dalam populasi.

C. Ciri-Ciri Sampel yang Baik

Ciri-ciri sampel yang baik sebagai berikut:

1. Sampel dipilih dengan cara hati-hati dengan menggunakan cara tertentu d


engan benar.
2. Sampel harus mewakili populasi sehingga gambaran yng diberikan mewa
kili keseluruhan karakteristik yang terdapat pada populasi.
3. Besarnya ukuran sampel hendaklah mempertimbangkan tingkat kesalahan
sampel yang dapat ditoleransi dan tingkat kepercayaan yang dapat diterim
a secara statistik.

Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan


sampel, yaitu sampel harus representatif (mewakili) dan besarnya sampel haru
s memadai (Atherton & Klemmack, 1982; Goode & Hatt, 1952).

Suatu sampel dikatakan representatif apabila ciri-ciri sampel yang berk


aitan dengan tujuan penelitian sama atau hampir sama dengan ciri-ciri populas

7
inya. Dengan sampel yang representatif seperti ini, maka informasi yang diku
mpulkan dari sampel hampir sama telitinya dengan informasi yang dapat diku
mpulkan dari populasinya.

Suatu sampel yang baik juga harus memenuhi syarat bahwa ukuran ata
u besarnya memadai untuk dapat meyakinkan kestabilan ciri-cirinya. Berapa b
esar sampel yang memadai bergantung kepada sifat populasi dan tujuan peneli
tian. Semakin besar sampel, akan semakin kecil kemungkinan salah menarik k
esimpulan tentang populasi. Bailey (1982) berpendapat bahwa untuk penelitia
n yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, besar sampel yang pa
ling kecil adalah 30, walaupun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti lain m
enganggap bahwa sampel sebesar 100 merupakan jumlah yang minimum.

Dengan pendekatan statistik, kita dapat menentukan besarnya suatu sa


mpel jika kita dapat memperkirakan besarnya simpangan baku (standard devia
tion) populasi dan kita menetapkan kesalahan maksimum yang dapat kita teri
ma dalam menaksir rata-rata populasi

D. Cara Pengambilan Sampel atau Teknik Sampling


Teknik sampling merupakan suatu proses dalam menyeleksi sampel ya
ng digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampe
l akan mewakili dari keseluruhan populasi yang ada, secara umum, ada dua je
nis pengambilan sampel yakni probability sampling dan nonprobability sampli
ng (Sugiono 2009). Keduanya memiliki perbedaan yakni untuk generalisasi at
au tidak. Probability sampling bertujuan untuk generalisasi dan non probabilit
y sampling tidak untuk generalisasi ke populasi.
1. Probability sampling
Teknik pengambilan sampel dengan maksud untuk memberikan pe
luang yang sama dalam pengambilan sampel, yang bertujuan untuk genera
lisasi, dengan berazas probabilitas unit terpilih sama. Termasuk jenis peng
ambilan ini antara lain: simple random sampling, stratified random sampli
ng, area (custer) sampling, dan multistage random sampling.

8
a. Simple random sampling
Pengambilan sampel dengan cara tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam anggota populasi. Cara ini dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen, sebagai contoh bila populasinya homogen maka di
ambil secara random kemudian didapatkan sampel yang representative.
Pengambilannya dapat dilakukan lotre/bilangan random, namun apabil
a pengambilannya diberikan nomor urut tertentu maka disebut systema
tic random sampling.

b. Stratified random sampling


Suatu cara pengambilan sampel yang digunakan bila anggota popul
asinya tidak homogen dalam hal ini adalah heterogen yang memiliki st
rata atau lapisan yang homogen. Ada dua yakni simple stratified rando
m sampling (jika jumlah unit dalam stratanya jumlahnya tidak sama).

c. Cluster sampling
Suatu cara pengambilan sampel bila obyek yang diteliti atau sumbe
r data sangat luas atau besar, yakni populasinya heterogen dan terdiri at
as kelompok yang heterogen, maka caranya adalah berdasarkan dari da
erah populasi yang telah ditetapkan. Cluster dilakukan dengan cara mel
akukan randomisasi dalam dua tahap yaitu randomisasi untuk cluster/
menentukan sampel daerah kemudian randomisasi/menetukan orang/u
nit yang ada diwilayahnya/dari populasi cluster yang dipilih. Sebagai c
ontoh: populasi daerah atau wilayah yang tersebar diambil secara rand
om untuk diambil sampel daerah kemudian dari sampel daerah secara r
andom untuk dicari sampel individu.

d. Multistage random sampling


Teknik ini merupakan suatu cara pengambilan sampel, bila obyek y
ang akan diteliti atau sumber data sangat luas atau besar, yakni populas
inya heterogen terdiri atas cluster dan strata. Caranya berdasarkan daer

9
ah dari populasi yang telah ditetapkan, dengan melakukan randomisasi
cluster, kemudian dilakukan stratifikasi atas cluster terpilih dan terakhi
r dilakukan randomisasi unit populasi dari masing-masing strata dan m
erupakan kombinasi dari cara simple, stratified dan cluster.

2. Non probability sampling


Teknik pengambilan sampel dengan tidak memberikan peluang ya
ng sama dari setiap anggota populasi, dengan tujuan tidak untuk generalis
asi, yang berasal pada probabilitas yang tidak sama. Teknik pengambilan i
ni terdiri dari berbagai jenis diantaranya sampling kuota, aksidental, purpo
sive, jenuh dan snowball.
a. Sampling kuota
Cara pengambilan sampel dengan menentukan ciri-ciri terrtentu sa
mpai jumlah kuota yang telah ditentukan.

b. Sampling aksidental
Cara pengambilan sampel dengan berdasarkan kebetulan bertemu,
sebagai contoh dalam menentukan sampel apabila dijumpai ada, maka
sampel tersebut diambil dan langsung dijadikan sebagai sampel utama.

c. Purposive sampling
Cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu. Sebagai contoh ap
abila mencari sampel pada orang yang dilakukan pemasangan keteter p
ertama kali, maka mencari sampel yang hanya dipasang keteter pertam
a kali, tidak kedua, ketiga atau seterusnya.

d. Sampling jenuh
Cara pengambilan sampel dengan mengambil anggota populasi se
mua menjadi sample. Cara ini dilakukan bila populasinya kecil, seperti
bila sampelnya kurang dari tiga puluh maka diambil seluruhnya, dan di
jadikan sampel penelitian.

10
e. Snowball sampling
Cara pengambilan sampel dengan menentukan sampel dengan ang
gota kecil kemudian sampel tersebut diminta mengajak temannya untu
k diikutsertakan sebagai sampel pada penelitian (Zainuddin, 2006).

E. Menentukan Ukuran Sampel Penelitian


Dalam suatu penelitian tidak mungkin seorang peneliti dapat meneliti
dan mengobservasi seluruh jumlah dari obyek yang diteliti. Seorang peneliti s
osial yang harus meneliti kehidupan petani miskin di suatu daerah, misalnya di
propinsi X. Peneliti tersebut tidak akan mempunyai waktu dan biaya yang cuk
up untuk mengobservasi semua petani miskin yang berjumlah 25000 orang ya
ng diperkirakan ada di propinsi tersebut. Barang kali peneliti tersebut cukup m
eneliti 250 dari jumlah petani miskin yang ada.
Dari uraian di atas , seluruh petani miskin yang berjumlah 25000 orang
tersebut merupakan populasi atau univers, sedangkan bagian yang menjadi
obyek sesungguhnya dari penelitian ini hanyalah sebagian dari anggota
populasi, yakni 250 orang yang disebut sebagai sample. Seberapa jauh cirri –
cirri ataupun karakter yang dimiliki 250 petani miskin itu tidak berbeda
ataupun bisa menggambarkan cirri – cirri, karakter ataupun keadaan yang
sebenarnya ada pada 25000 petani miskin tersebut, inilah hakiki dari sample
yang bagus / refresentatif. Dilihat dari esensi sample tersebut maka penentuan
ukuran sample merupakan suatu tindakan yang dilematis. Sampel yang besar,
apalagi yang besar sekali, sangat sulit dikendalikan, biaya lebih tinggi dan pen
gumpulan data serta pengolahannya memerlukan waktu yang panjang.
Namun demikian, generalisasi yang diperoleh akan lebih tinggi kekuat
annya. Sebaliknya sample yang kecil memiliki beberapa keuntungan dan juga
kekurangan, biaya yang diperlukan relative lebih kecil dan lebih mudah pengu
mpulan serta pengolahan datanya. Namun demikian sample yang kecil memili
ki kesalahan sampling (sampling error) yang lebih besar dan daya generalisasi

11
nya lebih kecil (Lincolin Arsyad, 1995: 106). Pada dasarnya tidak ada satu ru
muspun yang dapat menentukan ukuran sampel secara paling tepat dan tidak a
da pula aturan yang dapat menjelaskan dengan tegas antara sampel besar dan s
ampel kecil (Lincolin Arsyad, 1995: 106)
Ada pendapat yang mengatakan bahwa ukuran sampel yang sesuai / id
eal adalah 10 % dari populasi. Jika anggota populasi 1000 orang maka sampel
yang terdiri 100 orang dianggap sudah cukup memadai. Namun demikian atur
an ini pun rupanya tidak bisa dipegang dengan teguh. Untuk populasi yang terl
ampau besar, misalnya meliputi seluruh penduduk Indonesia (200 juta orang)
maka sampel harus berukuran 20 juta orang, suatu hal yang tidak mungkin dil
akukan oleh seorang peneliti manapun, maka agar cukup realistis harus diambi
l sampel yang jauh lebih kecil lagi, misalkan 1 % dari populasi, yakni 2000 or
ang saja, ukuran sampel ini barang kali akan lebih realistis dan refresentatif ha
silnya bila pengambilannya dilakukan dengan metode sampling yang tepat.
Sebaliknya, untuk populasi yang terlalu kecil, misalnya populasi guru
besar di di suatu perguruan tinggi yang hanya terdiri dari 25 orang, maka samp
el dengan ukuran 10 % hanya terdiri dari 2 sampai 3 orang saja, suatu sampel
yang tidak layak dalam suatu penelitian. Menghadapi usuran populasi yang
demikian maka seorang peneliti akan lebih baik bila seluruh anggota populasi
dijadikan sampelnya, semua diteliti dan hasilnya pasti akan bisa
menggambarkan karakter populasi secara persis.

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ukuran Sampel


Dalam hal menentukan ukuran / jumlah sampel akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yang terdiri dari (Masri Singarimbun, 1987: 150):
1. Derajat keseragaman dari populasi
Makin seragam populasi, makin kecil sampel yang dapat diambil.
Apabila populasi itu seragam sempurna (completely homogenous), maka s
atu satuan elementer saja dari seluruh ppulasi itu sudah cukup refresentatif
untuk diteliti. Sebaliknya apabila populasi itu secara sempurna tidak serag

12
am (completely heterogenous), maka hanya pencacahan lengkaplah yang d
apat memberikan gambaran yang refresentatif.

2. Presisi yang dikehendaki dari penelitian


Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar ukuran
sampel yang harus diambil, dan sebaliknya semakin rendah tingkat presisi
yang dikehendaki maka semakin kecil ukuran sampel yang diperlukan. Jad
i sampel yang besar cenderung memberikan pendugaan yang lebih mendek
ati nilai sesungguhnya (true value). Dengan cara lain dapat dikatakan bahw
a ukuran sampel mempunyai hubungan yang negatif terhadap tingkat kesal
ahan. Semakin besar ukuran sampel maka semakin kecil tingkat kesalahan
yang terjadi.

3. Rencana Analisa
Ada kalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan
presisi yang dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisa
maka jumlah sampel tersebut menjadi kurang mencukupi. Misalnya penelit
i ingin menghubungkan tingkat pendidikan responden dengan pemakaian a
lat kontrasepsi. Bila tingkat pendidikan responden dibagi / dirinci menjadi:
tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, Belum tamat SMTP, tamat SMT
P. Dan seterusnya, mungkin tidak cukup dengan mengambil 100 responde
n karena akan terdapat sel – sel dalam tabel yang kosong. Begitu juga untu
k analisa yang menggunakan metode statistik yang rumit.

4. Tenaga, biaya dan waktu


Apabila diinginkan presisi yang tinggi maka jumlah sampel harus b
esar. Tetapi apabila dana, tenaga dan waktu terbatas maka tidaklah mungki
n untuk mengambil sampel yang besar, dan ini berarti presisinya akan men
urun. Walaupun besarnya sampel didasarkan atas keempat pertimbangan d
i atas namun seorang peneliti harus dapat memperkirakan besarnya sampel
yang diambil sehingga presisinya dianggap cukup untuk menjamin tingkat

13
kebenaran hasil penelitian. Jadi peneliti sendirilah yang menentukan tingka
t presisi yang dikehendaki, dan selanjutnya berdasarkan presisi tersebut da
pat menentukan besarnya sampel (Masri Singarimbun, 1987: 152).

Rumus – Rumus Penentuan Ukuran Sampel

Dalam penentuan ukuran sampel sebenarnya tidak ada aturan yang tegas b
erapa jumlah sampel yang harus diambil dari populasi yang tersedia. Tidak ad
a pula batasan yang “pasti” dan jelas apa yang dimaksud dengan sampel besar
dan sampel yang kecil (Lincolin Arsyad, 2001: 105)
Ada beberapa rumus yang lazim digunakan untuk menentukan ukuran sam
pel, namun demikian dalam penggunaannnya tidak ada yang bersifat mutlak (p
aling benar). Beberapa rumus tersebut di antaranya:
1. n = Z2S2 / C2 (Budi Purwadi, 2000: 136)
2. n = (Z./ E) 2 (Djarwanto dkk, 2000: 154)
3. n = 0.25 (Z / E) 2 (Djarwanto dkk, 2000: 159)
4. n = N / (1 + N. Moe2) (Rao, 1996)
5. n tergantung pada teknis analisa yamg akan digunakan

Rumus n = Z2 S2 / C2
n: jumlah sample
Z: Angka normal standart yang besarnya tergantung dari level conviden
S: sebenarnya adalah (standart deviasi populasi), namun karena tidakdiketahui
dan tidak dapat dihitung maka didekati dengan S (standart deviasi dari sampl
e) yang sebenarnya juga belum bisa dihitung sebelum ada sample.
C: selisih antara nilai rata-rata sample dengan nilai rata – rata populasi yang be
sarnya juga diperkirakan

Rumus ini sesuai untuk digunakan bila parameter yang diukur adalah nilai
rata – rata, dan perhitungannya akan dapat dilakukan dengan ketentuan:
1. nilai bisa didekati dengan S,

14
2. Nilai S besarnya merupakan perkiraan saja, karena memang S baru bias di
hitung setelah ada data terkumpul.
3. Nilai C juga merupaka perkiraan yang besarnya sesuai kehendak si peneliti
4. N populasi tidak diketahui (misalnya: tak terhingga)
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui berapa rata – rata pengeluaran rumah ta
ngga untuk keperluan minum soft drink per bulan. Peneliti tsb menginginkan s
elisih rata – rata sampel dengan rata – rata populasi (yang ditaksir) sebesar 10
satuan uang dengan tingkat keyakinan menaksir 99 %. Standart deviasi diperki
rakan sebesar 100 satuan uang. Maka jumlah rumah tangga yang akan diambil
sebagai sampel dalam penelitian ini adalah:
n = (2,575) 2 (100) 2 / 102 = 663 rumah tangga
Dalam praktik, ukuran sample lebih banyak ditentukan dengan intuisi, buk
an dengan rumus, karena deviasi standar populasi sulit diperkirakan atau tidak
tersedia.

A.

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingi
n meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiann
ya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study sensus (Sabar,
2007). Sedangkan sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruha
n objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. (Notoatmojo, 20
03).
Populasi dapat dikelompokkan dalam berbagai jenis yaitu: dilihat dari
penentuan sumber data dan dilihat dari kompleksitas objek populasi. Untuk je
nis sampel bisa berupa sifat, benda, gejala, peristiwa, manusia, perusahaan, jen
is produksi, keuangan, saham, obligasi, surat berharga lainnya.
Ciri-ciri sampel yang baik yaitu: sampel dipilih dengan cara hati-hati d
engan menggunakan cara tertentu dengan benar, sampel harus mewakili popul
asi sehingga gambaran yng diberikan mewakili keseluruhan karakteristik yang
terdapat pada populasi, dan besarnya ukuran sampel hendaklah mempertimban
gkan tingkat kesalahan sampel yang dapat ditoleransi dan tingkat kepercayaan
yang dapat diterima secara statistik.
Teknik sampling merupakan suatu proses dalam menyeleksi sampel ya
ng digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampe
l akan mewakili dari keseluruhan populasi yang ada, secara umum, ada dua je
nis pengambilan sampel yakni probability sampling dan nonprobability sampli
ng (Sugiono 2009). Dalam penentuan ukuran sampel sebenarnya tidak ada atu
ran yang tegas berapa jumlah sampel yang harus diambil dari populasi yang te
rsedia. Tidak ada pula batasan yang “pasti” dan jelas apa yang dimaksud deng
an sampel besar dan sampel yang kecil ( Lincolin Arsyad, 2001: 105 )

B. Saran

16
Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami
selaku penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun agar ka
mi dapat memperbaiki makalah ini menjadi makalah yang sempurna.

17
DAFTAR PUSTAKA

Didin Fatihudin. 2015. METODE PENELITIAN UNTUK ILMU EKONOMI,


MANAJEMEN DAN AKUTANSI. Sidoarjo: Zifatama Publisher.

Hidayat, Aziz Alimul. 2021. Metodologi Keperawatan Untuk Pendidikan Vokasi.


Surabaya: Health Books Publishing.

Ismail Nurdin, and Sri Hartati. 2019. METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL.


Surabaya: Media Sahabat Cendekia.

MUSLICH ANSHORI, and SRI ISWATI. 2009. BUKU BELAJAR


METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF. Surabaya: Pusat
Penerbitan dan Percetakan UNAIR (UAP).

Rahim, A. R. 2020. CARA PRAKTIS PENULISAN KARYA ILMIAH. Zahir Publis


hing.

Sutopo. Penentuan Jumlah Sampel Dalam Penelitian. STIE Dharmaputra Semara


ng.

18

Anda mungkin juga menyukai