METODOLOGI PENELITIAN
Dosen Pengampu:
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Populasi dan sampel merupakan satu komponen yang sangat
diperlukan dalam penelitian. Seorang peneliti dapat menganalisa
data keseluruhan objek yang diteliti sebagai kumpulan atas komunitas
tertentu. Seorang peneliti juga dapat mengidentifikasi sifat-sifat suatu
kumpulan yang menjadi objek penelitian hanya dengan mengamati dan
mempelajari sebagian dari kumpulan tersebut. Kemudian, peneliti akan
mendapatkan metode atau langkah yang tepat untuk memperoleh
keakuratan penelitian dan penganalisaan data terhadap objek.
Penelitian merupakan proses kreatif untuk mengungkapkan suatu
gejala melalui cara tersendiri sehingga diperoleh suatu informasi.
Informasi tersebut merupakan jawaban atas masalah-masalah yang
dipertanyakan sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian juga dapat
dipandang sebagai usaha mencari tahu tentang berbagai masalah yang
dapat merangsang pikiran atau kesadaran seseorang.
Dalam menentukan populasi dan sampel penelitian harus sesuai
dengan langkah-langkah yang ditentkan serta harus tepat dan efisien.
Kendala-kendala yang timbul harus diantisipasi. Oleh karena itu, dalam
menentukan populasi dan sampel peneliti harus memperhatikan hal-hal
yang berkaitan dengan populasi dan sampel, sehingga didapatkan sampel
yang tepat.
1
BAB II
PERMASALAHAN
2
BAB III
PEMBAHASAN
3
Dari beberapa pengertian populasi menurut para ahli tersebut, men
unjukkan bahwa populasi memiliki peranan yang sangat penting untuk me
mbantu peneliti mendapatkan hasil yang diinginkan.
Sebagian dari kita mungkin mengira bahwa populasi yang dimaksu
d adalah makhluk hidup atau manusia. Padahal populasi dalam dunia penel
itian sifatnya umum berupa benda alam dan makhluk hidup yang ada di du
nia ini. Populasi bukan sekedar jumlah subyek atau obyek yang kemudian
dipelajari dan diteliti. Tapi populasi harus bisa menunjukkan sifat-sifat dan
semua karakter yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang akan diteliti ter
sebut. Jadi populasi bukan hanya orang tapi juga obyek dan benda-benda a
lam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/s
ubyek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subyek atau obyek itu.
Oleh karena itu, satu orang pun dapat dianggap sebagai populasi, S
ebab satu orang tersebut mempunyai ciri-ciri dan karakteristik mulai dari h
obi, gaya bicara, kepribadian, dan lain sebagainya.
2. Sampel
Populasi dan sampel sebenarnya memiliki keterkaitan. Karena sam
pel merupakan bagian dari populasi. Berikut definisi sampel menurut para
ahli:
Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti, y
ang sudah tentu mampu secara representatif dapat mewakili populasinya
(Sabar, 2007).
Menurut Soekidji (2005) Sampel adalah sebagian untuk diambil da
ri keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.
4
dak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena ket
erbatan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dar
i populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dib
erlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi har
us betul-betul representative (Sugiyono, 2011).
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsim
i Arikunto, 2002)
Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian karakteristik
atau ciri yang dimiliki oleh suatu populasi. Bisa juga dikatakan bahwa sam
pel merupakan bagian kecil yang diambil dari anggota populasi berdasarka
n prosedur yang sudah ditentukan sehingga bisa digunakan untuk mewakil
i populasinya. Sampel diambil karena jumlah populasi yang terlalu besar s
ehingga sangat sulit jika peneliti mempelajarinya semua. Hal ini tentu saja
terbatas pada tenaga, waktu dan biaya penelitian yang dikeluarkan.
5
a wisma, tetapi juga dilakukan penafsiran jumlah tuna wisma diwa
ktu yang akan datang.
6
2. Jenis-jenis sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Jenis sampel bisa berupa sif
at, benda, gejala, peristiwa, manusia, perusahaan, jenis produksi, keuangan
saham, obligasi, surat berharga lainnya. Bila populasinya industri keuanga
n, maka apakah sampelnya pilih jenis perbankan, asuransi, pegadaian, atau
leasing. Bila perusahaan Go public, maka apakah pilih jenis sampelnya per
usahaan property, elektronik, retail, atau keuangan dan sebagainya. Penelit
ian sampel (sampling study) dilakukan karena pertimbangan efisiensi biay
a, waktu dan tenaga disamping bermaksud mereduksi obyek penelitiannya
serta melakukan generalisasi. Sampel harus mewakili seluruh karakteristik
populasi. Kesimpulan sampel harus sama dengan kesimpulan populasi. Ke
simpulan sampel bisa ditarik untuk menjadi kesimpulan populasi. Kesimp
ulan sampel dapat digeneralisasikan ke dalam populasi.
7
inya. Dengan sampel yang representatif seperti ini, maka informasi yang diku
mpulkan dari sampel hampir sama telitinya dengan informasi yang dapat diku
mpulkan dari populasinya.
Suatu sampel yang baik juga harus memenuhi syarat bahwa ukuran ata
u besarnya memadai untuk dapat meyakinkan kestabilan ciri-cirinya. Berapa b
esar sampel yang memadai bergantung kepada sifat populasi dan tujuan peneli
tian. Semakin besar sampel, akan semakin kecil kemungkinan salah menarik k
esimpulan tentang populasi. Bailey (1982) berpendapat bahwa untuk penelitia
n yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, besar sampel yang pa
ling kecil adalah 30, walaupun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti lain m
enganggap bahwa sampel sebesar 100 merupakan jumlah yang minimum.
8
a. Simple random sampling
Pengambilan sampel dengan cara tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam anggota populasi. Cara ini dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen, sebagai contoh bila populasinya homogen maka di
ambil secara random kemudian didapatkan sampel yang representative.
Pengambilannya dapat dilakukan lotre/bilangan random, namun apabil
a pengambilannya diberikan nomor urut tertentu maka disebut systema
tic random sampling.
c. Cluster sampling
Suatu cara pengambilan sampel bila obyek yang diteliti atau sumbe
r data sangat luas atau besar, yakni populasinya heterogen dan terdiri at
as kelompok yang heterogen, maka caranya adalah berdasarkan dari da
erah populasi yang telah ditetapkan. Cluster dilakukan dengan cara mel
akukan randomisasi dalam dua tahap yaitu randomisasi untuk cluster/
menentukan sampel daerah kemudian randomisasi/menetukan orang/u
nit yang ada diwilayahnya/dari populasi cluster yang dipilih. Sebagai c
ontoh: populasi daerah atau wilayah yang tersebar diambil secara rand
om untuk diambil sampel daerah kemudian dari sampel daerah secara r
andom untuk dicari sampel individu.
9
ah dari populasi yang telah ditetapkan, dengan melakukan randomisasi
cluster, kemudian dilakukan stratifikasi atas cluster terpilih dan terakhi
r dilakukan randomisasi unit populasi dari masing-masing strata dan m
erupakan kombinasi dari cara simple, stratified dan cluster.
b. Sampling aksidental
Cara pengambilan sampel dengan berdasarkan kebetulan bertemu,
sebagai contoh dalam menentukan sampel apabila dijumpai ada, maka
sampel tersebut diambil dan langsung dijadikan sebagai sampel utama.
c. Purposive sampling
Cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu. Sebagai contoh ap
abila mencari sampel pada orang yang dilakukan pemasangan keteter p
ertama kali, maka mencari sampel yang hanya dipasang keteter pertam
a kali, tidak kedua, ketiga atau seterusnya.
d. Sampling jenuh
Cara pengambilan sampel dengan mengambil anggota populasi se
mua menjadi sample. Cara ini dilakukan bila populasinya kecil, seperti
bila sampelnya kurang dari tiga puluh maka diambil seluruhnya, dan di
jadikan sampel penelitian.
10
e. Snowball sampling
Cara pengambilan sampel dengan menentukan sampel dengan ang
gota kecil kemudian sampel tersebut diminta mengajak temannya untu
k diikutsertakan sebagai sampel pada penelitian (Zainuddin, 2006).
11
nya lebih kecil (Lincolin Arsyad, 1995: 106). Pada dasarnya tidak ada satu ru
muspun yang dapat menentukan ukuran sampel secara paling tepat dan tidak a
da pula aturan yang dapat menjelaskan dengan tegas antara sampel besar dan s
ampel kecil (Lincolin Arsyad, 1995: 106)
Ada pendapat yang mengatakan bahwa ukuran sampel yang sesuai / id
eal adalah 10 % dari populasi. Jika anggota populasi 1000 orang maka sampel
yang terdiri 100 orang dianggap sudah cukup memadai. Namun demikian atur
an ini pun rupanya tidak bisa dipegang dengan teguh. Untuk populasi yang terl
ampau besar, misalnya meliputi seluruh penduduk Indonesia (200 juta orang)
maka sampel harus berukuran 20 juta orang, suatu hal yang tidak mungkin dil
akukan oleh seorang peneliti manapun, maka agar cukup realistis harus diambi
l sampel yang jauh lebih kecil lagi, misalkan 1 % dari populasi, yakni 2000 or
ang saja, ukuran sampel ini barang kali akan lebih realistis dan refresentatif ha
silnya bila pengambilannya dilakukan dengan metode sampling yang tepat.
Sebaliknya, untuk populasi yang terlalu kecil, misalnya populasi guru
besar di di suatu perguruan tinggi yang hanya terdiri dari 25 orang, maka samp
el dengan ukuran 10 % hanya terdiri dari 2 sampai 3 orang saja, suatu sampel
yang tidak layak dalam suatu penelitian. Menghadapi usuran populasi yang
demikian maka seorang peneliti akan lebih baik bila seluruh anggota populasi
dijadikan sampelnya, semua diteliti dan hasilnya pasti akan bisa
menggambarkan karakter populasi secara persis.
12
am (completely heterogenous), maka hanya pencacahan lengkaplah yang d
apat memberikan gambaran yang refresentatif.
3. Rencana Analisa
Ada kalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan
presisi yang dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisa
maka jumlah sampel tersebut menjadi kurang mencukupi. Misalnya penelit
i ingin menghubungkan tingkat pendidikan responden dengan pemakaian a
lat kontrasepsi. Bila tingkat pendidikan responden dibagi / dirinci menjadi:
tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, Belum tamat SMTP, tamat SMT
P. Dan seterusnya, mungkin tidak cukup dengan mengambil 100 responde
n karena akan terdapat sel – sel dalam tabel yang kosong. Begitu juga untu
k analisa yang menggunakan metode statistik yang rumit.
13
kebenaran hasil penelitian. Jadi peneliti sendirilah yang menentukan tingka
t presisi yang dikehendaki, dan selanjutnya berdasarkan presisi tersebut da
pat menentukan besarnya sampel (Masri Singarimbun, 1987: 152).
Dalam penentuan ukuran sampel sebenarnya tidak ada aturan yang tegas b
erapa jumlah sampel yang harus diambil dari populasi yang tersedia. Tidak ad
a pula batasan yang “pasti” dan jelas apa yang dimaksud dengan sampel besar
dan sampel yang kecil (Lincolin Arsyad, 2001: 105)
Ada beberapa rumus yang lazim digunakan untuk menentukan ukuran sam
pel, namun demikian dalam penggunaannnya tidak ada yang bersifat mutlak (p
aling benar). Beberapa rumus tersebut di antaranya:
1. n = Z2S2 / C2 (Budi Purwadi, 2000: 136)
2. n = (Z./ E) 2 (Djarwanto dkk, 2000: 154)
3. n = 0.25 (Z / E) 2 (Djarwanto dkk, 2000: 159)
4. n = N / (1 + N. Moe2) (Rao, 1996)
5. n tergantung pada teknis analisa yamg akan digunakan
Rumus n = Z2 S2 / C2
n: jumlah sample
Z: Angka normal standart yang besarnya tergantung dari level conviden
S: sebenarnya adalah (standart deviasi populasi), namun karena tidakdiketahui
dan tidak dapat dihitung maka didekati dengan S (standart deviasi dari sampl
e) yang sebenarnya juga belum bisa dihitung sebelum ada sample.
C: selisih antara nilai rata-rata sample dengan nilai rata – rata populasi yang be
sarnya juga diperkirakan
Rumus ini sesuai untuk digunakan bila parameter yang diukur adalah nilai
rata – rata, dan perhitungannya akan dapat dilakukan dengan ketentuan:
1. nilai bisa didekati dengan S,
14
2. Nilai S besarnya merupakan perkiraan saja, karena memang S baru bias di
hitung setelah ada data terkumpul.
3. Nilai C juga merupaka perkiraan yang besarnya sesuai kehendak si peneliti
4. N populasi tidak diketahui (misalnya: tak terhingga)
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui berapa rata – rata pengeluaran rumah ta
ngga untuk keperluan minum soft drink per bulan. Peneliti tsb menginginkan s
elisih rata – rata sampel dengan rata – rata populasi (yang ditaksir) sebesar 10
satuan uang dengan tingkat keyakinan menaksir 99 %. Standart deviasi diperki
rakan sebesar 100 satuan uang. Maka jumlah rumah tangga yang akan diambil
sebagai sampel dalam penelitian ini adalah:
n = (2,575) 2 (100) 2 / 102 = 663 rumah tangga
Dalam praktik, ukuran sample lebih banyak ditentukan dengan intuisi, buk
an dengan rumus, karena deviasi standar populasi sulit diperkirakan atau tidak
tersedia.
A.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingi
n meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiann
ya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study sensus (Sabar,
2007). Sedangkan sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruha
n objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. (Notoatmojo, 20
03).
Populasi dapat dikelompokkan dalam berbagai jenis yaitu: dilihat dari
penentuan sumber data dan dilihat dari kompleksitas objek populasi. Untuk je
nis sampel bisa berupa sifat, benda, gejala, peristiwa, manusia, perusahaan, jen
is produksi, keuangan, saham, obligasi, surat berharga lainnya.
Ciri-ciri sampel yang baik yaitu: sampel dipilih dengan cara hati-hati d
engan menggunakan cara tertentu dengan benar, sampel harus mewakili popul
asi sehingga gambaran yng diberikan mewakili keseluruhan karakteristik yang
terdapat pada populasi, dan besarnya ukuran sampel hendaklah mempertimban
gkan tingkat kesalahan sampel yang dapat ditoleransi dan tingkat kepercayaan
yang dapat diterima secara statistik.
Teknik sampling merupakan suatu proses dalam menyeleksi sampel ya
ng digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampe
l akan mewakili dari keseluruhan populasi yang ada, secara umum, ada dua je
nis pengambilan sampel yakni probability sampling dan nonprobability sampli
ng (Sugiono 2009). Dalam penentuan ukuran sampel sebenarnya tidak ada atu
ran yang tegas berapa jumlah sampel yang harus diambil dari populasi yang te
rsedia. Tidak ada pula batasan yang “pasti” dan jelas apa yang dimaksud deng
an sampel besar dan sampel yang kecil ( Lincolin Arsyad, 2001: 105 )
B. Saran
16
Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami
selaku penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun agar ka
mi dapat memperbaiki makalah ini menjadi makalah yang sempurna.
17
DAFTAR PUSTAKA
18